Serat Jarwo Gundul: Eksperimen Perdana
Pagi – pagi buta seorang ABG memakai seragam putih abu sudah berjalan di tengah kegelapan hutan, dengan seragam lusuh, sepatu yang sudah mulai memble di depannya dan celana panjang abu yang sudah berlubang di bagian lutut dan pantatnya (red: ditambal pake plester hansaboy yang gambar superman hehehe). Ya itulah seorang Roni (namanya keren ngga seperti tampangnya), demi bersekolah dia harus menempuh perjalanan 1 jam dengan berjalan kaki dan melewati hutan, sawah serta sungai. Meskipun begitu dia termasuk orang yang pandai dan selalu mendapat juara kelas itulah mengapa dia dapat terus bersekolah di sekolah unggulan yang terletak di kota. Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 seperti biasa Roni sudah berada di tengah kegelapan hutan, karena semalam hujan cukup deras sehingga jalan yang dilewati Roni cukup licin dan sangat berbahaya. Pada saat Roni akan menuruni sebuah tebing dia terpeleset dan jatuh tak sadarkan diri. Entah berapa lama ia pingsan, ketika bangun ia menemukan dirinya di bawah sebuah pohon yang bentuknya aneh, kalau diperhatikan seperti dua orang sedang bersetubuh dan di sebelahnya ada seorang kakek-kakek bongkok dan berwajah mesum sedang berjongkok pada batu besar, pria itu memegang sebuah tongkat yang kepalanya berukir sesosok jin berlidah panjang.
“Hak…hak..hak…selamat datang nak Roni!” katanya sambil terkekeh-kekeh.
“Eh, kakek siapa? Kok tau nama saya darimana?” Roni keheranan sambil mengelus-elus kepalanya.
“Hak…hak…hak…ya tau lah, masa ya tau dong, mbah ini penunggu pohon ini” katanya, “nama saya Jarwo, panggil aja Mbah Jarwo, kamu kan yang bangunin mbah, orang lagi enak-enak nyantai tau-tau ditabrak!”
“Ehehe…sori mbah, namanya juga jatuh, ga sengaja, masa pengen sih nabrakin kepala ke pohon!”
“Nak, mbah boleh minta makan gak, lapar nih udah lama ga makan enak! Uhuk…uhukk…!” katanya lalu terbatuk-batuk.
Entah manusia atau bukan, Roni merasa kasihan juga melihat si kakek, tubuhnya ringkih dan bongkok begitu, jin kan juga butuh makanan (red: sesajen gitu loh). Maka ia pun mengeluarkan kantong plastik berisi roti bread-tok (bukan Bread Talk, tapi singkatan dari bread Totok, yang dibuat oleh Mang Totok, tetangganya yang punya warung dekat rumahnya) yang dibawanya dari rumah.
“Saya sih cuma ada dua roti ini mbah, satunya isinya coklat satunya susu” katanya menunjukkan roti itu pada si kakek.
“Boleh Nak, embah suka yang manis-manis apalagi yang susu hak…hak…hak…” tawanya mesum lalu mengambil kantong roti itu dari tangan Roni.
Ia langsung memakan roti itu dengan lahap walau giginya sudah mulai ompong.
“Sialan, kok diambil dua-duanya? Gua entar makan apa di sekolah?” gerutu Roni dalam hati sambil memandang dongkol pada si kakek yang sedang melahap habis rotinya.
“Nyam…nyam…nyam…aaahhh!” kakek bongkok itu akhirnya menghabiskan potongan terakhir dan mengelus-elus perutnya yang ceking, “enak…kenyang sekarang!”
“Ya udah ya mbah…saya mau sekolah nih, takut telat” kata Roni.
“O iya…eh sebentar, Embah belum berterima kasih ke kamu, ini nih” Mbah Jarwo merogoh-rogoh ke balik baju hitam yang mirip tukang sate itu, “nah ini dia!” ia mengeluarkan sebuah buku lusuh yang sampulnya dari kulit berwarna coklat.
“Apaan tuh mbah?” tanya Roni heran.
“Ini buku namanya Serat Jarwo Gundul, isinya mantra-mantra untuk memikat wanita” ia menjelaskan, “karena kamu udah berbuat baik ke Mbah…buku ini Mbah hadiahkan ke kamu, baca baik-baik petunjuk di dalamnya dan ikuti, setiap wanita yang kamu sukai pasti bisa kamu kuasai secara seksual hak….hak…hak….”
Roni walau antara percaya atau tidak menerima buku itu. Lalu tiba-tiba saja ia tersadar dan menemukan dirinya terbaring di pohon berbentuk aneh tadi. Tidak ada siapa-siapa, mana si kakek tadi? Ternyata semuanya hanya mimpi, tapi tidak…benarkah mimpi? Karena di sebelahnya, di atas sebuah daun pisang terletak sebuah buku lusuh berwarna coklat, persis seperti yang di mimpinya tadi. Roni pun membuka buku itu dan alangkah terkejutnya dia karena di dalamnya banyak mantra-mantra untuk menaklukan wanita, Roni membaca buku itu sambil menggaruk-garukan kepalanya yang tidak gatal dan senyum-senyum sendiri memperlihatkan giginya yang berantakan.
“Wadoh…telat mak!!” tiba-tiba Roni teringat ia harus ke sekolah dan waktu terus berjalan.
Roni langsung meneruskan kembali perjalanannya ke sekolah. Walau sudah lari sampai nafas putus-putus, ia tetap telat 15 menit setelah bel masuk dibunyikan.
“Wah telat den Roni” kata Pak Usman, satpam sekolah begitu ia memasuki gerbang sekolah.
“Iya Pak…jatuh di jalan nih, pingsan pula, udah dulu yah!” Roni balas menyapa pria itu sambil terus berlari kecil ke dalam.
Pak Usman geleng-geleng kepala melihat sosok ABG itu berlalu, sebagai sama-sama orang kecil, ia merasa kasihan sekaligus kagum pada anak itu yang setiap harinya harus jalan kaki begitu jauh demi menuntut ilmu. Sementara Roni yang sudah ngos-ngosan mengetuk pintu kelas dan jrenggg…ia langsung lemas begitu pintu dibuka oleh Bu Astri, guru Bahasa Inggris yang cantik dan bahenol namun jutek dan killer.
“Selamat pagi Roni…silakan lapor ke piket!” katanya dengan nada dingin.
“Eh, tapi Bu, saya di jalan tadi jatuh makanya telat” Roni mencoba mengiba pada Bu Astri.
“Hhhmm…ibu mengerti, tapi sori aturan tetap aturan, silakan ke piket dulu lalu ke UKS untuk mengobati luka kamu OK!” habis berkata Bu Astri langung menutup kembali pintunya.
Dengan lemas Roni pun berjalan ke meja guru piket dan melapor keterlambatannya, sesuai peraturan ia baru boleh mengikuti kelas seusai jam istirahat. Setelah itu ia diijinkan ke ruang UKS dan mengobati lukanya sendirian.
“Apes bener, udah bangun pagi-pagi, kejedut pohon, lari marathon, eh tetap telat!” omel Roni dalam hati sambil menempelkan plester pada kapas di jidat kirinya.
“Apes? Eh kan ada ini? hehhee” ia baru ingat lagi buku misterius bertajuk Serat Jarwo Gundul yang baru didapatnya tadi, “beneran ga nih? baca dulu ah!”
Sambil berbaring di ranjang UKS, ia pun mulai membaca dan melihat-lihat sekilas halaman buku kumal itu.
“Hhhmmmm….yang satu ini boleh dites dulu nih, kelinci percobaan gitu loh hehehehe….!” tawanya licik melihat sebuah bab berjudul, “DALANG SEKS”
Bab itu memaparkan bagaimana caranya untuk menjadi ‘pupet master’ seks, yaitu mengatur orang lain terlibat dalam kegiatan seksual melalui benda milik orang yang bersangkutan. Roni merasa jurus yang satu ini paling pas untuk melakukan ujicoba sebelum ia melakukannya bagi dirinya sendiri. Untuk wanitanya Roni sudah terpikir, Bu Astri, yang barusan ‘menzoliminya’ dengan tidak memberi toleransi masuk ke kelas. Memang sekali-sekali ia ingin memberi pelajaran pada guru killer yang satu itu. Sedangkan untuk pemeran pria belum terpikir, tapi itu mudah lah, bisa diatur nanti. Kini yang harus dilakukannya adalah menemukan barang milik Bu Astri sebagai bagian dari ritualnya. Roni memutar otak, apa ya yang mudah diambil tanpa harus dituduh maling.
“Nah ini dia!” Roni kembali tersenyum licik, “pentil ban mobil, mudah diambil, kalau sudah selesai kembalikan saja lagi”
Maka ia pun menyelinap diam-diam keluar dari UKS ke tempat parkiran di samping sekolah. Tempat parkir itu nampak lenggang pada jam-jam sekarang. Didapatinya sedan Yaris biru tua milik Bu Astri terparkir di sebuah sudut. Setelah memastikan aman, ia segera mendekati mobil itu dan mengambil pentil bannya.
“Yup, beres, sekarang siapa yah aktornya??” pikirnya sambil berjalan menyusuri koridor untuk kembali ke ruang UKS.
“Hei, kemana aja kamu? Kok malah jalan-jalan” sahut sebuah suara dari belakangnya membuatnya kaget.
Pak Sapto, si guru piket yang tadi mencatat keterlambatannya, berdiri berkacak pinggang.
“Ehh…tadi ke toilet dulu Pak” jawab Roni cengengesan.
“Baik, kamu cuma luka lecet kan? Jadi sekarang kembali ke piket dan berdiri di sana sampai jam istirahat!” perintahnya.
“Iyah Pak, iyah!” Roni mengangguk-angguk, untung tidak ada apa-apa.
Setelah penantian hampir dua jam yang membosankan di tempat guru piket, akhirnya bel tanda jam istirahat berbunyi juga. Roni bernafas lega dan segera ke kelas untuk menaruh tasnya.
“Yah, beneran hilang nih!” keluhnya dongkol karena tidak menemukan dua buah roti bekalnya di dalam tas, “jadi tadi itu benaran bukan mimpi”
Sepertinya hari itu ia harus ia lewati dengan perut keroncongan karena uang yang dibawanya tidak cukup untuk membeli makanan di kantin.
“Hei kenapa ga praktek sekarang aja?” katanya dalam hati mengingat lagi Serat Jarwo Gundul
Ia segera menuju ruang guru untuk memantau Bu Astri. Ketika sampai dekat situ ia melihat guru cantik itu baru saja keluar dari ruang guru sambil menenteng tasnya diikuti oleh Ragil, salah seorang teman sekelas Roni yang gendut dan culun, sedang membawa setumpuk buku latihan. Bu Astri tiba-tiba seperti teringat sesuatu dan kembali masuk ke dalam.
“Nah ini dia!” Roni mendekati Ragil dan menyapanya.
“Gi ngapain nih Gil?” tanyanya.
“Eh, Ron, ini nih disuruh Bu Astri bantuin bawa latihan ke lab., gila lu nekad amat telat waktu pelajarannya dia tadi” jawab Ragil.
