Tante Yang MANIAK Sex
Kisahku ini bermula ketika umurku masih 17 thn, dimana aq masih duduk dibangku sekolah SMA, perkenalkan aq Edo aq keturunan Indo dan teman-temanku bilang aq orangnya ganteng. Tinggi badan 180cm, tdk begitu tinggi di bandingkan dengan papaq yg 185cm
Aq dilahirkan di Canada, tapi sewaktu umur 11 thn, papaq di tugaskan ke Medan. Jadi aq juga ikut, dan sekolah di sana. Mulanya q tinggal di Medan terasa asing juga. Tapi lama-kelamaan aq juga dapat terbiasa. Jujur aja, pemikiranku lebih condong kepada pemkiran-pemikiran Timur, mungkin karena didikan dri mamaq yg terlalu keras. Biarpun di negara barat sudah biasa terjadi hubungan sex remaja, namun aq belum pernah sekalipun melaqkannya dengan pacarku, well at least pada saat itu.
Hari ini dimulai liburan natal. Papa tdk pulang ke Canada seperti biasanya, kata Papa kerjaanya baru banyak. Mamaq bilang ke aq kalau merasa bosan di sini sebaiknya aq pergi ke Jakarta, sekalian menjenguk nenek. Katanya aq juga bisa mencari tante Rida kalau ada waktu.
Tante Rida ini teman baik Mamaq. Sama seperti Mamaq, Tante Rida dulu juga kuliah di Canada, dan pernah tinggal cukup lama di sana. Aq sudah lama tdk pernah bertemu dengan tante Rida, tapi seingatku tante Rida itu orangnya cantik sekali. Usianya Tante Rida sekarang mungkin sekitar 32 thn, tante Rida lebih muda dari Mama. Waktu di Canada tante Rida sering menginap di rumah kami, dan bermain-main denganku. Akhirnya aq iyakan tawaran Mama untuk pergi ke Jakarta.
Singkat cerita, Hari kedua di Jakarta, aq minta di antar sopir ke rumah tante Rida. Rumahnya di derah jakarta selatan. Sebelumnya Mama sudah menelpon dan memberitahu tante Rida kalau aq akan datang pada hari itu. Dan akhirnya aq sampai di rumah tante Rida,
“Heiii wah sudah besar kamu sekarang ya Edo.. sudah nggak tanda lagi tante sama kamu sekarang.. hehehehe” seingatku kira-kira begitulah katanya sewaktu pertama kali melihatku setelah beberapa tahun tdk berjumpa. Wajah tante Rida masih sama seperti dulu, tetap cantik, seakan tante Rida tdk bertambah tua sedikitpun.
“Oh yah tuh supirnya disuruh pulang saja Edo ntar kamu bawa saja mobil Tante kalau mau pulang”, aq pun mengiyakan, dan menyuruh pulang supirnya.
“Wah besar sekali rumahnya yah Tante”, kataku sewaktu kami memasuki ruang tamu.
Aq dengar dari Mama sih, katanya suaminya Tante Sinta ini anak salah seorang konglomerat Jakarta, jadi nggak heran kalau rumahnya semewah ini.
Setelah itu kami ngobrol-ngobrol, dia menanyakan keadaan Mama, Papa dan kakek.
Tante Sinta juga sudah lama tdk bertemu dengan Mama. Lumayan lama kami ngobrol, setelah itu dia mengajakku untuk makan malam.
“Makan dulu yuk Edo… tuh sudah disiapin makanannya sama si Ning”, katanya menunjuk ke pembantunya yg sedang menghidangkan makanan di meja makan.
“Kita nggak nunggu Om Joe?” aq menanyakan suaminya.
“Oh… nggak usah, Om mu nggak pulang malam ini katanya”,
“Oh… ok deh”, kataku sambil beranjak ke ruang makan. Rumah sebesar ini cuma dihuni sendirian dengan pembantunya. Berani juga Tanteku ini.
“Kamu berani pulang entar Edo? sudah malem loh ini”, katanya sambil melirik ke jam dinding yg sudah menunjukkan jam 7 lewat 30 menit. “Ah berani kok Tante…”
“Hmm… mending kamu tidur di sini saja deh malem ini… tuh ada kamar kosong di atas.”
