Sore-sore: Kang Fahmi.

CERITA SEX GAY,,,,,,,,,,
Sore-sore: Kang Fahmi.
Seperti sore-sore hari lainnya, setelah mandi aku pergi ke majlis untuk mengaji. Tapi nampaknya hari ini aku datang terlalu awal. Jam mengaji yang dimulai setelah magrib, tetapi aku sudah siap di jam 4 sore. Aku pun memutuskan untuk tetap pergi saja dan bermain dengan teman-temanku terlebih dahulu. + a

Oh ya, namaku fauzan. Orang kerap memanggilku ojan. Saat menulis cerita ini usiaku 21. Tetapi kejadian di cerita ini adalah sewaktu usiaku 9 tahun. + a

Sesampainya di majlis, terlihat hanyalah akang-akang pemuda desaku yang sedang mengobrol di teras majlis. Mereka adalah Kang Fahmi, Kang Iqbal, dan Kang Hari. + a

“Ojan! Mau ngaji?” Sapa kang iqbal. + a

“Iya kang, tapi kecepetan euy jadi belum ada siapa siapa.” + a

“Oh ya udah sini aja dulu dek.” Kata kang fauzan.
+ a

Kang Fahmi, Kang Iqbal, dan Kang Hari adalah 3 sekawan yang selalu bersama kemana-mana. Mereka sebetulnya adalah murid ngaji Pak Solihin juga, guru ngajiku. Usia mereka semuanya adalah 15 tahun.
+ a

Aku kemudian duduk di dekar mereka semua, tepatnya di samping Kang Fahmi yang saat itu mengenakan kaos hitam dan sarung coklat. + a

Aku memandangi ketiga akang-akang yang ada di sekitarku ini sambil menyimak obrolan mereka seputar pelajaran di sekolah dan juga teman-temannya. Tak terlewat pembicaraan tentang cewek. + a

Kalau dibandingkan, kang fahmi adalah yang paling ganteng dari mereka bertiga. Ia memiliki kulit yang cerah, badan yang tinggi dan agak kurus. + a

Sedangkan kang iqbal adalah yang paling kurus diantara mereka semua, tapi walaupun kurus ia juga punya badan yang sepertinya paling kuat, bisa dilihat dari urat-urat di tangannya yang timbul. + a

Kang hari sih sepertinya yang paling biasa dari mereka semua, kulitnya pun paling gelap. Tapi dia punya badan yang cukup jadi, di usia 15 tahun otot bicepnya sudah terlihat jelas. + a

Tanpa kusadari perlahan kang fahmi merangkulkan tangannua padaku. Ia memegang bahuku dengan cukup kuat sambil mengobrol dengan temannya. + a

Lama kelamaan ia kemudian memangku tubuhku di lahunan nya. Aku duduk di atas kang fahmi. + a

Tak ada rasa canggung dan malu di antara kita semua karena menganggap hal ini sudah biasa, aku pun sudah dianggap adik oleh akang akang ini. + a

Tapi lama kelamaan, terlihat kang fahmi seperti agal gelisah. Ia selalu menggerak-gerakan tubuhnya, terlebih di bagian bawah, yang kemudian kurasakan ada yang menonjol dibalik sarungnya yang sepertinya dia tidak memakai celana dalam. + a

Aku rasakan kontol kang fami yang sedang tegak itu menggesek-gesek pantatku yang tertutup sarung kami masing-masing. Aku cuek saja. Aku diam membiarkan kang fahmi melakukan itu. + a

Lama kelamaan ia mulai memelukku dari belakang, sambil terus menggesekkan kontolnya di pantatku. Sesekali tangannya seperti membenarkan posisi kontol dia agar pas di belahan pantatku. + a

Tapi kemudian fahmi berhenti dan ia izin pergi ke toilet pada teman-temannya. + a

“Ikut kang ojan mau pipis juga.” Kataku. + a

“Ayok” ajak fahmi. + a

Sesampainya di toilet kami pipis bersebelahan, tapi tidak ku dengar air kencing keluar dari kontol kang fahmi. Ia malah mengocok-ngocok kontolnya. + a

“Nghhhh hahh anjing” lenguhnya sambil ia mengeluarkan cairan putih kental. + a

“Akang kenapa?” Tanyaku. + a

“Eh gapapa jan.” Katanya. “Udah pipisnya?” + a

“Udah kang.” Jawabku. + a

Fahmi pun membasuh kontolnya yang masih setengah ngaceng dengan air dan mengelap sisa sisa pejunya. + a,,,,,,,,,,,,,

Related posts