“Iya nih udah benjol, gak dikasih masuk kelas lagi, tapi ya udah lah…gua lagi seneng kok hari ini hehehe…”
“Seneng napa emang Ron?” tanya Ragil agak heran.
“Ada deh…eh Gil lu ada duit receh ga? berapa aja, gua pinjem dong!”
“Bentar” Ragil meyerahkan tumpukan buku itu pada Roni untuk merogoh sakunya, “ini segini cukup ga?” ia menyodorkan beberapa keping uang logam berbagai pecahan.
“Satu juga cukup kok, makasih ya Gil, hehe!” kata Roni mengambil sekeping lima ratusan
“Buat apaan emang Ron?” tanya Ragil
“Pinjem aja dulu, ada perlu dikit, ntar kembaliin, thanks ya!” kata Roni sambil berlalu.
“Beres, sekarang waktunya” girang Roni karena sudah mendapatkan semua yang ia butuhkan, “Hhhmmm, dimana ya enaknya? Ah di sana aja”
Buru-buru ia menuju ke toilet lantai tiga dekat laboratorium biologi yang tidak terlalu sering dipakai. Sampai di sana ia masuk ke sebuah bilik dan mengunci pintunya. Ia keluarkan Serat Jarwo Gundul dari balik seragam sekolahnya dan menyiapkan pentil ban serta uang lima ribuan yang didapatnya. Ia menciduk air dengan gayung lalu memasukkan kedua benda itu ke dalamnya. Kemudian mulutnya komat-kamit merapalkan mantera yang tertulis dalam buku tua itu, ia tidak mengerti bahasanya yang adalah Bahasa Jawa kuno sehingga harus berhenti beberapa kali karena pelafalan yang aneh. Saat akhirnya ia berhasil membaca sampai kata terakhir, tiba-tiba air mulai bergetar, seperti bergolak padahal dipanaskan juga tidak, lalu crinnggg!! Seberkas cahaya muncul dari gayung yang berisi air dan kedua benda itu.
#################################
Ragil
Ragil mengikuti Bu Astri menuju ke lab. bahasa di lantai atas gedung baru sambil membawa tumpukan buku latihan. Dari belakang ia mengagumi keindahan tubuh gurunya itu yang langsing dan tinggi semampai (sekitar 170an), terutama bokongnya yang bulat indah itu nampak gemulai ketika berjalan. Wanita berusia 29 tahun ini memang termasuk salah satu guru yang cantik di sekolah ini, hanya saja sifat juteknya itu yang menjadi kekurangan, ia sudah menikah tapi belum punya anak, suaminya seorang pilot yang sebagian besar waktunya dihabiskan di luar daripada bersama istrinya. Entah kenapa Ragil merasa gairahnya bangkit melihat tubuh gurunya yang berjalan di depannya, matanya seolah bisa menembus ke balik kemeja dan rok span Bu Astri.
”Uuughh….gila bahenol banget nih guru gua, kok rasanya pengen banget ngeremes tuh pantat ya! Gua jadi pengen merkosa mumpung lagi sepi”, pikir Ragil yang merasa penisnya menegang, ia tidak mengerti kenapa bisa berpikiran sekotor itu.
Ternyata bukan hanya Ragil yang merasa gelisah, Bu Astri juga mengalami hal yang sama. Gairah seksnya naik secara tiba-tiba. Ia merindukan vaginanya disodok-sodok penis, kalau bisa bukan cuma satu, makin banyak makin baik. Ia masih ingat seks terakhirnya dengan suaminya sekitar dua minggu lebih yang lalu, betapa jarang ia mendapat belaian dari suaminya, kadang itu pun tidak memuaskannya bila sang suami sedang letih dari perjalanan jauh. Tiba-tiba terlintas fantasi gila, ia ingin melakukannya dengan muridnya yang gendut itu
“Tidak…tidak…gila aku ini, apa-apaan sih, tapi kok…!” pikir Bu Astri dalam hati berusaha menepis fantasi liar itu.
Mereka terus berjalan ke arah lab. dalam diam, berusaha menyembunyikan kegelisahan di hati mereka karena gairah yang meluap bagaikan tak terkontrol itu, terutama sekali bagi Bu Astri yang merindukan jamahan pria.
“Baik Gil, letakkan saja di meja saya!” kata Bu Astri setelah membuka pintu dan masuk.
“Eh…iya Bu?” Ragil memastikan dan dijawab gurunya dengan anggukan kepala.
Karena tidak konsen dan pikirannya tiba-tiba mupeng, saat meletakkan buku-buku tersebut, beberapa buku di tumpukan atas terjatuh.
“Maaf Bu…maaf…!!” sahut Ragil memunguti buku-buku itu.
“Gak apa-apa Gil, biar Ibu aja!” Bu Astri ikut memunguti buku-buku itu dan saat itu Ragil dapat melihat belahan payudara gurunya itu melalui leher kemejanya
“Eemmm…Gil, tadi kamu ke sini gak liat ada siapa-siapa lagi?” tanya Bu Astri, ia merasa nafasnya semakin berat dan tidak tahan lagi.
Ragil menggeleng, “Nggak, napa emang Bu?”
“Ibu mau minta tolong ke kamu satu lagi” tiba-tiba Bu Astri merangkul muridnya yang gendut itu dan tangan satunya mengelus-elus selangkangannya dari luar celana abu-abunya.
“Eeeh…Ibu, ngapain nih?” Ragil langsung gugup dan wajahnya memerah karena tindakan gurunya itu walau dalam hati ia juga sangan memimpikannya.
“Ibu udah kepingin banget Gil, kamu juga kan?” kata Bu Astri dengan wajah memerah terangsang, “ini antara kita aja yah, jangan omong siapa-siapa”
Bu Astri kemudian setengah mendorong muridnya itu hingga terhimpit ke arah meja.
“Kamu pernah ginian sebelumnya Gil?” tanyanya dekat wajah si gendut, matanya memandang lekat-lekat muridnya itu dengan senyum nakal yang tidak pernah terlihat ketika sedang mengajar di depan kelas, nampak wajah wanita itu bersemu merah akibat birahi.
“Eee….nggak Bu” jawab Ragil gagap.
“Hihihi…ternyata masih tingting, it’s ok, Ibu akan ajari kamu untuk jadi pria dewasa” habis berkata ia langsung melumat bibir muridnya itu.
Keduanya berpagutan dengan penuh nafsu, Bu Astri nampak sangat agresif karena haus akan kehangatan sedangkan Ragil yang cuma tahu seks dari film-film bokep yang pernah ditontonnya hanya menurut saja ketika lidah gurunya menjelajahi mulutnya, mencari lidahnya untuk kemudian saling bertaut.
“Jangan diam aja dong Gil, gerayangi ibu, gak usah malu-malu” kata Bu Astri melepaskan ciuman, ia lalu meletakkan tangan Ragil di dada kanannya,
Tangan Ragil gemetar memegang payudara gurunya itu, Bu Astri tersenyum dan membimbingnya meremasi payudaranya. Bu Astri melepaskan kacamatanya lalu menarik ikat rambutnya sehingga rambut hitamnya tergerai hingga sebahu lebih. Ragil semakin bergairah melihat penampilan gurunya yang semakin cantik dan mengundang nafsu itu. Tangannya mulai berani menggerayangi payudara gurunya. Sungguh suatu kenikmatan yang baru pertama kali dialami meremas-remas bongkahan indah nan kenyal milik gurunya itu. Tubuh Bu Astri pun mulai bergerak menggelinjang.
“Bu…bajunya saya buka boleh ya? Saya mau liat toked Ibu?” Ragil meminta ijin dengan malu-malu.
“Gak usah pake banyak omong Gil, lakukan apapun untuk memuaskan Ibu” jari-jari lentik guru cantik itu mulai mempreteli satu-satu kancing seragam Ragil terus ke bawah lalu membuka ikat pinggang dan resleting celana abu-abunya.
“Uuuhh…Bu” Ragil mendesah saat merasakan tangan lembut gurunya menyusup ke celana dalamnya dan meraih penisnya
Penis siswa gendut itu pun bertambah menegang akibat sentuhan tangan gurunya.
“Hhhmmm…keras juga punya kamu ya….hihi!” kata Bu Astri dengan senyum nakalnya sambil meremas-remas penis Ragil di balik celana dalamnya.
Nafsu birahi yang semakin tak terkendali itu nampaknya semakin menenggelamkan keduanya sehingga membuat mereka melupakan hubungan sebagai guru dan murid.
Bu Astri
“Aaauuhh.. Gil…iya gitu” Bu Astri mendesis-desis karena remasan-remasan Ragil di payudaranya semakin berani, matanya terpejam merasa kenikmatan yang begitu menghebat.
Merasa telah diberi lampu hijau, Ragil pun mulai membuka satu persatu kancing kemeja gurunya. Setelah semuanya terbuka, Bu Astri sendiri yang menanggalkan kemeja yang dikenakannya itu. Mata Ragil nanar memandang tubuh gurunya yang putih dan mulus dengan payudara membulat sempurna di dadanya yang masih tertutup bra hitam. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Ragil segera mengubah posisi, dengan sekali rengkuh ia naikan tubuh gurunya itu hingga terduduk di tepi meja lalu bibirnya kembali menciumi bibirnya dengan ganas, namun tidak lama bibirnya bergerak ke bawah, mencium dan menjilati leher jenjang Bu Astri, membuatnya menggeliat sambil merintih kecil. Sementara itu, tangannya menyelinap ke balik bra sehingga menungkupi seluruh permukaan payudara sebelah kanannya.
“Uuuhh…yess!” kepala Bu Astri tersentak menghadap ke atas sambil memejamkan matanya.
Selanjutnya ibu jari dan telunjuk Ragil mulai memilin-milin puting susu Bu Astri yang langsung saja menjadi sangat keras. Walau baru pertama kalinya ia menggeluti tubuh wanita, namun insting kelelakian Ragil membuatnya seakan-akan sudah mahir melakukannya, semua yang pernah ia saksikan di film bokep dipraktekkannya saat ini.
“Uhh.. Hmm ahh..” Bu Astri tidak dapat menahan desahan-desahan nafsunya.
Jari-jari gemuk Ragil yang memilin dan memencet-mencet putingnya membuat nafsu birahinya semakin membara. Ragil mencoba mencopot kait bra gurunya itu namun tidak berhasil karena belum biasa, maka sebagai gantinya ia peloroti tali bra itu, kemudian bra itu ia pelorotkan ke bawah sampai ke perut Bu Astri. Sepasang payudara montok Bu Astri dengan putingnya yang kemerahan dan sudah mengeras itu langsung mencuat dengan indahnya di depan si gendut. Ragil langsung melahap puting susu yang sangat menggiurkan itu, ia sedot-sedot puting tersebut seperti bayi yang menyusu pada payudara ibunya, hanya saja payudara Bu Astri belum dapat mengeluarkan air susu. Guru cantik itu menggeliat-geliat akibat rasa nikmat yang begitu melandanya.
“Oooh…Gill, enakhh!!” desahan Bu Astri semakin lama bertambah keras, untung saja lab. bahasa ini berlapis karpet yang dapat meredam suara dan jarang ada orang lalu-lalang di luar situ.
