PAMALI

(Keterangan: Untuk membaca kisah ini dengan lengkap, silahkan nyalakan musik dari link yang disediakan sesuai dengan part yang sebelumnya ditandai dengan BGM, PS (Pesan Sponsor): BGM ini ciptaan temen nubi sendiri lho, kalo ada yg mau pesen boleh PM nubi)

Kau akan mati

Kau telah melanggar perjanjian.,

Suara yang berat dan menyeramkan itu mengulang-ulang kalimat tersebut. Seolah suara itu berasal dari dalam telingaku.

A apa ini? Apa yang terjadi. M-mati? P-perjanjian?

Di hadapanku tergeletak sesosok mayat dengan tubuh yang terkoyak-koyak. Wajahnya begitu hancur sampai-sampai aku tak dapat mengenali sosok itu.

I-itu siapa?

Hawa dingin mencekam semakin berat, aku seolah tak dapat menggerakkan badanku. Aku merasakan tiap tarikan nafasku menjadi suatu kesakitan yang amat sangat.

Terimalah. Takdirmu.

Tidak aku tidak paham, aku tidak paham akan semua ini.

TIDAAAAKKKKKK!!!

Aku terhenyak. Aku terbangun dari tempat tidurku.

Mimpi.

Tapi, mengerikan sekali. Aku menggelengkan kepala, mengucek mataku, memastikan kalau itu semua memang benar-benar hanya mimpi.

Saatnya berangkat ke kampus. Teman-teman sekelompokku sudah menungguku. Aku mandi sekenanya dan asal saja memilih pakaian. Lalu beranjak menuju ke kampus dengan motor butut peninggalan kakekku.

Orangtuaku memberiku nama Jayadi. Tapi karena aku anak kekinian, maka setiap ada yang bertanya padaku, aku akan memberitahukan bahwa namaku adalah Jay. Wajahku biasa saja walau orang-orang menyebutku blasteran Arab dan Ambon, yang penting bukan blasteran Kangguru dan Doberman.

Aku adalah seorang pembalap, bukan, bukan seperti Marquez atau Rossi, itu singkatan pemuda berbadan gelap. Tubuhku cukup besar, kalau tidak mau dibilang tambun. Kerjaanku biasa saja, seorang freelance segala rupa, pokoknya yang berhubungan dengan komputer akan kuhajar.

Walaupun keadaanku tidak begitu wah, aku memiliki seorang pacar yang imut, berkulit putih dan berambut sebahu seperti artis Jepang bernama Angel. Entah bagaimana dia bisa masuk ke dalam perangkapku.

Angel anak tunggal seorang kaya yang kedua orangtuanya fokus bekerja di luar negeri, sehingga satu rumah besar hanya ada dia dan pembantu-pembantunya. Yah, aku datang di saat yang tepat, pada saat dia membutuhkan bahu untuk menangis. Aku Ada. Kurang beruntung apa aku?

Aku memiliki dua orang sahabat, yang satu seorang pria gagah dan ahli bela diri bernama Tino dan seorang cewek manis berparas indo bernama Silvi. Kami sudah bersahabat sejak dari SMA, kami pun saat ini kuliah di kampus yang sama.

Tino saat ini berpacaran dengan Ivenka, seorang Wanita berkebangsaan Australia yang menjadi salah satu mahasiswi pertukaran pelajar di kampusku. Anaknya manis dan baik. Namun dia masih harus banyak belajar bahasa Indonesia, karena seringkali dia sulit memahami apa yang kami katakan.

Sedangkan Silvi, yang paling tua di antara kami, sudah beberapa kali gonta ganti pacar, dan statusnya saat ini tidak jelas, pacarnya yang mana, maklum cantik. Ga perlu ditanya sudah sejauh mana mereka pacaran, bahkan jari jemarinya lebih sedikit dari jumlah pria yang sudah pernah tidur dengannya.

Kali ini, aku, Angel, Tino, Ivenka dan Silvi membentuk sebuah kelompok untuk Penelitian Mahasiswa. Setidaknya kami ingin menorehkan sedikit nama baik di kampus ini.

Jay, jadi liburan ini kita cari data di desa terpencil itu? Tino memulai pembicaraan.

Aku tergantung Angel, dia yang punya ide untuk menggunakan villa peninggalan kakeknya di desa itu, jawabku sambil melirik pacarku yang sejak tadi memilin-milin rambutnya.

Sebelumnya aku sudah bilang kalau aku sangat beruntung mendapatkan Angel bukan? Jelaslah, biasanya cantik dan pintar itu berbanding terbalik, tapi tidak pada Angel, dia termasuk sangat berprestasi di kampus dan banyak dosen-dosen yang suka padanya, apalagi dosen-dosen muda yang belum berkeluarga, mereka pengen banget memperbaiki keturunan dengan mempersunting Angel. Karena itu dia menjadi sedikit tertutup dan hanya punya sedikit teman.

