PENARI DARI DESA PENARI2020
PENARI DARI DESA PENARI
Sebenarnya saya bingung harus memberi judul apa di karya tulis yang jauh dari kata sempurna ini, jadi saya memilih plesetan dari judul cerita horror yang lagi nge-hits di kalangan netizen negara +62.
Sebelum nya saya meminta maaf kepada para pembaca apabila ada kata yang kurang berkenan di hati pembaca. Semua tokoh, wilayah, serta apapun yang ada di dalam cerita ini adalah fiksi belaka, jadi sekali lagi saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada para pembaca kalau ada kekurangan pada karya saya kali ini.
Selamat membaca.
Bapang Click to expand…
Prolog
Wulandari terbaring di tanah. Ia hanya bisa mengeram karena merasakan seluruh tubuhnya tidak bisa bergerak akibat tubuhnya terkena totokan. Dihadapannya berdiri empat orang laki-laki yang dengan wajah cabul sambil menatap Wulandari. Mereka asyik menyaksikan mangsa yang tidak berdaya dihadapan mereka. Seorang dari mereka membungkuk dan mulai menarik kain yang menutupi tubuh Wulandari, kemudian mereka mulai mencabik-cabik pakaian yang menempel di tubuh gadis itu sehingga gadis itu kini tergeletak telanjang bulat.
Wulandari tidak bisa bergerak bahkan berteriak, Ia hanya bisa memperhatikan komplotan yang berdiri menatap tubuh telanjang nya yang tergolek kaku di pinggir telaga. Ia hanya bisa menangis ketika tangan-tangan para lelaki itu mulai meremasi buah dadanya, dan menjilati putting susunya serta membelai bagian selangkangannya yang sudah terbuka bebas. Salah seorang dari mereka berlutut membuka celananya dan menunjukkan kontol nya yang sudah tegang. Wulandari segera tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Click to expand… SATU
Suasana keraton Kertadwipa sore itu tampak tenang. Beberapa orang penjaga berdiri di depan pintu gerbang. Sebagian terlihat mondar mandir di menara pengawas di benteng dalam keraton kertadwipa. Kertadwipa adalah sebuah kerajaan kecil di pesisir pantai utara Jawa Tengah dan masuk dalam wilayah waktu WIB, yang kalau di jaman now sudah including dalam kawasan +62. Kertadwipa dipimpin seorang raja bernama Prabu Waranggana bergelar Diwangkara Citraswara. Walaupun kecil, Kertadwipa memiliki tanah yang subur sehingga hasil panen padi selalu melimpah. Belum lagi hasil laut yang melimpah bagi rakyatnya sejak kapal-kapal penangkap ikan asing di tangkap dan di bakar oleh menteri perikanan Kertadwipa.
Prabu Waranggana memiliki seorang permaisuri bernama Kanjeng Sri Ratu Mahaeswari yang merupakan keturunan dari selir raja kerajaan Tarumanagara (bukan Tarumanagara yang di Grogol Jakarta ya). Itulah sebabnya Kertadwipa menjalin hubungan baik dengan kerajaan Tarumanagara dan bisa dibilang adalah negara bawahan dari kerajaan Tarumanagara daripada Kalingga yang bersebelahan wilayahnya. Walaupun sebenarnya sang Prabu Waranggana enggan kalau dibilang sebagai negara bawahan. iyalah gengsi gitu looh, masa udah punya kerajaan masih mau di bilang bawahan, dimana mau di taroh muka sang Prabu, belum lagi nanti ditambah nyinyiran dari netizen Kertadwipa.
Sang Prabu juga memiliki tiga orang putri yaitu Jayastri, Kamiswari dan Candramaya. Ketiganya terkenal karena kecantikannya yang bisa membuat semua pangeran ngaceng atau coli di tempat, kalau berkunjung ke istana kerajaan Kertadwipa. Bahkan kalau salah satu putri nya jalan-jalan ke Pasar Pagi cuma buat sekedar beli buah mangga dua, maka akan banyak laki-laki muda dan tua yang modus di sekitar tuan putri, karena siapa tau kanjeng tuan putri tertarik, bisa deh jadi penerus raja atau minimal diangkat jadi menteri atau gaberner karena berhubung Sang Prabu nggak punya anak lelaki. Prabu Warangga memang tidak memiliki anak lelaki namun ia memiliki anak angkat yaitu Raden Pradipa dengan gelar Pangeran Sarung karena suka pakai sarung kemana-mana. Click to expand… DUA
Rasa canggung menyelimuti Wulandari ketika ia berjalan memasuki halaman Keraton Kertadwipa. Wulandari bersama rombongan gadis-gadis sebayanya berjalan mengikuti Ning Luwuh.
Ning Luwuh, Seorang wanita separuh baya bertubuh gempal yang bertugas sebagai kepala pengasuh tarian kerajaan. Ia berjalan memimpin para gadis dengan tatapan tajam berwibawa, dan aura langkahnya yang tegas terdengar ketika menginjak jalan menuju pendopo agung yang dilapisi batu merah, suara langkahnya seakan hendak memberitahu kalau ia bisa saja menghajar para tentara penjaga istana yang sejak tadi pada jelalatan matanya dan mulai cabul pikirannya.
Wah boleh donk seremas-dua remas atau siapa tahu bisa di semprot atau di gebeh, kalau tuan putri sih kejauhan derajatnya. Ya, begitulah isi pikiran para tentara penjaga istana ketika melihat para gadis-gadis muda yang baru datang ke istana tersebut. Mereka melihat dengan tatapan melongo sambil garuk-garuk selangkangan.
Wulandari tidak pernah membayangkan bahwa gadis penari desa seperti dirinya akan terpilih untuk menari di hadapan raja. Wulandari yang pandai menari dipilih oleh Lurah desanya untuk dikirim ke pada Raja sebagai penari di festival panen tahun ini. sudah suatu kebiasaan kalau setiap tahun, seluruh desa di wilayah kerajaan Kertadwipa harus mengirimkan salah satu warga perempuan dan sudah beranjak dewasa untuk menjadi penari dalam festival musim panen. Festival nya sendiri masih akan digelar tiga purnama kemudian, namun para calon penari tersebut kelak akan digembleng supaya bisa tampil sempurna untuk menghibur Raja, tamu-tamu undangan dan pejabat Kertadwipa.
Wulandari sendiri sudah tidak muda untuk ukuran gadis jaman old. Usianya sekitar 20 tahun, kulitnya putih dengan rambut panjang sepunggung yang selalu di sanggul, tinggi semampai dengan betisnya yang bunting padi, serta body nya yang aduhai. Ia berstatus janda sejak berumur 15 tahun. Suaminya meninggal 2 hari setelah pesta pernikahan, gara-gara jatuh karena terpeleset cipratan spermanya sendiri yang belepetan di lantai sehabis menyetubuhi Wulandari. Maka jadilah Wulandari sebagai janda kembang dan tidak ada lagi yang mau mempersuntingnya, karena menurut kabar hoax yang beredar di masyarakat di desa yaitu apabila suami meninggal sebelum genap 40 hari usia pernikahan maka kemungkinan istri nya terkena kutukan dewa dan akan membawa sial bagi suami berikutnya. photomemek.com Maka dari itu orang tua Wulandari mencarikan guru menari supaya anaknya kelak bisa dilepas dari orang tuanya dan pergi dari desanya. Orang tuanya Wulandari juga tidak tahan dengan nyinyiran netizen di desa nya karena punya anak yang konon bawa sial. ya biarlah setelah merantau kelak anaknya nanti punya bekal dan nggak hidup susah-susah amat, minimal bisa jadi striper di Classic atau jadi sexy dancer di diskotik lain di daerah Kota Indah.
Mereka memasuki pendopo agung tempat dimana biasanya Sang Prabu menerima tamu. Sore itu Sang Prabu duduk di atas tahtanya dengan diapit oleh dayang-dayang nya yang mengipasi sang Prabu, karena cuaca panas sekali hari itu, ditambah token listrik habis, sehingga AC nggak bisa nyala, maka terpaksa Sang Prabu menyuruh para dayang untuk mengipas-ngipas dirinya dengan menggunakan kipas-kipas besar yang terbuat dari anyaman rotan. Di samping kiri dan kanan prabu tampak dua orang pengawal pribadi sang Prabu yang terkenal karena kesaktiannya yaitu Suryomaguno dan Madapati.