Belum puas dengan payudara dan puting susu gurunya yang kiri yang sudah basah berlumuran air liurnya, mulut Ragil kini pindah merambah ke payudara yang kanan. Sama seperti yang kiri, payudara sebelah kanan Bu Astri yang membulat indah itu pun tak luput dari hisapan dan gelitikan lidah muridnya yang semakin liar itu. Ragil mengenyoti payudara gurunya, lalu ia menjilat dan menyeruput puting susunya.
“Aaahh.. Hmm..” Bu Astri menjerit panjang sambil menekan-nekan kepala muridnya itu dan meremasi rambutnya.
Sementara itu tangan Ragil mulai bergerak ke arah bawah meraba paha indah gurunya itu terus naik menyingkap rok spannya. Dibukanya retsleting rok itu, kemudian dengan sedikit dibantu Bu Astri, Ragil menarik lepas rok itu ke bawah. Tubuh bagian bawah Bu Astri sekarang hanya tersisa oleh selembar celana dalam dengan bahan dan warna yang seragam dengan branya. Karena nafsu birahi yang semakin di ubun-ubun, tanpa berpikir panjang lagi, Ragil menarik lepas pula celana dalam hitam itu. Akhirnya tubuh mulus guru Bahasa Inggris itu pun terhampar bugil di depan muridnya yang gendut, siap untuk digarap. Ragil mulai menjamah bibir vagina gurunya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam yang tercukur rapi. Tangannya menyusuri sekujur permukaan bibir vagina itu secara melingkar berulang-ulang dengan lembutnya. Tubuh Bu Astri yang masih terduduk di sofa melengkung ke atas sehingga payudaranya semakin membusung menjulang tinggi, yang masih tetap dilahap oleh mulut dan bibir Ragil.
Jari tengah Ragil yang besar berhenti pada gundukan daging kecil berwarna kemerahan yang terletak di tengah vagina gurunya yang semakin berlendir. Mula-mula ia usap-usap daging kecil yang bernama klitoris ini dengan perlahan-lahan, lama-kelamaan ia naikkan temponya. Klitoris Bu Astri pun bertambah bengkak akibat gesekan jari Ragil yang liar yang membuat tubuh pemiliknya itu semakin menggerinjal-gerinjal tak tentu arahnya.
“Ooohh…kamu cepat juga belajarnya yah!” erang Bu Astri membuka pahanya lebih lebar
Melihat gurunya yang tampak semakin merangsang, Ragil mencucuk-cucukkan jari telunjukknya di samping jari tengahnya yang masih menggesek-gesek klitoris Bu Astri. Dan akibatnya, guru cantik itu pun semakin menggelinjang dan vaginanya pun semakin dibanjiri oleh cairan-cairan kenikmatan yang terus mengalir membasahi tepian meja.
“Gil terushhh… jangan berhenti…awas kalau berenti!” erang Bu Astri dengan nafas terengah-engah.
Sementara tangannya meraih kembali masuk ke celana dalam Ragil, lalu dengan sigap ia keluarkan penis siswa gendut itu dari balik celana dalamnya. Mata guru cantik itu tampak berbinar-binar menyaksikan batangan yang sudah keras itu di genggamannya, diremas-remasnya benda itu dengan tangannya, membuatnya semakin bertambah keras. Ternyata sentuhan lembut tangannya itu berhasil membuat muridnya semakin terangsang. Kemudian Bu Astri menarik penis Ragil dan membimbingnya menuju selangkangannya sendiri. Diarahkannya penis itu tepat ke arah lubang vaginanya. Lalu perlahan-lahan ia menggosok-gosokkan kepalanya ke bibir vaginanya sehingga membuat otot-otot yang mengitarinya bertambah jelas kelihatan dan batang penis Ragil pun menjadi laksana tonggak yang kokoh dan siap menghujam.
“Kamu siap Gil?” tanya Bu Astri sambil membelai pipi tembem Ragil, “sebentar lagi kamu sudah bukan ‘boy’ lagi, kamu akan menjadi ‘man’” tangannya yang satu menempelkan kepala penis Ragil ke bibir vaginanya, lalu ia elus-eluskan pada ‘mulut gua’ nya.
“Siap dong Bu, saya udah dari dulu kepengen gini!” jawab Ragil nyengir.
“Ooohh…jadi kamu dari dulu udah punya pikiran jorok tentang Ibu? Kurang ajar juga ya kamu….aaahhh!!”
Ragil tiba-tiba menekan pinggulnya sehingga penisnya melesak masuk ke vagina gurunya yang sudah becek itu sehingga tak ayal wanita cantik itu pun mendesah dibuatnya.
“Aaahh.. Uuuhh..kamu….” bu Astri mendesah-desah lagi ketika Ragil menyodoknya lagi.
“Ibu juga kepengen kan?” kata Ragil dekat wajah gurunya itu.
Bu Astri mengejang ketika Ragil menyodokkan penisnya lebih dalam lagi ke dalam vaginanya, ia hanya mendesah setiap muridnya menggenjot vaginanya
“Ibu pengen kan? Kok gak dijawab?” tanya Ragil lagi dengan memberikan sentakan keras.
“Aaahhh…iya…Ibu…suka kontol…kamu…aahhh…aahhh!!” Bu Astri tanpa malu-malu mengungkapkan hasrat terliar dalam dirinya.
Gesekan-gesekan yang terjadi antara batang penis Ragil dengan dinding lorong vagina Bu Astri membuat keduanya meringis-ringis menahan rasa nikmat yang yang tak terhingga, terutama Ragil yang baru kali ini merasakan sensasi seperti ini. Bibir si gendut itu masih belum puas-puasnya berpetualang di payudara gurunya hingga sepasang gunung kembar itu beserta daerah sekitarnya basah kuyup terkena jilatan dan lumatanku yang begitu liar, sehingga tampak mengkilap dan meninggalkan bekas cupangan.
“Ttrrriingg..” suara bel tanda masuk kelas berdering, sepasang guru dan murid itu terkejut dan berhenti sejenak saling tatap
“Waduh…udah bel, tanggung amat nih sialan!” keluh Ragil yang sedang semangat-semangatnya mendaki ke puncak.
“Gak apa-apa Gil, Ibu sekarang jam kosong, abis ini baru ngajar lagi di sini, kamu saya kasih ijin khusus dengan alasan ujian susulan” kata Bu Astri, “jadi sekarang…jangan diem aja gitu dong, ayo kamu berbaring aja di bawah!” perintahnya seraya mendorong pelan dada muridnya itu dan menyuruhnya tiduran di lantai beralas karpet tersebut.
Ragil menurut saja arahan gurunya itu sambil melongo. Dengan satu tangan memegang penis muridnya dan satu tangan lagi membuka bibir kewanitaannya, mata Bu Astri menatap sayu pada muridnya itu sambil menuntun penis itu ke liang sorganya.
“Sekarang biar ibu yang muasin kamu yah, ini namanya woman on top” kata Bu Astri dengan suara lirih yang menggoda
Guru cantik itu perlahan-lahan menurunkan pinggulnya. Sementara Ragil merasakan kepala penisnya menyentuh belahan hangat basah liang kewanitaan gurunya. Karena terlalu nafsu dan tidak sabaran, Bu Astri langsung menduduki penis Ragil begitu dirasakannya telah pas posisinya, maka amblaslah seluruh batang penis itu ditelan vaginanya.
“Aow… sakit Bu!” rintih Ragil karena kulup penisnya tertarik oleh jepitan erat dinding kewanitaan gurunya, terasa sekali gesekan dan tarikan kulit itu
“Sstt… jangan terlalu berisik…maaf Gil… kurang pas kali, Ibu coba lagi yah” kata Bu Astri lalu dia mengangkat pinggulnya lagi sehingga batang penis Ragil tertarik keluar sebagian.
Ragil kembali membeliakkan mata merasakan kenikmatan yang tak terlukiskan penisnya dihimpit dinding vagina Bu Astri.
Guru Bahasa Inggris yang cantik itu menggoyang-goyang dulu pinggulnya sedikit untuk mencari posisi yang tepat, lalu dia menurunkan lagi perlahan.
“Udah enak Gil sekarang?” tanyanya
“Iyah….mantap Bu…sekarang pas masuknya” jawab Ragil meringis nikmat.
Bu Astri mulai menekan lagi tubuhnya ke bawah hingga akhirnya batang kejantanan Ragil terbenam sepenuhnya di dalam liang kenikmatannya.
“Eeenngg…Bu…Ibu bisa hamil nggak nih?” tanya Ragil dengan nada khawatir.
“Bisa dong… nanti kamu jadi bapak anak Ibu” jawab Bu Astri
“Hah?” si gendut itu langsung melongo, bercinta dengan guru saja sudah perbuatan gila, apalagi kalau sampai hamil.
“Tenang, Ibu lagi bukan masa subur, hihihi….” Bu Astri tertawa melihat reaksi culun muridnya itu, “pokoknya sekarang nikmati aja dulu” lanjutnya
Ia lalu menindih tubuh gemuk muridnya dan memiringkan kepalanya di wajah anak itu. Dengusan nafas halusnya menyapu wajah Ragil. Mereka pun berpagutan dan beradu lidah. Tangan si gendut mengusap-usap punggungnya yang halus dan mulai berkeringat. Tanpa buang waktu lagi, mulailah Bu Astri menggerakkan pinggulnya, mula-mula gerakannya cuma memajumundurkan pinggulnya saja sehingga batang kejantanan muridnya yang terbenam dalam-dalam tidak keluar sedikitpun. Ragil merem-melek sangat menikmati gesekan-gesekan alat kelamin mereka
“Oohhh Bu…enak bangeti…Ibu cantik sekali…saya suka Ibu aaahh!” ceracau Ragil
“Remas-remas sepuas kamu Gil” kata Bu Astri seraya membimbing tangan muridnya ke payudaranya
“Tetek Ibu mantep… pas susunya.. kenceng lagi…” pujian jujur keluar dari mulut si gendut.
“Oohhh Gil… terusshh…,lebih kuat remasnya…” desah Bu Astri sambil terus bergerak naik-turun, “putingnya juga mainin!”
Cukup lama Bu Astri menunggangi penis muridnya. Tiba-tiba saja ia menggerakkan pinggulnya semakin cepat dan makin keras menghujam batang kejantanan Ragil.
“Aaaahhh….aahhh….!” ia mendesah tak karuan dan tubuhnya menggeliat, lalu ia menyedot kuat-kuat lidah Ragil sehingga suaranya teredam hingga akhirnya roboh lemas di atas tubuh muridnya itu.
Ragil yang belum mencapai puncak menyodok naik sedikit.
“Itu tadi yang namanya orgasme yah Bu? Jadi licin banget Bu… tapi nikmat juga kok aaah.. enak Bu… enak bangettthhh” desah Ragil sambil terus menyentak-nyentak pinggulnya ke atas.
“Iya Gil… tadi Ibu orgasme tuh.. lidah kamu nggak kegigit kan?” tanya Bu Astri.
“Nggak Bu…asyik malah hehehe…ayo dong cium saya lagi Bu…hhhhmmm!” Ragil menekan kepala belakang gurunya itu sehingga bibir mereka pun beradu dan kembali berpagutan.
