Persahabatan tiga ABG gay – 3
Persahabatan tiga ABG gay – 3
Tanpa banyak bicara lagi, Tomi segera meneruskan aksinya. Mulutnya langsung mengarah ke puting susu Iwan. Lidahnya pelan tapi pasti mulai menggelitik puting susu kanan Iwan. Gelitikan lidah yang liar dan binal itu kontan membuat tubuh Iwan kembali menggelinjang dan menggeliat-geliat. Sementara mulutnya mulai merintih dan mendesah penuh rasa nikmat. Rintihannya makin keras dan kadang berubah menjerit lirih, ketika mulut Tomi mulai menghisap-hisap puting susu Iwan. Bergantian puting susu kiri dan kanan Iwan mendapat perlakuan menggairahkan dari mulut binal Tomi. Kadang Tomi dengan usil menggigit lembut puting susu yang menggemaskan itu, dan disertai oleh hisapan yang kuat oleh mulutnya hingga kulit sekitar puting susu itu memerah.
Mendapat perlakuan seperti itu, Iwan semakin tidak dapat mengendalikan dirinya. Tubuhnya terus menggeliat dan mulutnya merintih dan mendesah-desah. Iwan terus mereguk kenikmatan demi kenikmatan, sampai terengah-engah. Sementara Tomi terus dengan aktivitas mulutnya menelusuri seluruh lekuk liku tubuh seksi Iwan dengan lidahnya. Tomi sangat menikmati kegiatannya dan tak henti-hentinya mengagumi kemolekan tubuh Iwan yang kini telah resmi menjadi pacarnya.
Akhirnya sampai juga mulut Tomi ke bagian paling menggairahkan dan membuatnya selama ini penasaran. Itulah kontol Iwan yang memiliki panjang 16 Cm dan ujungnya sudah basah oleh cairan bening dan kental. Bau lendir itu makin memancing gairah seks Tomi. Dengan cepat, Tomi mulai menjilati lendir bening itu hingga ujung kontol Iwan yang merah ranum itu kering kembali dan ganti dibasahi oleh ludah Tomi. Tak puas menjilati ujung kontol yang sudah ngaceng itu, mulut Tomi langsung melahapnya. Pelan tapi pasti, kontol itu sedikit demi sedikit masuk dalam mulut Tomi.
“Oh Tomi sungguh enak Tomi. Teruskan Tomi. Aku sungguh mencintaimu Tomi” desah Iwan tak kuasa menahan diri saat sengatan kenikmatan seks yang terjadi dari gesekan bibir Tomi dengan kulit ujung kontolnya itu makin kuat mengaliri tubuhnya.
Desahan dan rintihan Iwan membuat Tomi semakin bersemangat. Dengan penuh nafsu, lidah Tomi menyapu seluruh permukaan kepala kontol Iwan yang sudah memerah itu. Lendir bening yang mengalir makin dari deras dari celah kepala kontol itu tak luput dari sapuan lidahnya. Asin dan gurih rasanya, ditambah aroma khas dari precum Iwan membuat lidah dan mulut Tomi semakin liar dan buas. Mulut Tomi makin kuat menyedot dan makin cepat bergerak maju mundur, membuat Iwan makin keras merintih dan mendesah tak putus-putus.
Badan Iwan pun tak bisa diam lagi. Tubuh mulus dan sedikit berbulu itu makin kuat menggeliat erotis ditingkahi hentakan-hentakan lembut pada pinggulnya. Tak kurang dari delapan menit Iwan merasakah kenikmatan sex yang mengaliri sekujur tubuhnya. Saat itu, Iwan mulai merasakan desakan yang kuat dari seluruh syaraf pada tubuhnya, dan desakan itu mengalir ke arah kontolnya. Tanda-tanda Iwan hendak mencapai orgasmenya semakin kuat. Tubuhnya makin kuat menggeliat, dan mulai mengejang. Nafasnya semakin memburu seperti orang habis berlari jauh. Keringat birahinya makin deras mengalir, sementara dari celah pada kepala kontolnya juga mengalir precum yang tak kalah derasnya. Denyutan kepala kontolnya juga semakin keras terasa.
“Akh Tomi.. sayangku ak.. ak.. u ma.. mau keluar.. akh teruskan.. en.. nnaakk sekallii.. ah..” rintih Iwan yang tengah hanyut menuju puncak kepuasan sexnya.