Madapati seorang pemuda yang tampan tubuhnya tegap dan otot-nya kencang, rambutnya pendek, wajahnya di hiasi janggut tipis menambah ketampanannya. Sedangkan Suryomaguno bertubuh tambun tapi terlihat gagah, dengan rambut nya yang memutih di ikat rapi. Tampak di pinggang mereka keris panjang terselip yang sewaktu-waktu bisa di hunus kalau sang Raja menghadapi ancaman.
Sang Prabu sendiri adalah seorang pria berusia 50 tahun. Wajahnya tampak kerutan disana-sini karena hasil dari mikirin nasib kerajaan tiap hari. Rambut nya tampak hitam karena sering ke salon untuk di semir. Tubuhnya agak tambun namun dari bentuk badannya mungkin sewaktu muda Sang Prabu suka fitness jadi masih tersisa sedikit saja kegagahannya. Mahkota kecil melingkar di atas kepalanya.
Rombongan para gadis desa itu menjura dan bersimpuh dihadapan raja mengikuti gerak Ning Luwuh yang sudah bersimpuh terlebih dahulu.
Paduka yang mulia, saya membawa rombongan gadis-gadis yang akan menari di festival panen nanti. Ucap Ning Luwuh masih dengan posisinya yang bersimpuh.
Oh bagus-bagus. Cantik-cantik dan muda-muda. Kata Sang Raja sambil memperhatikan mereka satu persatu dengan tatapan yang nggak kalah mesum dengan para prajuritnya. Berapa DC-nya, Hu?
Ning Luwuh jadi bingung dengan perkataan Sang Prabu.
Eh sorry salah, soalnya tadi baru lihat postingan thread di forum 46. Kata Sang Prabu. Baiklah, latihlah mereka persiapkan dengan sebaik-baiknya. Jangan lupa ajarin BJ dan FJ, biar ane nanti bisa bikin FR bagus di UG regional Kertadwipa.
Ning Luwuh tambah bingung dengan gaya bahasa Sang Prabu.
Hamba mohon izin untuk membawa mereka ke padepokan Sukosari. Kata Ning Luwuh sambil bersimpuh di hadapan sang Prabu tanpa mempedulikan perkataan Sang Prabu tadi.
Sang Prabu hanya mengibas-ngibaskan tangannya tanda supaya mereka segera pergi, karena sepertinya Sang Prabu kembali asyik posting di UG dengan iphone X terbarunya. Click to expand… TIGA
Singkat cerita, Wulandari dan para gadis penari itu di tinggal di padepokan Sukosari, yang masih masuk dalam komplek keraton Kertadwipa, hanya saja letaknya di belakang dan agak jauh dari bangunan-bangunan utama. Serta dipisahkan oleh sebuah sungai kecil dengan tebing yang curam. Tampak sebuah jembatan gantung menghubungkan komplek keraton dengan komplek padepokan.
Wulandari menempati satu kamar bersama teman barunya yaitu Cayasari , Kumala, Nirwana ,Mayasari. Kamar tersebut berbentuk barak berisi 6 dipan dan masing-masing memiliki lemari kecil untuk menyimpan barang-barang pribadi.
Setiap hari para penari mulai latihan tarian khusus kerajaan, dengan bimbingan dari Ning Luwuh. Wulandari bahkan tak menyangka kalau Ning Luwuh yang bertubuh gempal itu ternyata pandai menari, gerakannya luwes dan berenergi, gak kalah dengan gerakan artis-artis Kpop yang sering kita lihat di yutub.
Tiga minggu berlatih tarian membuat Wulandari mulai merasa bosan. Ia berasa seperti dalam penjara. Mereka menari 12 jam sehari. Bangun tidur, sarapan latihan, makan siang, latihan sampai sore. Pegal rasanya badan Wulandari karena capai tetapi untungnya teman sekamarnya yaitu Kumala pintar memijat, dan mau saja kalau di minta memijat teman-teman sekamarnya. Maklum saja Kumala pernah jadi therapist spa di daerah Mangga Besar dan pastinya pijatannya professional. Selain itu Wulandari jadi belajar memijat juga dari Kumala. Yah, siapa tahu kalau lulus dari padepokan bisa ikut sama Kumala yang ingin balik kerja jadi therapist di spa.
Dua hari lagi, kalian akan mementaskan tarian untuk para tamu kerajaan. Kata Ning Luwuh. kalian harus siap dan jangan membuat malu.
Para penari itu hanya bisa mengangguk ketika mendengar pengumuman dari pelatih mereka. Siap atau tidak siap mereka harus bisa mempraktekkan tarian yang sudah dilatih setiap hari selama tiga minggu.
Wulandari hanya menghela nafas. Berarti mereka harus latihan extra hari ini. benar-benar membosankan. Click to expand… EMPAT
Hari itu, halaman keraton dihiasi dengan indah dan megah dalam rangka menyambut tamu-tamu Negara. Menjelang festival tahunan, memang tamu-tamu undangan dari kerajaan lain dari luar pulau Jawa mulai berdatangan, karena jaman old masih pakai kapal laut tentu saja jadwal kedatangan tamu dari luar pulau menjadi tidak menentu, karena tergantung cuaca di laut. Sang Prabu Waranggana memerlukan juga untuk menarik investor dari negara tetangga demi pembangunan Kertadwipa, untuk itulah walau kerajaan kecil tetap harus jaga hubungan baik sama negara tetangga.
Hari ini Kertadwipa kedatangan utusan kerajaan China dan kerajaan Joseon.
Prabu Waranggana berdiri di halaman Pendopo Agung dengan baju kebesaran yang selalu digunakan untuk menyambut tamu. Walaupun baju kebesaran tapi tetap saja masih dipakai Sang Prabu, katanya biar adem, alasan untuk menyembunyikan perut buncit nya yang mulai menonjol. Sang Prabu tidak sendirian ia di temani sang permaisuri Mahaeswari dan kedua pengawal setia-nya, para menteri, dan para sekar kedaton (julukan untuk putri-putri raja), lengkap dengan dayang-dayangnya.
Utusan kerajaan China tiba. Teriak MC acara dengan menggunakan TOA yang terbuat dari cangkang kerang yang sangat besar bentuknya.
Suara gendang langsung bertalu-talu mengiringi masuknya rombongan utusan kerajaan China.
Selamat datang di Kertadwipa. Sang Prabu memberi ucapan selamat.
Terima kasih, perkenalkan saya Wong Shin Ting utusan kaisar Kubilai Khan, saya membawa pesan dari paduka yang mulia kaisar untuk anda. Kata utusan China tersebut dengan bahasa jawa yang sangat fasih.
Selamat datang tuan Wong. Kata Prabu. Tapi saya ingin bertanya, anda siapanya Wong Fei Hung?
Oh, saya anak angkat Wong Fei Hung. Kata Wong menanggapi.
Bahasa jawa anda juga fasih sekali. belajar dimana? Sang Ratu Mahaeswari tiba-tiba ikut bertanya, karena ia juga heran dengan utusan kaisar China tapi jago bahasa jawa.
Dulu saya tinggal di Jawa. Nama asli saya Bandung Bondowoso. Karena saya lahir di Bandung, tapi besar di Bondowoso. Kata Wong Ingat legenda Roro Jonggrang? Nah itu saya pelakunya. putri77.com Setelah itu saya lari ke China karena mau di tuntut sama pemerintah kerajaan Pengging gara-gara penistaan candi. Kemudian diangkat anak sama guru Wong Fei Hung dan terus ganti nama deh.
Oh begitu. Sang Ratu manggut-manggut bingung mendengar kisah hidup singkat dari Wong Shin Ting.
Kaisar Kubilai Khan itu siapanya Sha Rukh Khan ya? Tanya sang Prabu.
Kubilai Khan itu kakek buyut dari buyut-buyut-nya Sha Rukh Khan. Kata Wong menjelaskan. Kog anda bisa tahu bintang film India di jaman future?
Maklum setiap malam jumat sebelum menjalankan ritual sakral, saya dan istri suka semedi di bawah pohon besar itu. Suka dapet wangsit dari jaman future. Kata sang prabu sambil menunjuk pohon besar yang sudah tua di halaman istana.
Setelah mempersilahkan sang tamu untuk memasuki Aula Agung untuk makan siang bersama, Sang prabu kembali ke halaman menyambut tamu dari Joseon.
Annyeonghaseyo. Kata Sang Prabu dengan bahasa Joseon yang fasih ketika menyambut Kedua tamu dari Joseon.
Maklum Sang Prabu suka menemani Sang Permaisuri dan ketiga putrinya yang hobi nonton drakor, jadi mau tidak mau Sang Prabu belajar bahasa Joseon.