Di samping rasa kesepian karena orangtuanya yang hanya ketemu tiap beberapa bulan sekali, di kampus pun dia hanya dipandang sebagai objek prestasi. Tapi Angel selalu mengungkapkan kalau dia beruntung mendapatkan aku yang agak gila dan tidak tahu malu namun perhatian.

Ayo aja, aku dah bilang sama penjaga villanya, kita tinggal berangkat, ujar Angel santai.

Wah, liburan sambil belajar. Kita senang. Ivenka menanggapi dengan bahasa sebisanya. Kami tersenyum dan mengangguk menghargai usahanya.

Tapi ada satu masalah, Angel melanjutkan.

Apa tu? Aku penasaran.

Beberapa bagian dari villa sedang direnovasi, termasuk beberapa kamar, jadi tersisa dua kamar saja yang bisa dipergunakan.

Ya bagus to, gue ama Ivenka, lu ama Jay, ujar Tino.

Pria bertubuh tegap itu memang sahabatku yang paling mengerti aku. Dia orang yang bersemangat dan bisa menebarkan semangat ke orang-orang di sekitarnya. Tino cukup berjasa dalam menyemangati dan mencarikan jalan saat aku mendekati Angel enam bulan lalu. Di sisi lain, dia adalah orang yang cukup vulgar dalam berkata-kata dan cenderung mesum, setidaknya aku tahu persis dengan apa yang sudah dia perbuat dengan Ivenka. Tapi aku merasa itu pilihannya, aku harus menghormatinya.

Lha terus. Gue tidur di kamar mandi? Silvi menyambar, dia merasa tidak terima.

Lu mah bebas, mau jadi pasangan threesomenya siapa, sahut Tino.

Jiah, tak sudi. Pokoknya para gadis jadi satu kamar, dan para pria di kamar satunya, tukas Silvi.

Sahabatku yang bernama Silvi ini, sejak dulu memang suka menjadi pusat perhatian. Dia suka sekali memimpin teman-temannya dalam melakukan sesuatu bersama, aku mengakui leadershipnya cukup baik, selain kami tahu dia lebih tua setahun dari kami. Namun dari sisi akademik, Silvi adalah yang paling kurang di antara kami, dia pernah tinggal kelas waktu masih di SMA, karena terlalu rajin berorganisasi dan tidak lupa berpacaran. Karena itu dia bisa jadi sekelas dengan kami.

Yaah, ga seru dong, mosok gue sekamar sama ksatria berpedang, gumam Tino.

Ya silahkan kalau mau pedang-pedangan, aku ga larang koq, tiba-tiba Angel nimbrung dalam pembahasan pembagian kamar ini.

Sudah, sudah, ok, supaya kita full team, aku akan sekamar sama Tino, sedangkan kalian bertiga di kamar satunya, aku segera berusaha mendinginkan suasana.

Nah gitu, baru adil, dukung Silvi.

Tino mendekat padaku, lalu berbisik, Bodoh lu Jay, kesempatan emas bisa ihik ihik sama Angel lu buang sia-sia?

Tenang, aku dah siapin rencana, jawabku.

Heh, kalian bisik-bisik tetangga, udah rencana pedang-pedangan? Silvi yang memang mudah naik darah itu merangsek masuk dalam diskusi internal antar pria.

Ah diem lu, gua kasih kecupan di bibir juga basah atas bawah lu, sahut Tino.

Muka Silvi memerah. Saat ini Silvi memang sedang membutuhkan kasih sayang, setelah pacarnya yang terakhir mencampakkan dia dan membuat banyak luka baik di fisik maupun di hatinya.

Sesaat suasana jadi hening.

Jadi, Jay dan Baby, bawa senjata pedang untuk liburan? Ivenka tiba-tiba memecah keheningan dengan suara yang terpatah-patah.

Kami pun tertawa mendengar pernyataannya.

Aduh baby, nanti saja gue perjelas di kos, Tino menggumam. Aku melihat ada sekilas senyuman jahat di wajah Tino. Aku yakin, tu bule pasti diapa-apain dah nanti malam.

Ivenka adalah seorang yang jenius, pandai dan penuh dedikasi. Hanya saja dia sedikit ceroboh dan mudah untuk dibohongi orang lain. Sebelum bertemu Tino, dia hampir diperkosa beberapa orang tak bertanggung jawab karena dia tersesat saat mencari beberapa peralatan yang dia butuhkan di pasar. Dan Kepahlawanan Tino membuat dirinya jatuh cinta dan sampai detik ini nempel banget sama sahabatku itu.

Kalau gitu besok Angel siapkan mobilnya, kita berangkat setelah makan siang. Jangan ada yang terlambat, gue ga mau pas di sana udah gelap, kita ketemuan di tempat biasa, atur Silvi.

Siap, komandan. Seru Angel, diikuti senyuman dan anggukan dari kami.

