Terima kasih Jeanie
Cerita ini adalah pengalaman pribadiku yang baru berlangsung kurang lebih dua setengah bulan yang lalu, tepatnya tanggal 2 April 2001. Sebelumnya aku mau memberitahu bahwa aku sama sekali tidak menyamarkan nama-nama orang yang ada dalam kisah nyataku ini, kecuali lokasinya saja yang kusamarkan karena aku takut adik, saudara-saudaraku, atau malah orangtuaku bila nanti mereka membaca situs ini, mereka jadi tahu.
Namaku, sebut saja ND (bila kalian membacanya dengan ejaan Inggris, pasti bisa langsung tahu namaku), aku adalah WNI Indonesia keturunan Cina-Jawa-Belanda, tinggiku 175 cm, dengan berat badan 80 kg, cukup ideal sih. Wajahku oval agak bulat, kulitku putih, rambutku belah tengah, mataku besar berwarna coklat tua, hidungku mancung, dengan bibirku yang tipis dan berwarna sedikit kemerahan. Teman-temanku banyak yang bilang kalau wajahku mirip salah seorang personil group boyband “A1”, yaitu Ben Adams. Tak tahulah, karena aku sama sekali tidak menyukai boyband-boyband macam itu, aku lebih suka lagu-lagu slow rock.
Sekarang aku sedang kuliah di sebuah universitas (college) di kota X, Malaysia. Aku mengambil jurusan D3 (sarjana muda) bidang marketing manajemen. Sekarang aku semester dua, berarti aku masih harus tinggal disini 2 semester lagi hingga aku menyelesaikan gelar sarjana mudaku (4 semester).
Perlu diketahui, semenjak SMP aku sudah menyadari kalau aku ini memiliki kelainan seksual. Aku lebih tertarik pada sesama jenisku, apalagi yang macho, daripada sama cewek, apalagi sewaktu SMU dulu di Jakarta, aku sempat punya “cowok”. Kami seperti layaknya orang berpacaran, namun belum pernah melakukan seks, paling hanya saling menghisap alat kelamin atau bermasturbasi bergantian. Namun selepas kita bersama tamat SMU, “cowokku”, sebut saja namanya Andre, pindah kuliah ke Yogjakarta dan aku pun dikirim kuliah ke sini, karena lebih cepat selesai, kami pun tidak pernah bertemu lagi.
Waktu pertama kali aku masuk kuliah di sini, bosan sekali rasanya, aku tidak menemukan cowok ganteng dan macho idamanku, karena ternyata sebagian besar mahasiswanya adalah wanita. Di kelasku pun hanya ada 2 orang murid lelaki, aku dan kawanku yang berasal dari Thailand. Aku tidak tertarik dengan kawanku itu karena dia kurang menarik. Waktu aku mulai masuk semester dua, aku mulai bernafas lega karena sekarang kelasku bertambah banyak dan aku dekat dengan kawanku, Aan yang dari Indonesia juga. Aku suka karena dia ganteng dan macho, namun kami hanya sebatas berteman saja.
Dari semester satu, aku selalu memperhatikan seorang cewek teman sekelasku, aku tidak ingat nama mandarinnya, hanya yang kutahu dia bernama Inggris Jeannie. Anaknya mungil, manis, sekilas wajahnya seperti penyanyi Britney Spears. Kulitnya kecoklatan, dan body-nya itu yang membuatku berdesir. Aku sendiri pun heran, baru kali ini aku merasakan gairah terhadap wanita. Ada apa ini..? Namun aku belum berani berkenalan dengannya, karena kulihat orangnya seperti sombong, tidak punya banyak teman, dan setiap selesai kuliah dia pasti langsung pulang. Dia bawa mobil sendiri dan orangnya pun tidak banyak bicara.
Hingga suatu hari di bulan Maret lalu, aku memberanikan diri mengajaknya ngobrol. Waktu itu kami baru saja menyelesaikan test salah satu mata kuliah, kulihat dia sedang sendirian, maka kucoba tegur dia (dengan bahasa Inggris tentu, namun semuanya sebaiknya kuterjemahkan saja).
“Hai Jeannie, gimana tadi test-nya, bisa nggak..?” tanyaku sedikit gugup.