“Umm… iyah deh… ntar aq telepon ke Kakek kalau gitu”, dalam hati, aq mengira bahwa Tanteku ini
menyuruhku menginap karena dia takut sendirian di rumah, sama sekali tdk ada pikiran negatif dalam otakku sewaktu aq mengiyakan tawarannya.
Sehabis bermain judi online di www.sakongkiu.com , aq pun menelepon ke rumah kakek, dan memberitahu bahwa hari ini aq menginap di rumah Tante Sinta.
“Oh iyah… kalau kamu mau mandi air panas, pakai saja kamar mandi Tante. Ntar kamu pakai saja bajunya Om Joe. Yuk sini!”
“He… eh”, aq mengangguk sambil mengikutinya.
Kamar mandi yg dimaksud terletak di dalam kamarnya. Kamarnya benar-benar mewah dan besar. Dengan tempat tidur ukuran double di tengah-tengah ruangan, mini theatre set, dan sebuah kamar mandi di sudut ruangan
“Nih… coba… bisa pakai nggak kamu?” dia memberikan T-shirt dan celana pendek kepadaku.
“Bisa kayaknya”, aq pun mengambil pakaian itu dan membawanya ke kamar mandi.
Sehabis dari kamar mandi, aq sempat sedikit kaget melihat Tante Sinta.
Dia mengenakan baju tidur tipis, tidur tengkurap di atas tempat tidur. Kelihatan dengan jelas celana dalamnya, tapi aq tdk melihat tali BH di punggungnya. Terangsang juga aq melihat pemandangan seperti itu. Kelihatannya ia tertidur saat menonton TV.
TV-nya masih menyala. Aq berjalan ke arah TV, bermaksud mematikannya. Melihat adegan panas yg sedang berlangsung di TV, mendadak aq terdiam pas di depan TV. Kulihat ke belakang, Tante Sinta masih tidur.
Aq berdiri menonton dulu, sekedar iseng. 5 menit lagi ah baru kumatikan, begitu pikiranku saat itu.
“Hey…” saat aq sedang asyik menonton, tiba-tiba terdengar teguran halus Tante Sinta, diikuti oleh tawa tertahannya.
Aq benar-benar malu sekali waktu itu. Aq berbalik ke belakang sambil tersenyum malu-malu. Waktu aq berbalik, kulihat Tante Sinta sudah duduk tegak di atas tempat tidur. Samar-samar terlihat puting susunya dari balik baju tidurnya yg tipis.
“Kirain Tante sudah tidur… hehe”, kataku asal-asalan sambil berjalan hendak keluar dari kamar.
“Edo… bisa tolong pijitin badan Tante? Pegel nih semua”, terdengar suara helaan nafas panjang, dan suara kain jatuh ke lantai.
Saat aq berbalik hendak menjawab, kulihat Tante Sinta sudah kembali tidur tengkurap di tempat tidur, tapi kali ini tanpa baju tidur, satu-satunya yg masih dikenakannya adalah celana dalamnya.
“Ya…” hanya itu saja yg bisa keluar dari mulutku. Aq pun berjalan ke arah Tante Sinta. Sedikit canggung, kuletakkan tanganku di atas bahunya.
“Engghh…” terdengar dia mengerang perlahan.
“Om Joe kapan pulangnya Tante?” kuatir juga aq ketahuan oleh suaminya.
“Emm… mungkin minggu depan… nggak tau deh… kalau Om mu sih… jarang di rumah. Mungkin seminggu pulang sekali”, dalam hatiku merasa kasihan juga kepada Tante Sinta. Pantas saja dia merasa kesepian.
“Fhhuuuhh…” kembali terdengar helaan nafas panjang.
“Kamu sudah punya pacar Edo?” tanyanya memecah keheningan.
“Yah… di Medan.”
“Hehehe… cantik nggak Edo?” Tante Sinta memang dari dulu senang bercanda.
Sangat berbeda dengan ibuku yg kadang bersikap agak tertutup, Tante Sinta adalah penganut kebebasan Barat.
Aq hanya tersenyum saja menjawab pertanyaannya.
“Turun dikit Edo!” aq pun menurunkan pijatanku dari bahu ke punggungnya.