***

Keesokan harinya, aku menyetir mobil Angel berangkat menuju ke desa tujuan kami. Di daerah Jawa Tengah, memang masih banyak desa terpencil yang sepertinya belum banyak terjamah pihak luar. Hari sudah mulai beranjak senja saat kami memasuki kawasan hutan karet sebelum desa itu berada. Akhirnya kami memasuki desa yang diinginkan tepat saat hari mulai gelap.

Say, nyalakan lampunya dong, ujar Angel.

Nanti lah say, mataku masih awas koq, tukasku.

Mendadak aku seperti melihat sesosok manusia menyebrang jalan, dan aku menginjak rem sebisaku diiringi oleh jeritan Angel. Untung saja mobil berhenti dengan baik dan tidak terlalu parah goncangannya. Setidaknya penumpang-penumpang mobilku tidak ada yang benjol.

ANJRIT! Ngapa bro?! Tino bertanya.

Aku melihat orang menyebrang mendadak, jawabku. Tapi sekarang sudah tidak ada.

Sial, jangan bikin gue takut, Jay, sahut Silvi.

Saya kaget, tambah Ivenka singkat.

Sudah kubilang, nyalakan lampunya, jangan keras kepala! Di desa ini masih banyak sekali mitos dan misterinya, sahut Angel dengan nada meninggi.

Angel, lu malah bikin gue lebih takut lagi, Silvi menukas lagi.

Sudahlah, tidak ada apa-apa khan? Ayo lanjut, kata Tino.

Aku langsung menyalakan kembali mesin mobil dan menyalakan lampu, lalu melanjutkan perjalanan. Aku tak habis pikir siapa atau apa yang tadi mendadak lewat persis di depan mobil.

Kami sampai ke villa yang dimaksud. Villa itu terbuat dari kayu dan tidak terlalu besar, namun halamannya cukup luas dan tertata rapi, walau tidak bisa disebut mewah.

Di dalamnya ada seorang penjaga villa yang sudah tua dengan gigi yang sudah ompong, dia memperkenalkan diri sebagai Pak Marmo. Beliau dengan cekatan membantu menurunkan barang-barang bawaan kami dan menatanya di kamar masing-masing. Aku yakin beliau juga yang menata halaman villa ini sedemikian rupa. Setelah itu kami pun mandi lalu makan malam bersama dengan masakan yang dimasak oleh istri Pak Marmo.

Baiklah pak, terima kasih, untuk beberapa hari ini bapak boleh pulang, biar kami yang bersih-bersih

Pak Marmo mengangguk lalu berkata, Ada beberapa hal yang perlu bapak sampaikan untuk nak Angel dan kawan-kawannya, supaya kalian baik-baik saja.

Apa tu pak? tanya Angel. Kami yang penasaran pun mendekat.

Jangan bersiul malam-malam nanti penunggu di belakang rumah akan marah. Jawab pak Marmo.

Hahaha, ndak masuk akal, tapi okelah pak, sambut Angel.

Saya mohon diri nak Angel. Selamat beristirahat, kata pak Marmo. Lalu ia berpaling dan meninggalkan kami.

Oke teman-teman, pantangannya jelas, jangan bersiul, udah sesederhana itu, gue tambah satu lagi, no sex allowed, seru Silvi sambil dia melangkah menuju ke kamarnya. Gue mau tidur, jangan ada yang ganggu.

Selamat malam, Silvi Ivenka berseru tiba-tiba.

Loh, baru jam segini koq tidur kak Silvi, khan masih ada yang perlu kita kerjakan, Angel belum rela membiarkan Silvi tidur begitu saja.

Say, biarin aja dia tidur, ujarku.

Tumben, dia ngantuk jam segini, kata Tino.

Eh bro, aku ga bego. Ingat pas dia minta minuman pas makan malam tadi? tanyaku.

Eh Gila, lu kasih obat tidur tu minuman? Tino langsung paham apa maksudku.

Aku dah bilang punya rencana bukan? jawabku.

Kalian kasak kusuk apa sih? Angel penasaran.

Gini, lu mau ena ena ga? Khan pas anjing penjaganya teler tu, ini kesempatan ga dateng dua kali, besok udah urusan tugas dah. seru Tino.

Muka Angel memerah dan dia mulai memilin-milin rambutnya tanda dia salah tingkah Terus kita gantian gitu pake kamar kosongnya? Tanya Angel sambil berusaha terdengar tetap normal.

Ya enggaklah dodol, kita undi aja, yang kalah harus ena-ena di kamar yang ada anjing penjaganya, sahut Tino.

Gila, kalo dia bangun? tanyaku.

Ya itu resiko yang pake kamar itu, seru Tino.

Saya ikut saja, Ivenka menyahut.

Oke, biar fair, ni gue ada koin, lu yang pilih, nanti biar Ivenka yang putar, kalo pilihan lu yang muncul, lu sama Angel di kamar kosong, ujar Tino sambil mengeluarkan sebuah uang koin dan memberikannya pada Ivenka. Angka apa gambar?

Biar aku, Gambar, tiba-tiba Angel menyahut.