“Aduh, nggak tau nih, ND. photomemek.com Aku soalnya cuma belajar sedikit aja.” jawabnya lembut.
Aku terkejut, wah, ternyata dia ingat namaku, dan suaranya itu ternyata sangat ramah. Lalu ia tersenyum padaku, membuatku bernafsu ingin memilikinya, aku pun semakin berani. Setelah ngobrol cukup lama, aku beranikan diri meminta nomor HP-nya dan kukatakan kalau aku akan menelponnya malam ini, dia hanya tersenyum dan mengiyakan.
Waktu kupulang ke apartemenku (di sini aku tinggal di apartemen bersama temanku Riki, orang indo juga), aku langsung masuk kamar mandi dan bermasturbasi, aku bayangkan aku tengah menyetubuhi Jeannie, dan ternyata berhasil. Ini pertama kalinya aku bermasturbasi dengan membayangkan wanita, aku pun sedikit gembira, karena dalam hatiku pun aku ingin kembali menjadi normal (100 %). Semenjak itu, hampir tiap malam aku onani tentang Jeannie.
Setelah melalui beberapa kali bertelepon, aku dan Jeannie pun menjadi dekat, ternyata dia orangnya baik, tidak sombong dan sangat kaya. Dia selalu langsung pulang karena terkadang dia harus membantu ayahnya yang memiliki pabrik konveksi besar. Kami sering makan bersama, nonton dan kegiatan lainnya.
Sampai tibalah hari itu, 2 April 2001, mulanya aku dan Jeannie sedang duduk-duduk sambil minum di sebuah kafe di mall dekat apartemenku. Kami berbincang-bincang sampai akhirnya Jeannie mulai bertanya yang aneh-aneh.
“ND, boleh nggak aku tanya sama kamu..?”
“Boleh, kenapa nggak..?” kataku tersenyum.
“Tapi ini sedikit pribadi loh..?” jawabnya sambil mengedipkan mata.
“Nggak apa-apa kok.”
“Kamu udah pernah ML (Making Love) belum..? Jawab aku yang jujur ya..?”
Wajahku langsung terasa panas. Apalagi waktu itu, Jeannie yang duduk dengan memakai rok mini, membuka pahanya sedikit, membuat darahku berdesir-desir.
Jeannie lalu tertawa keras-keras, “Ha ha ha ha haa.. mukamu memerah, belum pernah ya..? Kamu lucu sekali..! Hua ha ha ha..”
Aku tertunduk, “Memang aku belum pernah kok, dan aku jujur sama kamu,” kataku sedikit malu.
Jeannie lalu tersenyum, “Mau aku ajarin nggak..?” tanyanya.
“Emm.. mm.. aku takut..!” kataku pelan, tapi sebenarnya aku mau, karena alat vitalku tiba-tiba sudah menegang keras dalam celanaku.
Tiba-tiba Jeannie berdiri dan mendekatkan wajahnya padaku, membuat sepasang bukitnya menempel di leherku, dia berbisik, “ND, kamu begitu cute, imut, ayo ML denganku..!”
“Kamu juga cantik dan sexy..” bisikku pelan.
Kemudian aku membawa Jeannie ke apartemenku, kebetulan hari itu siang hari dan teman serumahku, Riki ada kuliah sampai sore, kami pun bebas. Pertama-tama, dalam kamarku Jeannie tiduran di ranjangku dan dia memintaku menghisap-hisap puting susunya. Aku merasa rikuh karena aku belum pernah melakukannya, lalu kubuka BH-nya yang berwarna merah muda. Kulihat sepasang bukit kembarnya, tidak terlalu besar tapi sangat kencang dengan 2 buah puting mungil berwarna merah muda kecoklatan, lalu kuhisap pelan-pelan.
“Aaa.. aa.. aa ahh.. hh..” dia mendesis perlahan.
Kuhisap-hisap cukup lama sekitar 10 menit, kemudian Jeannie berkata, ” Pelajaran kedua, sekarang jilati kemaluanku.”
Aku tentu saja agak jijik, karena aku selama ini belum pernah melakukan itu, aku takut bau. Namun ketika aku membuka celana dalamya, terciumlah bau harum bunga, ternyata Jeannie selalu membasuh alatnya dengan cairan pembersih kelamin, seperti saudaraku dulu. Rasa jijikku hilang, dengan sangat bernafsu, kujilati kemaluannya, kuhisap-hisap bibir kemaluannya, dan sesekali kugosok-gosok kelentitnya dengan tanganku.