“Gil…nakal kamu ya, udah mulai berani ternyata” Bu Astri melepas ciuman, “sekarang gini aja, kita ganti posisi yuk?” tawar Bu Astri pada muridnya yang gendut itu.
“Ayo Bu, gaya nungging yah Bu?” tawar Ragil semangat
“Boleh deh…hihii…banyak tau juga kamu ya”
“Tau dari internet sama film Bu, praktek sih belum pernah hehehe”
Mereka pun berganti gaya jadi doggy style. Bu Astri bertumpu dengan kedua lutut dan telapak tangannya di atas panggung meja guru yang beralas karpet itu. Ragil memperhatikan kulit punggung mulus gurunya yang sudah berkeringat, pinggangnya yang ramping dan buah pantatnya yang besar juga memberikan pemandangan indah tersendiri. Genjotan penis Ragil yang semakin cepat membuat payudara Bu Astri tergoncang-goncang. Tak lama kemudian Ragil merasa seluruh urat dan otot-otot tubuhnya meregang, ia merasa ada desakkan kuat yang harus meledak dari penisnya.
“Bu…kayanya saya mau orgasme nih…uuhhh enak!” ceracau Ragil mempercepat genjotan dan meremasi payudara gurunya itu lebih brutal, meja dan kursi di panggung tempat mereka bergumul sampai ikut bergetar.
Ragil membeliak-beliak menahan kenikmatan orgasme yang baru pernah didapatnya dari seorang wanita yang jauh lebih dahsyat daripada yang biasa ia dapatkan dari masturbasi. Suara decakan dan buah pelirnya yang memukul-mukul vagina gurunya diakhiri dengan erangan panas Ragil yang bersamaan dengan menyemprotknya air maninya yang hangat ke dalam rahim gurunya itu. Cairan putih susu itu membusa meleleh keluar menyertai keluar masuknya pompaan penis Ragil yang semakin pelan hingga akhirnya berhenti. Si gendut itu akhirnya lunglai di samping gurunya, keduanya bernafas tersenggal-senggal.
“Gila…kenapa aku sampai segila ini sampai harus ML sama si gorila kecil ini?” Bu Astri bertanya-tanya dalam hati, bingung kenapa dirinya bisa berbuat seperti tadi dengan muridnya sendiri, namun ia tidak bisa memungkiri perasaannya, secara jujur ia sangat menikmati penis perjaka muridnya itu menyodok-nyodok vaginanya.
“Ingat Gil…kita sudah terlibat skandal, jadi tolong kamu mengerti jaga sikapmu setelah ini, mengerti!” Bu Astri menegaskan peringatannya sambil mengancingkan kembali kemejanya.
“Iya Bu…iya, saya juga gak mau dikeluarin dari sekolah sama bikin malu papa-mama saya” kata Ragil magut-magut.
“Bagus lah kalau kamu ngerti, eh masih tunggu apa lagi?” tanya Bu Astri yang melihat si gendut itu belum memakai celananya, “lima belas menit lagi jam berikutnya, cepat kamu kembali ke kelas!”
“Sebentar Bu” si gendut itu tiba-tiba menghampiri dan meraih lengan gurunya yang baru saja hendak memakai roknya, “kan mumpung masih ada waktu sebentar, saya masih belum puas nih!” ia memepet tubuh gurunya itu ke tembok.
“Aaahh…ibu harus siap-siap Gil! Kamu…aaahh!” erangnya saat tangan muridnya itu dengan cepat menyusup ke dalam celana dalamnya dan mengorek vaginanya.
“Sebentar aja Bu, boleh ya…saya kesengsem banget sama Ibu”
“Kamu…aaakhhh…murid kurang ajar, gak mau denger kata gurumu yah….aaahhh” erang Bu Astri saat Ragil menusukkan penisnya hanya dengan menyingkap celana dalamnya yang mini ke samping tanpa membukanya.
Tangannya mendorong-dorong dada Ragil tapi dalam hatinya ia menikmati hubungan terlarang ini. Guru dan murid itu pun menghabiskan sisa waktu itu dengan melakukan persetubuhan kilat dengan gaya berdiri.
#################################
“Yeess…yesss…cihuy!” Roni berjingkrak kegirangan, ia menyaksikan semua yang terjadi antara Ragil dan Bu Astri melalui permukaan air di gayung yang berfungsi seperti bola kristal para penyihir di cerita-cerita dongeng, ia saksikan semua dengan jelas sampai bel tanda masuk berbunyi, buru-buru ia buang air di gayung itu dan keluar dari bilik.
“hihihii…sip deh!” ia masih menggumam-gumam girang saat keluar dari toilet, saking senangnya ia sampai tidak sadar ada dua siswa lain di situ, mereka tentunya mengira Roni baru selesai ngocok di toilet karena suara kegirangan yes…yes…tadi terdengar oleh mereka, apalagi melihat tampang Roni yang senyum-senyum mesum begitu keluar itu.
Kalau di buku komik Roni pasti sudah keluar keringat besar dan matanya menjadi titik hitam ketika menyadari dua siswa itu memandanginya seperti itu.
“Apa liat-liat? Belum pernah liat orang senang!” sentaknya sewot menutupi salah tingkahnya pada mereka lalu buru-buru keluar dari situ menuju ke kelasnya.
Saat pelajaran dimulai semua murid mulai duduk tenang di kursinya masing-masing. Tak lama setelah jam pelajaran berikutnya dimulai, pintu kelas diketuk. Bu Yugi, guru Bahasa Indonesia yang tampangnya mirip presiden wanita Indonesia itu, membukakan pintu, ternyata Ragil yang datang, ia terlihat kelelahan seperti habis olahraga tapi wajahnya terlihat senang.
“Tadi baru selesai susulan Bahasa Inggris Bu” jawabnya ketika Bu Yugi bertanya darimana saja dia.
Ia pun dipersilakan masuk ke kelas dan kembali ke tempat duduknya. Roni senyum-senyum melihat si gendut itu. Hanya ia yang tahu apa yang baru saja dilakukan temannya itu. Semua berjalan seperti biasa hingga pelajaran terakhir yaitu pelajaran matematika-nya Pak Amir, salah satu guru yang menyebalkan.
Pria berkumis dan berkacamata itu duduk lalu berkata “Ayo keluarkan kertas selembar anak-anak, hari ini kita ulangan!!”
“Wah pak curang, kok ngedadak gini sih” serempak semua murid protes.
“Ye kalian kan bukan anak SD lagi yang setiap ulangan harus diberi tahu dulu, ayo cepat keluarkan kertasnya” jawab Pak Amir lagi dengan senyum khasnya.
Semua murid pun menyiapkan kertas dan alat tulis disertai keluhan. Kemudian soal mulai dibagikan oleh Pak Amir. Tidak sedikit yang menampakan wajah bingung, ada yang tidak tahu mau menulis apa sehingga diam saja bengong menatap kertas soal, ada yang garuk-garuk kepala padahal tidak berkutu. Namun bagi Roni yang punya kelebihan dalam matematika, soal ulangan dadakan ini tidak terlalu menjadi masalah baginya. Baru setengah jam ulangan berlangsung ia sudah berhasil menjawab semua pertanyaan yang diberikan Pak Amir tadi dan segera menyerahkan kertas jawabannya kepada guru itu lalu duduk kembali di bangkunya. Setengah jam berlalu, Roni yang mulai bosan teringat dengan Serat Jarwo Gundul yang telah terbukti kedahsyatannya tadi pagi, ia pun membuka halaman lain buku itu. Pada judul sebuah bab tertulis “RANGSANGAN JARAK JAUH”, hhhmmmm….jurus ini sepertinya pas untuk situasi sekarang, yang dibutuhkan hanya sebuah benda bulat yang menyerupai klitoris wanita, tidak sulit didapat rasanya, ia pun membaca dan penasaran ingin mencobanya. Hhhmm…benda bulat, apa ya? Roni membuka kotak pensilnya dan mendapati penghapus yang tidak terlalu bulat-bulat amat sih, tapi dicoba dulu kan tidak salah. Ia lalu membaca dengan pelan mantra yang tertulis pada buku itu sambil jarinya memutar-mutar penghapus itu lalu menyebutkan nama lengkap sang korban.
Rina
Sasarannya tidak jauh-jauh, yaitu Rina Agustin seorang siswi yang menjadi teman satu bangkunya yang juga menjadi rebutan para cowok di sekolah. Rina dengan tinggi badan 160 cm berat 40 kg berambut panjang sebahu, putih mulus, dengan dada yang tidak terlalu besar semakin mambuatnya terlihat cukup sempurna. Selesai membaca mantra Roni lalu mulai memutar-mutar penghapus itu dengan jarinya seperti gerakan memainkan klitoris dan langsung terlihat efek dari mantra itu, gadis yang duduk di sebelahnya itui mulai terlihat gelisah dan mukanya memerah menahan nafsu yang datang secara tiba-tiba itu. Melihat itu Roni semakin bersemangat memainkan penghapus yang ada di tangannya dan semakin cepat memutar-mutarnya, tentu saja hal itu membuat Rina semakin mejadi-jadi, dia menggigit bibir bawahnya dan mulai meremas-remas payudaranya sendiri. Karena Rina duduk di pojok dekat tembok sehingga perbuatannya tidak diketahui oleh siapapun kecuali Roni yang sedang asyik memainkan birahinya. Sedang asik-asiknya Rina memainkan payudaranya dia terkejut dengan suara Roni yang menegurnya dengan suara yang pelan
“Kenapa kamu Rin?” tanya Roni setengah berbisik
Rina yang kaget langsung melepaskan tangannya dan berpura-pura sedang menggaruk lehernya yang gatal “nggggga apa-apa kok Ron cuma gatel aja ni leher” jawab Rina yang terlihat sangat gugup.
“Oh gitu yah Rin?” tanya Roni lagi sambil dengan cepat memainkan penghapus di tangannya itu.
“Iii…iya Ron, aaahhh!” jawab Rina sambil sedikit mendesah karena tidak tahan dengan birahinya yang sudah sangat memuncak, nampak ia berusaha keras agar tidak mengeluarkan suara aneh.
Mendengar desah Rina lalu Roni pun mulai mengelus-elus paha Rina yang tertutup seragam abu-abu itu, melihat Rina yang merem melek dengan kelakuannya itu maka Roni lebih berani lagi, tangannya mulai menyibakkan sedikit rok abu-abu Rina dan tangannya mulai menyentuh celana dalamnya yang sangat basah kuyup. Rina yang sedikit kaget dengan perlakuan Roni hanya dapat berkata pada Roni dengan suara yang sangat lemas
“Jangan Ron nanti ketahuan Pak Amir!”
“Tenang Rin ga akan ketauan ko kita kan duduk di kursi paling belakang” jawab Roni yang tengah asik menggesek-gesekan jarinya ke vagina Rina yang masih tertutup celana dalamnya.