“Kamu duduk saja di atas pantat Tante… supaya bisa lebih kuat pijitannya.”
Aq yg semula mengambil posisi duduk di sampingnya, sekarang duduk di atas pantatnya.
“Unghh… berat kamu”, mendengus tertahan dia waktu kududuk di atasnya.
“Hehehe… tapi katanya suruh duduk di sini”, cuek saja aq melanjutkan pijatanku.
K0ntolku sudah terasa menegang sekali, sesekali kutekan kuat-kuat k0ntolku ke pantat Tante Sinta. Walaupun aq masih memakai celana lengkap, namun sudah terasa nikmat dan hangat sewaktu k0ntolku kutekan ke pantatnya.
“Iiihh… nakal ya… bilangin Mama kamu lho”, katanya sewaktu merasakan k0ntolku menekan-nekan pantatnya.
“Sudah belom Tante? sudah cape nih”, kataku setelah beberapa menit memijat punggungnya.
“Iyah… kamu berdiri dulu deh… Tante mau balik”, aq berdiri, dan Tante Sinta sekarang berbalik posisi.
Sekarang aq bisa melihat wajahnya yg cantik dengan jelas, toketnya yg masih kencang itu berdiri tegak di hadapanku.
Puting susunya yg merah kecoklatan terlihat begitu menantang. Aq sampai terbengong beberapa detik dibuatnya.
“Hey… pijit bagian depan dong sekarang”, katanya.
Aq duduk di atas pahanya, filmbokepjepang.sex kuremas dengan lembut kedua toketnya.
Lalu kupuntir-puntir puting susunya dengan jari-jariku.
“Ihh… geli… hihihihi…” dia cekikikan. Aq benar-benar sudah tdk bisa mengendalikan nafsuku lagi.
Sekarang ini yg ada dalam otakku hanyalah bagaimana memuaskan Tante Sinta, memberinya kepuasan yg selama ini jarang ia dapatkan dari suaminya.
Rasa kasihan akan Tante Sinta yg telah lama merindukan kehangatan laki-laki bercampur dengan nafsuku sendiri yg sudah menggelora. Aq menarik celana dalamnya dengan agak kasar. Kulihat dia hanya diam saja sambil memejamkan matanya pasrah.
Kuakui inilah pertama kalinya aq melihat wanita telanjang secara nyata. Tapi agaknya aq tdk begitu canggung, sepertinya aq melakukan semuanya dengan begitu alamiah. Tante Sinta membuka lebar kedua pahanya begitu celana dalamnya kulepas
Kulihat dengan jelas memeknya dengan bulu-bulu halus yg dicukur dengan rapi membentuk segitiga di sekitarnya. “Sudah sering beginian yah kamu Edo?” tanyanya heran juga melihat aq begitu mantap.
“Ehh… nggak kok… baru sekali Tante”, nafasku sudah memburu, kata-kata pun sudah sulit kuucapkan dengan tenang.
Kulihat nafas Tante Sinta juga sudah mulai memburu, berkali-kali ia menarik nafas panjang untuk menenangkan diri.
“Jilatin dong Edo!” katanya memelas.
Mulanya aq ragu-ragu juga, tapi kudekatkan juga kepalaku ke memeknya. Tdk ada bau tdk enak sama sekali, Tante Sinta rajin menjaga kebersihan memeknya aq kira. Kujulurkan lidahku menjilati dari bawah menuju ke pusar. Beberapa menit aq bermain-main dengan memeknya.
Tante Sinta hanya bisa mengerang dan menggelinjang kecil menahan nikmat. Kulihat ia meremas sendiri toketnya dan memuntir-muntir sendiri puting susunya. Aq berdiri sebentar, melepaskan semua pakaianku.
Bengong dia melihat k0ntolku yg 18 cm itu. Aq cuma tersenyum kepadanya, dan melanjutkan menjilati memeknya. Beberapa saat kemudian ia meronta dengan kuat.
“aahh… ohh God… aargghh…” bagaikan gila, dia menjepit kepalaku dengan pahanya, lalu menekan kepalaku supaya menempel lebih kuat lagi ke memeknya dengan dua tangannya.
Aq susah bernafas dibuatnya.
