Senior Yang Patah Hati True Story

Kala itu saya adalah seorang mahasiswa baru disebuah kampus di sekitar Kuningan Jakarta. Di kampus saya tidak mengenal budaya senioritas, selama masih sopan dan menghormati sesama bebas2 saja, sehingga hubungan antar angkatan dapat terbangun selayaknya hubungan pertemanan biasa.
Pada semester 1, kelas sudah diatur oleh kampus, sehingga teman2 dalam kurun setemgah tahun yang saya kenal adalah orang yang sama. Semester 2, saya mulai menyusun mata kuliah sendiri, sebagai mahasiswa baru yang belum familiar dengan penyusunan mata kuliah, akan sangat natural untuk mencari informasi dari TU dan Senior, kebetulan saya sudah memahami prosedurnya namun butuh tips dari senior perihal jadwal mata kuliah dengan dosen2 yang enak, disitulah saya bertemu dengan Niki.

Saya bertemu Niki secara kebetulan saat sedang akan menyusun mata kuliah di warnet sekitar kampus, saya tidak sengaja melihat di layar niki sedang membuka halaman penyusunan mata kuliah dan tertera di pojok layar bahwa Niki adalah senior 3 angkatan diatas saya, tanpa ragu saya menyapa.
S: “Permisi kak, saya anak baru di kampus, kakak lagi menyusun mata kuliah juga ya? Ada yang mau saya tanyakan sedikit boleh?”
N: “Oh halo, boleh2 mau tanya apa?”
S: “Cara milih kelas dengan dosen yang enak gimana sih kak? Tadi saya denger senior2 kok sepertinya punya trik gitu”
N: “Kamu ini anak baru bisa saja deh, gini caranya, pada musim penyusunan mata kuliah, kamu ke TU cari Bapak X, beri saja 50rb dan Bapak itu pasti langsung tau maksud kamu apa, nanti kamu akan mendapat ini (sambil menunjukan beberapa lembar kertas hasil fotocopy), ini adalah kode mata kuliah beserta dosen yang mengajar, tinggal kamu cocokan dengan yang ada di online dengan catatan kamu juga udah harus hafal nama2 dosen yang ringan nilai”
S: “Oh gitu, oke deh terima kasih banyak kak!”
N: “Untuk sekarang, kamu pakai ini saja dulu setelah saya selesai menyusun, beberapa menit lagi penyusunan online kan dimulai, biar kamu dapat kelas yang kamu mau, kalau besok sih dijamin sudah penuh sama senior2 deh”
S: “Wah bener kak? Aduh terima kasih banyak kak, saya hutang traktir makan deh kalau begitu”
Niki tersenyum dan lalu kami saling membantu menyusun mata kuliah, kami sempat bertukar nomor telpon lalu kami pulang masing2.

Hari pertama semester 2, saya baru sampai kampus dan sedang merokok di kantin, saya menerima telpon dari penelpon tak dikenal
P: “kamu dimana?”
Saya ragu menjawab karena pacar saya pada waktu itu berbeda kampus dan tau saya sedang ada dimana, tapi kok telpon nanya saya dimana, lalu.
S: “di kantin, ada apa?”
P: “dosen ga masuk, sini dong”
Saya makin penasaran akhirnya saya ke kelas tempat saya seharusnya kuliah dan di depan kelas saya melihat Niki sedang duduk sendirian menunggu.
N: “sampai kampus bukannya kuliah malah ke kantin”
Terjawab ternyata Niki yang menelpon dan singkat cerita dia memiliki 2 HP pada jaman itu dan saya hanya simpan nomor yang satunya.
N: “Tadi ada OB kesini memberi tahu dosen ga masuk, aku bingung mau nunggu dimana, lalu aku ingat kan kita sekelas, yasudah aku telpon kamu”
S: “Emang teman2 angkatan kakak pada kemana?”
N: “yaudah pada jauh mata kuliahnya, aku banyak mengulang untuk perbaikan nilai jadi ga ada teman”
Lalu saya teringat punya hutang traktir makan dan mengusulkan.
S: “Kak, aku bayar hutang aja yuk, makan dikantin?”
N: “Ayo deh, tapi jangan dikantin ah, malu aku senior sudah tua masih aja berkeliaran dikampus”
S: “Oh yaudah, kakak pilih aja mau kemana deh aku ikut”
Berjalanlah kami ke parkiran dan saat saya hendak berbelok ke parkiran motor.
N: “Yeee katanya mau ajak makan, malah misah, naik mobil aku aja, kamu bisa nyetir kan?”
S: “Oh mana aku tau kakak bawa kendaraan juga, yaudah sini kuncinya”
Niki menyerahkan kunci berlogo MB, saya terkejut, belum pernah bawa mobil mewah, pikiran saya kemana2. Duduk saya dikursi pengemudi dan Niki duduk disebelah saya, keringat mulai membasahi punggung padahal mobil parkir di basement dan AC pun sudah menyala, Niki melihat saya
N: “Kenapa? Ada yang tertinggal?”
S: “Ah tidak, lagi menyesuaikan spion dan tempat duduk”
N:”Haha, iya lupa kamu kan lebih tinggi”
Dimulai dengan doa dalam hati agar tidak kejadian apa2 selama saya bawa mobilnya, sampai lah kami ke Pasar Festival, sangat sepi di siang hari, mobil hanya ada beberapa di parkiran dan pengunjung pun hampir tidak kelihatan, kami makan di food court dan lalu berbincang sedikit lebih dalam.
N: “Kamu punya pacar?”
S: “Punya kak, kuliah di kampus Y, kakak?
N: “Hmm ga tau sih masih dibilang pacar apa tidak, ga jelas lah hehe”
S: “Ada apa kak? Cerita aja, toh aku tidak kenal”
N: “Ga ada sih, seperti sudah ga ada spark lagi aja, kami pacaran dari SMA, sekarang kalau kabar2an lebih terasa seperti saling lapor aja, akupun sudah lama ga disentuh nya”
S: (Kaget dengan jawaban vulgar) “Maaf kak, tidak maksud nanya sedalam itu”
N: “Haha kamu jangan tegang gitu ah, sudah sama2 dewasa sharing soal sex life kan menjadi normal saja haha, kamu belom pernah yaaaaaaa… Hayooo.. Hayooo”
S: “S..udah kok kak, sama mantan pernah sama pacar yang sekarang juga pernah, tadi terkejut saja karena belum terbiasa bicara topik dewasa se-direct itu”
N: “Ah bisa saja kamu, tidak percaya! Hahaha iiiiih perjakaaa”
S: “Beneraaan! Nanti deh aku kenalin sama pacar aku, tanya sendiri”
N: “Ogah! Hiiii perjakaa” (melarikan diri ke arah parkiran)