“jangan gitu akkkhhh Ron gelii!” bisik Rina ke telinga Roni
“ya udah soal kamu biar aku yang kerjain habis itu kamu ikutin aku yah?” kata Roni
Rina hanya menganggukan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya, tak perlu waktu lama bagi Roni untuk menyelesaikan soal itu. Setelah selesai dia mengacungkan jarinya dan berkata kepada Pak Amir
“Pak Rina katanya ga enak badan, boleh saya mengantarnya ke UKS?”
Pak Amir lalu berjalan mendekati meja mereka berdua dan bertanya kepada Rina “Benar kamu sakit Rina?”
“Iiiya Pak” jawab Rina.
Pak Amir pun mempersilahkan Roni mengantarkan Rina ke ruang UKS yang berada di pojok sekolah.
Sesampainya di sana, Roni langsung membaringkan tubuh Rina di tempat tidur, lalu tangannya mulai memainkan penghapus yang dia simpan di dalam saku. Akibatnya Rina pun mulai menggelinjang-gelinjang dan mendesah-desah perlahan, kali ini ia lebih bebas mendesah dan menggelinjang karena cuma mereka berdua di situ. Melihat itu Roni pun melangkah ke dekat Rina dan mulai kembali mengelus-elus paha mulus gadis itu, melihat Rina hanya diam saja Roni mulai berani memasukkan tangannya ke dalam rok abu-abunya lalu mengelus-elus vagina yang masih terbungkus celana dalam itu.
“aakh iya gitu Ron terushh!” desah Rina yang mulai terbawa birahi
Mendengar desahan Rina Roni pun mulai bersemangat, maka ia pun mulai membuka celana dalam Rina
“Aaahh…Ron, jangan!” Rina menolak dan menahan tangan Roni tapi dirinya yang telah dikuasai birahi justru menginginkannya sehingga penolakan itu pun hanya setengah hati.
Roni melongo melihat kemaluan Rina yang masih rapat dan ditumbuhi bulu-bulu yang jarang dengan aroma yang membuat penisnya yang berada di dalam celana lusuhnya tambah menegang. Melihat itu Roni langsung menciumi paha dalam Rina terus sampai ke daerah kewanitaannya, lalu Roni mulai menjilati vagina Rina
“Ahhh…uuff….mmmhhh…aahmmm!” Rina terpejam-pejam ketika Roni giat menciumi belahan bibir vaginanya.
Lidah Roni begitu lincah mengorek-ngorek sela-sela vagina Rina, Kaki gadis itu dibukanya lebih lebar sehingga memperlihatkan labia mayoranya yang merah merekah dan basah itu. Lalu ia mulai menjilati segitiga emas itu lagi. Lidahnya masuk keluar naik turun sambil tangan satunya memainkan klitoris gadis itu. Jempolnya memutar-mutar dan memilin daging kecil yang sensitif itu. Rina pun melengkungkan badannya dan terhentak-hentak dilanda kenikmatan. Roni memasukkan vagina gadis itu ke dalam mulutnya dan menyedotnya seperti semangka.
“Uhhh….enak Ron” diam-diam Rina menunggu-nunggu momen ini, cairan vaginanya serasa tersedot keluar semua.
Mulut Roni menyedot dengan lahapnya, jarinya membuka lebar bibir kemaluan Rina dan dijilatinya bagian dalamnya. Enak sekali.lendir-lendir yang meleleh dari sela-sela belahan bibir vagina Rina terasa asin dan nikmat, Roni semakin rakus menjilati dan menghisap-hisap lendir yang meleleh itu sampai kering. Roni menganggkat wajahnya dari selangkangan Rina dan menatap mata Rina yang merem melek akibat kelakuannya tadi, mata Rina yang sipit pun menatap Roni dengan pandangan yang sayu. Perlahan Roni mulai mendekati Rina dan mencium bibir Rina dengan rakus, Rina yang kaget dengan perlakuan Roni itu mulai bisa mengimbangi dan membalas ciuman-ciuman Roni pada mulutnya.
“Hmmmm Mmmmmhhh Mhhhh…” suara itu keluar dari mulut mulut Rina ketika ciuman Roni mulai berubah begitu rakus dan liar.
Perlahan-lahan Roni meletakkan tangannya di gundukkan buah dada Rina,
“Ron…aaakkkhh…udah dong!” desah Rina ketika anak kampung itu membuka satu persatu kancing baju seragamnya.
“Dibuka yah Rin, supaya badanlu ga panas” Roni meminta ijin
Rina hanya dapat menganggukan kepalanya, setelah mendapat restu dari Rina Roni pun membuka bra Rina dan melemparkannya entah kemana. Kini tinggal lah Rina dengan seragam sekolah yang masih menempel tapi semua kancing bajunya terbuka dan rok abu-abu yang sudah tersingkap sampai ke dada dan celana dalam yang sudah jatuh ke lantai. Tanpa buang waktu lebih lama Roni pun mulai menyusu di payudara Rina
“Roni… ahhh” desah Rina ketika Roni mulai menyusu di payudaranya.
Nafas Rina terlihat memburu, bibirnya mendesah-desah merasakan remasan-remasan dan hisapan-hisapan di buah dadanya. Roni meniru adegan yang pernah ditontonnya di film bokep mempermainkan payudara Rina yang semakin mengeras, lidahnya membelai-belai bulatan susu Rina yang mulus dan halus, digigitnya putting Rina kemudian ditarik-tariknya dengan lembut.
“Ahhhh Mm Rooonnnniiiiiii…. ” kedua tangan Rina menekan kepala Roni ke arah buah dadanya agar lebih terbenam di dadanya
Kedua kakinya melejang-lejang. Lidah Roni mengelitiki putting susu Rina, diemutnya puncak payudara Rina sampai gadis itu menggelepar-gelepar keenakan. Rina tambah mendesah-desah ketika ciuman Roni kini semakin turun dan turun…Sebuah hisapan membuat tubuh gadis itu menggeliat nikmat , kedua tangannya memegangi kepala Roni diselangkangannya. Rupanya Roni menekan belahan bibir vaginanya, lidahnya mengulas-ngulas daging kecil mungil di dalam vagina gadis itu. Semakin kuat ia mengulas-ngulas klitoris itu dengan lidahnya, daging kecil itu tampak semakin mengkilap, dikait-kaitnya dan diemut-emut dengan hisapan-hisapan yang teratur.
“Eeennggghh….aaahhh…Ronn!” pinggul Rina terangkat ke atas saat Roni mengemut lubang vaginanya yang sangat basah, mulutnya menghisap kuat-kuat vagina itu
“Oww… aaaaahhhhhhhh rrrrrroooooooooonnnnnn CCCRRRRRRRTTTTT”Rina berteriak sangat keras, merasakan semburan kenikmatan itu meledak–ledak dan meleleh dari dalam vaginanya, dengan rakus Roni menjilati dan menyedot cairan kenikmatan yang berlelehan itu.
Roni lalu melepas celana seragam serta celana dalamnya, lalu naik dan mulai mengangkangi Rina tetapi pada saat akan memasukan penisnya kedalam vagina Rina, Rina berkata
“Jangan Ron aku belum pernah!”
“Sama Rin gua juga baru pertama, tenang aja, kata orang yang pernah paling cuma sakit sebentar” jawab Roni yang mencoba menenangkan Rina.
Rina pun hanya dapat mengangguk pasrah. Maka terlihatlah tubuh putih mulus Rina yang sedah ditindih oleh pemuda hitam dan mulutnya agak maju seperti bemo itu. Roni mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Rina dengan sangat perlahan, tentu tidak hanya dengan satu kali percobaan langsung berhasil karena keduanya baru pertama melakukan itu. Kemudian Roni melebarkan kedua kaki gadis itu dan kembali mengarahkan penisnya ke arah lubang kenikmatannya. Kali ini sebelum memasukkan Roni menggesek-gesek dulu penisnya pada bibir vagina Rina. Gadis itu pun tak ayal mendesah kenikmatan.
Lama-lama wilayah kewanitaan Rina pun semakin berlendir dan licin, saat itulah Roni mendorong penisnya masuk ke dalam vagina gadis itu. Terasa agak sempit karena baru 1/3 dari penisnya masuk. Perlahan-lahan Roni menarik lagi penisnya lalu menekannya kembali sekuat-kuatnya. Akhirnya kali ini berhasil ia menerobos vagina perawan Rina.
“Aawwhhh……sakit, Ron!!” Rina mengerang kesakitan.
Saat itu Roni juga sangat tersentak kaget, ia merasakan bahwa batang penisnya merobek sesuatu di dalam vagina Rina. Ia meraba pangkal pahanya, terdapat cairan kental yang hangat dan berwarna merah. Baik Roni maupun Rina telah sama-sama kehilangan keperawanan mereka, ada suatu guilty feeling dalam hati keduanya. Namun bagaimanapun semua sudah terjadi, dan perasaan itu segera lenyap oleh desakan gairah membara yang begitu berkobar-kobar. Roni mulai menggerak-gerakan tubuhnya, agar penisku dapat bermain-main di dalam lubang vagina Rina yang masih begitu rapat. Sementara Rina sudah mulai tampak tidak kesakitan dan sesekali tampak di wajahnya dia sudah bisa mulai merasakan kenikmatan dari gerakan-gerakan maju mundur penis Roni yang membawanya ke batas ujung dunia tak bertepi. Sambil menggenjot dengan tempo sedang Roni menatap wajah horny Rina yang semakin menggairahkan itu. Dan temponya pun semakin lama semakin naik. Gesekan-gesekan batang penisnya dengan vagina perawan Rina semakin terasa nikmatnya. Kenikmatan pertama dengan kenikmatan berikutnya, disambung dengan kenikmatan selanjutnya lagi, saling susul-menyusul tanpa henti. Kenikmatan tiada taranya yang serasa tidak kesudahan, membuat mereka lupa segala-galanya.
“Ron…Ronn…gila kamu aaahhh!!” desah Rina
Desahan Rina membuat Roni semakin bernafsu untuk memompa penisnya semakin dalam dan semakin cepat. Semakin cepat ia memompa penisnya, semakin hebat pula gesekan-gesekan yang terjadi antara batang penisnya itu dengan dinding vagina Rina, dan semakin tiada tandingannya kenikmatan yang didapat. Rina tidak sanggup berbuat apa-apa lagi kecuali hanya mendesah tidak karuan.
“Jangan terlalu ribut Rin, ntar kedengeran yang lewat!” kata Roni melihat Rina yang makin tak terkendali
“Aaah…Ron… kaya mau pipis….aahhh” Rina menggigit bibir bawah berusaha agar tidak terlalu ribut.
“Udah mau orgasme itu Rin namanya….tahan ya…ntar enak kok…uuuhhsss…hhhsss!” kata Roni sambil terus menggenjot vagina gadis itu.
Tampaknya mereka sudah akan terbang melayang sampai langit ketujuh. Mata keduanya merem melek, sementara tubuh mereka juga bergetar dan menggelinjang keras dan basah oleh keringat.
“Ronn…aaduuhh…aahhh…gak tahan nih!!” erang Rina sambil mempererat pelukannya.