“Lagi… arghh… clitorisnya Edos… ssshh… yah… yah… lagi… oooohh…” semakin menggila lagi dia.
ketika aq mengulum clitorisnya, dan memainkannya dengan lidahku di dalam mulut.
Aq memasukkan lidahku sedalam-dalamnya ke dalam lubang memeknya. Bau cairan kewanitaan semakin keras tercium. memeknya benar-benar sudah basah. Tiba-tiba dia menjambak rambutku dengan kuat, dan menggerakkan kepalaku naik turun di memeknya dengan cepat dan kasar.
Lalu ia menegang, dan tenang. Saat itu juga aq merasa cairan hangat semakin banyak mengalir keluar dari memeknya. Aq jilati semuanya. “Ohh… God… bener-benar hebat kamu Edo… lemas Tante… aahh… nggak kuat lagi deh untuk berdiri… shitt… sudah lama nggak begini”, dia terbujur lemas setelah 1/2 jam yg melelahkan itu.
Aq cuma tersenyum. Perlahan kutarik kedua kakinya ke tepi tempat tidur, kubuka pahanya selebar-lebarnya dan kujatuhkan kakinya ke lantai. Memeknya sekarang terbuka lebar. Nampaknya ia masih terbayang-bayang atas peristiwa tadi dan belum sadar atas apa yg kulakukan sekarang padanya. Begitu ia sadar k0ntolku sudah menempel di bibir memeknya.
“Ohh…” ia cuma bisa menjerit tertahan. Lalu ia pura-pura meronta tdk mau. Aq juga tdk tahu bagaimana cara memasukkan k0ntolku ke dalam memeknya. Aq sering lihat di film-film, dan mereka melakukannya dengan mudah. Tapi ini sungguh berbeda. Lubangnya sangat kecil, mana mungkin bisa masuk pikirku.
Tiba-tiba kurasakan tangan Tante Sinta memegang k0ntolku dan membimbing k0ntolku ke memeknya. “Tekan di sini Edo… pelan-pelan yah… punya kamu gede banget sih”, pelan ia membantuku memasukkan k0ntolku ke dalam memeknya. Belum sampai seperempat bagian yg masuk ia sudah menjerit kesakitan.
“Aahh… sakitt… oooh… pelan-pelan Edo… aduuh….” tangan kirinya masih menggenggam k0ntolku, menahan laju masuknya agar tdk terlalu deras.
Sementara tangan kanannya meremas-remas kain sprei, kadang memukul-mukul tempat tidur. Aq merasakan k0ntolku diurut-urut di dalam memeknya. Aq berusaha untuk memasukkan lebih dalam lagi, tapi tangan Tante Sinta membuat k0ntolku susah untuk masuk lebih ke dalam lagi.
Aq menarik tangannya dari k0ntolku, lalu kupegang erat-erat pinggulnya. Kemudian kudorong k0ntolku masuk sedikit lagi.
“Aduhh… sakkkitt… ooohh… ssshh… lagi… lebih dalam Edos… aahh”, kembali Tante Sinta mengerang dan meronta.
Aq juga merasakan kenikmatan yg luar biasa, tak sabar lagi kupegang erat pinggulnya supaya ia berhenti meronta, lalu kudorong sekuatnya k0ntolku ke dalam. Kembali Tante Sinta menjerit dan meronta dengan buas.
Aq diam sejenak, menunggu dia supaya agak tenang.
“Goyang dong Edo”, dia sudah bisa tersenyum sekarang.
Aq menggoyang k0ntolku keluar masuk di dalam memeknya. Tante Sinta terus membimbingku dengan menggerakkan pinggulnya seirama dengan goyanganku.
Lama juga kami bertahan di posisi seperti itu. Kulihat dia hanya mendesis, sambil memejamkan mata. Tiba-tiba kurasakan memeknya menjepit k0ntolku dengan sangat kuat. Tubuh Tante Sinta mulai menggelinjang, nafasnya mulai tak karuan, dan tangannya meremas-remas toketnya sendiri.
“Ohh… ooohh… Tante sudah mau keluar nih… sshh… aahh”, goyangan pinggulnya sekarang sudah tdk beraturan.
“Kamu masih lama nggak Edo? Kita keluar bareng saja yuk…. aahh”, tak menjawab, aq mempercepat goyanganku.