Kedua tamu itu memperkenalkan diri. yang satu bertubuh tinggi langsing bernama, Park Bo Woo dan Yang satu bertubuh gempal pendek bernama, Joo Kho Wie
Setelah menerima hadiah CD K-pop dan DVD Drakor terbaru yang diberikan oleh kedua tamu Joseon, sang Prabu mempersilahkan para tamunya dari Joseon untuk bergabung dengan utusan dari China di Aula Agung.
————-
Wulandari terus berkonsentrasi melakukan gerakan-gerakan tari. Bagaimana tidak ini pertama kalinya mereka mementaskan tarian di hadapan raja dan para tamu dari luar negeri yang bertempat di Aula Agung. Sebuah aula yang luas yang digunakan raja untuk mengadakan acara dan beramah-tamah dengan tamu-tamu nya.
Para tamu dari luar negeri itu sangat takjub melihat tari-tarian yang di bawakan oleh gadis-gadis muda yang cantik-cantik. Apalagi tamu dari negeri Joseon yang sedari tadi tampak nggak tenang duduknya karena salah orbit (jangan tanya apa itu salah orbit!) karena melihat kecantikan dan keanggunan para penari.
Tepukan tangan bergema ketika para penari menyelesaikan tarian terakhirnya. Para pejabat istana dan para tamu undangan tampak kagum dengan keindahan tarian mereka. Ning Luwuh mendapat kehormatan dari Sang Prabu ketika di perkenalkan kepada para tamu-tamu nya.
————–
Wulandari merebahkan tubuhnya di dipan kamarnya.
Selesai juga. Gumam Wulandari.
Tegang juga ya. Kata Nirwana yang sedang berganti pakaian.
Iya. Capai banget. Kata Wulandari. Kamu sudah mandi?
Nanti saja, masih ramai kamar mandi. Kata Nirwana.
Memang kamar mandi di astrama mereka adalah kamar mandi sharing.
Pijitin dong. Pinta Mayasari yang baru masuk kamar. Ia langsung merengek duduk di samping ranjang Wulandari.
Gue aja masih pegel. Baru pengen minta pijit. Kata Wulandari.
Dih gitu deh, kalo kan lo udah belajar pijit sama si Kumala. Rengek Mayasari.
Sini gue yang pijitin. Kata Nirwana.
Dih, males ah. Lo kan lesbi. Ntar gue di colmek lagi. Kata Mayasari.
Aman kog nggak bakal macem-macem deh. Kata Nirwana. Lagian udah sering kan gue liat lo telanjang kalau ganti baju.
Ah tampang lo udah mesum gitu. kata Mayasari. Ogah!
Nirwana malah tertawa terbahak-bahak.
Mending lo tunggu si Kumala. Kata Wulandari. Pijetan master pastinya lebih paten.
Eh iya, Kumala sama Cayasari kemana? Tanya Nirwana.
Iya dari tadi belum lihat sejak dari aula. Kata Wulandari.
Tiba-tiba Ning Luwuh memasuki kamar. Ketiga gadis itu kaget melihat pelatihnya memasuki kamar mereka. Ning Luwuh menatap tajam ketiganya satu-persatu.
Ternyata kalian disini? Ucap Ning Luwuh.
Catatan penulis :
Gue skip ya dialog dari Ning Luwuh dengan ketiga anak asuhnya. Sekarang kita akan segera mulai untuk masuk ke sex scene. Iyalah, gue kan lagi nggak menulis cerita silat atau scenario O Ve Je, kelesss! Ini kan Lomba Karya Tulis Cerita Panas, kelesss! Masa nggak ada sex scene nya? Lagi pula pasti pembaca menunggu-nunggu nggak sabar karena mau tau sex scene nya kayak apa. Ibarat kalau pada nonton film semi pasti pada suka di cepetin player timebar nya biar langsung ke sex scene. Tapi pembaca mohon jangan senang dulu, karena gue bakal jelasin dimana sex scene nya bakal berlangsung. Click to expand… Click to expand… LIMA
Nirwana, Mayasari dan Wulandari mengikuti Ning Luwuh ke sebuah bangunan. Tampak penjagaan ketat di pintu masuk bangunan itu. Di dalamnya tampak sebuah taman di tengahnya. Dan tampak kamar-kamar di sisi timur, barat dan utara di dalam bangunan itu. Mereka mengikuti Ning Luwuh berjalan menuju pintu kamar di sebelah barat. Kemudian Ning Luwuh berhenti, ia membalikkan badan dan melihat mereka. Kemudian ia menggamit tangan Mayasari dan menarik gadis itu.
Kalian tunggu disini! kata Ning Luwuh kepada Nirwana dan Wulandari.
Ning Luwuh mengetuk pintu kamar itu. sillyehabnida Ning Luwuh berkata sambil mengetuk pintu.
Tidak lama kemudian pintu terbuka, dan keluarlah salah seorang tamu yang tinggi kurus dari Joseon. Ning Luwuh memperkenalkan Mayasari kepada tamu dari Joseon yang menginap di ruangan tersebut. Mayasari kemudian masuk ke kamar itu.
Ning Luwuh menatap Wulandari dan Nirwana setelah pintu ruangan tempat tamu dari Joseon itu tertutup.
————–
Ning Luwuh menutup pintu di belakang Wulandari dan Nirwana.
Keduanya berada dalam sebuah lorong sempit. Di ujung lorong tersebut tampak sebuah ruangan yang di tutupi oleh kain putih tipis dengan logo kerajaan. Cahaya kuning samar membias di kain tersebut dan menerangi lorong yang temaram tersebut.
Rupanya bukan gossip belaka di kalangan para penari soal cerita mengenai Ning Luwuh yang beberapa malam terakhir sering mengajak beberapa gadis keluar dari padepokan. Namun apa yang terjadi dan kemana mereka diajak pergi tidak ada satu penari pun yang menceritakannya. Wulandari sendiri mendengar cerita itu dari Cayasari dan Mayasari yang beberapa kali sempat memergoki Ning Luwuh membawa beberapa orang pergi keluar dari padepokan tempat mereka tinggal.
Wulandari dan Nirwana berbalik menggedor pintu tempat mereka masuk yang kini tertutup. Berharap Ning Luwuh membukakan pintu tersebut. Keduanya ketakutan karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Keduanya terdiam ketika mendengar gema suara lelaki tertawa cekikikan dari ruang di ujung. Keduanya saling memandang. Nirwana menggamit tangan Wulandari yang wajahnya mulai pucat pasi.
Dari ujung ruangan tersibaklah kain penutup, dan dari balik tirai tersebut muncullah seorang lelaki tegap berbaju hitam. Wulandari dan Nirwana mulai ketakutan dengan sosok itu, ketika sosok lelaki itu menghampiri mereka. Tangan keduanya saling menggenggam dengan erat. Kini lelaki tersebut sudah berdiri sejarak satu tombak di hadapan mereka berdua.
Jangan takut. Kata sosok lelaki itu.
Lelaki itu berdiri di hadapan mereka. Dibawah cahaya samar-samar akhirnya Wulandari dan Nirwana mulai menyadari kalau lelaki itu adalah Madapati. Nirwana dan Wulandari mulai tenang sedikit.
Ayo ikuti aku! kata Madapati.
Wulandari dan Nirwana berjalan pelan mengikuti langkah madapati. Lelaki itu menyibakkan tirai menyuruh mereka masuk ke ruangan di balik tirai.
Ternyata di balik tirai tersebut terdapat sebuah lorong pendek dengan tirai merah di ujungnya. Di kiri dan kanan lorong pendek tersebut terdapat sebuah bilik terbuka. Masing-masing bilik di terangi cahaya lilin.
Wulandari dan Nirwana terkejut ketika melangkah di lorong pendek tersebut. Di bilik sebelah kanan yang terbuka mereka melihat pemandangan yang belum pernah mereka saksikan. Mereka menyaksikan Lasmini, salah seorang teman mereka, sedang menduduki bagian selangkangan Suryomaguno di dalam bilik tersebut. Suryomaguno tampak terlentang telanjang bulat di pembaringan yang ada di bilik tersebut demikian juga dengan Lasmini. Lasmini terlihat sedang memaju mundurkan bagian pinggangnya, kemudian tangan gadis itu menyentuh putting Suryomaguno sambil memilinkan jemari-jemarinya, sehingga membuat lelaki setengah baya itu tertawa cekikikan. Tampaknya mereka cuek saja dengan kehadiran Wulandari dan Nirwana, dan malah asyik dengan perbuatannya.
Ayo cepat jalan!. Perintah Madapati.
Nirwana dan Wulandari membuang muka dan meneruskan perjalanan mereka menghampiri Madapati yang sudah berdiri di ujung lorong pendek itu, kemudian Madapati menyibak tirai yang menutupi ruangan di baliknya.
