YANTO – VERSI ARIF
CERITA SEX GAY,,,,
Sebagai anggota ABRI, saya tidak dapat menolak ketika ditempatkan dalam program ABRI masuk desa yang dicanangkan oleh pemerintah. Penempatan ini pun baru saya ketahui ketika hari terakhir keberangkatan kelompok kami, seakan-akan saya ini hanya kambing hitam terakhir yang dipilih. Sejujurnya saya tidak ingin ditempatkan dalam program ini, karena pekerjaan ini sangat menguras tenaga. Kami ibaratnya adalah pekerja kasar atau kuli bangunan yang membantu masyarakat desa untuk pembangunan segala sarana prasarana desa tersebut. Tetapi ini adalah tugas negara, suka atau tidak suka saya harus selalu siap sedia untuk membantu dan berkorban demi rakyat. Hal positif yang kami terima adalah kami bisa berjalan-jalan dan mengenal kota lain, mempelajari budaya dan adat kota tersebut, bahkan bahasa setempat.
Saya dikelompokkan dalam komando III pimpinan pak Yuono. Beliau mentor sekaligus pengganti ayah saya di ABRI ini, karena ayah saya telah menitipkan saya kepadanya. Sebenarnya penempatan ini tidaklah buruk sekali dibandingkan ditempatkan di daerah terpencil atau perbatasan. Sungguh jika tidak hati-hati, nyawa kami bisa melayang setiap saat di daerah perbatasan. Kelompok kami yang terdiri dari 6 orang tiba di desa yang sudah cukup maju – lebih baik dari perbatasan terakhir saya ditempatkan. Kami dielu-elukan oleh masyarakat ketika kami tiba, sebenarnya kami merasa malu ketika dielukan seperti ini, seperti seorang pahlawan, padahal kami hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna dalam segala hal. Tentu saja, karena kami juga memiliki rasa marah, kesal, tidak suka dan sebagainya ketika bertemu dengan hal-hal yang tidak kami sukai. Terlebih lagi para penduduk desa memandang kami sebagai orang yang sudah berhasil secara finansial, sehingga tak jarang mereka menawarkan putri mereka untuk kami boyong ke kota. Sungguh malu, jika ketahuan kami tidak beda dengan para pemuda kampung yang hanya mau enaknya saja. Tentu saja, siapa yang menolak hal-hal yang enak dan menyenangkan – apalagi jika kami bertemu dengan kembang desa yang binal, bisa kami gilir berkali-kali – toh sama-sama menikmatinya. Bagaimana jika kami tidak menemukan kembang desa yang binal? Harus berhati-hati jika mengentoti perawan kampung, bisa-bisa kami digeruduk sekampung untuk dimintai pertanggung jawabannya. Jika tidak ada kembang desa seperti di perbatasan? Yah saling membantu dengan rekan-rekan, nikmatnya yah sama aja hehehe – seperti mengubah pola makan sehari-hari dari nasi menjadi jagung. Kami bisa berganti-ganti posisi dari posisi dientoti dan ngentoti sehingga kami sama-sama adil dan menikmatinya. Nikmat? Tentu saja hahaha.
Setelah memperkenalkan diri kami kepada para perangkat desa dan sesepuh desa setempat, kami dijelaskan oleh pak Yuono daftar pekerjaan yang akan kami laksanakan, tak lupa kami dibagi-bagi penempatannya dimana kami harus tinggal. Sekilas saya melihat seorang pemuda lewat dan memperhatikan kami, ya kami kan bahan tontonan sesaat bukan? Pemuda itu tampannya sangat menarik hatiku dan saya menyukainya. Belum selesai saya mengaguminya, saya dikagetkan oleh tepukan pak Yuono yang hendak memperkenalkan saya dengan pak Sainan dan Nuri, putrinya. Ternyata saya akan diinapkan ditempatnya pak Sainan dan langsung saya merasakan beban berat, karena saya melihat ada rasa di dalam mata Nuri. Duh, dapat kembang desa lagi. Memang dengan wajah dan fisik yang diatas rata-rata membuat saya menjadi pilihan utama bagi para kembang desa. Tinggi saya 175 cm dengan berat 68 kg membuat bentuk badan saya proporsional ditambah latihan ABRI yang berat membuat badanku kekar dan atletis. Ketika saya memalingkan mata saya untuk mencari pemuda itu kembali, dia sudah menghilang …
Malam itu kami berkumpul di balai desa saling mengenal satu sama lain dan saya menunggu kedatangan pemuda itu. Tetapi dia tidak ada, yang ada hanya orang tua beserta gadis-gadis desa yang berkumpul membicarakan kami bahkan dapat kami baca gerakan mulut mereka yang membicarakan kejantanan kami. Terlebih lagi kelompok gadis-gadis binal yang menerka-nerka ukuran kontol kami dan kemampuan kami dalam mengentoti mereka. Untuk menjaga nama baik kami, kami berusaha untuk tidak memperdulikan mereka dengan tetap memperhatikan wejangan para tetua desa yang berbasa basi dengan pak Yuono. Kecewa yang kudapat hingga tengah malam menjelang karena pemuda itu tidak muncul juga. Ketika kami pulang, Nuri masih menunggu ku dan kami sempat berbincang- bincang sejenak walau orangtuanya sudah tidur, seakan-akan mereka merestui hubungan kami berdua. Tapi yang kulihat dalam mata Nuri hanya gejolak nafsu dan birahi yang seakan-akan ingin menerkamku. Kadang kala kami memang sengaja menggunakan pakaian loreng kebesaran kami dengan membiarkan 2 kancing atas kami dalam keadaan terbuka sehingga memperlihatkan lekukan dada bidang kami, bahkan kadang kala kami menggoda mereka dengan membiarkan resleting kami terbuka. Gilanya, kami juga bisa tidak menggunakan celana dalam yang membuat jembut dan kontol kami bertebaran dan mereka akan berusaha mencari berbagai cara dan posisi untuk mengintip kontol kami sehingga mereka semakin tergila-gila dengan nafsu mereka.
Keesokan harinya saya melihat pemuda itu lewat tanpa sepengetahuannya. Dan saya mendengar penduduk desa memanggilnya “To” dan dengan sopan pemuda itu membalas sapaan mereka. Dari sela-sela obrolan mereka saya mendengar namanya yaitu Yanto. Pemuda itu sangat rajin karena setiap kali saya bangun – bangun karena menunggunya – dia selalu berangkat subuh menuju ladangnya dan kembali pada sore hari sebelum maghrib. Kadang kala dia turut serta membantu dalam pembangunan yang membutuhkan tenaga banyak, juga merupakan kesempatan saya untuk mendekati dan berbicara dengannya. Tetapi pemuda itu sangat pendiam! Bahkan terlalu pendiam untuk ukuran pemuda kampung tampan seperti dia! Saya sampai kehabisan cara untuk memulai pembicaraan dengannya, setiap saat saya mendekati atau berdiri didekatnya selalu saja Yanto menghindari tatapan mata denganku. Apakah dia tidak senang akan kedatanganku? Apakah saya ada berbuat salah? Apakah dia adalah pacar Nuri atau menyukai Nuri? Apakah dia cemburu karenanya? Sepertinya tidak? Sedangkan omongan atau ejekan kawan-kawan dan penduduk desa antara hubungan saya dengan Nuri sudah sangat bertubi-tubi. Tetapi sikapnya biasa saja terhadap Nuri atau penduduk sekitar yang mengejekku dengan Nuri. Begitupun Nuri, semakin rajin mengantarkan makanan atau menemani diriku. Saya semakin merasa tidak enak dan merasa terbebani, berbeda dengan kawan- kawanku yang sudah keenakan mengentoti gadis-gadis desa yang binal itu. Mereka sudah saling mengenal satu sama lain bahkan telah mencoba mereka semua. Sialan, saya ditinggalkan mereka! Padahal saya juga ingin merasakan memek gadis-gadis itu. Kawan-kawanku memang memiliki postur tubuh dan wajah yang tidak mengecewakan dan wajar mereka juga merasakan keinginan untuk mengentoti gadis-gadis itu, toh menurut mereka kadang-kadang gadis-gadis itu yang mendekati mereka yang sedang telanjang bulat mandi. Terakhir kali malah mereka bergantian mengilir seorang gadis yang pura-pura mencuci pakaian di dekat mereka dan akhirnya keenakan dientoti kontol 4 kawanku. Tentunya ini mereka lakukan tanpa sepengetahuan pak Yuono.