Mendengar desahan Iwan, Tomi bukannya memperkuat sedotan dan gerakan mulutnya pada kontol kesayangannya itu. Sebaliknya Iwan justru melepaskan kontol gagah itu dari sekapan kehangatan mulutnya yang binal.
“Akh ayo Tomi teruskan saja. Pejuku udah hampir muncrat nih Kenapa kamu malah berhenti” ujar Iwan penasaran dengan nafasnya yang terengah-engah.
“Wan, kamu jangan keburu keluar dulu. Aku masih ingin bermain lebih lama dengan kontolmu. Sabar ya sayang” sahut Tomi juga dengan nafas terengah-engah. Peluh tampak membasahi dahi dan punggungnya yang putih mulus.
“Tapi aku udah gak sabar lagi.. pejuku udah hampir muncrat tadi” keluh Iwan dengan sedikit cemberut.
“Sabarlah sebentar, kamu kan belum merasakan jilatanku yang lebih nikmat lagi. Pokoknya aku ingin memberikan yang terbaik buatmu membuatmu benar-benar berada pada kepuasan tertinggi” janji Tomi coba menghibur Iwan yang tampak cemberut.
“Benarkah Tomi? Kenikmatan apa lagi yang masih kau sisakan untukku?” tanya Iwan penasaran, sementara kontolnya masih tetap ngaceng dan terus mengalirkan lendir bening yang kini membasahi bagian bawah perutnya.
“Nikmati sajalah permainan lidah dan bibirku di tubuhmu. Sekarang kamu angkat kakimu” kata Tomi, sambil mengangkat kedua kaki Iwan, sehingga kini Iwan dalam posisi terlentang dengan kedua kakinya mengangkang di udara.
Posisi seperti itu segera memperlihatkan anus Iwan yang kemerahan. Nafsu birahi Tomi langsung kembali menggelora saat matanya menatap tajam ke arah anus perawan milik Iwan. Posisi Iwan yang mengangkang seperti itu sungguh erotis. Sementara anusnya yang masih tertutup rapat seolah tampak menantang kontol Tomi untuk segera menembusnya. Tomi sendiri sebenarnya sudah tak sabar ingin memecahkan keperawanan anus kekasihnya itu. Tapi dia tidak mau bertindak kasar dan terburu-buru. Dia benar-benar ingin memberikan kenikmatan dan kepuasan sex pada Iwan. Maklum, Tomi tahu, inilah untuk pertamakalinya Iwan menikmati hubungan sex dalam hidupnya. Dan Tomi memang bukan tipe remaja gay yang menyukai hubungan sex yang kasar dan terburu-buru.
Melihat kondisi Iwan yang sudah terlentang pasrah dan sungguh mengharapkan puncak kenikmatan, Tomi tak tega untuk berlama-lama menikmati pemandangan menggairahkan itu. Segera saja ia kembali tengkurap dengan kepalanya persis berada di selangkangan Iwan, sehingga mulutnya tepat menghadap pada bibir anus perawan itu. Sejenak kemudian, Tomi mulai menjulurkan lidahnya ke arah pinggiran mulut anus Iwan. Lidah itu perlahan mulai kembali beraksi liar. Dengan lincah lidah itu mulai menyapu dan menggelitik kulit di bawah buah zakar Iwan.
Dengan tangan kirinya, Tomi mengangkat dua buah zakar Iwan agar lidahnya memiliki keleluasaan yang lebih lebar untuk memberikan rangsangan birahi pada Iwan. Begitu lidah Tomi menyentuh kulit bagian bawah buah zakar yang menggelantung ranum itu, kontan tubuh Iwan menghentak-hentak lembut. Sentuhan halus lidah itu seperti mengalirkan setrum listrik ribuan volt pada tubuh Iwan. Sengatan kenikmatan itu membuat Iwan bereaksi cepat, tubuhnya langsung menghentak dan mengejang.
“Akh.. akh, hahh.. kau apakan diriku Tomi? Enak sekali rasanya, aku belum pernah merasakan kenikmatan semacam ini” desah Iwan lirih mengomentari kenikmatan itu.