Lenguhan serta jeritan gadis itu semakin membuat tusukan-tusukan penis Roni ke dalam vaginanya bertambah menggila lagi. Roni memagut bibir gadis itu, keduanya pun terlibat percumbuan yang liar, terdengar juga erangan Rina yang teredam di sela-sela percumbuan itu. Bosan dengan posisi ini, Roni menggulingkan tubuh Rina hingga berbaring menyamping, ia naikkan paha kanan gadis itu ke pundaknya dan kembali mengarahkan penisnya ke vagina gadis itu dan memulai lagi genjotannya. Kedua payudara Rina bergoyang mengikut gerakan genjotan Roni. Tangan Roni tidak tinggal diam, meremas-remas pantatnya yang mulus dan puting susunya. Tubuh Rina meliuk dalam gerakan yang indah, buah dadanya bergerak seirama dengan nafas gadis itu yang memburu, tubuhnya terguncang-guncang akibat sodokan-sodokan kuat Roni.
Akhirnya Roni merasakan sesuatu yang akan meluap keluar dari dalam penisnya, tetapi ini tidak membuatnya menghentikan genjotannya pada vagina Rina. Tempo genjotan-genjotan penisnya justru semakin cepat hingga akhirnya setelah rasanya tidak sanggup menahan orgasmenya, karena tidak sampai hati menumpahkan spermanya di rahim gadis itu ditambah khawatir akan menghamilinya, langsung ia cabut penisnya dari vagina gadis itu. Kemudian dengan tempo yang tinggi, ia kocok penis itu dengan tangannya hingga akhirnya tak lama kemudian, cairan-cairan kental berwarna putih bagaikan layaknya senapan mesin bermuncratan dari ujung penisnya mengenai wajah manis Rina, payudara dan rambutnya.
“Aawwww…” jerit Rina sedikit kaget dan menutup mata saat sperma Roni menyemprot wajahnya.
Cipratan sperma yang menyemprot deras itu sebagian mengenai mulut Rina. Gadis itu dapat merasakan rasanya khas dan agak asin. Semprotan itu berangsur-angsur reda dan penis Roni juga mulai melemas.
“Sepong ya Rin, bersihin” pinta Roni yang naik ke dada gadis itu dan menodongkan penisnya ke wajah cantiknya.
Dengan tangan bergetar Rina meraih penis Roni yang basah itu. Ia agak ragu dan jijik memasukkan benda itu ke mulutnya, namun ajian dari kitab itu cukup ampuh mempermainkan birahi Rina yang tadinya termasuk alim itu. Dengan bujukan Roni, Rina pun akhirnya memasukkan benda itu ke mulutnya juga.
“Jilatin Rin…emut juga! Gitu uhhh…!” lenguh Roni seraya memberi pengarahan.
Rina mengikuti saja instruksi Roni walau agak canggung karena pertama kalinya melakukan oral seks. Selama lima menitan ia melakukan jilatan dan kuluman terhadap penis hingga akhirnya mulai terbiasa. Lalu Roni pun menarik penisnya yang telah bersih dari mulut gadis itu dan merebahkan diri di sampingnya. Tubuh mereka sudah bermandikan keringat, keduanya saling tatap lalu tertawa lepas.
“Tenang Rin, tadi gua keluarinnya bukan di dalem , jadi lu ga bakalan hamil, yang ketelen itu juga masuknya ke pencernaan kok” Roni menjelaskan
“Iya gua tau, emangnya gua anak kecil yang ga tau soal reproduksi” jawab Rina sambil meraih tissue di buffet sebelah tempat tidur untuk mengelap ceceran sperma di tubuhnya.
“Sakit Rin?” tanya Roni melihat noda darah pada tissue yang dipakai Rina untuk membersihkan vaginanya.
“Iyah…lumayan, gua ga ngerti kenapa kita bisa sampe gini, tapi gua ga nyalahin lu sepenuhnya juga Ron, gua juga enjoy soalnya, ga tau kenapa?” kata Rina datar.
“Oohh…jadi lu mau lagi nih Rin?” Roni mendekap tubuh gadis itu dari belakang.
“Iiihhh…ngga…kata siapa” Rina melepaskan diri dan memukul lengan Roni sambil pura-pura marah, “udah ah, gua harus les abis ini, makan siang juga belum”
Setelah itu mereka berdua keluar dari ruangan UKS bersama-sama dan perasaan Roni sangat senang karena berhasil mendapatkan keperawanan seorang bidadari yang menjadi incaran banyak cowok di sekolahnya. Setelah membenahi diri masing-masing, mereka keluar pelan-pelan dari ruang UKS, Roni melihat kiri kanan dahulu memastikan aman atau tidak, kemudian barulah keduanya keluar menyusuri koridor. Tanpa mereka sadari seseorang telah mengintip mereka sejak tadi, sosok itu buru-buru menjauh dari ruang itu ketika mengetahui mereka akan segera keluar. Ia naik ke lantai dua dan mengamati mereka berlalu dari sana, sebuah senyum licik tergurat di wajahnya yang mirip tikus itu. Dia bukan sosok yang asing di sekolah ini, namanya Saipul, sehari-hari dipanggil Bang Ipul, dia adalah petugas fotocopy yang terkenal suka cunihin atau bercanda cabul. Nampaknya setelah ini, fantasi liar pria kurus berumur 38 tahun ini akan segera terwujud.
###########################
Di sebuah halaman gedung bergaya China yang luas, banyak ditumbuhi pohon willow yang lebat dan kekar , tampak sebuah kolam teratai yang jernih beralaskan batu hijau, aneka bunga tumbuh mengelilingi sebuah taman dengan jembatan batu yang indah dan lebar yang menghubungkan dengan sebuah paviliun yang indah di tengah kolam. Pada saat itulah dua sosok manusia sedang bertarung di sana, seorang gadis cantik bergaun sutra putih menerjang maju ke depan dengan pedang di tangannya, gerak serangannya boleh dibilang cepat sekali. Lawannya adalah sosok dengan pakaian serba hitam memakai topeng iblis dengan bersenjatakan sebilah golok. Si topeng iblis membabat ke bawah mengancam lengan kiri gadis. Buru-buru si gadis bergaun putih itu memutar badannya sembari menangkis tebasan golok dengan gerakan yang indah. Kini tampak wajahnya lebih jelas lagi, ya dia adalah Fan Bingbing, artis asal China yang sedang naik daun itu. Si topeng iblis tidak menyangka Bingbing bisa berubah jurus begitu cepatnya, tangannya bergetar akibat tangkisan pedang gadis itu, buru-buru dia lancarkan serangan berantai. Dalam waktu singkat dia sudah melepaskan delapan jurus serangan, bayangan golok dan suara desingannya memenuhi udara sekitar. Bingbing pun jadi gelagapan, beruntun dia mundur berapa langkah dari posisi semula. Setelah jurus serangan si topeng iblis berhenti, dia baru menolakkan kakinya terbang merangsek ke depan sambil melancarkan serangan balasan dengan sepenuh tenaga. Menyaksikan serangannya gagal menundukkan gadis itu, si topeng iblis terperanjat juga, ia tak lagi berani gegabah, sambil mainkan jurus serangan dia menghindar dari tusukan-tusukan pedang Bingbing. Pertarungan sengit pun segera berkobar, untuk sesaat kekuatan mereka tampak berimbang. Tampak Bingbing mengeluarkan semua jurus simpanannya untuk menyerang musuh, baik menusuk maupun menebas semua dilakukan sangat cepat dan tepat pada sasaran. Tubuh mereka menari-nari di udara bagai sepasang kupu-kupu, semakin bertarung gerak serangan mereka semakin cepat. Dalam sekejap mata kembali empat puluhan jurus telah berlalu, namun menang kalah masih sukar ditentukan. Kalau Bingbing unggul dalam ilmu meringankan tubuh serta kecepatan perubahan jurus serangan, maka si topeng iblis lebih unggul dalam ilmu tenaga dalam, untuk sesaat kedua belah pihak sama-sama bertahan dalam posisi yang seimbang. Setelah berpisah jarak dan saling tunggu kesempatan menyerang, tiba-tiba gaya serangan si topeng iblis berubah, kalau tadi dia main cepat melawan cepat maka jurus serangannya saat ini lebih lamban dan berat tapi setiap tebasan atau tendangannya hampir semuanya mengandung tenaga yang dahsyat. Jurus serangan yang disertai tenaga dalam yang hebat semacam ini tak bisa dianggap enteng, setiap angin pukulan yang menderu-deru seketika membuat Bingbing mulai terdesak. Walaupun dalam kelincahan ia jauh lebih unggul, tapi begitu pertarungan berubah jadi pertarungan tenaga dalam, posisinya segera terdesak hingga berada di bawah angin, belum lagi sepuluh jurus, peluh sudah bercucuran membasahi jidatnya.
Fan Bingbing
Bingbing mulai merasa kewalahan menangkis setiap serangan lawannya, dia tahu bila keadaan semacam ini dibiarkan berlangsung lebih jauh, dapat dipastikan dirinya bakal kalah. Tiba-tiba ia membentak nyaring dan mengubah permainan jurusnya, kini dia gunakan taktik keras melawan keras untuk menghadapi si topeng iblis. Karena gugup, Bingbing secara tidak sengaja membuka celah di antara pertahanannya sehingga tangannya bergetar hebat saat golok musuh beradu dengan pangkal pedangnya. Ia pun semakin terdesak sampai harus mundur berulang kali karena serangan si topeng iblis semakin gencar. Sekali lagi si topeng iblis mengarahkan serangannya ke pegangan pedang Bingbing dan kali ini trang…terlepaslah pedang itu dari pegangannya. Peristiwa itu sangat cepat dan mendadak, belum habis rasa kaget Bingbing karena pedangnya terlepas, tahu-tahu bahunya sudah terkena pukulan secara telak. Diiringi jerit kesakitan, tubuh Bingbing terpental sejauh beberapa meter ke arah paviliun. Tanpa memberi kesempatan pada Bingbing, si topeng iblis yang masih melayang di udara memutar tangannya menyiapkan jurus selanjutnya
“Heeaaa!” serunya dengan satu gerakan seperti mengoyak di udara
Bingbing dapat merasakan datangnya gelombang angin pukulan itu ke arahnya namun tidak sempat menghindar dan…breek….terkoyaklah pakaian berbahan sutera mahal itu beserta pakaian dalamnya sekaligus.
“Aaaahhh!!” jerit Bingbing secara refleks menutupi tubuhnya dengan tangan.
Dengan gerakan cepat si topeng iblis sudah berdiri di depan Bingbing dan segera menotok jalan darah gadis itu. Bingbing pun terkulai lemas, namun sebelum tubuhnya jatuh si topeng iblis sudah lebih dulu menyambar punggungnya. Lalu tangan satunya melepas topeng yang menutupi wajahnya.
“Hehehehe…kena juga lu ya!” tawa Roni penuh kemenangan, ternyata dia lah sosok di balik topeng tersebut.