Pagi hari ini kami mendapatkan kesempatan untuk beristirahat karena keterbatasan bahan-bahan yang belum dikirim dari kota. Untuk menghalau rasa suntukku, akhirnya saya berjalan-jalan menuju bukit gunung di sisi kampung, sengaja saya memilih tempat itu karena saya ingin menyendiri. Selama perjalanan saya menikmati keadaan hutan yang masih rindang dan kadang kala saya menemukan beberapa hewan yang belum pernah saya lihat. Tiba-tiba saya merasa bahwa saya diikuti oleh seseorang, naluri saya mengatakan bahwa yang mengikuti saya adalah seorang wanita dari gerakannya. Sebagai anggota ABRI kami mendapatkan pelatihan untuk membedakan para pengintai yang melakukan pengintaian terhadap barak kami serta memprediksi posisi mereka bahkan menembak mereka langsung. Sengaja saya tidak menyadari bahwa gadis itu sedang mengintai saya, saya mencoba kagum memperhatikan kondisi alam sekitar dan aha! Saya melihat gadis itu! Cukup cantik! Sepertinya dia sudah mengikuti saya sejak saya masuk ke areal hutan ini, langsung otak kotor saya muncul untuk mendapatkan sedikit kenikmatan karena teringat cerita kawan- kawan saya itu. Setelah puas melihat sekeliling saya mencoba menggoda gadis itu dengan mencoba untuk membuang air kecil dengan posisi menyamping agar dia dapat melihat kontol saya yang sudah saya bangunkan hingga ngaceng keras. Kontolku ukurannya standar, hanya 15 cm dengan diameter 4 cm, tapi cukup membuat kawan-kawanku keenakan dientot kontolku – teknik mengentoti itu yang utama, bukan ukurannya bukan? Hahaha, mungkin ini hanya pembenaran diri saya saja karena kontol saya tidak sebesar kawan-kawan saya yang lain. Tapi jujur, kawan-kawan saya lebih suka dientoti oleh saya dan selalu nagih, kata mereka kontol saya rasanya beda. Dari sudut mata saya, saya bisa melihat gadis itu masih mengintip dan sekarang sedang melototi kontol ku yang ngaceng sempurna. Saya yakin gadis ini bisa dipakai dan pingin merasakan kontolku, sehingga saya semakin birahi untuk menggodanya dengan mengocoki dan mengibas-ngibaskan kontolku. Perlahan saya memasukkan kontolku dan meneruskan perjalananku ke dalam hutan diikuti oleh gadis itu, perangkap saya berhasil menggodanya.
Sayup-sayup saya mendengar aliran air sungai yang menjadi membelah desa itu, tetap berakting tidak diikuti oleh orang dan terpesona oleh keindahan alam sekitar, saya mulai melepaskan baju kebesaran lorengku dan memamerkan bentuk badanku yang atletis. Tak lupa saya melepaskan gesper dan resleting celanaku dan membiarkannya tergantung begitu saja yang memperlihatkan celana dalam hitamku. Perlahan saya mendekati bibir sungai yang berbatu-batu itu dan membasuh wajah serta membasahi badanku hingga terlihat mengkilap saat diterpa sinar matahari. Dari pengamatan saya, sepertinya daerah ini jarang didatangi oleh masyarakat desa karena jalan setapaknya tidak terlihat sama sekali. Air yang jernih dan sedikit deras dengan bongkahan batu-batu yang besar tersebar dan dapat menjadi tempat persembunyian untuk mengentot. Tempat ini juga berbeda dengan tempat menyalurkan nafsu kontol yang disebutkan oleh kawan-kawanku itu. Sehingga saya memutuskan untuk menjalankan rencana saya untuk mengentoti gadis ini karena saya tidak mau jika harus menikahi gadis yang tidak saya kenal dan beres, saya yakin gadis ini juga menginginkannya, jadi kalau sama-sama suka kenapa tidak? Ya, saya tidak munafik dan saya bukan manusia sempurna. Semakin dekat pula gadis itu mengendap-ngendap mendekati dan saya pun mulai melepaskan celana saya hingga tersisa kontol ngaceng saya yang tertutup oleh celana dalam hitamku. Perlahan saya berjalan ketengah sungai tersebut, airnya jernih dan berbatu sehinga airnya cukup deras. Setelah menceburkan diri dan membasahi badanku saya mencoba mengalihkan pandangan saya dengan menghadap tempat lain.
“Maaf mas”
“Ha?” Pura-pura kaget dan menoleh ke arah belakang saya berdiri dengan kontol ngaceng yang tercetak jelas di celana dalam saya
“Hihihi … Kaget yah mas?”
Ternyata gadis itu sudah berada dibibir sungai dan hanya menggunakan sarung sebagai penutup badannya dengan buntelan baju kotor (?) yang hendak dicuci (? ) Saya tahu itu hanya alasannya yang mencoba untuk mendekati dan merasakan kontolku, karena tadi saya melihat sekarang adalah waktu untuk mencuci baju. Terlihat juga pentil buah dadanya yang menjeplak di sarungnya dan tampilan gadis ini memang lumayan lah. Berharap gadis-gadis lugu dan cantik seperti di sinetron? Hahaha silahkan mencari. Gadis itu tersenyum cekikan dan tidak berhenti memandang kontol saya yang ngaceng dengan penuh nafsu seakan- akan ingin memakan habis kontolku, saya pura-pura tidak menyadarinya dan memulai pembicaraan dengannya. Dan saya sudah memastikan gadis ini bukan gadis desa tempat kami ditempatkan, setan kah? Sebodo!
“Mau nyuci neng?”
“Iya mas” Seakan sadar, dia segera merendamkan diri hingga separuh pahanya dan mulai bersiap-siap mencuci serta tetap mencuri-curi lihat kontolku
“Sendiri saja?”
“Iya mas” Sembari membasahi cucian bajunya dan dirinya, gadis itu mulai mengosok bajunya
“Sepi yah disini neng?” Saya mulai mendekati dan berhenti dari jarak 2 meter darinya dan saya tahu walau dia sedang menunduk untuk mencuci, matanya semakin melototi kontolku. Semakin muncul nafsu birahi ku – tersirat pikiran kalau seandainya Yanto yang berada disini – tentu saja akan lebih nikmat bukan?
“Memang mas, jarang ada yang kesini kok mas” Sambil mengosok-gosokan cuciannya di pahanya, sengaja dia menarik juga sarungnya hingga samar-samar terlihat memeknya. Yes, ternyata memang bisa dipakai dan rencana selanjutnya akan lebih nikmat bukan?
“O begitu, ga takut kah?” Saya mulai menurunkan badan dan berendam kembali, ada rasa kecewa dimatanya. Padahal saya hanya ingin melanjutkan rencana selanjutnya yaitu mengeluarkan kontol ngaceng dan biji peler saya dari sela paha celana dalamku.
“Nga ah, kan ada mas ini … hihihi”
“Mas … Mas … Tolong bajuku terbawa arus” Ujarnya sambil sedikit bergerak masuk kedalam air
Sigap saya berdiri dan menyambar bajunya yang terbawa arus. Melototlah matanya dan tersenyum penuh birahi ditutupi akting rasa malunya melihat kontol ngacengku.
“Mas … Itunya nyembul … hihihi”
“Aduh … Kelihatan neng deh kontol mas … Maaf ya neng” Tetapi saya tidak membenarkan posisi kontol saya, sebaliknya mendekatinya dan memberikan bajunya. Semakin saya bernafsu menggodanya sebelum saya mengentotinya. Sebaliknya, matanya tak lepas dari kontolku …
“Neng dibelakang rambut neng ada daun” Aku mendekati dan menyerahkan bajunya
“Mana mas?”