Ketika tirai disibak tampaklah Sebuah gua kecil. Di sekeliling dinding-dinding gua tersebut tergantung obor yang menerangi ruangan gua tersebut. Sebuah kolam terdapat di tengah-tengah gua. Air kolam itu menyemburkan uap panas, karena air yang di alirkan langsung dari mata air belerang. Bau belerang yang bercampur bau wewangian dupa dan harum berbagai bunga menyelimuti seluruh ruangan tersebut.
Di kolam tersebut tampak Sang Prabu sedang berendam telanjang bulat. Sang Prabu bersandar di sebuah batu besar menjulang di pinggir kolam. Di samping sisi kiri terlihat Cayasari dan di kanan Sang Prabu terlihat Kumala, kedua gadis itu sedang bertelanjang bulat. Kumala memijat-mijat bahu Sang Prabu, sedangkan Cayasari sedang menggenggam sambil mengocok kontol Sang Prabu yang bagian kepalanya dan sebatas batang tampak menonjol di permukaan air.
Wulandari dan Nirwana kaget melihat pemandangan tersebut. Rupanya Cayasari dan Kumala sudah berada di sini, pantas saja tadi tidak langsung ke padepokan. Mereka berdua terdiam saling berpandangan , dan menengok ke belakang tampak Madapati berdiri di belakang keduanya dengan sikap dingin. Tampaknya Madapati sudah terbiasa menyaksikan hal tersebut.
Cayasari dan Kumala menyingkir ketika Sang Prabu bangkit berdiri. Rupanya kolam tersebut cetek sebatas paha lelaki itu, sehingga kontol lelaki itu terlihat hitam, panjang dan besar, bagaikan sebilah pisau yang mengacung kepada Wulandari dan Nirwana. Dengan senyum mesum nya Sang Prabu menjulurkan tangan kepada keduanya.
Ayo sini sama Om. Kata Sang Prabu.
Nirwana memandang Wulandari sejenak, sejurus kemudian ia melangkah menghampiri pinggiran kolam. Nirwana mulai membuka satu persatu kain kemben serta kain jarik yang menyelubungi tubuhnya, sehingga dalam sekejap Nirwana sudah bugil total di hadapan Sang Prabu.
Sang Prabu terpesona melihat keindahan tubuh Nirwana. Tubuh ramping nya ramping dengan buah dadanya besar bergantung bagai buah papaya, kulitnya kuning langsat yang bertambah kilauannya di terpa cahaya obor di sekeliling ruangan.
Nirwana tampak meringis sebentar ketika kakinya di celupkan ke kolam, karena panas nya air kolam tersebut. Namun sejurus kemudian setelah terbiasa, gadis itu menghampiri Sang Prabu.
Sang Prabu langsung memeluk tubuh Nirwana. Kedua tangannya meremas buah pantat sekal gadis itu dan menggerayangi tubuh molek gadis itu. Sang Prabu menyerbu buah dada mengkal milik Nirwana yang sedari tadi tampak putting susunya sangat menantang untuk di hisap. Cayasari dan Kumala tidak berdiam diri mereka juga menghampiri Sang Prabu dan mengelus-elus lengan serta punggung sang raja.
Walaupun lesbi tetapi nampaknya Nirwana menikmati jilatan Sang Prabu, nafsunya perlahan-lahan bangkit. Nirwana mendesah kegelian ketika lidah serta mulut Sang Prabu makin rakus dalam menjilat dan menyedot seperti akan melahap toket mengkal dan sekal itu. Ditambah melihat Cayasari dan Kumala yang dalam kondisi bugil, sehingga membuat Nirwana yang lesbi malah bernafsu dan ingin membelai-belai tubuh kedua temannya itu.
Kumala yang berada di sebelah kiri, meraih kontol Sang Prabu yang sudah sangat konak itu, kemudian ia berlutut dan memasukkan batang kontol konak itu kedalam mulutnya. Mantan therapist spa itu dengan sangat professional menjilati sambil menghisap kepala batang hitam keras dan panjang milik Sang Prabu. Batang hitam keras dan panjang yang jadi kebanggaan Sang Prabu serta seluruh rakyat Kertadwipa.
Lidah kumala menjilati sekujur batang kontol itu kemudian sampai di kepala kontol dimasukkan ke dalam mulutnya sambil menghisap sehingga pipinya terlihat kempot, diulanginya terus gerakan itu, sehingga membuat Sang Prabu blingsatan.
Sementara dari sebelah kanan, Cayasari menjilati putting Sang Prabu, membuat pria itu bergetar kegelian. Lidah Cayasari menjilati putting kiri, sedangkan tangan kanannya memainkan putting kanan.
Dalam posisi itu tangan Nirwana meremas toket bergantung milik Cayasari yang berada tepat di pergelangan tangannya. Cayasari tidak menolak di remas-remas Nirwana dan menikmati permainan jemari lentik Nirwana di putting susunya.
Tangan kanan Sang Prabu menyelinap ke balik bebuluan jembut rimbun di selangkangan Nirwana. Jarinya membelah belahan memek Nirwana, mencari klitoris gadis itu. Di mainkan nya jemari Sang Prabu di daerah Klitoris Nirwana. Sedangkan serbuan tangan kirinya serta lidah Sang Prabu masih asyik di buah dada Nirwana. Gadis itu mendesah-desah tidak keruan mendapat serbuan dari Sang Prabu.
Wulandari hanya terdiam mematung menyaksikan pertempuran itu. Ia segera sadar dan ingin melarikan diri. Maka Wulandari memutar tubuhnya namun belum sempat melangkah, tangan kiri Madapati langsung terentang menghalangi jalannya.
Kalau tidak mau ikutan, kamu nonton saja! Kata Madapati. Jangan coba-coba lari!
Wulandari mengurungkan niatnya. Kedua mata teduh Madapati menatap Wulandari dan kemudian ia mengangguk kepadanya seakan memberi isyarat kalau semua akan baik-baik saja selama menuruti perintah. Gadis itu kemudian menengok dan membalikkan badannya untuk menyaksikan adegan penuh birahi itu.
Kumala sudah dalam keadaan menungging, kedua tangannya di letakkan di pinggir kolam, sedangkan Sang Prabu sudah memasukkan batang keras-nya ke dalam tubuh Kumala, sehingga kini pantat Kumala menempel ketat dengan perut gendut Sang Prabu. Kemudian, Sang Prabu memaju mundurkan pinggangnya untuk menikmati memek Kumala, sambil kedua tangannya memegangi pinggang kedua gadis di kanan dan kirinya, serta meremasi pantat mulus keduanya. Cayasari dan Nirwana menjilati putting susu Sang Prabu. Sedangkan Kumala membuat gerakan maju mundur membantu kocokan kontol Sang Prabu yang sedang memberinya rasa gatal dan nikmat di sekujur tubuhnya. Tangan Sang Prabu kembali menyelinap di selangkangan kedua gadis di kanan dan kirinya. Tangan pria itu memainkan klitoris Cayasari dan Nirwana, membuat pinggang kedua gadis itu meliuk-liuk sambil lidah mereka bermain di putting sang Prabu.
Nirwana menghentikan permainan lidah nya di putting Sang Prabu. Kedua tangannya meraih toket Cayasari yang sedari tadi menggoda untuk diremas. Cayasari kaget, ia juga menghentikan permainan lidah di putting Sang Prabu, dibiarkannya Nirwana meremas-remas kedua payudaranya yang besar dan sekal itu. Cayasari mendekatkan tubuhnya sehingga dari posisinya Nirwana bisa dengan bebas memainkan kedua buah dada miliknya. Cayasari mendesah ditambah permainan jari Sang Prabu di klitorisnya.
Kumala mengeram sambil berteriak-teriak. Gerakan tubuhnya makin maju mundur tidak teratur dan sejurus kemudian tubuh kurus itu menggeliat-geliat. Otot-otot perutnya terlihat berkontraksi, dan nafas gadis itu tersenggal-sengal tidak beraturan, menyambut orgasmenya. Namun kocokan kontol Sang Prabu tetap tidak berhenti ketika merasakan siraman cairan panas dari bagian paling dalam liang vagina Kumala. Kocokan Sang Prabu makin menggila sehingga membuat gadis itu merintih-rintih, perutnya yang ramping terlihat kembang-kempis menahan gejolak kenikmatan yang sedang diberikan oleh sang prabu.