Bagaimana mungkin Roni bisa berada di dunia China klasik jaman persilatan? Bersama artis cantik Fan Bingbing pula? Ini semua berkat Serat Jarwo Gundul yang baru didapatnya tadi pagi, Roni sedang mempraktekan salah satu ilmu yang bernama ‘SENGGAMA JIWA’. Ilmu ini mungkin merupakan yang paling sederhana dari seluruh ilmu di kitab tersebut. Caranya tinggal letakkan foto orang yang diinginkan untuk berhubungan seks di bawah bantal, lalu baca mantera dalam kitab tersebut sebelum tidur di atas bantal tersebut. Maka ia akan menjadi semacam ‘Freddy Krueger’ yang bisa memangsa orang dalam foto tersebut dan melakukan hubungan seks sesuai yang difantasikannya dalam dunia mimpi dengan jiwa orang tersebut. Untuk praktek perdananya ini Roni memang sengaja memilih Fan Bingbing yang kebetulan wajahnya menghiasi kalender di rumahnya, padahal halaman kalender tersebut masih untuk empat bulan ke depan, dia memang sudah kesengsem dengan Fan Bingbing setelah melihat penampilannya di serial ‘Putri Huanzhu’ dan beberapa film layar lebar.
“Aaahhh…ni yao gan ma? (mau apa kamu)” Bingbing panik melihat wajah ndeso yang nyengir mesum di balik topeng itu.
Sebagai jawabannya, Roni memeluk tubuh telanjangnya lalu mencium bibirnya dengan buas, bukan hanya mencium, dia pun mulai menghisap ujung lidah Bingbing dengan penuh nafsu. Bingbing pun mendesis lirih, ia ingin berontak tapi tak bisa menggerakkan badannya sedikitpun akibat totokan. Roni lalu duduk di bangku kayu di paviliun itu, tangannya tak tinggal diam, dari payudara dia mulai menggerayangi seluruh tubuh mulus Bingbing yang tinggal memakai kaos kaki dan sepatu. Tangannya bukan hanya meremas payudaranya yang berukuran sedang, bahkan mulai memilin-milin puting susunya. Hal ini membuat birahi Bingbing pun tergelitik, ia mulai membalas permainan lidah Roni di mulutnya, nafasnya pun makin memburu. Selang beberapa saat kemudian mulut Roni merayap turun dan mulai menghisap puting susu gadis itu dan menggigitnya periahan. Tak ayal Bingbing pun mulai mendesah kenikmatan. Sementara tangannya juga merayap ke bawah, dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dia mulai meraba vagina Bingbing yang berbulu lebat dan menelusuri gua lembab yang sempit dan hangat.
“Ah … fang kai wo…bu yao la!! (lepaskan, jangan!)” erang Bingbing.
Roni terus mengenyoti payudara Bingbing bergantian kiri dan kanan sambil mencucuk-cucukkan jarinya ke vagina gadis itu. Bingbing mendesah-desah dan mengucapkan kata-kata dalam bahasa Mandarin yang tidak dimengerti Roni sehingga ia terus saja meneruskan aksinya. Tak lama kemudian Roni merasakan cairan hangat dan bening membasahi jarinya, tahulah dia kalau perempuan itu sudah mencapai
puncaknya. Maka tanpa pikir panjang dia masukkan jari tengahnya ke dalam liang kenikmatan itu,
tusukan disertai gerakan memutar jari itu seperti mengebor Roni membuat tubuh Bingbing mengejang keras dan merintih tak tertahankan. Karena sudah tak sabar lagi, ia baringkan tubuh telanjang Bingbing di meja pualam di tengah paviliun, lalu ia melepaskan celananya sendiri sehingga senjatanya yang sudah ereksi mengacung tegak. Buru-buru dia rentangkan kedua belah paha Bingbing dan mengambil posisi di tengahnya, tangannya mengarahkan penisnya ke arah liang senggama Bingbing
“Bu yao…ni fang kai wo, qiu qiu ni!” (jangan, lepaskan saya, saya mohon) jerit Bingbing.
“Omong apa sih? Kaga ngerti, nih nikmatin aja kontol gua!” kata Roni seraya menghujamkan penisnya ke vagina Bingbing yang sudah basah berlendir.
“Aaahhh!” erang gadis itu dengan mata membelakak saat menerima sodokan penis Roni
Roni pun memulai genjotannya, tangannya meremas-remas payudara Bingbing yang bergoncang-goncang dan menjelajahi kemulusan tubuhnya. Pinggulnya terus berpacu memberikan sodokan-sodokan ringan liang senggama Bingbing diselingi dengan sesekali sodokan cepat dan keras yang membuat ujung penisnya dapat menyentuh dinding rahim gadis itu.
“Akhhh…akhhh….ohhh…hao tong aaa!” (sakit!) rintih Bingbing ketika Roni mempercepat genjotannya.
Roni hanya tersenyum saja mendengar racauan yang keluar dari bibir mungil artis cantik itu namun tak ia hiraukan dan segera ia percepat lagi goyangannya dengan berbagai variasi. Bingbing pun meracau semakin tak karuan dalam Mandarin dan desahannya semakin keras saja. Sayup-sayup suara desiran air kolam diterpa angin terdengar mengiringi desahan pergulatan mereka. Bibir vagina Bingbing terbelah diiringi dengan suara kecipak cairan bening yang keluar dari rongga kewanitaannya.
Mbah Jarwo
Lagi asyik-asyiknya bergumul tiba-tiba terdengar suara tawa.
“Hak…hak…hak…jadi di sini kamu Nak!”
Roni dan Bingbing pun menoleh ke arah suara. Sesosok tubuh melayang turun dari seberang sana ke paviliun tempat mereka berada, lalu mendarat mulus dengan santainya.
“Loh….Mbah Jarwo…kok bisa di sini?” tanya Roni bingung.
“Ya bisa dong…kan Mbah yang punya kitab itu” jawab Mbah Jarwo, “gimana? Asyik toh bukunya?” tanyanya terkekeh.
“Sip banget Mbah…mantep tenan” jawab Roni puas.
“Eh omong-omong siapa nih Nak? Cakep banget…mulus…!” Mbah Jarwo mendekati mereka dan meremas payudara kiri Bingbing.
“Artis Mandarin Mbah, namanya Fan Bingbing, favorit saya nih makannya saya coba ilmunya ke dia” jawab Roni mulai kembali menggenjot Bingbing dengan pelan.
“Ehehe…ente emang pria punya selera…omong-omong Mbah boleh ikutan kan? Sekalian kita ngobrol” tanya pria tua bongkok itu sambil jarinya memenceti puting Bingbing yang sudah mengeras.
“Boleh…boleh Mbah silakan…mau omongin apa emang?” Roni mempersilakan, “emang gua gudang garam? Pria punya selera” katanya dalam hati.
“Sip deh….hak…hak…hak!” Mbah Jarwo membuka celana cingkrang hitamnya itu sehingga penisnya yang lumayan besar dan kepalanya merah menyembul keluar, “sini Non, emut kontol Mbah ya” ia meraih kepala Bingbing dan mendekatkan senjatanya ke mulut artis cantik itu.
Bingbing yang sudah panik sejak pria tua itu menjamah payudaranya tadi tambah panik saat penis yang kepalanya merah dengan bulu-bulu yang sebagian sudah beruban itu mendekati wajahnya, baunya yang sengit saja sudah tercium dan membuatnya jijik. Namun totokan Roni menyebabkan ia tidak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa pasrah ketika Mbah Jarwo menjejali mulutnya dengan penisnya itu.
“Uuuhhh…mantep ini!” desah Mbah Jarwo merasakan hangatnya mulut artis cantik itu.
Ia lalu mulai menyetubuhi mulut Bingbing dengan gerakan pelan, tangannya tidak tinggal dia menjamahi kemulusan tubuhnya.
“Omong-omong Nak, kitab itu jangan sampai jatuh ke tangan orang yang tidak sepantasnya, kamu harus jaga baik-baik kerahasiaannya.” Mbah Jarwo menasehati sambil menikmati emutan Bingbing pada penisnya.
“Beres Mbah, pasti…uuhh enak banget nih, kesampaian juga ngentotin Fan Bingbing!” Roni nampak lebih fokus menggenjot vagina artis kesukaannya itu.
“Terus lagi, hanya si pemegang buku yang bisa menerapkan ilmu di dalamnya, jadi walaupun orang lain yang bukan pemegang buku itu hafal mantera dan ritualnya, tetap ilmu itu tidak akan bekerja.” lanjut Mbah Jarwo, “juga jangan memakai kitab itu untuk tujuan jahat, kalau kamu melanggar, Mbah akan tarik lagi buku itu! kamu mengerti Nak?”
“Eeeh…maksudnya jahat gimana Mbah?”
“Misalnya membunuh atau mencelakai orang”
“Wah ngga lah Mbah…jelek-jelek gini saya ga pernah berpikiran sejahat itu” jawab Roni seraya menghela pinggulnya lebih kuat sehingga tubuh Bingbing juga menggeliat, “tapi kalau buat jail dikit gapapa kan Mbah”
“Ehehehe…kalau itu sih oke oke aja lah, sama Mbah juga suka pake jail kok, hak..hak…hak!” tawanya mesum, “eh Nak…ini cewek kok kaya gedebog pisang gini sih, diam aja terus daritadi?”
“Saya totok Mbah, soalnya galak banget dia, takutnya bisa berontak tuh” kata Roni.
“Yah pantes! Sini Mbah buka totoknya!” tangan Mbah Jarwo bergerak dengan cepat menotok beberapa titik di tubuh Bingbing, “mana enak main sama gedebog pisang,
Mereka merebahkan tubuh Bingbing di lantai karena meja bulat itu terlalu sempit, kali ini payudara artis cantik itu dilahap oleh Mbah Jarwo sambil puting yang satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya yang keriput.
“Walah di sini mana enak sih? Di meja sempit sama lantai keras dingin gini? Bikin pegel badan tua Mbah aja!” omel Mbah Jarwo, “Gini dong harusnya….hiyyaaa!” pria tua bongkok itu mengayunkan tongkat berkepala jin-nya.
Dalam sekejab mereka berpindah tempat di sebuah ranjang empuk berukuran king size dengan kelambu sutra berwarna keemasan, ranjang itu juga ditopang empat tiang bersepuh emas dan berukiran naga pada setiap sudutnya. Ranjang itu terletak di sebuah ruangan besar yang di sisi-sisinya tergantung lantera yang memberi penerangan.
“Nah gini dong, kan jadi serasa kaisar China!” kata Mbah Jarwo
“Wah hebat Mbah…hebat…” Roni berdecak kagum akan kehebatan ilmu pria tua itu dan memandang suasana kamar kaisar di sekelilingnya.
Pergumulan mereka pun kembali berlanjut. Mbah Jarwo duduk sambil memeluk Bingbing dari belakang. Leher jenjang itu dipagutnya seraya kedua tangan keriputnya memainkan buah dada artis cantik itu. Bingbing yang sudah dikuasai birahi menengadahkan kepalanya bersandar pada pundak Mbah Jarwo, mulutnya yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan dan lenguhan dilumat oleh pria tua itu. Bingbing membalasnya dengan nafsu pula karena selain membebaskan totoknya Mbah Jarwo juga menotok titik rangsangan pada tubuh artis cantik itu sehingga Bingbing harus takluk pada birahinya, mereka saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggul Bingbing semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Ia begitu menginginkan kejantanan Roni mengaduk-aduk seluruh isi rongga kewanitaannya serta meminta lebih dan lebih lagi.