“Ambilin mas … !” Sambil membalikkan badannya hingga posisinya seperti sedang bersimpuh agak menungging
“Sini mas ambilin” Jawabku sambil mendekatinya dengan kontol yang masih ngacung tegak berdiri
Berpura-pura mengambil “daun” dirambutnya, saya mendekatkan kontol saya di sela-sela pantatnya yang tidak tertutup oleh sarung karena terbawa arus air hingga sarungnya mengambang. Saya dekatkan dan masukkan diantara sela pantatnya sehingga dia bisa merasakan kontolku menyeruak masuk diantara jepitan paha atau pantatnya.
“Udah mas?” Pura-pura tidak tahu dan menikmati dia bertanya padaku
“Masih ada neng” Jawabku mendorong masuk kontolku hingga habis disela pantatnya yang padat itu
“Mas, itu apa yang nempel di bawah neng”
“Oh? Jagung mas, neng …” Sambil mendorong pundaknya, seakan paham dengan kemauanku, dia mulai menungging
“Jagung mas yah? Besar mas …” Dia mulai menggangkang dan membiarkan kontolku menggesek memeknya
“Iya, enak loh … mau coba? Manis neng …”
“Masa sih mas? Enak yah?”
“Coba yah neng?” Kata ku dan mulai mendorong kontolku ke dalam memeknya Blesss … Duh memeknya sudah tidak perawan. Setelah masuk, saya mendekap erat gadis itu dan mulai merasakan memeknya yang hangat …
“Arghhhh”
“Tuh jagung mas, gimana rasanya … hhmmm urgh?” Sambil kutarik kontolku dan menusuk kembali memeknya
“Ummm … Enak mas … Besar …”
“Enakkan diewe jagung masss?? Hahhhh …”
“Ouchhh massss … enak mas diewe jagung mass … ewein aku masss …”
“Nih makan kontol mas!” Ku genjot kontolku keras-keras dan menjambak rambutnya
“Oh … Terus massss …”
“Enak yah … Hm? Lagi? Pengen lagi?”
“I i ii y aaaa massss … Orghhh enak dientoti masssss !”
Kuberikan entotan yang bervariasi dari cepat dan lambat dengan mengesek kencang dinding memeknya hingga membuatnya kelojotan dan mencapai orgasme.
“Massss … Aku mauu keluuuarr!!! Urgh!!!”
“Keluar ajaaa neennnnngggg … Argh!”
Ku entoti dia terus hingga terasa orgasme pertamanya yang membasahi kontolku, puas saya melihat dia orgasme dan terasa hangat kontolku dicengkram memeknya. Nikmat juga sih, walau baru 15 menit … Melihatnya yang terkulai lemas, saya mencabut kontolku dan memasukkan kontolku kembali dalam celana dalamku dan mulai berkemas dan memakai bajuku. Khawatir jika ada penduduk desa yang lewat dan melihat kami mengentot akan mempermalukan pak Yuono, saya tidak ingin nama baik orang tuaku tercoreng karenanya. Rasanya sayang karena saya belum muncrat, tetapi biarlah, toh nanti bisa ngocok di kamar mandi rumah dan membayangkan Yanto. Daripada ngecret di memeknya dan dia hamil bagaimana? Samar saya mendengar gadis itu memanggil saya, tetapi saya tidak peduli dan meninggalkannya begitu saja.
Pilihanku sangat benar sekali, karena ketika saya meninggalkan tempat itu, Yanto ada disana! Dia sedang beristirahat dan menikmati pemandangan sekelilingnya. Sungguh tampan dia dengan peluh dan tubuhnya yang kekar membuat kontolku semakin ngaceng dan keras. Sejenak saya berpikir untuk mendekatinya, akhirnya saya memutuskan untuk mendekatinya dan menyakinkan diri saya bahwa kali ini kami harus bisa dekat satu sama lain!
“Assamuala’aikum”
“Wala’aikum salam”
“Sendiri saja?” Tanyaku dan mendudukan diriku disebelahnya tanpa permisi
“Oh, mas Arif … ya, saya sendiri saja sedang beristirahat, mas kenapa ada disini? ”
“Hehehe, ya saya kabur …” Jawabku sekenanya dan menempelkan bahuku dengan bahunya. Dapat kurasakan bau badanya yang sangat menarik.
“Kabur??”
“Iya, soal nuri itu loh …”
“Oh …”
“Kamu pendiam sekali yah? Apakah ada salah saya padamu?” Tanya ku
“Tidak, kenapa mas bertanya seperti itu??”
“Habis kamu tidak pernah mau ngobrol dengan saya, selalu menghindari saya, hanya senyum saja … kamu pacar Nuri?”
“Hahaha, tentu saja tidak mas, saya memang tidak banyak bicara dan saya bukan pacar Nuri”
“Baguslah, saya kira kamu cemburu” Jawabku sambil mendorongnya dengan pundakku.
“Hahaha, nga lah mas” Tawanya, senang sekali saya
“Nah, gitu dong, ketawa kaya gitu, kan ganteng … diam aja ganteng, apalagi ketawa begini hahaha” Gemas, saya mencubit kedua pipinya yang sedang tertawa
“Hahaha …”
“Serius itu, ganteng kok … jadi ga cemburu kan?” Saya merangkulnya dan memberikan senyuman terbaikku. Sungguh saya sangat senang, tidak rugi saya meninggalkan gadis itu sendirian disana.
“Nga mas, kalau pun jadi dengan Nuri pun bukan masalah saya – yuk mas, balik sudah mau mahgrib”
“Yuk” Saya bangkit dan memberikan tanganku untuk membantunya bangun dan kujabat erat tangannya, terasa keras dan kencang pegangannya.
Sepanjang perjalanan kami saling berbicara dan mengenal satu sama lain – sungguh dia berbeda, tak kenal maka tak sayang, cerewet kalau sudah kenal dekat. Saya semakin menyukainya dan semakin banyak menghabiskan waktu bersamanya. Saya tak peduli dengan omongan rekan-rekanku yang mengejekku dengan Nuri atau sesiapapun, sesungguhnya itupun usaha mereka untuk menutupi kedekatanku dengan Yanto. Merekapun sangat mengerti bahwa saya menyukai Yanto dan secara seksual mereka pun sangat menyukai Yanto, hanya saja mereka mengalah demi saya dan memilih untuk mengentoti gadis-gadis desa yang binal itu. Dan mereka juga mewanti-wanti saya untuk berhati-hati dengan pandangan masyarakat desa terhadap hubunganku dengan Nuri ataupun Yanto, karena Yanto mulai risih dengan kedekatan kami. Yanto mulai menjauhi dan menjaga jarak denganku. Saya tidak ingin usahaku sia-sia, karena saya tidak tahu apakah Yanto seorang gay atau bukan, saya tidak bisa menebaknya – begitupun kawan-kawanku. Sebaliknya mereka semakin penasaran dan berlomba-lomba untuk mendekati Yanto dan membakar diriku untuk segera merasakan kontol Yanto yang menurut kawan-kawanku cukup besar karena mereka pernah mengintipinya.
Malam itu saya tidur duluan karena pak Sainan dan keluarga keluar untuk berkunjung ketempat Udin yang sedang hajatan untuk keberangkatannya menjadi TKI. Tinggallah saya sendiri dan saya mencoba untuk lelap didalam kamarku yang panas ini, tapi saya lupa bahwa sudah seminggu ini saya belum muncrat bahkan setelah saya bertemu dengan gadis itu. Saya lupa karena waktu saya banyak dihabiskan bersama Yanto. Akhirnya saya melepas semua bajuku, celana dan celana dalamku, hanya menggunakan sarung dan mulai merangsang diriku sendiri hingga kontolku berdiri dan membentuk tenda pada sarungku. Bangga juga saya melihat keras dan tegaknya kontolku ini, belum selesai rasa bangga saya, tiba-tiba saya dikagetkan oleh ketukan pintu kamar saya padahal saya sedang ngaceng dan hanya menggunakan sarung! Belum juga selesai kagetku, pegangan pintu bergerak dan mulai membuka! Secepatnya saya mencoba untuk berpura-pura tidur dan mengarahkan badanku kearah tembok rumah sehingga kontolku yang ngaceng tidak akan terlihat.