Kedua tangan Sang Prabu dengan segera berpindah ke pinggang Kumala. Pria itu menarik tubuh Kumala sambil membenamkan kontolnya dalam-dalam. Kedua matanya terpejam sambil mulutnya meringis, pantat nya terlihat berkedut-kedut. Rupanya Sang Prabu sedang membuang air mani di dalam liang kemaluan Kumala. Keduanya kemudian terdiam beberapa saat, sampai kemudian Sang Prabu mengeluarkan kontol panjangnya dari dalam kemaluan Kumala.
Setelah menikmati Kumala, kemudian Sang Prabu duduk kembali bersandar di ujung kolam, di sandaran batu besar yang tampaknya menjadi tempat favoritnya. Kumala duduk disamping Sang Prabu sambil mengelus dan menjilati badan Sang Prabu. Kini giliran Cayasari yang bersimpuh sambil menyepong kontol Sang Prabu. Sementara Nirwana memeluk Cayasari dari belakang, ia menciumi punggung Cayasari sambil kedua tangannya meremas-remas toket gadis itu.
Eh ini kog nggak telanjang juga?
Sebuah suara dan tepokan tangan di bahu Wulandari mengagetkan gadis itu. Wulandari segera berbalik melihat sosok yang menepuk bahu nya. Terlihat Suryomaguno yang tadi ada di ruangan sebelah kini berdiri telanjang bulat di belakangnya. Kontol Suryomaguno yang pendek tapi dalam keadaan ngaceng itu terlihat manggut-manggut seperti ingin menusuk Wulandari yang masih berpakaian lengkap itu.
Suryomaguno menarik pinggang Wulandari dan mencoba untuk menelanjangi gadis itu. Wulandari meronta karena tidak mau disentuh oleh kakek-kakek tua itu. Madapati hanya berdiri terdiam melihat mereka.
Hei Suryomaguno! Suara Sang Prabu dengan lantang menegor pengawalnya itu. Kesini gabunglah. Anak baru semua ini. Biar dia urusannya Madapati.
Suryomaguno melepaskan Wulandari. Sambil berjalan ke kolam, ia mengengok dengan tatapan iri ke arah Madapati. Bangsat nih dapat barang fresh nih, gue dari tadi disuruh pake bekas si Prabu, begitulah kata hati Suryomaguno.
Namun Madapati hanya diam berdiri dengan tatapan dingin tidak menggubris tatapan Suryomaguno.
Sang Prabu menyuruh Kumala menghampiri Suryomaguno yang sedang berjalan memasuki kolam.
Madapati! kata Sang Prabu. Telanjangi gadis itu!
Bagaimanapun titah Sang Prabu adalah perintah dan hukum. Madapati kemudian menatap Wulandari. rasa takut terlukis di wajah Wulandari. Madapati memandang Wulandari dengan mata teduhnya, tanpa berbicara namun membuat gadis itu merasa kalau semua akan baik-baik saja.
Wulandari sendiri belum pernah disentuh lelaki lain selain almarhum suaminya. Namun melihat apa yang baru saja terjadi di dalam kolam air panas itu, terus terang sudah membuat nafsunya bergejolak.
Tidak ada pilihan lain bagi Wulandari ketika Madapati memeluk pinggangnya. Ia hanya membalas dengan meletakkan kedua telapak tangannya di dada bidang Madapati seakan mencoba menghalangi Madapati berbuat lebih jauh.
Namun sia-sia bagi Wulandari, menolak pun ia tidak bisa, karena semua adalah perintah Raja yang harus di laksanakan. Maka Wulandari membiarkan saja ketika tangan-tangan madapati membuka pengikat kemben dan melepaskan satu persatu benang yang menutupi tubuhnya, sehingga Wulandari kini sudah dalam keadaan telanjang bulat di hadapan Madapati, pengawal raja yang tampan itu.
Wulandari mencoba menutupi buah dada dan bagian selangkangannya dengan kedua tangannya. Melihat bulatnya buah dada Wulandari yang bulat seperti bakpao, dengan putingnya yang coklat dan kecil, serta lekuk tubuh yang indah itu membuat Madapati bangkit nafsunya. Bibirnya menyunggingkan senyum mesum. Madapati mulai membuka baju yang dipakainya.
Wulandari melihat ke arah kolam, keadaan di sana juga sudah berubah liar.
Suryomaguno tampak sedang menyenggamai Kumala. Kumala nungging di luar kolam, sedangkan Suryomaguno menyodokan alat kelaminnya dari belakang. Demikian juga dengan Sang Prabu yang menyenggamai Nirwana. Nirwana terlentang di luar pinggiran kolam, sedangkan Sang Prabu di dalam kolam sedang dalam posisi kuda-kuda asyik menusuk-nusuk memek Nirwana. Kepala Nirwana berada di bawah kedua buah dada Kumala, dan gadis itu asyik menjilati putting dan toket Kumala yang bergoyang-goyang akibat sodokan Suryomaguno dari belakang. Kumala tampaknya menikmati permainan Nirwana apalagi ditambah sodokan kontol Suryomaguno membuat orgasme demi orgasme dengan cepat diraihnya. Cayasari berada di dalam kolam berdiri di antara Sang Prabu dan Suryomaguno. Kedua tangan lelaki itu berada di selangkangan Cayasari ,seakan berebutan menggesekkan jari-jari mereka di memek Cayasari. filmbokepjepang.com Cayasari mendesah-desah akibat perlakuan kedua lelaki tersebut. Selain desahan terdengar pula suara kecipakan air kolam dan suara beceknya memek gadis-gadis yang sedang di gesek oleh kedua pria itu, suara yang saling menggema bersahutan di dalam gua kecil.
Madapati telanjang bulat di hadapan Wulandari. Di dada Madapati terlihat tattoo angka 021. Pemuda itu langsung menghampiri dan memeluk tubuh Wulandari. Wulandari merasakan kontol Madapati yang sudah tegak dan keras menyentuh bagian perut nya. Wulandari terpesona dengan kegagahan tubuh Madapati yang kekar dengan perut six pack nya, sehingga tanpa ragu Wulandari membelai dada bidang Madapati. Melihat tubuh kekar berotot itu langsung membuat rahim Wulandari hangat. Selain itu karena pemuda itu ganteng, wajar saja kalau Wulandari mau di setubuhi Madapati.
Daripada di entot sama om-om gendut di dalam kolam, mendinganlah kalau di entot sama yang ini. Wulandari berkata dalam hati. Tangan Wulandari mulai meremasi kontol Madapati yang berukuran sedang dengan urat-urat menonjol. Jari-jemarinya bermain di dada bidang pemuda itu.
Kini Wulandari terlentang di lantai gua yang beralaskan bebatuan, terasa pasir dan kerikil kecil di punggung Wulandari, namun gadis itu sudah tidak peduli. Nafsunya sudah di ubun-ubun. Buah dadanya yang bulat seperti bakpao itu di hisap dan putingnya dijilati dan di permainkan oleh lidah Madapati. Madapati menjilati sekujur tubuh seksi Wulandari, sehingga gadis itu menggeliat-geliat. Kemudian kepala Madapati berada di selangkangan Wulandari, terasa jari-jemari Madapati membuka bibir memek tembemnya yang di hiasi jembut lebat itu. Wulandari mendesah, merintih karena merasa kegelian ketika Madapati mulai menjilati bibir memeknya dan memainkan klitorisnya dengan lidah. Kenikmatan dirasakan Wulandari, hingga suatu dorongan muncul dan bergejolak dari bagian bawah perutnya. Wulandari mendesah-desah ketika lidah Madapati makin liar meliuk-liuk mempermainkan bagian kewanitaannya.
Minggir! Kata Sang Prabu.
Lagi asyik-asyiknya Madapati menjilati memek sempit Wulandari, tiba-tiba Sang Prabu menyela.
Madapati berdiri dan berjalan ke kolam. Di kolam tampak Suryomaguno sudah duduk di pinggir kolam, sedangkan Kumala tampak sedang mengemut kontol pria tua itu. Sedangkan terlihat Nirwana terlentang lemas di pinggir kolam. Cayasari hanya berdiri terpaku di pinggir kolam, mungkin karena merasa kentang.
Wulandari melihat Sang Prabu berdiri di hadapannya dengan kontol yang masih ngaceng kencang. Kemudian Sang Prabu menindih tubuh seksi Wulandari. Tentu saja gadis itu tidak menolak karena ditindih Sang Raja, apalagi nafsunya sudah berada di ubun-ubun. Sang Prabu langsung memasukkan batang kontolnya ke dalam memek sempit Wulandari yang sudah basah akibat rangsangan yang tadi diberikan oleh Madapati. Wulandari terpejam sambil mendesah ketika kontol panjang Sang Prabu sudah masuk mentok di dalam liang kewanitaannya.