“Aaargghh…gini enak, goyang terus Ci Bingbing” erang Roni menghujam-hujamkan penisnya.
Perlakuan Roni dan Mbah Jarwo membuat gejolak birahi Bingbing semakin menjadi-jadi, ia meremas buah dadanya sendiri sambil mendesah tertahan di sela bercumbu dengan si pria tua.
“Nak…giliran Mbah dong!” Mbah Jarwo yang meminta merubah posisi agar bisa menikmati vagina Bingbing.
Roni pun melepas penisnya dari vagina artis itu lalu duduk selonjoran bersandar di kepala ranjang, ia menarik Bingbing ke arahnya.
“Isep Ci”! pinta Roni menunjuk penis dan mulutnya
Bingbing tidak mengerti ucapan Roni tapi ia mengerti bahasa isyarat itu, maka segera dilumatnya kejantanan itu dengan rakus.
“Ooohh.. enak Ci…. isep terus” erang Roni meremasi rambut hitam panjang Bingbing.
Bersamaan dengan itu Bingbing merasakan Mbah Jarwo menggesek-gesek bibir kemaluannya dengan kepala penisnya. Tubuh artis itu bergetar hebat, saat batang kemaluan pria tua itu yang cukup panjang dan keras dengan perlahan menyeruak menembus bibir kemaluannya dan terbenam di dalamnya. Tusukan-tusukan kejantanan itu serasa membakar tubuh, birahinya semakin menggelegak. Bingbing menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis dua batang kejantanan di dalam tubuhnya. Batang kemaluan Roni dilumatnya dengan sangat bernafsu. Kesadarannya hilang sudah digantikan naluri yang menuntunnya melakukan semua itu.
“Uuuhh…terus Ci Bingbing…enak banget…aaarrgghh” erang Roni.
Dari reaksi Roni, Bingbing tahu ABG jelek itu akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya di mulutnya, dan benar saja selang berapa saat ia merasakan semburan-semburan hangat sperma kental yang beraroma menusuk.
“Aaagghh…sipphh… isep teruss.. telan Ci!” jerit Roni menekan kepala Bingbing ke selangkangannya
Lagi-lagi nalurinya menuntun agar ia menghisap kejantanan yang menyemburkan sperma itu. Ditelannya cairan putih kental itu. Aneh memang, entah karena rasanya, atau sensasi seksual yang menggila ini, yang pasti ia sangat menyukai cairan itu. Dihisapnya terus penis Roni hingga tetes terakhir dan penis itu mengecil dan lemas. Sementara itu hujaman-hujaman penis Mbah Jarwo yang begitu bernafsu dalam posisi ‘doggy’ membuat Bingbing kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah dengan elusan-elusan Ibu jarinya di anusnya. Bukan hanya itu, setelah diludahi pria tua itu bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang anusnya. Sodokan-sodokan di kewanitaannya dan ibu jarinya di lubang anus membuat artis cantik itu mengerang-erang makin tak karuan dalam bahasa Mandarin. Erangan Bingbing tentu membuat Mbah Jarwo tambah bersemangat menghajar kedua lubangnya, ibu jarinya pun tambah dalam menembus anus artis itu membuatnya tambah lupa daratan. Sedang asiknya menikmati, tiba-tiba Mbah Jarwo mencabut kejantanan dan ibu jarinya. Bingbing menoleh ke belakang, wajahnya terlihat memelas seperti mau mengatakan belum cukup. Ia masih belum mengerti apa yang akan dilakukan Mbah Jarwo ketika pria tua itu beberapa kali meludah ke anusnya. Saat pria itu mulai menggosok kepala penisnya di lubang anusnya barulah ia sadar apa yang akan dilakukannya.
“Bu…bu yao…bu yao na bian!” (jangan…jangan disana!) Bingbing menghiba meminta agar pria tua itu jangan menyodominya.
Mbah Jarwo hanya cengengesan tidak menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa geli-geli enak kala ia melakukan hal itu.
“Aaaahhhh!!” erang Bingbing merasakan sodokan jari di vaginanya yang menghilangkan protesnya.
Selanjutnya ia merasakan kepala kemaluan pria itu sudah melesak masuk ke anusnya, perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit penis itu membelah anusnya dan tenggelam di dalamnya.
“Hao tong.. akhh..!” (sakit…aaahhh!) rintihnya pasrah karena rasanya mustahil menghentikan pria itu.
“Hihihi…sakit ya…nanti juga enak kok” bujuk Mbah Jarwo seraya mencium punggung Bingbing yang sudah berkeringat dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisnya.
Tangan Bingbing mencengkram kuat sprei dan mulutnya membuka selebar-lebarnya mengeluarkan erangan nyeri. Namun seiring gesekan-gesekan kedua alat kelamin mereka, berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, ia bahkan mulai menyukai batang keras Mbah Jarwo yang menyodok-nyodok anusnya. Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar di sekujur tubuhnya.
Erangan birahi Bingbing mewarnai setiap sodokan penis Mbah Jarwo. Pria tua itu dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya, payudara Bingbing tampak terayun-ayun mengikuti irama hentakan itu. Semakin keras pria itu menghujamkan kejantananya semakin ia terbuai dalam kenikmatan. Roni yang sudah pulih dari ‘istirahat’nya tidak ingin hanya menonton, ia kembali bergabung.
“Mbah berenti dulu dong mau ikutan nih!” sahutnya
“Ayoh…mumpung belum keluar nih, hak…hak…hak..!” Mbah Jarwo menghentikan sejenak genjotannya.
Roni menyusup ke bawah tubuh Bingbing dan merebahkan diri terlentang di tempat tidur dengan kepala beralas bantal, lalu ia tarik tubuh molek itu menindihinya. Sambil melumat bibir basah artis cantik itu, ia membuka lebar kedua paha Bingbing dan langsung menancapkan kemaluannya ke dalam vaginanya. Menyadari dirinya akan digarap dua pria sekaligus timbul getaran birahi yang tak terkendali di tubuh artis cantik itu. Sensasi seksual yang luar bisa hebat ia rasakan saat kejantanan mereka yang keras mengaduk-aduk rongga kewanitaan dan anusnya. Hentakan-hentakan penis mereka di kedua lubangnya sungguh memberi kenikmatan yang tak terperikan. Posisi ini membuat Bingbing semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubangnya yang digarap mereka tapi juga payudaranya. Roni dengan mudahnya memagut leher jenjangnya dan satu tangannya meremas buah dadanya, juga menghisap putingnya yang sudah mengeras. Bingbing benar-benar sudah tidak mampu lagi menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur tubuhnya. Hingga akhirnya ia merasakan sesuatu di dalam kewanitaannya akan meledak, keliarannya pun makin menjadi-jadi.
“Aaagghh.. ouuhh…hao shuang!! Gao chao le!” (aaahh…ahhh…enak!! saya keluar!!) jerit Bingbing dengan tubuh mengejang tak terkendali.
Di atas ranjang naga itu, jeritannya bercampur dengan suara tumbukan alat kelamin dan lenguhan kedua pria itu menciptakan suatu adegan yang sangat erotis.
Roni dan Mbah Jarwo mencabut penis mereka dan mengocoknya di atas tubuh Bingbing yang terkulai lemas. Crettt…crettt…crroottt….berkali-kali sperma bermuncratan dari kedua penis itu dan mendarat di tubuh mulus yang sudah mandi peluh itu, tidak ketinggalan wajah dan rambut panjangnya pun terciprat cairan kental itu. Sepanjang malam di dunia mimpi itu mereka mereguk kenikmatan demi kenikmatan.
Malam itu Roni menikmati tidurnya dengan nikmat (bukan dengan nyenyak), bagaimana tidak, jiwanya berkelana di alam mimpi menikmati seorang artis cantik kaliber Asia seperti Fan Bingbing. Wajahnya sesekali nyengir mesum di tengah tidurnya. Sementara di belahan dunia lain, Fan Bingbing tertidur dengan galau, keringat membasahi tubuhnya dan vaginanya menjadi becek karena mimpi erotis tersebut. Di atas meja butut di kamar Roni yang biasa dipakai untuk belajar tampak tiga lembar guntingan koran dipaperclip menjadi satu, tumpukan paling atas bergambar Rhoma Irama, si raja dangdut yang baru-baru ini membuat sensasi dengan mencalonkan diri sebagai presiden untuk 2014 nanti, lembaran di bawahnya adalah gambar bupati Garut, Aceng Fikri yang baru-baru ini bikin heboh dengan nikah siri empat harinya, sementara lembaran paling bawah bergambar selusinan waria sedang foto bareng, di bawah gambar itu masih terdapat judul artikelnya, “Kongres Waria Nasional Sukses Berlangsung di Bali Walaupun Mendapat Tentangan Dari Sejumlah Daerah”. Rupanya Roni masih sempat jahil sebelum tidur, ia menerapkan ilmu Senggama Jiwa pada kedua orang tokoh publik yang membuatnya sebal itu untuk mengerjai mereka. Akibatnya di tempat lain, Rhoma pun tidur dengan mimpi yang sangat buruk, ia mengigau sampai mandi keringat.
“Ter….la…lu…masa semuanya palsu…lari…lari pagi! Tulungg….buka pintunya….wadohh…gua ga mau siri sama yang ginian, waaaaa!” Rhoma mengigau tak karuan.
Sementara di Garut, Bupati Aceng pun mengalami nasib yang tak jauh beda dengan Rhoma, ia tidur seperti cacing kepanasan sampai bantal dan gulingnya terjatuh.
“Wadoh, kok semua ga sesuai speknya…ampun dah, udah bayar 250 juta!! Waw…ane ketangkep tolonggg….Bang Haji jangan tinggalin ane dong!! Kurang asem…ga setia kawan sesama siri-ers! Waaa…celana ane jangan ditarik!! Adohhh jangan…ampun!!” dari igauannya, nampaknya nasib sang bupati di alam mimpi lebih mengenaskan dari sang raja dangdut.
Keringatnya sampai basah tercetak di ranjangnya padahal ia tidur hanya memakai kolor motif Mr. Smile lusuh yang adalah jimat penakluk wanitanya yang dibelinya dengan harga mahal (uangnya dari anggaran daerah geto loh!!) dari seorang ‘pintar’ bernama Ki Jaka Bego yang mengaku saudara seperguruan dari Ki Joko Bodo. Kolor itu sudah lima tahun terus dipakainya tanpa boleh dicuci agar khasyatnya tetap mujarab, cuma boleh dilepas saat buang air atau mandi. Gara-gara ulah Roni inilah keduanya semalaman diganggu mimpi super seram, setiap terbangun lalu tertidur lagi mimpi yang sama selalu menghantui mereka, sehingga mereka tidur tidak bisa, bangun pun sudah tidak ada tenaga. Akibatnya Rhoma harus memakai kacamata hitam ketika tampil di Mata Najwa agar lingkar mata dan matanya yang memerah tidak terlihat, Bupati Aceng juga tidak bisa hadir ketika dipanggil DPRD untuk diminta pertanggungjawabannya karena badannya dalam kondisi tidak fit, lemah, letih, lesu geto loh!
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,