Tomi tak menanggapi desahan erotis itu. Dia mulai sibuk dengan keasikan lidahnya menjelajahi setiap titik kenikmatan pada bagian selangkangan Iwan. Puas menyapu dan menggelitik kulit bagian bawah zakar Iwan, mulut Tomi pindah ke dua buah zakar Iwan. Seperti tadi lidahnya kembali beraksi liar dan buas menjilati dan menggelitik dua buah zakar Iwan. Dan reaksi Iwan pun tetap sama, tubuhnya terus menggelinjang dan menggeliat-geliat, sementara mulutnya terus mendesah-desah berkepanjangan menikmati setiap sengatan arus kenikmatan yang menjalari sekujur tubuhnya.
Kemudian secara bergantian, mulut Tomi mulai mengulum dan menyedot lembut buah zakar Iwan. Pertama yang dikulumnya adalah zakar kanan yang disedot-sedotnya dengan mendalam. Kemudian, puas dengan zakar kanan, mulutnya pindah ke zakar kiri, dan kembali menyedot dan mengulumnya sampai puas. Liurnya tampak membasahi dua buah zakar itu, sehingga tampak mengkilat dan semakin menggiurkan. Sedotan dan kuluman mulut Tomi pada buah zakar Iwan terasa sungguh nikmat. Semula Iwan merasakan agak ngilu saat zakarnya disedot Tomi. Itu yang membuatnya semakin kuat menggeliat dan menggelinjang erotis, sementara mulutnya semakin keras mendesah dan merintih. Bahkan, Iwan sempat melenguh keras saat merasakan dua buah zakarnya disedot dan diemut sekaligus oleh mulut Iwan. Meskipun sempat merasakan ngilu, namun Iwan tak kuasa untuk menolak kuluman mulut Tomi pada dua buah zakarnya. Sebab, ternyata rasa ngilu itu dengan cepat berubah menjadi rasa nikmat yang sama sekali belum pernah dirasakannya.
Setelah puas bermain-main dengan dua buah zakar yang ranum itu, Tomi memindahkan aksi mulutnya kembali ke sekitar anus perawan Iwan. Sementara Iwan semakin pasrah dan tetap tergolek dengan posisi kedua kakinya masih mengangkang di udara. Nafasnya tampak terengah-engah dan keringat makin deras membasahi tubuhnya. Tiba-tiba, Iwan memekik lirih dan matanya tampak mendelik sesaat. Tanpa disadarinya, lidah Tomi sudah menyentuh bagian permukaan lubang anusnya yang masih tertutup rapat itu. Iwan merasakan ada sesuatu yang hangat dan basah menyentuh kulit anusnya. Kemudian, ia merasakan sentuhan yang sungguh nikmat itu berubah menjadi usapan-usapan lembut dan hangat. Dan bersamaan dengan perubahan itu, kenikmatan yang menjalari tubuhnya semakin meningkat.
“Akh.. Tomi enak sekali lidahmu” desah Iwan singkat, sebelum ia kembali terseret arus kenikmatan sex yang menggelora.
Iwan pun kembali memejamkan matanya, berkonsentrasi menikmati setiap sentuhan dan gelitikan lidah Tomi pada bibir anusnya. Sementara Tomi semakin gemas mempermainkan tubuh kekasihnya. Tangan kanannya tampak dengan gemas meremas-remas pantat Iwan yang montok, sementara tangan kirinya meremas-remas lembut buah zakar sambil sekali-sekali mengocok batang kontol Iwan. Gerakan-gerakan dua tangan itu dan gelitikan lidah pada bibir anus menghadirkan kombinasi kenikmatan seksual yang sungguh sensasional bagi Iwan. Inilah pengalaman pertama kontak seksual yang benar-benar membuat Iwan ketagihan.
Dengan penuh perasaan Iwan menikmati terus kenikmatan yang semakin jauh melambungkan dirinya menuju puncak kenikmatan asmara. Sedangkan Tomi juga sudah asik bermain-main dengan lidah dan bibirnya pada anus Iwan. Aroma keringat kejantanan yang muncul dari selangkangan dan celah pantat Iwan telah menghipnotis Tomi untuk terus menikmatinya dan semakin memacu gelora nafsu birahinya. Sekali-sekali lidah Tomi coba menerobos kepekatan lubang anus Iwan. Lidah itu coba menembus anus perawan Iwan yang masih tertutup rapat.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bersambung . . . .