“Mas …”
“ … “ Shit! Itu Nuri, bukankah dia ke tempat Udin bersama orangtuanya?
“Mas …”
Saya malas meladeninya, jadi saya pura-pura tidur dan berharap dia keluar dari kamarku, bukannya meninggalkan ku yang sedang pura-pura tidur, dia masuk kamarku dan duduk disamping tempat tidurku. Tetap mendengkur sebaliknya dia tetap menungguku dan memandang punggungku. Habis kesabaranku, untuk menyakinkannya bahwa aku sedang tidur, akhirnya aku mencoba untuk merubah posisi tidurku menjadi terlentang dan celaka! Saya lupa bahwa kontolku sedang ngaceng berat! Ngaceng membentuk tenda! Dari intipan ku – saya melihat Nuri terbelak dan memandang takjub kearah kontolku. Duh! Bencana! Nuri menelan ludahnya dan memandang takjub kearah kontolku. Saya berdoa semoga dia pergi meninggalkan kamarku, tetapi Nuri bangkit dan menyibak perlahan sarungku hingga jelas sudah terlihat kontol 15 cm ku yang disunat! Sungguh saya tidak ingin merasakan sex dengannya seperti dengan gadis tidak dikenal itu, kini Nuri malah tidak bisa melepaskan pandangan matanya ke tubuhku yang kekar dan kontolku. Dan yang membuat saya kaget adalah Nuri naik keatas ranjangku dan mulai mengangkat roknya dan menggangkangkan kakinya hingga kontolku sudah mengacung pas dilobang memeknya. Ternyata Nuri juga tidak memakai celana dalam! Kini hanya tinggal menurunkan memeknya maka kontolku sudah akan bersarang dengan sempurna dalam memeknya. Nafasku semakin menderu antara ingin dan tidak, antara berharap Nuri pergi atau sebaliknya berharap Nuri menurunkan memeknya. Benar-benar tak kuasa menolaknya, saya berharap Nuri menurunkan memeknya dan benar, Nuri pun menurunkan memeknya – Blesss – tembus sudah memeknya oleh kepala kontolku …
“Urgh … Hahhhh” Desah Nuri saat kontolku menyeruak kedalam memeknya Saya tetap menahan nafas dan bertahan agar tidak bersuara – mengira bahwa saya tetap sedang tidur. Nikmatnya saat kepala kontolku membelah memeknya … Perlahan memeknya menutup habis kontolku dan bertahan sebentar saat Nuri mengatur nafasnya yang mengebu-ngebu. Sesaat kemudian Nuri mulai menaikan kembali pantatnya dan perlahan mulai menurunkannya, Nuri mulai mengenjot kontolku! Hahh… Satu Dua Tiga Empat genjotan membuatku semakin menikmatinya dan ingin segera merangkul dan mengentotinya sekuat tenagaku.
“Nuriiii …”
Kaget saya dan Nuri saat mendengar samar teriakan ayahnya dari jauh. Untung saya bertahan untuk tetap pura-pura tidur karena Nuri sangat terkejut dan segera melompat turun dari tempat tidurku dan berlari keluar perlahan-lahan, meninggalkan saya dengan kontol ngacengku yang belum juga muncrat! Kaget – lucu campur dalam hati saat saya mendengar Nuri yang pura-pura menyambut kedua orangtuanya dan merasa tidak terjadi apa-apa. Haduh, mimpi apa yah saya sampai bisa mendapatkan semua ini? Saya hanya tersenyum memandang kontolku yang masih ngaceng – akhirnya saya memutuskan untuk memakai semua bajuku dan kembali tidur dengan kontol yang belum muncrat …
Saya ingin merasakannya dengan Yanto, bukan Nuri atau gadis itu. Keesokannya saya meminta kepada pak Yuono untuk memindahkan saya ketempat lain yang diamini pak Yuono ketika saya meminta untuk ditempatkan di rumah Yanto. Saya bersyukur sekali bisa menghindar dari Nuri karena pak Sainan sepertinya sangat berharap saya mengambil anaknya sebagai calon istri. Tentu saja Nuri tidak berani bertanya atau memandang saya karena malu atas kejadian kemarin dan saya sendiri tetap berpura-pura tidak ada sesuatu yang terjadi sama sekali. Padahal sama-sama enak yah? Hahaha. Kaget oleh kedatanganku, Yanto hanya bisa menerimanya ketika saya mengutarakan niatku untuk bermalam disana. Ada rasa senang, khawatir dan takut dalam matanya dan saya semakin menyukainya.
“Nak Arif tidurnya dengan Yanto yah, maaf tempatnya seadanya …”
“Oh tidak apa-apa bu, saya malah sangat berterima kasih sudah diizinkan untuk merepotkan ibu”
“Tidaklah nak, malu tempat kita seadanya …”
“Nga pa pa kok bu”
“To, kamu antarkan Arif mandi dulu yah … Ibu mau nyusul ayah ke tempat mas Udin”
“…”
“To, maafin mas …”
“Ga pa pa mas … tidak ada yang salah kok”
“Mas mengerti kok kenapa kamu menjauhi mas … tapi mas bukan maksud begini”
“Terima kasih mas mau mengerti, mari saya antarkan mas untuk mandi”
Buru-buru dia mencari alasan untuk menghindari pandangan matanya yang tajam dan sayu …
“Kamu tidak marah?” Tanyaku penuh harap
“Tidak kok mas …”
“Betul? Tidak marah?” Tanyaku lagi
“Iya masss …” Jawabnya sambil tetap berjalan menunjukkan kamar mandinya
“Kalau tidak marah, senang dong?!” Todong saya sekaligus
“Hayooo… Senang yah?” Goda saya lagi melihat dia malu dan salah tingkah
“…” Ketahuan oleh saya, Yanto segera memalingkan wajahnya dan bergerak pergi ke kamarnya
“Jadi kamu senang yah?” Tanpa komando pun segera saya menghalangi dan menghadangnya
“Udah ah mas” Katanya sambil menunduk malu ketahuan
“Hahahaha”
Akhirnya saya bersiap untuk mandi, seperti biasa tanpa rasa malu saya menanggalkan semua pakaiannya di depannya. Saya merasa kadang kala sinar matanya mengagumi dan memperhatikan bentuk tubuhku yang atletis, tetapi mungkin dia hendak menolak rasa itu karena norma masyarakat dan agama. Hingga ketika saya hendak menurunkan celana dalamku, segera dia meninggalkan aku sendiri. Hehehe – sepertinya malam ini akan lebih mudah. Malam harinya Yanto meninggalkan saya berbasa basi dengan kedua orang tuanya, kesempatan ini saya gunakan untuk bertanya mengenai Yanto dari masa kecil hingga masa pubernya. Ternyata Yanto tidak pernah pacaran – sebaliknya selalu membantu orang tuanya di kebun, wow saya menerka-nerka apakah dia benar-benar tidak suka kepada wanita atau hanya sekedar malu dengan keadaannya? Karena saya yakin ketampanan Yanto dengan tubuhnya yang atletis pasti menjadi pujaan para wanita di desanya. Jam menunjukkan waktu tengah malam saat saya pamit kepada orang tua Yanto untuk tidur, karena saya khawatir juga kalau Yanto tidur lebih dahulu tanpa menunggu saya. Betul juga, dia sudah tidur lebih dahulu … Tapi sungguh dia semakin tampan dengan wajah tanpa dosanya itu … Pernahkah engkau memandang orang yang kamu cintai saat dia sedang tertidur? Sangat menyenangkan sekali bukan? Kalau tidak anda tambahi dengan nafsu birahi … Karena selain mengagumi wajahnya – saya juga terpacu oleh birahi ku saat melihatnya yang tertidur dalam posisi terlentang agak menyamping tanpa baju dan hanya menggunakan sarung saja! Sungguh seksi sekali!