Aku mengangguk menyetujuinya.

Ivenka memutar koin itu dan membiarkannya bergelintingan di lantai.

Angka.

SIAL, kita musti di kamar yang ada anjingnya, say, seruku. Tapi di sisi lain, entah kenapa ada hasrat yang berbeda dalam diriku. Ok lah, fair, Tino sama Ivenka di kamar kosong.

Tino dan kekasih bulenya segera ngeloyor ke kamar yang seharusnya buat para pria. Lalu tak berapa lama terdengar suara Ivenka cekikikan, dan beberapa saat kemudian hening, ah memang tanpa basa basi mereka itu.

Sementara Angel masih terdiam.

Say, ayo, ajakku sambil menggenggam tangannya.

Tapi mosok di depan Silvi? Angel masih tidak mau bergeming.

Tenang, anggap aja dia tidak di situ, jawabku, ayolaaaah

Angel mengangguk lalu dia mengikutiku ke kamar.

Di kamar itu Silvi tidur miring menghadap ke tembok. Dia masih mengenakan kaos hitam dan celana jeans yang dikenakannya sejak selesai mandi sore tadi. Biasanya kalau tidur normal, anak ini akan pakai piyama yang lebih mirip hot pants dan tank top. Aarrrgh kenapa bayanganku malah Silvi, padahal ada Angel di sampingku.

Angel sedang mempersiapkan matras yang di bawanya tepat di samping tempat tidur Silvi yang terbuat dari kayu.

Jujur, selama berpacaran setahun ini, kami jarang punya kesempatan melakukan itu, kami setidaknya baru dua kali bisa mencetak gol dengan benar. Selain itu lebih banyak menggunakan tangan. Di samping itu kami saling berjanji walau kami berhubungan selayaknya suami istri, aku tidak akan sampai mengeluarkan spermaku di dalam vaginanya, takut dia hamil.

Angel saat ini mengenakan blus biru gelap dengan daleman kaos ungu, dan juga rok kain pendek kotak-kotak, persis anak SMA versi Jepang. Bodynya yang kecil mungil dengan payudara yang juga tidak terlalu besar terlihat sangat seksi dan membuat jakunku mulai turun naik, mengingat hasratku yang selama ini hanya dilampiaskan dengan kelima jari tangan mungilnya, hari ini bisa terpuaskan dengan seluruh tubuhnya.

Aku mulai mengecup pipinya, semerbak wangi sabun yang dia pakai mulai tercium. Angel mendekatkan wajahnya ke wajahku. Kami pun mulai bercumbu, aku memeluk pinggangnya sambil aku memagut bibirnya dan mulai memainkan lidahku. Lidah kami beradu, dia langsung menghisap lidahku sekuatnya, membuat desiran jantungku semakin keras.

Wajahnya memerah, nafasnya mulai terengah-engah. Say ahhh, sejenak dia mengerang. Aku langsung mencumbunya lagi, tidak memberi kesempatan dia untuk berbicara banyak.

Tiba-tiba aku merasakan ada suara berderakan di belakangku.

Aku dengan sigap menoleh.

Silvi berbalik dari menghadap tembok jadi menghadap kami, tapi masih dalam kondisi tidur. Suara derak tadi dari geseran tubuhnya dengan tempat tidur kayu dengan kasur dari kapuk randu yang disangga oleh papan-papan kecil.

Angel tiba-tiba memalingkan wajahku dan mencumbuku lagi, tampaknya gadis yang satu ini sudah mulai panas. Dia mulai menggerayangi penisku yang sudah tegang dari tadi dari luar. Aku pun tidak mau kalah, aku mulai memasukkan tangan kiriku ke dalam kaosnya lalu mulai meremas-remas payudaranya yang masih di dalam bra-nya.

Lalu aku memasukkan tangan kananku ke dalam roknya dan mulai menggesek-gesek kemaluannya dari luar celana dalamnya.

Ahhh. Shhh say…, Angel mengerang perlahan sambil memegangi tanganku.

Sssshh, jangan terlalu berisik say, sambutku.

Angel mengangguk, nafasnya sudah berat. Ia lalu memelorotkan celana panjangku dan sekaligus celana dalamku. Sejenak ia memandangi penisku yang sudah tegak menjulang. Aku jelas tak mau kalah, aku pelorotkan rok dan celana dalamnya, juga melepas blusnya, dengan menyisakan kaosnya saja. Degup jantungku sudah mulai tak beraturan melihat kekasihku yang setengah telanjang, dan aku melihat kilauan titik air di sela-sela pahanya. Dia sudah mulai basah

Ia mengulurkan tangannya untuk menggenggam penisku dan mulai memasukkannya ke mulutnya. Sambil tangan satunya menuntun tanganku untuk mengelus-elus klitorisnya.

Mmmmhhhh.. Angel mulai melenguh dalam kenikmatan.

Aku merasakan sensasi yang sungguh luar biasa.