Jeannie mengerang-erang kenikmatan, “Ohh.. ahh.. ahh.. haahh.. ND, nikmat sekali.. ohh..!”
Kemudian kurasakan semacam cairan merembes keluar dari kemaluannya, rupanya dia sudah terangsang, pikirku. Eh, tiba-tiba dia berdiri dan menyuruhku buka baju dan celanaku.
“Pelajaran ketiga, giliranku..,” katanya mendesah manja.
Lalu satu persatu dia buka kancing bajuku, dan dia ciumi dada dan hisap puting susuku, kemudian dia turun ke perutku. Aku sudah sangat terangsang sehingga nafasku turun naik dengan cepat, membuat otot-otot perutku bertonjolan keluar.
Jeannie berkata, “Ooohh.. tubuhmu sexy ND, dan begitu halus.. oohh.. hh.. I like it..!”
Kemudian dijilatinya bulu-bulu halus di bawah pusarku dan bergerak turun terus hingga membuka celanaku.
Aku berkata, “Jangan Jean, aku malu, kemaluanku tidak begitu besar..!”
Memang panjang burungku hanya 13,5 cm, membuatku agak minder karena teman-temanku rata-rata anunya lebih panjang. Tetapi rupanya Jeannie tidak peduli, dengan nafsunya dia memelorotkan celanaku sekalian bersama celana dalamku, langsung saja rudalku yang sudah sangat tegang itu menunjuk-nunjuk di depan wajahnya. Lalu dia hisap pelan-pelan kepala burungku yang sudah memerah karena sudah terlalu tegang.
Dia berkata perlahan, “Memang burungmu tidak begitu panjang, tapi cukup besar, lihat ini..!”
Kulihat memang bibir mungilnya terasa penuh oleh kuluman penisku, aku terduduk di tepi ranjang menikmati hisapan-hisapannya.
Rupanya Jeannie sangat pandai, dia tidak hanya menghisap saja, dia sesekali mengurut penisku dengan lembut, menjilati kepalanya, menyedoti lubang kencingku, kadang memasukkan penisku beserta batangnya ke dalam mulutnya, kadang menjilati batang dan bijinya, pokoknya bermacam-macam variasi, sehingga aku pun tidak tahan lagi. Aku merasa spermaku mau tumpah, karena itu aku cepat-cepat menahannya. Kutahan nafas dan kucabut batang kemaluanku dari mulutnya.
“Aku mau langsung main..!” kataku.
Dia menurut, dia buka selangkangannya, dan seperti di film-film porna, kutekan perlahan penisku ke dalam liang vaginanya, terasa sempit. Lalu kugesek-gesekkan dulu untuk merangsangnya, kemudian aku merasa ada cairan bening keluar dari ujung kemaluanku, rupanya semen. Ini semakin memudahkan batang kemaluanku memasuki liang senggama Jeannie. Langsung saja tanpa basa-basi kutancap batang kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya.
“Aakkhh.. hh.. ahh.. oh, jangan keras-keras..!” jeritnya perlahan menahan sakit, tapi kelihatannya dia keenakan.
“Heehh.. ehh.. heehh..” aku menjawab sambil menggenjot batang kejantananku maju mundur, kami melakukan doggy style.
Setelah itu, kami mencoba gaya lain, dia duduk dan membuka selangkangannya, sementara aku melakukannya sambil berdiri. Lalu gaya biasa (sambil tiduran) dan yang terakhir gaya dimana dia di atas dan aku di bawah.
Aku sendiri tidak mau kelihatan lemah, berkali-kali kutahan air maniku yang sudah mau muncrat.Setiap kali aku mau keluar, kuperlambat genjotanku, atau kutarik nafas, sehingga aku dapat menundanya. filmbokepjepang.com Jeannie sendiri kelihatannya sudah orgasme berkali-kali, karena batang kemaluanku ini sudah sangat basah dengan cairan kemaluannya, dan dia pun sudah kelihatan lemas sekali. Rambut sebahunya yang lembut sudah acak-acakan tidak karuan.