Saat sudah didalam mobil dan menyalakan mesin dan AC.
N: “Masih lama nih kelas selanjutnya, disini dulu ajalah”
S: “Boleh merokok kak?”
N: “Boleh, merokok saja” (Niki pun mengeluarkan rokok dari tas nya) “Sudah ah, tidak usah formal2 lagi, panggil Niki saja, risih aku lama2”
S: “Oh oke hehe”
Kami mendengarkan musik sambil menikmati rokok dan bersenandung, saya sambil menoleh ke arah jendela saya yang setengah terbuka, tiba2 Niki mengalihkan.
N: “Menurut kamu apa sebaiknya aku sudahi saja sama pacarku?”
S: “Ya kalau sudah sama2 merasa dingin ya sudahi aja Nik, mumpung masih pacar, daripada kalian paksa nikah dengan alih2 sudah lama pacaran sayang kalau tak sampai nikah malah bercerai kan rugi di perempuan, apalagi dengan alasan klise pertama kali “itu” sama pacar kamu hih ga banget”
N: “Macam ngerti aja kamu perjaka!! Haha”
S: Sambil berpaling ke arah Niki “Dibilang saya sudah per…..” Dan saya terdiam melihat Niki duduk bersandar ke pintu dengan kaki terbuka lebar, rok sepan nya sudah di pinggang tanpa balutan celana dalam.
N: “Pernah? Sini buktiin”
S: Saya terpaku, banyak keputusan didalam kepala saya dan terpecah2 karena apa yang saya lihat, begitu putih, dengan bulu tertata rapih, sedikit cairan berkilau “Ka.. Kamu tidak pakai underwear dari tadi?”
N: “Pakai, nih (menggantung ditangannya), tapi tadi aku lepas waktu di toilet, basah habisnya”
S: “Ba..sah? Kok bisa?
N: “Tak tau juga, padahal aku cuma melihat kamu mengemudi dan bicara sama aku”
S: “Lalu aku harus buktikan apa dengan ini?”
N: “Jilatin aku, baru nanti aku nilai kamu sudah pernah apa belum” (sambil menggigit bibirnya)
Sex yang paling saya suka adalah bagian dimana saya bisa menjilat dan menghisap vagina, mulut saya sudah berliur hanya dengan menatapnya, perlahan saya mendekat dan mulai menjilat, Niki mengerang dan mengambil nafas dalam, sepertinya benar sudah lama dia tidak disentuh, karena reaksinya dan vagina nya begitu cepat merespon jilatan saya dengan mengeluarkan banyak cairan. Saya teringat bahwa jendela terbuka setengah di kedua sisi, saya bangun untuk menutupnya, Niki menarik rambut saya dan mengembalikan saya pada posisi menjilat.
N: “biarin saja, terusin dan jangan berhenti”
Lanjut saya menjilat dan menghisap, Niki mencapai orgasme pertama nya setelah sekian lama, Niki menjambak saya begitu kencang, menahan untuk teriak, dan nafasnya seperti terhenti. Saya jilat dan hisap seluruh cairan yang keluar dari vaginanya lalu saya telan, sungguh nikmat dan harum.
N: “Kok kamu telan? Ga jijik? Gimana rasanya?”
S: “Vagina kamu harum Nik, cairan kamu hampir tidak berasa asam, aku memang paling suka sex ya di bagian ini, mau berulang2 pun aku lakuin hehe”
N: “Wow, aku percaya sekarang, ehm terima kasih ya, enak banget, akhirnya aku bisa merasakan orgasme seperti ini lagi setelah sekian lama, jari aku saja tak bisa bikin aku sampai seperti ini… Sekarang gantian aku hisap kamu ya?”
S: “Lain waktu saja Nik, kita harus balik kampus”
N: “Bolos saja yuk, kita cari tempat”
S: “Next time saja yaaa (saya peluk dan cium pipinya) Yuk balik?”
N: “Uhmm memangnya masih ada next time? Pacar kamu gimana?”
S: “Liat aku (saya tatap matanya), kalau kamu janji buat merahasiakan ini diantara kita saja, aku juga janji next time itu pasti ada, gmana?”
Niki hanya mengangguk dan memeluk saya, lalu kami mengarah kembali ke kampus, Niki memasang kembali celana

Bukan cerita bersambung ya suhu dan om mod, cuma lagi istirahatin jari pegal ngetik-nyaa,,,,,,,

Related posts