Dada kekarnya kembang kempis pelan menghela nafas …
Warna kulitnya … Bulu halus di perut bawahnya …
Lengannya yang kokoh dan kekar …
Dan tentu saja six packnya …
Semua terbentuk alami … Otot kering alami …
Dengan gundukan setengah ngacengnya yang tertutup oleh sarungnya yang sudah berantakan …
Sungguh membuat nafasku memburu dan semakin mengebu untuk merasakan dirinya …
Otak kotorku berputar memikirkan cara untuk mendapatkan tubuhnya, tanpa melepaskan pandanganku darinya – saya berusaha memikirkan cara untuk menidurinya tanpa ada paksaan dan lainnya! Saya ingin dia menikmatinya … Perlahan saya melangkah maju untuk menyingkap sarungnya. Saya penasaran dengan ukurannya. Saya ingin melihat kontolnya. Untungnya pelatihan di ABRI sangat membantuku untuk melakukannya dan jelas sudah kontolnya yang setengah ngaceng terlihat didepan mataku. Wow – lebih besar dari punya ku! Sialan, nafasku semakin menggebu! Akhirnya aku menurunkan sarungnya yang menutupi bagian kontolnya hingga kebawah pahanya dan aku mulai menelanjangi diriku sendiri. Hanya dengan sarung saya merebahkan diri memunggunginya dalam pelukannya, perlahan ku posisikan tangannya untuk memelukku dan menaikkan sarungku hingga terkesan sarung saya juga berantakan selama saya tidur. Kini dia sudah memelukku – tinggal menunggunya untuk mengacengkan dan mengarahkan kontolnya dalam pahaku. Rumit? Tentu saja ahahaha, sebodoh. Sebelumnya sudah ku olesi pahaku dengan gel pelumas durex untuk memudahkan persiapanku. Saya ingin dia merasakan lubang lelaki hingga dia bisa merasakan nikmatnya lubang lelaki dibandingkan dengan memek wanita, tentu saja saya harus berkorban dahulu agar bisa mendapatkannya bukan? Saya ingin ini semua terjadi terlihat tanpa ada rencana ataupun paksaan satu sama lain.
Tak menunggu lama, Yanto terbangun dan saya merasakan kekagetannya. Saya tetap pura-pura tertidur lelap dan menunggu reaksi Yanto atas hal ini, saya berharap dia tertarik untuk melihat kontolku. Dan saya merasakan kontolnya menekan disela-sela pahaku! Dia mendekatiku! Segera kujepit kontolnya dengan pahaku dan saya bisa merasakan kontolnya yang keras, besar dan hangat terjepit dengan sempurna diantara kedua pahaku – saya ingin dia merasakan sensasi jepitan pahaku dan gel mint durex milikku hingga dia tertarik untuk mengesekkan kontolnya. Saya yakin dia menginginkan diriku – karena nafasnya semakin berat dan menggebu.
“Urghhh … “ Desah Yanto
Satu kali sodokan kontolnya …
“Oh …”
Satu kali tarikan kontolnya …
Oh … Semakin kencang degup jantungku – semakin kencang pula pelukannya untuk mengentotiku.
Semakin lama, semakin cepat pula dia mengentoti jepitan pahaku dan kurasakan juga kontolnya mengesek lubangku … Oh nikmatnya – ya! Entoti aku To! Saya ingin merasakan kontolmu! Genjotan kontolnya semakin mudah dengan adanya pelumas itu, terima kasih durex.
“Urgh!” Saat aku merasakan dia semakin intens untuk menstimulasi lubangku dengan kontolnya. Kini dia mulai menggesekkan kontolnya pada lubangku dan semakin menekannya … Ahhhh …
Blessss … Kepala kontolnya menusuk dan menyeruak dalam lubangku!
“Arghhh …” Besar sekali kontolnya …
Nikmat sekali dan dia cukup mengerti dengan bertahan untuk tidak langsung mendorong masuk kontolnya hingga otot lubangku menyesuaikan dengan kepala kontolnya. Saya tetap bertahan untuk tidak bersuara dan meladeni panggilan nafsuku.
“Hmm” Dia mulai memasukkan lagi kontolnya perlahan-lahan centi demi centi
“Ohhh” Bisa kurasakan semua kontolnya sudah masuk dalam lubangku, lubangku terasa penuh dan semakin nikmat saat merasakan jembutnya yang lebat dipantatku. Nafasku dan nafasnya semakin mengebu dan berat …
“Hurgh!” Satu sodokan kedalam lubangku
“O oo hhh …” Satu tarikan dari lubangku
“Hmmmphh” Satu sodokan lagi
Entoti aku To! Ohhh … Kontolnya mulai digerakkan! Sungguh enak terasa di lubangku saat perlahan kontolnya mengesek lubangku perlahan … Hahhh… Yanto mulai mengenjoti lubangku …
Terus To … Entoti aku … Yanto semakin mengebu-gebu mengentoti aku hingga tak peduli saya sedang bangun atau tidak, tetapi saya kira dia sadar bahwa saya sudah bangun, karena saya bisa mendengar desahan dan lenguhannya memanggil namaku, meracau keenakan merasakan lubangku…
“Haahhhhh … Masss …” Kini Yanto telah berganti posisi dan menekan tubuhku. Dia mengentotiku dari belakang dan gerakannya semakin cepat. Dia sangat menikmati lubangku yang sempit, saya yakin lubangku lebih sempit dari memek Nuri atau gadis itu… Arghh … Terus To … Selang berapa saat, saya merasakan kontol Yanto membesar dan gerakkannya semakin cepat – tanda dia sudah mau muncrat!
“Muncrat dalam lubangku To!” Harapku dalam hati
“Saya ingin merasakan pejuhmu To!” Racauku kembali
“Arghhhh!!” Pekik tertahan Yanto, muncrat juga!
“Ohhh” Desahku merasakan lubangku penuh dengan pejuhnya yang menembak berkali-kali
“Hah … Hah … Hah …” Terengah-engah Yanto saat pejuhnya muncrat semua dan terkulai lemas diatasku
“Terima kasih mas …” Bisiknya di telingaku disela-sela nafasnya yang mengebu Hah?! Berarti dia tahu bahwa saya sudah bangun?! Dan semakin kaget serta senang saat dia memberiku ciuman manis di pipiku sebelum dia meninggalkanku. Saya bangkit dan merasakan ceceran pejuhnya dari lubangku saat dia keluar dari kamar – mungkin untuk membersihkan dirinya. Wow – sungguh senang saya karena dia menikmatinya dan dia masih mengucapkan terima kasih juga! Tanda dia puas hahaha. Ku lihat kontolku yang masih ngaceng, tersenyum senang saya mulai mengocok ‘adik’ manisku. Karena sudah terpuaskan oleh entotan Yanto, tanpa waktu yang lama kontolku muncrat dan memenuhi badanku. Sungguh sangat puas aku oleh entotan Yanto, lemas tapi enak, sungguh saya ingin lagi. Samar-samar saya mendengar siramin air dibelakang, mungkin Yanto mandi besar karena sudah mengentoti saya hehehe. Akhirnya saya tertidur karena lemas diperkosa Yanto …
Ahhhh … Saya ingin lagi besok … Saya menyukainya … Hingga aku terlelap dalam tidur …
Ketika saya bangun, Yanto sudah tidak berada disisiku. Dugaanku dia pasti malu sehingga memilih untuk menghindari saya. Semoga tidak membuat dia trauma atau marah, saya sangat berharap dia tidak kecewa dengan apa yang telah kami lakukan semalam. Tugas kami hari ini adalah membantu pembangunan jembatan sementara, sehingga saya tidak bisa menyusulnya. Saya hanya bisa menunggunya di rumah dan berharap bisa berbicara sepatah dua patah kata dengannya, yang ada dia pamitan untuk bertamu ke rumah temannya. Sungguh saya merasa sangat bersalah, dia pasti tidak akan pulang hari ini, karena dia marah dan kecewa pada ku. Saya hanya dapat terdiam melihat kepergiannya. Saya tidak bisa tidur karena memikirkannya, berharap dia pulang hingga saya dapat menjelaskannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 00.45 saat kudengar pintu depan terbuka, saya mengira-gira kiranya siapa yang pulang. Apakah Yanto? Buru-buru saya kembali kembali ketempat tidur saat mendengar suara Yanto yang menjawab panggilan ibunya. Tak berapa lama Yanto sudah masuk dan menukar bajunya dengan sarung dan merebahkan dirinya di sampingku. Tiada gerakan darinya, apakah saya harus bangun dan menjelaskannya? Apa yang harus saya lakukan?