Srrrrpppphhh. Mmmhhhh. Penisku dihisap dengan kuat, sampai aku harus memejamkan mata untuk menahan rasa nikmatnya.

Lalu ia sesekali lidahnya dimainkan di kepala penisku sambil jari-jari mungilnya bergerak mengocok penisku. Ngilu, tapi benar-benar nikmat.

Aku memasukkan jari tengahku ke lubang kenikmatannya yang lembab.

Ia melepas penisku, Aaaaahhh. Nakaaal.

Wajahnya begitu menggoda dan membuatku semakin menggila mengobok-obok vaginanya yang sungguh sempit dan licin.

Angel menggelinjang, Aaaaahh ssshhhh masukin pleassssee

Aku tidak mau dia langsung mendapatkan yang dia inginkan, aku malah mengambil posisi kepalaku di antara kedua kakinya, vaginanya yang merah merekah dan meneteskan cairan bening berbau khas.

Angel menggelengkan kepalanya.

Aku membenamkan lidahku ke dalam lubang kenikmatannya, lalu kujilati cairan kenikmatannya dengan lidahku sambil kuhisap-hisap seolah aku ingin meminum seluruhnya.

Aaaaahhhhh shhhhh. Aaahhh. Sshhh

Sllrrpppp

Ssshh ga tahaann niiihhh shhhh Hrrrrrhhhhhhhhhh

Cairannya keluar semakin deras, tampaknya dia benar-benar sempat berada di puncak.

Aku pun beranjak dari antara kedua kakinya. Angel melepas seluruh pakaiannya yang tersisa. Kaosnya dan bra pinknya yang berukuran 34 B. lalu dilemparkannya ke arahku. Aku semakin liar dan membuka kakinya lebar-lebar.

Lalu aku mulai menggesek-gesekkan kepala penisku di permukaan lubang kenikmatannya. Ia menggelinjang, lalu memegang penisku, menuntunnya memasuki liang surgawinya yang basah dan hangat. Aku merasakan sensasi yang di luar nalar, sungguh sempit, hangat, basah, nikmat, menyatu dan mataku disuguhi pemandangan wajah imut yang meringis menahan kenikmatan yang sedang dialaminya.

Aku mulai menggenjot perlahan.

Ahhhh shhhhhh enaaaakkkk. Say., Angel mulai mendesah.

Aku terkadang mengagetkan dia dengan tusukan kencang. Tapi kemudian menggenjotnya lagi. Rasanya sungguh tak terkatakan, seolah kami sedang dibawa terbang ke langit ketujuh.

Aaaaahhhh. Cepetin say shhhhhh, Angel melenguh.

Aku menggenjotnya lebih cepat. Aku berusaha menahan gejolak puncakku sendiri, aku tidak mau kalah dan membuatnya mengandung sebelum waktunya.

PLAK PLAK PLAK PLAK!

Terussshhh teruuusss ahhhh shhh akuuuu mau keluaar. Angel mengerang.

Aaaaahhhh. Keluaaarrrhhhh ssshhhh shhhh. Kedua kaki Angel bergetar, tubuhnya menghentak-hentak, dan aku merasakan cairan yang lebih panas dari sebelumnya mengaliri penisku yang masih ada di dalamnya.

Huuufff haaahhhh. Angel berusaha mengatur nafas.

Ia memberi kode kalau ia mau di atas. Aku melepas penisku dan berbaring. Angel memasang posisi dan memegang penisku agar pas masuk di liang surgawinya yang sudah benar-benar banjir dengan cairan kenikmatannya. Lalu ia mulai menunggangiku seperti seorang penunggang kuda. Penisku seperti diurut-urut dan diulek-ulek di dalam liang vaginanya yang basah.

Nafasku mulai berat, aku sepertinya dalam waktu dekat sudah tak bisa menahan semburan-semburan cairan kental yang berlomba-lomba keluar dari lubang kencingku nan sempit.

Tiba-tiba aku melihat sekelebat sosok bayangan di belakang Angel. Sosok itu bergerak sangat cepat.

***

S-say mataku terbelalak, suaraku tercekat di tenggorokan.

Dua tangan berjari-jari lentik meremas payudara Angel.

Angel menoleh, K-kak Silvi aaaahhh

Sialan kalian ya, sudah kubilang no sex allowed, malah indehoy di waktu aku tidur! seru Silvi yang sudah berada di belakang Angel dan meremas payudara mungil gadis itu.

Sejenak hasrat kami berdua turun. Rasa bersalah dan ketakutan bercampur aduk menjadi satu. Seharusnya dalam hitungan detik aku menyemburkan cairan spermaku tubuh Angel. Tapi mereka pun sepertinya ketakutan merasakan hawa kemarahan sahabatku itu.

Sebagai hukumannya, lu harus genjot gue juga! tiba-tiba Silvi berkata sambil melepaskan kaos hitamnya. Branya yang juga hitam berukuran 36C memang terlihat besar namun tetap tidak bisa menyembunyikan dua gunung kembar besar yang tidak sabar menyembul dari sana.