Sempit, Njirr. Kata Sang Prabu sambil tertawa dan memalingkan muka ke arah kolam. Entah dia berbicara kepada siapa, mungkin sedang meledek Madapati.
Wulandari mencengkeram tubuh Sang Prabu ketika pria itu memulai goyangan pinggangnya untuk menggesek alat kelaminnya yang sudah tertanam di dalam tubuh Wulandari. Mata Sang Prabu tampak merem melek karena menikmati kegiatan mengocok benda kebesarannya di memek enak itu.
Wulandari mulai melawan dengan memutar-mutar pinggulnya karena kocokan kontol Sang Prabu semakin membuat nafsunya tinggi. Tentu saja akibat perbuatan perempuan itu terasa kepala penis Sang Prabu seperti di betot-betot oleh daging-daging vagina sempit itu. Memek itu terasa makin basah, tapi makin terasa enak bagi lelaki itu karena lebih berasa menjepit erat dan geli di sekeliling batang kontolnya.
Geli dirasakan oleh tubuh Wulandari setiap ia menggoyangkan pinggulnya melawan sodokan ganas Sang Prabu. Wulandari merasakan kenikmatan geli di sekujur tubuhnya seperti di sambar petir, tanda orgasme dengan cepat diraihnya. Wulandari menggeliat-geliat kegelian sambil memutar-mutar pinggangnya, sehingga membuat Sang Prabu mempercepat kocokan batang kontolnya. Sejurus kemudian, dengan satu hentakan kasar, Sang Prabu mendorong kontol nya sampai mentok, lelaki itu mengeram. Sang Prabu tidak sanggup lagi menahan cairan yang sedari tadi sudah berkumpul di ujung kepala kontolnya.
Wulandari menggeliat ketika merasakan rasa panas di sekitar perutnya. Sang Prabu sedang membuang air mani nya di rahim Wulandari. Rupanya Sang Prabu sedari tadi belum orgasme sewaktu menyenggamai Nirwana.
Didalam kolam Madapati sedang menyenggamai Cayasari dalam posisi doggy style. Pandangan Madapati melihat ke arah Wulandari yang tubuh seksi nya sedang menggelinjang-gelinjang ketika di semprot oleh Sang Prabu, sehingga membuat Madapati mulai mempercepat kocokan kontolnya di dalam liang kemaluan Cayasari. Click to expand… ENAM
Wulandari masih merasa badannya lemas dan selangkangannya masih sedikit perih akibat peristiwa semalam. Bagaimana tidak semalam suntuk ia akhirnya harus melayani nafsu Sang Prabu sampai tiga ronde dengan berbagai macam gaya, sampai pria itu tergeletak lemas dengan senyum kepuasan. Mereka baru boleh keluar dari goa itu setelah terdengar samar-samar suara ayam berkokok di luar goa.
Ada ketakutan dalam diri Wulandari, bagaimana kalau dia hamil anak Sang Prabu? Namun ketakutannya sirna ketika mereka tiba di padepokan, Ning Luwuh memberikan jamu untuk mencegah kehamilan kepada anak-anak didiknya itu dan mulai mewajibkan mereka minum jamu tersebut setiap hari.
Wulandari tidak bisa berkonsentrasi ketika berlatih menari hari itu. Bukan hanya karena badannya lemas, selangkangannya perih dan tenaganya seperti habis tersedot, melainkan hari itu Sasana tempat mereka latihan menari sedang di kunjungi oleh Raden Pradipa, anak angkat Sang Prabu. Bukan hanya Wulandari yang risih melihat gelagat Raden Pradipa, namun sebagian penari tampaknya juga agak risih dengan tatapan dan senyuman mesum Sang Raden. Sehingga, Ning Luwuh sedari tadi membentak-bentak dengan keras anak-anak didiknya itu karena salah dalam melakukan gerakan, atau mungkin saja Ning Luwuh lagi cari muka kepada Raden Pradipa, yang juga menjabat sebagai Gabener kotapraja di Kertadwipa.
Jangan-jangan minta jatah juga nih kayak bapaknya. Terbersit pikiran seperti itu di benak Wulandari.
Seorang pemuda yang dari tadi berdiri di samping Raden Pradipa, menghampiri group Wulandari yang sedang istirahat. Pemuda berambut gondrong dengan ikat kepala batik itu berjalan menghampiri Wulandari.
Halo Saya Ranu, pengawal Raden Pradipa. Kata pemuda itu menjulurkan tangannya.
Wulandari menerima salam pemuda itu.
Kamu siapa namanya? kata Ranu.
Wu..Wulandari. jawab Wulandari gugup.
Nggak usah gugup gitu dong. Tarian kamu bagus sekali. Puji Ranu.
Eh iya, terima kasih. Kata Wulandari.
Wulandari melirik ke arah Cayasari dan Mayasari yang sedang cekikikan di belakangnya, sedang meledek Wulandari.
Kamu ada waktu senggang kapan? Ucap Ranu.
Eh, wah nggak tahu. Jawab Wulandari.
Kita nonton ketoprak, yuk! Ajak Ranu. Di alun-alun ada ketoprak enak di samping tukang gado-gado di belakang tukang bubur ayam.
lho , nonton ketoprak atau makan ketoprak? Tanya Wulandari bingung.
Eh iya maksud saya nonton ketoprak. Kata Ranu. Ada ketoprak bagus, judulnya The Avenger Lakon Mahabharata, sekarang ada versi IMAX plus 4DX nya, lho.
Wah , lain kali saja. Saya nggak suka ketoprak superhero. Kata Wulandari mencoba menolak ajakan Ranu.
Oh, kalau ketoprak ala drakor suka donk? kata Ranu.
Saya wibu, nggak suka drakor. Jawab Wulandari ketus.
Ada lagi tuh ketoprak lokal yang lagi nge-hits judulnya, Dilan : 1990 SM. Kata Ranu. Mau ya? Kapan kamu ada waktu?
Waduh nggak sempat saya, Mas. Jawab Wulandari mulai risih karena Ranu mulai memaksa.
Minta nomor WA kamu deh, nanti kita janjian. Kata Ranu.
Wulandari mulai salah tingkah. Tapi terus terang sikap Ranu memang membuatnya risih. Apalagi teman-temannya di belakang sudah pada bisik-bisik dan cekikikan.
Ranu! Suara Raden Pradipa lantang bergema di ruangan tersebut.
Ranu segera menoleh. Dilihatnya tuan-nya sedang bersiap-siap meninggalkan ruangan Sasana.
Modus terus! Belegug Sia! Bentak Raden Pradipa.
Maaf ya. Lain kali kita lanjutin ngobrolnya. Kata Ranu. Jangan lupa minta nanti nomor WA-nya ya.
Ranu segera bergegas meninggalkan Wulandari sambil berlari kecil menghampiri tuannya.
Dengan segera teman-teman sesama penari mulai meledek Wulandari sambil pada tertawa cekikikan. Click to expand… TUJUH
Wulandari duduk merenung sendirian sebuah balai di halaman padepokan Sukosari. Teman-temannya sudah tidur, karena ia tidak bisa tidur maka Wulandari menyelinap ke balai di halaman untuk sekedar cari angin kalau kata orang jaman now. Ia mengingat kejadian dua malam lalu, sungguh liar kejadian waktu itu. Bukan mengenai Sang Prabu, tapi ia mengingat Madapati. Jantungnya terasa berdetak kencang kalau mengingat pemuda itu. Apalagi tadi pagi sewaktu ia dan rombongan penari yang hendak latihan di Aula Agung berpapasan dengan Madapati yang sedang mengawal rombongan putri Jayastri, jantungnya berdebar kencang ketika Madapati melemparkan senyum ke arahnya.
Wulandari menatap hamparan langit di malam hari itu. Tampak bintang-bintang bercahaya dan bulan sabit seperti tersenyum kepadanya. Entah apa yang ingin disampaikan langit kepada gadis yang sedang jatuh cinta ini.
Kamu sedang apa?
Sebuah suara mengagetkan Wulandari, hampir saja ia berteriak. Seorang lelaki gagah berambut pendek dan berbaju hitam berdiri disamping balai. Wulandari sangat gugup mendapati lelaki itu adalah pria yang sedang di bayangkannya. Madapati.
Madapati tersenyum manis dibalik kegagahannya ia memiliki senyum yang menarik, benar-benar pria yang sempurna. Membuat jantung Wulandari deg-deg-an-seerrr.
Kamu belum tidur?
Wulandari menggeleng. Terasa lehernya tercekat tidak bisa berkata-kata.