“Ohh.. ohh.. ND kamu kuat sekali, dari tadi belum keluar-keluar. Aku sudah nggak tahan nih, oohh.. ohh.. oohh.. ayo keluarkan spermamu, aku ingin meminumya..!” kata Jeannie dengan nafas terengah-engah.
“Ok.. aku.. aakann.. kelluarr.. kaann.. tapi kamu harus meminumnya.. oohh.. ghghh.. Oke..?” kataku degan nafas memburu.
Kemudian kucabut batang kejantananku, dan kukocok kuat-kuat persis di depan wajah Jeannie yang sedang berlutut di lantai. Aku berdiri sambil mengocok batang kejantananku dengan kepala mengarah ke mulutnya. Jeannie membuka mulutnya sedikit.
Akhirnya, tidak lama kemudian, “Aaahh.. Ahh.. Ahghgghh.. Haahh..”
Spermaku sudak tidak dapat kuatahan lagi. Air maniku pun muncrat ke dalam mulut Jeannie berkali-kali karena terlalu banyak kutahan tadi. Mungkin sekitar 7 atau 8 kali, sehingga mulut Jeannie penuh dengan spermaku yang kental, sebagian lagi jatuh ke lantai.
Kulihat Jeannie benar-benar menelan spermaku. Kemudian kami berdua yang sudah sangat lemas terbaring di lantai kamarku dengan keadaan sama-sama telanjang bulat. Kami tertidur bersama karena terlalu lemas, tapi nikmatnya pun tidak ada duanya. Ini pengalaman pertamaku bersetubuh dengan wanita layaknya pria normal dan itu sangat nikmat.
“ND, kamu benar-benar hebat..! Aku sendiri sudah klimaks sampai tiga kali..!” bisik Jeannie pelan di telingaku.
Setelah tertidur kira-kira dua jam, Jeannie segera pamitan pulang, dan semenjak itu aku merasa jadi jatuh cinta padanya. Beberapa hari kemudian, di kafetaria kampus, aku beranikan diri memintanya untuk jadi cewekku. Diluar dugaan, ternyata dia menolakku.
“ND, bukannya aku nggak suka sama kamu, tapi aku ini bukan cewek baik-baik, aku terus terang kalau aku ini free sex, dan hypersex, gairah seksku tinggi, aku juga pecandu alkohol. Kamu orangnya baik, ganteng dan polos, kamu nggak pantas dapetin aku, kamu berhak dapetin cewek baik-baik, toh aku juga sudah ajarkan kamu cara-cara ML, kan?” katanya pelan, tapi tegas.
Aku benar-benar kecewa, pulang kuliah hari itu, kusetir motorku laju, aku tidak dapat menahan air mataku sepanjang jalan, baru pertama kali inilah aku jatuh cinta dengan seorang wanita, Jeannie kau lah cinta pertamaku, kenapa aku tidak bisa memilikimu?
Sejak saat itu Jeannie semakin jarang kulihat, dia hampir tidak pernah masuk kuliah lagi, dan terakhir kali, akhir Mei ini, dia menemuiku di apartemenku untuk berpamitan, dia akan pindah ke Sydney, Australia dan menyambung kuliahnya di sana bersama kakaknya. Aku memeluknya dan mencium bibirnya untuk yang terakhir kali, dan sewaktu dia akan pergi, dari airport ia menelponku untuk berpamitan.
Jeannie, bila mungkin suatu saat kamu buka situs ini (semoga kau tahu, karena kuyakin kau pandai berbahasa Melayu), aku yakin kau akan mengenangku, yang cinta padamu, dan kau pun akan tahu masa laluku yang pecinta sesama jenis. Aku ingin mengucapkan terima kasih terhadap Jeannie, karena sekarang aku telah menjadi normal berkatmu, sekarang gairahku terhadap laki-laki sudah hilang. Dan aku sekarang tengah menjalin hubungan dengan seorang gadis asal Thailand, semua ini berkat kamu Jeannie, terima kasih. Semoga kau pun bahagia di Aussie sana. Dan bagi siapa pun yang mau berbagi pengalaman denganku, silakan kirim email, pasti akan kubalas. Dan bagi para gay, bila kalian mau sembuh, pasti bisa.
TAMAT
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,