Aku dan Angel bertatapan.

Silvi membuka branya dan juga segera melepaskan celana jeansnya, dalam waktu singkat gadis indo itu sudah tinggal memakai celana dalam saja.

Say? tanyaku.

Angel mengangguk pelan. Apakah akal sehatnya sudah tertutupi oleh nafsunya, atau dia kasihan dengan Silvi?

Sejujurnya, aku seperti mendapatkan durian runtuh hari ini. Bisa menggagahi dua wanita cantik yang kukenal baik benar-benar di luar dugaanku.

Ga usah banyak liat-liatan, hisap ni! seru Selvi memerintah sambil membusungkan dadanya.

Tanpa perlu diperintah dua kali aku segera melumat payudara Silvi yang memang berukuran cukup besar. Walaupun sudah bersahabat bertahun-tahun, baru hari ini aku bisa meremas dan menghisap payudara Silvi.

Angel tidak ingin berdiam diri, ia mulai menjilati paha bagian dalam Silvi. Dan mulai menjilati klitoris Silvi yang sudah mulai mengeras. Angel juga menjilati liang kemaluan Silvi yang ternyata sudah basah.

Good. Kalian memang anak-anak pintar. Erhhhh, Silvi mulai meracau, Kalian tidak tahu. Hhh hhh Gue udah lama tidak merasakan enakhh.. beginiihhh

Penisku yang sebelumnya sempat lunglai kini mengeras kembali, ujungnya terlihat berkilat-kilat bekas cairan dari dalam liang kenikmatan Angel.

Siniihhh aku ingin hisappphhhh, tiba-tiba Silvi mengubah posisinya, ia meraih penisku, mengocoknya dengan kencang lalu kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya dalam posisi 69, ia berada di atasku, sementara vaginanya berada tepat di wajahku, aku mulai melahap dan menjilati klitorisnya. Ia mulai menggelinjang-gelinjang, sementara sensasi di penisku serasa mendapatkan sedotan dari pompa bertenaga besar.

Tanganku yang satu diarahkan ke arah liang surgawi Angel, tampaknya ia juga tidak mau ketinggalan. Aku mulai memasukkan dan mengeluarkan jariku dengan cukup cepat ke dalam liang surgawinya. Sementara Angel berada di atas Silvi dan mulai meremas payudara Silvi sambil sesekali memuntir puting-putingnya.

Aaaahhhh shhhhhh. Angel mendesah.

Mmmmhhhh slllrrpppp gede bangettt. enaakkkkhhh, racau Silvi.

Silvi mengganti posisi lagi, ia berdiri lalu menungging di hadapanku, dia minta aku menggenjotnya dalam gaya doggy style. Masukinnn sekarang kontoll gede luu.. hahhh hahhh. Tapi ingat jangan keluarin di dalemm hahhh hahhh

O-oke, jawabku.

Janji? tanya Silvi.

Janji. Jawabku lagi.

Tanpa basa-basi aku memasukkan penisku ke dalam liang sorgawi Silvi, licin dan cepat masuknya. Walau tidak sesempit milik Angel, tapi masih ada sensasi jepitannya. Aku memaklumi karena memang sudah tak terhitung pria yang pernah tidur dengannya.

Teruss terusss lebih cepat lagii begooo. Hahhhh hahhhh, gumam Silvi sambil wajahnya megap-megap mencari udara.

Aku mempercepat ritmeku. Suara kulit yang menyatu makin terdengar hebat.

PLAK PLAK PLAK PLAK!!

Di sisi lain Angel mencumbuku. Ia melakukan French kiss sambil sesekali memuntir-muntir bolaku. Aku pun tidak segan-segan terus memasukkan jari-jemariku ke dalam liang surgawinya. Angel pun mulai menggelinjang-gelinjang. Tampaknya tidak lama lagi dia akan segera mencapai klimaksnya yang kesekian kalinya.

Aaaahhh. Shhh sayyy akuuu. Keluarrhhhh, Angel mengerang sambil tubuhnya bergetar hebat sesaat, lalu kemudian tergolek lemas dalam pelukanku.

Aku sambil menopang tubuh Angel, berusaha tetap menggenjot Silvi dengan cepat. Sensasinya sudah makin dekat.

Hey, jangan keluarrhhh sendirian! Gue juga mau keluar nih! Jayy hahhh hahh.. AAAAHHHHHH!!!! Silvi berteriak cukup keras saat ia mencapai klimaksnya. Pantat dan kakinya bergetar-getar dan dia menyemburkan air cukup banyak dari lubang kencingnya sehingga membanjiri matras yang sejak tadi kami pakai bercinta.

Aku juga tampaknya sudah tidak bisa menahan lagi luapan cairan kental yang mendesak untuk segera dimuntahkan, Aku juga mau keluaarrrh!!!