“Aahh… shitt… Tante keluar Edoss… ooohh… gile”, dia menggelinjang dengan hebat, kurasakan cairan hangat keluar membasahi pahaku.
Aq semakin bersemangat menggenjot. Aq juga merasa bahwa aq bakal keluar tdk lama lagi.
“Aahh… sshh…” kusemprotkan saja cairanku ke dalam memeknya.
Lalu kucabut k0ntolku, dan terduduk di lantai.
“Kamu hebat… sudah lama Tante nggak pernah klimaks.”
“aah… capek Tante.”
“Mandi lagi yuk… lengket-lengket nih jadinya”, ia berjalan ke kamar mandi dan aq mengikutinya.
Kami saling membersihkan tubuh di bawah siraman shower. Setelah mandi, kami tidur-tiduran tanpa busana, berciuman, sambil ngobrol macem-macem. VCD porno yg tadi sudah habis rupanya. Tante Sinta menggantinya dengan VCD yg lain.
“Eh… yg ini bagus loh Edo”, lalu ia menghidupkannya. Filmnya tentang seorang gadis yg diperkosa, sedikit sadis menurutku, tapi sangat merangsang sekali.
“Tante sudah lama kepengen coba yg seperti itu Edo… kalau Om mu sih… nggak ada seninya… taunya cuman goyang, nembak, tidur… susah juga hahaha… kamu mau coba nggak?” dia tersenyum melihatku.
“Hehehe… terserah…” “Ok!” lalu ia berjalan ke lemarinya.
Sewaktu ia membukanya, aq terkejut juga melihat begitu banyak Sex Stuff seperti vibrator, tali, handcuff, dan banyak lagi.
“Wah… banyak amat peralatannya Tante”, kataku bercanda.
“He eh… yah beginilah… soalnya Om kamu jarang pulang sih. Tante kan butuh seks juga. Yah… terpaksa harus bermain dengan fantasi sendiri.”
“Hehehe”, aq cuma tertawa kecil. Kulihat ia mengambil tali dari lemari.
“Nih… kerjain Tante seperti yg di film itu dong Edo!” ia melemparkan tali itu kepadaku dan berjalan ke arah tempat tidur.
Tempat tidur itu bergaya Eropa pertengahan, mempunyai pagar rendah berjeruji di sisi atas dan bawah. Ia memegang pagar berjeruji itu.
Aq mengikat tangannya di jeruji itu, ia sekarang membungkuk membelakangiku dengan tangan terikat. Aq berjongkok dan mulai menjilati memeknya untuk pemanasan.
“Sssh… oouhh…” kembali kudengar erangannya. Setelah beberapa saat memeknya mulai basah.
“Pakai vibrator Edo!” aq berjalan ke lemari dan mengambil vibrator yg berbentuk seperti k0ntol manusia itu.
Hati-hati kumasukkan vibrator itu ke dalam memeknya, lalu kugeser switch ke posisi “low”. Terdengar vibrator itu mulai berdengung halus.
“Ouuh… aahh…” kelihatannya Tante Sinta sangat menikmati permainan. Tempo permainan sangat lambat kali ini. Ia menggelinjang sedikit mengiringi dengungan halus vibrator. Sambil sebelah tanganku memegangi vibrator supaya tdk lepas dari memeknya, aq memberinya tepukan di paha, memberinya tanda agar ia membuka pahanya selebar-lebarnya.
“Jilat anus Tante Edo!” kembali ia memberi komando. Aq mulai menjilati pahanya yg putih dan jenjang, perlahan berpindah ke anus. Bosan menjilati anusnya, aq berdiri, memeluknya dari belakang, dan meremas toketnya dengan sebelah tanganku yg masih bebas. Beberapa saat kemudian ia orgasme.
Lalu ia menyuruhku memasukkan k0ntolku ke dalam lubang anusnya. Aq sempat terkejut mendengarnya. Menurutku pasti akan sakit sekali k0ntolku dijepit oleh lubang anusnya. Tetapi Tante Sinta terus-terusan meminta dengan suara yg memelas
.
“Tante sudah pernah nyoba?” tanyaku ragu-ragu.
“Pernah… pakai vibrator… cobain saja deh… lebih sempit loh di sini… Tante kepingin nyoba dimasukin 2 lubang sekaligus.”