Saya tidak tenang dan tidak bisa tidur dalam keadaan seperti ini. Saya mulai mengintipnya dari sudut mataku, melihatnya, mengagumi wajah dan badannya yang membuat birahiku terpacu kembali hingga kontolku mengeras … Dan saya sangat terkejut saat melihat kontolnya yang tertutup oleh sarung, kini kontolnya sudah mengacung keras hingga sarungnya membentuk tenda. Kini saya boleh lega karena ke khawatiranku sangat berlebihan, ternyata Yanto juga menginginkannya. Perlahan saya menurunkan sarungku hingga terlihat kontolku yang menyembul dan sekarang tinggal menunggu reaksi dari Yanto.
Kurasakan Yanto mulai bangkit dan menindihku serta menciumku dengan penuh cinta, ciuman yang sangat menyenangkan karena kini bisa kudapatkan dirinya seutuhnya. Segera kubalas semua ciumannya dengan lembut, ku peluk erat dirinya seakan tidak ingin melepaskannya lagi. Mungkin masih baru, ku ajari Yanto bagaimana cara untuk mencium dan menyedot bibir lawannya … Kini Yanto pun membalas semua ciumanku padanya, permainan lidahku dan sedotan kecil bibirnya, secepat itu pula dia belajar dan mengimbangi ciuman ganasku. Tiba-tiba dia melepaskan ciumanku dan memandangku dalam menembus hatiku, ku pandang balik dirinya dan ku kagumi kesederhanaan dan ketampanannya. Saya ingin memilikinya! Selama-lamanya! Kini kami pun mulai melepaskan sarung kami dan saling berpelukan erat sehingga kami bisa saling mengesek-gesekkan kontol kami sepenuhnya dan merasakan kehangatan satu sama lain. Nikmat sekali merasakan hangatnya kulitnya, dadanya, nafasnya dan kontolnya … Sungguh membuatku menggila dan menginginkannya untuk mengentoti ku lagi.
Saya ingin memberikannya lebih, saya ingin mengajarinya juga, bagaimana cara untuk memuaskannya. Kini saya mulai menciumi telinga dan perlahan menjilati lehernya hingga bahu terus menuju dadanya yang kekar. Ku kecup lembut pentil dadanya yang sudah mengeras dan meruncing, kujilati, kumainkan dengan lidahku dan menghisap atau mengigit kecil pentil dadanya yang bidang.
“Urghhhh”
“Enak mass … Mmrrggghhh”
Saya bisa merasakan badannya bergetar hebat saat aku memainkan pentil dadanya, sembari tetap mengigiti dan menghisapi pentil dadanya, aku menidurkan Yanto dan menekan kontolnya. Kumainkan kontolnya dengan tanganku, kukocok kontolnya naik turun dengan irama yang berbeda, sambil menggangkangkan kakinya dengan kedua kakiku. Yanto mengikuti semua kemauanku dengan pasrah saat aku mengarahkan kontolku ke lubangnya. Kontolku sudah mengucurkan maniku hingga membasahi lubang Yanto sambil mulai menekan ke lubangnya seakan-akan ingin memberitahunya bahwa aku menginginkan lubangnya, ingin mengentotinya dan mengeluarkan pejuhku dilubangnya. Tapi sebelum kuambil keperawanan lubang Yanto, saya ingin memberikannya kenikmatan yang lain, yang tidak akan dilupakannya. Kulumati dan kuhisap pelan kontol Yanto dengan lembut dan penuh gairah hingga membuatnya kaget dan kelojotan menikmati hisapanku.
“Arghhh … Masss … Urfph …”
Kumainkan lubang kontolnya dengan lidahku, kujilati naik turun dan cium ujung kontol Yanto, bisa kulihat bagaimana Yanto merem melek keenakan sekaligus menahan desahannya agar tidak terdengar oleh kedua orang tuanya. Selanjutnya mulai kujilati lubang perawannya yang masih sempit, kulumasi dengan ludahku, kujilati dan kutekan dengan lidahku. Saya mulai melemaskan lubangnya dengan satu jariku, masih sangat sempit, masih perawan sekali, kedutan dan jepitan lubang Yanto masih mencengkram jariku, terbayang sudah nikmatnya kontolku dicengkram olehnya. Semakin liar pula gerakan jariku mencari gspotnya, ketika gspotnya tersentuh olehku, Yanto pun mendesah keenakan dan bergetar hebat.
“Urgh … Ahhhh Stoopppp”
“Janngannn yaang ituuu u masss ..” Racau Yanto menahan enaknya
“Enak ya To …” Tetap ku jilati dan kumainkan lubang Yanto
“Haahhhh hh h”
Puas sudah merasakan lubang Yanto, saya bangkit menindih dan mengarahkan kontolku ke lubang Yanto. Kuciumi Yanto untuk mengalihkan rasa sakit pertama kali dientot, ku tekankan kepala kontolku dalam lubang Yanto perlahan hingga … Bless … Kepala kontolku mulai membuka perlahan lubang perawan Yanto dan kutahan sebentar sebelum meneruskan untuk mengentoti Yanto agar tidak menyakitinya. Sambil kukocoki kontol dan memelintir dadanya, saya coba untuk mengalihkan rasa sakitnya dan upaya ku cukup berhasil membuatnya keenakan.
“Akh” Desis Yanto tertahan oleh ciumanku
Yakin ketika dia sudah tenang dan cengkraman kontolku sudah mulai berkurang, perlahan saya mulai mendorong masuk kembali kontolku centi demi centi kedalam untuk mengambil keperawanan Yanto dan memilikinya seutuhnya. Bless … Habis sudah kontolku dalam lubang Yanto, kedutan serta cengkramannya yang basah, kuat dan hangat membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kupandang Yanto sejenak – menikmati ketampanannya – kuberikan semua ciuman terbaikku dan dibalas olehnya dengan pelukan eratnya yang kokoh sehingga dapat kurasakan dada serta degup jantungnya. Nikmat bukan? Kini saya dapat memulai kewajibanku kembali untuk mengentoti Yanto dengan mulai mengenjoti lubang perawannya …
“Mas entoti yah To …” Bisikku
“ … “ Yanto pasrah tidak menjawabku
“Mmmmh …” Desahnya saat kutarik kontolku perlahan hingga menyisakan kepalaku dalam lubangnya dan segera ku masukkan kembali kontolku, perlahan sekali dua kali tiga kali hingga Yanto merasakan kenikmatan yang tiada dia duga saat kulit lubangnya yang perawan bergesekkan dengan kontolku. Saya harus bertahan untuk tidak muncrat terlebih dahulu sampai Yanto merasakan kenikmatan ini. Kuangkat kedua kaki Yanto dan ku tumpukan pada bahuku hingga gerakanku jadi lebih leluasa untuk mengentotinya. Kucuran keringatku semakin memudahkan ku untuk mengesekkan kontolku, tak lupa tetap ku kocok kontol Yanto yang besar itu … Genjotanku semakin liar dan cepat karena dorongan nafsuku yang tiada henti melihat keberhasilanku mendapatkan Yanto …
“To … Mmn … as mau keluarrr” Tak tahan kontolku oleh cengkraman lubang Yanto
“Terus mass … Seperti kemarin masss …” Jawabnya ingin merasakan muncratan pejuhku juga seperti kemarin pejuhnya memenuhi lubangku!
“Argh! Hhhhh …” Muncrat pejuhku dalam lubangnya
“Ouchhh masss…. ss!” Yanto pun menghabiskan pejuhnya disekujur tubuhnya yang kekar atletis itu, cengkraman lubangnya makin mantap saat dia melepaskan pejuhnya, saya bisa merasakan nikmatnya jepitan lubangnya berbeda dengan memek Nuri atau gadis itu. Tak menyesal saya memilih Yanto ketimbang mereka …
Habis sudah persediaan pejuhku selama seminggu memenuhi lubang Yanto yang sempit dan terjatuh aku dalam pelukannya dengan kontolku yang masih dijepit oleh lubangnya.