Aku segera mencabut penisku dan meminta Angel mengocok penisku sekencang-kencangnya, dan semburan pertama itu mengenai wajahnya, Angel segera menghisapnya sekuatnya dan menelan semburan-semburan selanjutnya.

Aku benar-benar seperti gunung berapi yang disumpal batu besar kusemburkan sebanyak-banyaknya sampai cairan putih bercampur liur menetes-netes dari mulut kekasihku itu. Silvi mulai menjilati tetesan-tetesan itu dari bibir dan dagu Angel. Adegan ini sungguh erotis dan hampir membuat penisku tegak menjulang lagi, namun apa daya isi dan tenagaku sudah habis.

Aku dan Angel duduk di satu sisi, ia menggelendot di bahuku. Aku berusaha mengatur nafas. Walau benar-benar lemas. Sementara Silvi sudah meraih pakaiannya dan memakainya.

Good job, Silvi berkomentar. Kapan-kapan lagi ya.

Aku akan cek kamar sebelah, ujarku.

Eh pria goblok, di kamar sebelah ada Tino dan pacara bulenya lagi bergulat, ga usah diganggu, sudah di sini aja kita tidur bertiga…, tukas Silvi ketus. Apa kamu kurang, jadi mau gabung sama mereka?

Aku menggelengkan kepala. Walau Ivenka juga salah satu tipe wanita favoritku, tapi dia udah milik Tino. Jelas aku ga akan mengganggu mereka.

Aku menatap Angel dan bertanya, jadi aku tidur di sini?

Angel mengangguk pelan, jangan tinggalin aku, say

Hahaha, memang sebenarnya hal seperti inilah yang aku impikan. Berada di antara dua bidadari cantik yang haus akan belaian kasih sayangku, dan haus akan cairan kenikmatanku tentunya. Mereka memelukku dari kiri dan kanan. Aku benar-benar serasa jadi pria paling beruntung di dunia.

Aku memejamkan mataku.

AAAAAAAARRRRGGGHHHH!!!!

***

Aku mendengar suara wanita menjerit.

Aku mengenali suara itu.

Ivenka.

Paling si Ivenka klimaks tu, Silvi meracau sambil masih memejamkan matanya. Dia kembali ke posisi tidurnya semula.

Angel terbangun, kayaknya ada yang ga beres

HEEEELLLLPPPPP!!! SOMEONE HELLLLPPP!!! jeritan itu kini terdengar berbeda.

Aku terbangun dan segera menuju ke kamar di mana Tino dan Ivenka berada. Aku melihat pintu kamar mereka terbuka. Jantungku berdegup kencang, pikiranku mulai berkecamuk dan berpikir yang macam-macam.

Angel segera menyusulku. Lalu ia menganga, dan terjatuh berlutut di belakangku.

Ivenka menangis sesenggukan di sudut sebuah pintu. Dan

Tubuh Tino tergeletak bersimbah darah di kasur, badannya terkoyak, wajahnya hampir tak berbentuk. Dia terbujur kaku. Tak bernyawa lagi.

Tangan Tino tampak patah, mungkin saja dia melawan, tapi kekuatan yang menyerangnya jauh lebih kuat daripada dirinya. Di sekitar dirinya terdapat puing-puing kayu dan genting berserakan. Tubuhnya bagai dihempaskan dari atas atap tepat ke atas tempat tidurnya.

I-Ivenka, apa yang terjadi? tanyaku.

Tadi, dia keluar merokok. Ivenka mulai bercerita. Lalu saya dengar dia bersiul

B-bersiul? Angel memastikan.

Yes, Ivenka membenarkan.

I-itu khan pamali, ujar Angel.

Lalu, baby tiba-tiba menjadi seperti ini…, lanjut Ivenka sambil masih terisak.

Silvi datang paling akhir ke kamar di mana Tino tergeletak, ia terbelalak dan menjerit.

TINOOOOO!!!! Apa yang terjadi?! jerit Silvi.

Aku menceritakan kembali kisah singkat Ivenka, sementara Angel memeluk gadis bule itu.

Damn, apakah ini gara-gara pantangan itu? A-apakah kita harus panggil polisi? Tanya Silvi kali ini.

Hmmm ini ga wajar, kalaupun kita panggil, nanti kita yang dicurigai, soalnya tidak ada siapa-siapa selain kita. Ga mungkin juga kita bilang si Tino dibunuh hantu gara-gara melanggar pamali khan? jawabku.

Aku setuju dengan Jay, polisi jauh dari sini. Kalau kita menghebohkan warga, kita bisa diusir pula, tambah Angel.

Lalu apa yang harus kita lakukan? Tanya Silvi lagi.

Hari sudah menjelang pagi, sebaiknya kita kubur Tino sebisa kita, lalu kita cari tahu apa yang membunuh Tino dari warga sekitar, kita bilang saja teman kita hilang habis melakukan suatu pantangan, siapa tahu kita dapat petunjuk, jawab Angel.

Sepertinya itu ide yang bagus, say. Kita bisa jadi detektif nih, aku mendukung ide Angel kali ini.