“Ok!” aq kembali membungkuk, kujilat bagian sekitar anusnya untuk melicinkannya.
Kulihat Tante Sinta merintih-rintih ketika vibrator kugoyang agak cepat, tetapi ia tdk bisa banyak meronta karena tangannya masih terikat kuat ke jeruji tempat tidur. Setelah merasa jalan masuk cukup licin aq pun mengambil ancang-ancang, kugesek-gesekkan dulu kepala k0ntolku di sekitar anusnya.
“Yahh.. langsung saja Edos”, Tante Sinta yg sudah tdk sabar, memundur-mundurkan pantatnya agar
k0ntolku bisa segera masuk ke dalam lubang anusnya.
Kutarik vibrator yg masih saja berdengung itu dari belakang, supaya pantat Tante Sinta makin menempel ke kepala k0ntolku.
Akibatnya vibrator itu melesak makin dalam ke memeknya Tante Sinta.
“Aahh… ooohh… sshh…” semakin menggila saja dia.
Pelan kudorong kepala k0ntolku ke dalam lubang anusnya. Kepala k0ntolku terasa sedikit pedih, aq menghentikan dorongannya sejenak.
“Oooohh… yahh… terussss… deeper Edos….”
“Sssshh… oooohh…” aq hanya bisa mendesis menahan pedih yg bercampur nikmat ketika k0ntolku masuk
kira-kira setengah bagian ke dalam lubang anusnya.
Menurutku masuk melalui lubang anus tdk begitu nikmat, karena tdk ada cairan yg melicinkannya.
Tapi kulihat Tante Sinta bagaikan sedang terbang sekarang. Nikmat sekali katanya. Kukira itu karena dua lubangnya sedang terisi. Tante Sinta terus saja menggoyang-goyang pinggulnya kebelakang supaya k0ntolku dapat masuk lebih dalam ke dalam lubang anusnya. Aq tdk dapat menahan lagi goyangannya, kubenamkan sekuat tanaga k0ntolku ke dalam anusnya.
Rasanya seperti k0ntolku sedang di massage dengan kuat di dalam. Tanpa sadar, karena menahan nikmat tanganku menggoyang-goyangkan vibrator itu dengan kencang. Tempo permainan berubah menjadi liar sekarang. Tangan Tante Sinta mencengkeram jeruji tampat tidur dan menggoyangnya karena nikmat yg tak terkira.
Aq mencoba menggoyang k0ntolku di dalam anusnya. Memang sedikit pedih karena kurangnya cairan pelicin di dalam anusnya, tapi aq tdk peduli lagi. Sesekali kugunakan tangan kiriku untuk meremas toketnya yg tergantung-gantung itu.
Beberapa saat kemudian aq merasa mau orgasme.
“Aahh… oouuhh… Tante sudah mau keluar belum?” tanyaku dengan nafas memburu.
“Engggh… sssssh… iyah…” Kurasakan Tante Sinta semakin menggila menggoyang pinggulnya.
Kemudian dia tubuhnya menegang, kemudian terkulai lemas. Aq pun merasa maniku sudah di ujung-ujungnya. Kupercepat goyangan, kuremas toketnya dengan kasar, dan kukocok vibratornya lebih cepat lagi.
Kulihat Tante Sinta menjerit-jerit, tapi ia tak bisa berbuat banyak karena tangannya terikat dengan kuat. “Arrrgghh… ooohh…” seiring dengan eranganku, kusemprotkan maniku ke dalam anusnya. Kali ini kurasakan maniku keluar banyak sekali.
Lalu kucabut k0ntolku dari dalam anusnya, dan kucabut vibrator dari memeknya. Sekilas kulihat memek dan anusnya merah sekali dan sedikit membengkak. Kubuka ikatan tangannya dan dia memeluk serta menciumiku. Lalu kami berdua tertidur di lantai.
Pengalaman ini tak akan pernah kulupakan. Sampai sekarang kami kadang-kadang masih melakukannya. Tante Sinta benar-benar seorang seks maniak yg tak bisa puas, setiap kali berhubungan selalu ada saja cara-cara baru yg ia ajarkan. Kukira ini juga mempengaruhi tingkah laku seksualku.