Boleh aku temani? kata Madapati.
Tanpa menunggu persetujuan dari Wulandari, sang pemuda langsung duduk di samping Wulandari.
Keduanya terdiam sejenak. Kepala kedua nya mendongak menatap bintang-bintang di langit.
Kamu Wulandari dan Madapati berkata bersamaan.
Keduanya terdiam dan kemudian tertawa kecil, menertawakan kegugupan mereka. Rupanya pemuda itu juga merasa gugup menemui Wulandari yang sedang sendirian.
Seperti biasa Madapati memang melakukan patroli sebelum pergi tidur. Secara tidak sengaja ia melihat sosok wanita yang sedang duduk di balai. Mengetahui kalau itu adalah Wulandari, maka Madapati tidak segera menghampiri nya. Ia mengecek kebenaran sosok gadis yang menarik hatinya sejak malam mereka pertama kali berhubungan badan kemarin. Napak tanah nggak nih kakinya, kata Madapati dalam hati ketika ia mengamati sosok Wulandari dari kejauhan. Setelah memastikan adalah manusia yang duduk di balai itu, maka Madapati memberanikan diri untuk menghampiri.
Kamu dahulu. Kata Madapati dengan gaya sok bijak.
Wulandari berdehem, padahal tidak batuk.
Kamu.. sedang apa? Tanya Wulandari gugup.
Saya sedang patroli. Memastikan lingkungan aman dan para penjaga siap. Kata Madapati. kamu sedang apa? Kenapa tidak tidur?
Akhir-akhir ini ,Aku sedang tidak bisa tidur. Wulandari mencari alasan.
Kenapa?
Aku merasa agak membosankan dengan latihan setiap hari. Kata Wulandari, yang memang dilanda kebosanan karena latihan.
Tidak apa-apa. Setelah perayaan kamu bisa kembali kog ke desa kamu. Mungkin kamu rindu dengan suami atau orang tua kamu.
Saya tidak punya suami. Ungkap Wulandari.
Eh, jadi tidak bersuami. Usia kamu berapa? Tanya Madapati.
Mendengar kalau Wulandari belum bersuami Madapati bersemangat. Wah bisa tancap gas nih karena nggak ada saingan, begitu kata Madapati dalam hati.
Dua puluh tahun, saya janda dan suami saya sudah meninggal. Ungkap Wulandari.
Mendengar kata janda, Madapati malah langsung tambah semangat. Janda cakep dan seksi gini, wah boleh juga nih.
Nggak punya anak? tanya Madapati.
Janda kembang dan nggak punya anak, manteb bener nih. Pantesan meki-nya rapet banget kemarin pas di jilatin, membatin si Madapati. Sontak belalai Madapati di dalam celananya langsung berontak nyut-nyutan, ketika membayangkan sewaktu ia menjilati tubuh telanjang Wulandari sewaktu pesta seks bersama Sang Prabu. Sabar madapati kecil santai dulu, sabar, kata Madapati dalam hati menenangkan kontol-nya yang sudah senat-senut.
Kamu berasal darimana? Tanya Madapati.
Aku berasal dari wilayah selatan. Kamu tahu desa Penari?
Oh desa penari, yang sering dikunjungi anak-anak KKN itu ya? Pernah dengar sih. Kata Madapati.
Sejak dulu, di desa ku banyak penari yang terkenal dan sering sekali di kirim ke ibukota. Maka itu disebut desa Penari.
Madapati hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Wulandari.
Kamu sendiri bagaimana? Tanya Wulandari mencoba mengenali lebih jauh pemuda tampan di sampingnya itu.
Aku yatim piatu. Aku diangkat murid oleh Si Melotot dari Goa Setan. Kata Madapati. Belum pernah menikah.
Wah guru kamu pendekar terkenal itu ya. Wulandari takjub.
Wulandari hanya menatap wajah pemuda tampan itu, menunggu cerita selanjutnya dari sang pemuda.
Dulu aku pendekar pengelana. Setelah menyelamatkan Sang Prabu ketika terjadi penyerbuan oleh tentara kerajaan Pajangpati. kemudian aku diangkat jadi pengawal pribadinya. Madapati menjelaskan.
Bukankah banyak perempuan di istana ini cantik-cantik. Tanya Wulandari.
Ada beberapa dayang yang sempat berhubungan. Tapi tidak cocok. Kata Madapati sambil dan menatap mata indah Wulandari yang sedari tadi memandangnya.
Wulandari langsung gugup melihat keindahan mata Madapati dan lalu membuang muka kembali menatap langit di atasnya.
Sebaiknya kamu istirahat. katanya besok kita akan menyambut tamu dari kerjaaan Inggris. Ucap Madapati.
Sebentar lagi. Kata Wulandari.
Keduanya terdiam. Madapati mencabut keris yang tersemat di pinggangnya dan meletakkan keris itu di sampingnya. Madapati mendekatkan dirinya sehingga tubuh mereka berdua bersentuhan. Tangan Madapati merangkul pinggang Wulandari. Ia mendekatkan wajahnya menyerbu leher jenjang gadis itu. Wulandari mendorong pelan tubuh Madapati sebelum lelaki itu mendaratkan bibirnya.
Kamu mau apa? Tanya Wulandari.
Madapati tidak menjawab namun menatap mata gadis itu sehingga keduanya berpandangan.
Nanti ada yang lihat. Kata Wulandari.
Tidak ada penjaga di sekitar sini.
Begitu menyelesaikan perkataannya bibir Madapati langsung mendarat di bibir Wulandari yang sedari tadi mengundang untuk dilumat.
Wulandari tidak sepenuhnya menolak ia menerima saja ketika Madapati mendaratkan bibirnya. Ia kemudian membalas lumatan bibir lelaki itu.
Tangan Madapati memegang perut dan belakang kepala Wulandari, membaringkan gadis itu di balai. Terpaan angin malam yang semakin dingin tampaknya tidak mempengaruhi kedua anak manusia yang saling jatuh cinta itu. Kedua anak manusia yang sedang dilanda nafsu birahi.
Kain penutup selangkangan Wulandari sudah terbuka dan jari-jemari Madapati sudah bermain di belahan memek nya yang di hiasi bebuluan jembut lebat itu. Membuat gadis itu menggelinjang kegelian karena bagian klitoris nya dimainkan. Sebaliknya tangan gadis itu sudah meremas-remas batang kontol Madapati yang tegak mengeras yang masih tersembunyi di balik celana Hitamnya. Bibir keduanya masih terus saling menempel, lidah mereka saling belit membelit. Madapati memelorotkan celana yang di pakai nya, sehingga tangan Wulandari kemudian meremas kontol keras yang sekarang bebas tanpa penghalang. Madapati bergolek menindih tubuh setengah telanjang Wulandari. Tangan wulandari menyingkir dari batang keras Madapati, dan memeluk tubuh pria gagah itu. Madapati meletakkan alat kelaminnya di bibir kelamin Wulandari, dan kemudian lelaki itu menekan alat kelaminnya memasuki lobang kelamin Wulandari.
Akhirnya Madapati dapat merasakan legitnya liang vagina Wulandari, karena dua malam lalu ketika lagi asyik, malah di ganggu Sang Prabu. Pantesan hingga semalam suntuk Sang Prabu tidak melepaskan Wulandari karena rasa enak dan legitnya memek gadis itu.
Wulandari terpejam, ia sudah memasrahkan semuanya kepada lelaki tampan itu. Memasrahkan kenikmatan yang sedang diberikan Madapati, ketika lelaki itu memulai goyangan pinggangnya, mengeluar masukkan batang keras dan panas di kedalaman kelamin gadis itu. Wulandari pun melawan dengan goyangan pinggulnya, sehingga membuat Madapati makin bersemangat.
Dari kejauhan malam tampak sepasang mata yang menyaksikan Wulandari dan Madapati yang sedang berhubungan badan di balai kecil itu dengan perasaan cemburu. Click to expand… DELAPAN
Siang itu kerajaan Kertadwipa kedatangan tamu dari kerajaan Ingris yaitu Sir Joni Sin, tangan kanan dari King Arthur, sang penguasa kerajaan Inggris. Beliau juga termasuk dari ksatria di meja bundar yang terkenal dengan pedang tumpulnya dan sudah berpengalaman dalam hal tusuk-menusuk dan tembak-menembak di lobang gadis-gadis Amazon.
Dan seperti biasa untuk menyambut tamu negara selalu di hadirkan tari-tarian penyambutan. Para penari dengan gerakan yang kompak dan lemah gemulai seakan menyihir siapapun yang hadir di halaman Pendopo Agung. Gerakan mereka makin kompak dan sempurna membawakan tari-tarian khas kerajaan yang hanya boleh di mainkan oleh para penari yang diseleksi oleh Istana.