“Terima kasih Mas …”
“Mas juga To …”
“Enak ngentoti kamu To, seenak dientoti kamu kemarin malam …” Bisikku sembari menciuminya
“Hehehe … Enak juga dientoti mas, pertama kali saya dientoti” Dia membalas kecupanku dengan lembut
“Belum pernah mas merasakan seenak itu …”
“Jadi mau dientoti Yanto setiap hari?”
“Iya To …”
“Hahaha…” Saya memeluk mas Arif dan menciuminya hingga kami terlelap dalam tidur karena kecapaian.
Hari-hari kami lewati dengan seks yang liar dimana kami saling mengentoti satu sama lain, kami mencoba berbagai posisi dan saya dapat melupakan sulitnya program ABRI masuk desa ini, juga Nuri ataupun gadis tak dikenal itu. Setiap malam kami bisa menghabiskan waktu dalam kamar kami lebih dari sekedar berbicara satu sama lain, saya bisa merasakan entotan Yanto yang bertenaga, tidak kalah dengan kawan-kawan ABRIku. Kini mereka hanya bisa gigit jari karena Yanto sudah menjadi milikku dan mereka hanya bisa menelan ludah saat saya menceritakan nikmatnya dientoti dan mengentoti Yanto. Kadangkala beberapa temanku mengajakku bercinta untuk threesome bersama Yanto, tapi saya khawatir Yanto akan kaget dengan kelakuan kami ini sehingga saya menolaknya, tetapi saya juga tidak menolak untuk mengentoti kawan-kawanku itu. Stamina ku cukup kuat untuk mengentoti kawanku pada pagi hari dan Yanto malam harinya hehehe.
Tak bisa kubuang rasa sedihku saat hari kepulanganku tiba, saya harus meninggalkannya. Saya hanya bisa memberikan secarik kertas alamat rumahku kepada Yanto, jika suatu saat nanti dia ingin menulis surat kepadaku atau setidaknya berkunjung ke rumahku. Saya berharap suatu saat nanti masih bisa bertemu dengannya …
Entoti aku To! Ohhh … Kontolnya mulai digerakkan! Sungguh enak terasa di lubangku saat perlahan kontolnya mengesek lubangku perlahan … Hahhh…
Yanto mulai mengenjoti lubangku …
Terus To … Entoti aku … Yanto semakin mengebu-gebu mengentoti aku hingga tak peduli saya sedang bangun atau tidak, tetapi saya kira dia sadar bahwa saya sudah bangun, karena saya bisa mendengar desahan dan lenguhannya memanggil namaku, meracau keenakan merasakan lubangku…
“Haahhhhh … Masss …” Kini Yanto telah berganti posisi dan menekan tubuhku. Dia mengentotiku dari belakang dan gerakannya semakin cepat. Dia sangat menikmati lubangku yang sempit, saya yakin lubangku lebih sempit dari memek Nuri atau gadis itu… Arghh … Terus To … Selang berapa saat, saya merasakan kontol Yanto membesar dan gerakkannya semakin cepat – tanda dia sudah mau muncrat!
“Muncrat dalam lubangku To!” Harapku dalam hati
“Saya ingin merasakan pejuhmu To!” Racauku kembali
“Arghhhh!!” Pekik tertahan Yanto, muncrat juga!
“Ohhh” Desahku merasakan lubangku penuh dengan pejuhnya yang menembak berkali-kali
“Hah … Hah … Hah …” Terengah-engah Yanto saat pejuhnya muncrat semua dan terkulai lemas diatasku
“Terima kasih mas …” Bisiknya di telingaku disela-sela nafasnya yang mengebu Hah?! Berarti dia tahu bahwa saya sudah bangun?! Dan semakin kaget serta senang saat dia memberiku ciuman manis di pipiku sebelum dia meninggalkanku. Saya bangkit dan merasakan ceceran pejuhnya dari lubangku saat dia keluar dari kamar – mungkin untuk membersihkan dirinya. Wow – sungguh senang saya karena dia menikmatinya dan dia masih mengucapkan terima kasih juga! Tanda dia puas hahaha. Ku lihat kontolku yang masih ngaceng, tersenyum senang saya mulai mengocok ‘adik’ manisku. Karena sudah terpuaskan oleh entotan Yanto, tanpa waktu yang lama kontolku muncrat dan memenuhi badanku. Sungguh sangat puas aku oleh entotan Yanto, lemas tapi enak, sungguh saya ingin lagi. Samar-samar saya mendengar siramin air dibelakang, mungkin Yanto mandi besar karena sudah mengentoti saya hehehe. Akhirnya saya tertidur karena lemas diperkosa Yanto …
Ahhhh … Saya ingin lagi besok … Saya menyukainya … Hingga aku terlelap dalam tidur …
Ketika saya bangun, Yanto sudah tidak berada disisiku. Dugaanku dia pasti malu sehingga memilih untuk menghindari saya. Semoga tidak membuat dia trauma atau marah, saya sangat berharap dia tidak kecewa dengan apa yang telah kami lakukan semalam. Tugas kami hari ini adalah membantu pembangunan jembatan sementara, sehingga saya tidak bisa menyusulnya. Saya hanya bisa menunggunya di rumah dan berharap bisa berbicara sepatah dua patah kata dengannya, yang ada dia pamitan untuk bertamu ke rumah temannya. Sungguh saya merasa sangat bersalah, dia pasti tidak akan pulang hari ini, karena dia marah dan kecewa pada ku. Saya hanya dapat terdiam melihat kepergiannya. Saya tidak bisa tidur karena memikirkannya, berharap dia pulang hingga saya dapat menjelaskannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 00.45 saat kudengar pintu depan terbuka, saya mengira-gira kiranya siapa yang pulang. Apakah Yanto? Buru-buru saya kembali kembali ketempat tidur saat mendengar suara Yanto yang menjawab panggilan ibunya. Tak berapa lama Yanto sudah masuk dan menukar bajunya dengan sarung dan merebahkan dirinya di sampingku. Tiada gerakan darinya, apakah saya harus bangun dan menjelaskannya? Apa yang harus saya lakukan?
Saya tidak tenang dan tidak bisa tidur dalam keadaan seperti ini. Saya mulai mengintipnya dari sudut mataku, melihatnya, mengagumi wajah dan badannya yang membuat birahiku terpacu kembali hingga kontolku mengeras … Dan saya sangat terkejut saat melihat kontolnya yang tertutup oleh sarung, kini kontolnya sudah mengacung keras hingga sarungnya membentuk tenda. Kini saya boleh lega karena ke khawatiranku sangat berlebihan, ternyata Yanto juga menginginkannya. Perlahan saya menurunkan sarungku hingga terlihat kontolku yang menyembul dan sekarang tinggal menunggu reaksi dari Yanto.
Kurasakan Yanto mulai bangkit dan menindihku serta menciumku dengan penuh cinta, ciuman yang sangat menyenangkan karena kini bisa kudapatkan dirinya seutuhnya. Segera kubalas semua ciumannya dengan lembut, ku peluk erat dirinya seakan tidak ingin melepaskannya lagi. Mungkin masih baru, ku ajari Yanto bagaimana cara untuk mencium dan menyedot bibir lawannya … Kini Yanto pun membalas semua ciumanku padanya, permainan lidahku dan sedotan kecil bibirnya, secepat itu pula dia belajar dan mengimbangi ciuman ganasku. Tiba-tiba dia melepaskan ciumanku dan memandangku dalam menembus hatiku, ku pandang balik dirinya dan ku kagumi kesederhanaan dan ketampanannya. Saya ingin memilikinya! Selama-lamanya! Kini kami pun mulai melepaskan sarung kami dan saling berpelukan erat sehingga kami bisa saling mengesek-gesekkan kontol kami sepenuhnya dan merasakan kehangatan satu sama lain. Nikmat sekali merasakan hangatnya kulitnya, dadanya, nafasnya dan kontolnya … Sungguh membuatku menggila dan menginginkannya untuk mengentoti ku lagi.