Dari tempatnya menari, sesekali Wulandari dapat melihat Madapati yang berdiri di samping Sang Prabu. Wajah pemuda itu terlihat kaku seperti biasanya namun tatapan matanya tidak lepas dari Wulandari. Beda dengan Suryomaguno yang melihat para penari sambil menjilati bibirnya, mungkin ia sedang bangkit nafsunya melihat para penari yang cantik-cantik dan langsing-langsing itu.
Namun ada yang menjengkelkan bagi Wulandari, diantara para hadirin yang berdiri tampak Ranu yang berada di samping Raden Pradipa. Ranu tampak sesekali melambaikan tangan, atau mengirimkan kiss bye ke arah para penari khususnya Wulandari.
Diantara para penari hari itu memang Wulandari yang paling mencolok. Karena hari itu dia di taruh posisi terdepan.
——
Wulandari hanya berdiam di pojokan, sementara para penari lainnya tampak sibuk bercakap-cakap dengan para tamu. Memang setelah menari, mereka di haruskan untuk bersedia membaur dan menemani tamu-tamu. Memang Wulandari sengaja menyembunyikan diri di antara kerumunan, ia tidak mau kalau tiba-tiba Ranu menghampirinya seperti tempo hari.
Putri Jayastri tiba-tiba berjalan menghampiri Wulandari yang sedang berdiam di pojokan. Putri pertama dari Sang Prabu itu berdiri dengan tatapan tajam di hadapan Wulandari. Tatapan yang setajam pisau seakan ingin menusuk tubuh Wulandari saat itu juga.
Berhadapan dengan Tuan Putri, tentu saja membuat Wulandari segan.
Salam Tuan Putri. Ucap Wulandari menjura seraya mendekapkan kedua tangannya di dada, serta menundukkan kepala, sesuai adat istiadat jaman old.
Kamu tahu kenapa saya disini? Tanya Jayastri.
Maaf Tuan Putri. Hamba tidak tahu. Jawab Wulandari.
Jayastri mendekatkan wajahnya ke telinga Wulandari.
Kamu jangan main mata lagi dengan Madapati! Bisik Jayastri dengan nada kasar. Madapati adalah milik saya. Paham!
Tercekatlah Wulandari mendengar pernyataan Jayastri. Bagaimana mungkin ia melawan, saingannya adalah putri kerajaan yang kelak akan menjadi calon ratu Kertadwipa. Apalagi ternyata semalam Madapati telah berbohong, karena lelaki itu bilang kepadanya kalau ia nggak punya pacar. Hancur hati Wulandari karena pria idamannya itu ternyata seorang pembohong.
Eh, bukan main mata lagi BGST! gue udah di ewe sama itu laki! Wulandari sebenarnya ingin membentak putri Jayastri, namun Wulandari menahan emosinya, bisa berabe kalau berdebat dengan Tuan Putri.
Jayastri pergi berjalan meninggalkan Wulandari yang masih berdiri dengan wajah shock dengan hati hancur berkeping-keping.
Jangan digubris, kakak saya mah begitu orangnya. Kata suara gadis di sebelah Wulandari.
Wulandari menoleh, ternyata disampingnya telah berdiri Putri Candramaya, yaitu putri ketiga dari Sang Prabu. Entah sejak kapan Putri Candramaya berdiri di sampingnya, tidak terlihat kehadirannya. Seperti jelangkung saja yang datang tidak diundang tapi pulang nya harus di usir.
Salam Tuan Putri. Kata Wulandari sambil menjura memberi salam.
Sudah-sudah. Pokoknya, Kamu jangan kuatir. Kata Candramaya menguatkan hati Wulandari. Kakak saya itu di tolak terus sama Madapati. Makanya begitu sensi kalau Madapati main mata dengan perempuan lain. Delapan purnama lalu ada dayang yang di penggal gara-gara dekat sama Madapati.
Wulandari hanya mendengarkan sambil mengangguk dan sedikit ngeri dengan cerita dayang yang di penggal. Bagaimana mungkin ia dengan kepo akan bertanya ini dan itu kepada Tuan Putri, nggak sopan kalau kata orang tua. Tapi mendengar cerita putri Candramaya membuat nyali nya ciut.
Tapi aneh saja, Jayastri yang cantik bagai bidadari itu ditolak Madapati. nggak mungkin itu, sampai kiamat tujuh kali pun itu pasti kabar hoax. Wulandari tidak percaya dengan kata-kata Candramaya.
Besok aku mau main ke padepokan. Kamu nanti ajari saya gerakan tarian, ya. Kata Candramaya.
Iya Tuan Putri. Angguk Wulandari.
Kemudian Candramaya dengan senyum cerianya meninggalkan Wulandari.
Sepeninggal Candramaya, Wulandari kembali memperhatikan keadaan sekitarnya. Tatapan kedua matanya tertuju ke Putri Kamiswari yang sedari tadi hanya duduk di pojokan bersama dayangnya. Merasa di perhatikan, Putri Kamiswari menengokkan kepalanya ke arah Wulandari berdiri. Wulandari segera menunduk segan.
Eh ternyata kamu disini. Kata Ranu yang tiba-tiba muncul.
OMG! Wulandari menggerutu dalam hati melihat kehadiran Ranu. Akhirnya ketahuan juga sama si Ranu yang genit ini.
Belum sempat Ranu melancarkan rayuannya, suara gong berbunyi tanda Sang Prabu akan berpidato. Sehingga membuat semua orang mengalihkan perhatiannya ke panggung tempat Sang Prabu berdiri. Kesempatan ini dipergunakan oleh Wulandari untuk menjauhi dan bersembunyi dari Ranu.
Sementara Sang Prabu memulai pidatonya.
—————
Sekali lagi penulis meminta pembaca untuk memaklumi karena harus menyunting pidato Sang Prabu. Karena ini kan cerita panas, dan bukan naskah pidato. Maka dari itu sekali lagi penulis mohon maaf sebesar-besarnya kalau ada sebagian pembaca yang ternyata kepo dengan isi pidato komplit dari Sang Prabu.
Kita akan langsung saja ke pokok permasalahannya biar nggak berlarut-larut. Click to expand… Nah pokoknya jangan seperti anak angkat saya itu si Pangeran Sarung. Kata Sang Prabu di tengah-tengah pidato nya.
Sontak para hadirin tertawa terbahak-bahak.
Nama sudah bagus-bagus yaitu Raden Pradipa. Eh jadi punya gelar Pangeran Sarung, cuma gara-gara pakai sarung kemana-mana. Pradipa, kamu sudah sunat kan? Kata Sang Prabu.
Mendengar nada melecehkan dari perkataan Sang Prabu ,membuat Raden Pradipa dongkol.
Makanya kalau ke pijet kontol ke Mak Erotis jangan malah tukang pijet nya yang dipakai. Biarin aja di pijet biar besar, biar bisa jadi kebanggaan rakyat Kertadwipa seperti punya saya.
Hadirin malah terpingkal-pingkal mendengar pidato Sang Prabu yang hampir mirip dengan panggung Stand Up Comedy. Raden Pradipa tambah dongkol dengan ayah angkatnya itu.
Saya sebagai Raja tidak akan mewarisi tahta kepada dia. Kalau sekarang julukannya Pangeran Sarung, nah bagaimana nanti kalau jadi Raja? Julukannya jadi Raja Sarung donk. Apa Kertadwipa mau punya raja yang pakai sarung kemana-mana?
Diantara hadirin mulai tertawa berguling-guling. Bahkan sampai ada yang batuk-batuk karena keselek biji nangka ketika mendengar Sang Prabu berpidato.
Udah kamu tetap menjabat jadi Gabener kotapraja aja. Urusin itu pedagang kaki lima di Tanah Abang, jangan malah urusin instalasi seni kontemporer. Kemarin instalasi seni bambu dan sekarang instalasi seni batu, kamu itu mau bikin candi atau mau memperindah kotapraja sih? kata Sang Prabu dengan nada mengkritik.
Wajah Raden Pradipa terlihat memerah geram menahan amarah karena merasa di sepelekan oleh Ayah Angkat-nya.
Sedangkan Wulandari malah tampak kucing-kucingan dengan Ranu di antara para tamu. Ranu tetap dengan gigih masih sangat ingin mengajak Wulandari menonton ketoprak 4DX. Click to expand…
SUMBER Kisah pangeran tiongkok ngentot, Setripis,,,,,,,,,,,