Saya ingin memberikannya lebih, saya ingin mengajarinya juga, bagaimana cara untuk memuaskannya. Kini saya mulai menciumi telinga dan perlahan menjilati lehernya hingga bahu terus menuju dadanya yang kekar. Ku kecup lembut pentil dadanya yang sudah mengeras dan meruncing, kujilati, kumainkan dengan lidahku dan menghisap atau mengigit kecil pentil dadanya yang bidang.
“Urghhhh”
“Enak mass … Mmrrggghhh”
Saya bisa merasakan badannya bergetar hebat saat aku memainkan pentil dadanya, sembari tetap mengigiti dan menghisapi pentil dadanya, aku menidurkan Yanto dan menekan kontolnya. Kumainkan kontolnya dengan tanganku, kukocok kontolnya naik turun dengan irama yang berbeda, sambil menggangkangkan kakinya dengan kedua kakiku. Yanto mengikuti semua kemauanku dengan pasrah saat aku mengarahkan kontolku ke lubangnya.
Kontolku sudah mengucurkan maniku hingga membasahi lubang Yanto sambil mulai menekan ke lubangnya seakan-akan ingin memberitahunya bahwa aku menginginkan lubangnya, ingin mengentotinya dan mengeluarkan pejuhku dilubangnya. Tapi sebelum kuambil keperawanan lubang Yanto, saya ingin memberikannya kenikmatan yang lain, yang tidak akan dilupakannya. Kulumati dan kuhisap pelan kontol Yanto dengan lembut dan penuh gairah hingga membuatnya kaget dan kelojotan menikmati hisapanku.
“Arghhh … Masss … Urfph …”
Kumainkan lubang kontolnya dengan lidahku, kujilati naik turun dan cium ujung kontol Yanto, bisa kulihat bagaimana Yanto merem melek keenakan sekaligus menahan desahannya agar tidak terdengar oleh kedua orang tuanya. Selanjutnya mulai kujilati lubang perawannya yang masih sempit, kulumasi dengan ludahku, kujilati dan kutekan dengan lidahku. Saya mulai melemaskan lubangnya dengan satu jariku, masih sangat sempit, masih perawan sekali, kedutan dan jepitan lubang Yanto masih mencengkram jariku, terbayang sudah nikmatnya kontolku dicengkram olehnya. Semakin liar pula gerakan jariku mencari gspotnya, ketika gspotnya tersentuh olehku, Yanto pun mendesah keenakan dan bergetar hebat.
“Urgh … Ahhhh Stoopppp”
“Janngannn yaang ituuu u masss ..” Racau Yanto menahan enaknya
“Enak ya To …” Tetap ku jilati dan kumainkan lubang Yanto
“Haahhhh hh h”
Puas sudah merasakan lubang Yanto, saya bangkit menindih dan mengarahkan kontolku ke lubang Yanto. Kuciumi Yanto untuk mengalihkan rasa sakit pertama kali dientot, ku tekankan kepala kontolku dalam lubang Yanto perlahan hingga … Bless … Kepala kontolku mulai membuka perlahan lubang perawan Yanto dan kutahan sebentar sebelum meneruskan untuk mengentoti Yanto agar tidak menyakitinya. Sambil kukocoki kontol dan memelintir dadanya, saya coba untuk mengalihkan rasa sakitnya dan upaya ku cukup berhasil membuatnya keenakan.
“Akh” Desis Yanto tertahan oleh ciumanku
Yakin ketika dia sudah tenang dan cengkraman kontolku sudah mulai berkurang, perlahan saya mulai mendorong masuk kembali kontolku centi demi centi kedalam untuk mengambil keperawanan Yanto dan memilikinya seutuhnya. Bless … Habis sudah kontolku dalam lubang Yanto, kedutan serta cengkramannya yang basah, kuat dan hangat membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kupandang Yanto sejenak – menikmati ketampanannya – kuberikan semua ciuman terbaikku dan dibalas olehnya dengan pelukan eratnya yang kokoh sehingga dapat kurasakan dada serta degup jantungnya. Nikmat bukan? Kini saya dapat memulai kewajibanku kembali untuk mengentoti Yanto dengan mulai mengenjoti lubang perawannya …
“Mas entoti yah To …” Bisikku
“ … “ Yanto pasrah tidak menjawabku
“Mmmmh …” Desahnya saat kutarik kontolku perlahan hingga menyisakan kepalaku dalam lubangnya dan segera ku masukkan kembali kontolku, perlahan sekali dua kali tiga kali hingga Yanto merasakan kenikmatan yang tiada dia duga saat kulit lubangnya yang perawan bergesekkan dengan kontolku. Saya harus bertahan untuk tidak muncrat terlebih dahulu sampai Yanto merasakan kenikmatan ini. Kuangkat kedua kaki Yanto dan ku tumpukan pada bahuku hingga gerakanku jadi lebih leluasa untuk mengentotinya. Kucuran keringatku semakin memudahkan ku untuk mengesekkan kontolku, tak lupa tetap ku kocok kontol Yanto yang besar itu … Genjotanku semakin liar dan cepat karena dorongan nafsuku yang tiada henti melihat keberhasilanku mendapatkan Yanto …
“To … Mmn … as mau keluarrr” Tak tahan kontolku oleh cengkraman lubang Yanto
“Terus mass … Seperti kemarin masss …” Jawabnya ingin merasakan muncratan pejuhku juga seperti kemarin pejuhnya memenuhi lubangku!
“Argh! Hhhhh …” Muncrat pejuhku dalam lubangnya
“Ouchhh masss…. ss!” Yanto pun menghabiskan pejuhnya disekujur tubuhnya yang kekar atletis itu, cengkraman lubangnya makin mantap saat dia melepaskan pejuhnya, saya bisa merasakan nikmatnya jepitan lubangnya berbeda dengan memek Nuri atau gadis itu. Tak menyesal saya memilih Yanto ketimbang mereka …
Habis sudah persediaan pejuhku selama seminggu memenuhi lubang Yanto yang sempit dan terjatuh aku dalam pelukannya dengan kontolku yang masih dijepit oleh lubangnya.
“Terima kasih Mas …”
“Mas juga To …”
“Enak ngentoti kamu To, seenak dientoti kamu kemarin malam …” Bisikku sembari menciuminya
“Hehehe … Enak juga dientoti mas, pertama kali saya dientoti” Dia membalas kecupanku dengan lembut
“Belum pernah mas merasakan seenak itu …”
“Jadi mau dientoti Yanto setiap hari?”
“Iya To …”
“Hahaha…” Saya memeluk mas Arif dan menciuminya hingga kami terlelap dalam tidur karena kecapaian.
Hari-hari kami lewati dengan seks yang liar dimana kami saling mengentoti satu sama lain, kami mencoba berbagai posisi dan saya dapat melupakan sulitnya program ABRI masuk desa ini, juga Nuri ataupun gadis tak dikenal itu. Setiap malam kami bisa menghabiskan waktu dalam kamar kami lebih dari sekedar berbicara satu sama lain, saya bisa merasakan entotan Yanto yang bertenaga, tidak kalah dengan kawan-kawan ABRIku. Kini mereka hanya bisa gigit jari karena Yanto sudah menjadi milikku dan mereka hanya bisa menelan ludah saat saya menceritakan nikmatnya dientoti dan mengentoti Yanto. Kadangkala beberapa temanku mengajakku bercinta untuk threesome bersama Yanto, tapi saya khawatir Yanto akan kaget dengan kelakuan kami ini sehingga saya menolaknya, tetapi saya juga tidak menolak untuk mengentoti kawan-kawanku itu. Stamina ku cukup kuat untuk mengentoti kawanku pada pagi hari dan Yanto malam harinya hehehe.
Tak bisa kubuang rasa sedihku saat hari kepulanganku tiba, saya harus meninggalkannya. Saya hanya bisa memberikan secarik kertas alamat rumahku kepada Yanto, jika suatu saat nanti dia ingin menulis surat kepadaku atau setidaknya berkunjung ke rumahku. Saya berharap suatu saat nanti masih bisa bertemu dengannya …,,,,,,,,,,,,,,,,,,,