Saya takut, nanti mati juga, sengguk Ivenka. Mari pergi dari sini.

Saya lebih takut, yang membunuh Tino mengikuti kita, dan menghabisi kita ke manapun kita pergi, karena itu kita harus menemukan pembunuhnya dan mengatasinya, bantahku. Tino saja yang ahli bela diri tewas, apalagi kita, yang Cuma makhluk tak berkekuatan apa-apa

Apa yang dikatakan Jay masuk akal sih, ga mungkin pembunuh itu diam saja, sahut Silvi. Ayo kita kubur teman kita ini. Angel, Ivenka, carikan kain, aku akan cari sekop atau pacul, nanti biar hal-hal berat dikerjakan oleh Jay

Angel dan Ivenka bergegas mencari kain untuk menutupi jasad Tino, sementara

Ayam berkokok saat aku lihat sekali lagi jasad Tino. Kepalaku mendadak terasa sakit, sepertinya aku pernah melihat kejadian ini, tapi di mana?

***

Peluh membasahi keningku. Cahaya mentari sudah mulai meninggi. Di hadapanku ada gundukan tanah yang baru saja kami buat di pekarangan belakang Villa untuk menguburkan sahabat kami yang tewas secara misterius. Luka-lukanya sungguh mengerikan, seperti luka cakar yang sangat dalam. Apakah yang membunuhnya sebangsa hewan? Atau siluman? Atau entahlah semuanya masih gelap.

Angel dan Ivenka berusaha mencari ranting dan batu-batu untuk menyamarkan gundukan tanah itu agar tidak dicurigai yang melihatnya. Ivenka beberapa kali terlihat terisak, dan Angel masih berusaha menghiburnya. Memang sebejat-bejatnya Tino, dia adalah seorang yang gentle dan inspiratif. Dan kepergiannya itu benar-benar membuat shock tidak hanya Ivenka, tapi kami yang juga jadi sahabatnya.

Aku duduk di suatu sudut belakang villa, sambil menatap gundukan tanah itu, Tino, aku akan menemukan siapa penyebab semua ini, aku akan balaskan dendammu. Walau jujur aku sangat ketakutan, tapi aku benar-benar ingin mengerti siapa pelakunya dan kalau bisa membalas perbuatannya itu.

Minum dulu, say, ujar Angel sambil menyodorkan secangkir teh hangat.

Eh, makasih say. Udah beres semua ya sementara ini? tanyaku sambil menerima cangkir dari tangan mungilnya. Aku menyeruput teh itu, manis, seperti yang menyodorkannya padaku.

Udah, sebentar lagi pak Marmo datang untuk bersih-bersih. Silvi sedang membersihkan kamar yang atapnya berlubang itu dan Ivenka sedang menyiapkan sarapan, jawab Angel.

Pak Marmo yang baru saja datang langsung kami ceritakan dengan cerita yang kami setting sedemikian rupa, sehingga dia tahunya Tino menghilang. Lubang di atas kamar kami setting seolah ada yang melemparkan batu dari luar.

Sebentar, apakah ada di antara kalian yang melanggar pantangan? Tanya pak Marmo.

Menurut Ivenka, Tino sebelum hilang sempat bersiul, jawab Angel.

Waduhh, lha itu, khan bapak sudah bilang, jangan bersiul malam-malam, nanti penunggu di belakang akan marah.

Tapi saya juga masih bingung sampai sekarang pak, koq dia segoblok itu bersiul, pasti ada suatu hal yang membuat dia terpaksa bersiul, tukasku.

Masuk akal, dia koq mendadak bersiul, pasti ada yang memancingnya, tambah Silvi.

Aku yakin Tino bukan orang yang suka mencoba-coba hal yang jelas-jelas membahayakan nyawanya.

Hmmm baiklah nak, kalian akan bapak antar ke orang pintar di desa ini, ujar pak Marmo.

Orang pintar? Dia professor? Tanya Ivenka.

Kami sempat tersenyum sesaat. Namun saat ini bukan waktu yang tepat untuk tertawa.

Bukan professor, Ivenka. Tapi orang pintar itu adalah orang yang paham akan hal mistis, Angel menjelaskan.

Silvi menyikutku, aku langsung melirik ke arahnya. Ia memberikan satu isyarat untuk menuju ke belakang. Aku menangkap isyaratnya dan mendekat ke arahnya. Sementara Angel dan Ivenka masih berbincang-bincang dengan pak Marmo.

Kalo orang pinter itu tahu Tino dah tewas gimana? kata Silvi khawatir.

Yah, mau bagaimana lagi, selama kita bisa tahu pembunuh Tino,sahutku lirih.

Damn! Gue bingung sih, walau gue percaya dikit-dikit sama yang mistis-mistis gitu, tukas Silvi.

Ya udah lah, ikutin aja dulu, jawabku.

BGM: https://soundcloud.com/jp-soundworks-free/jp-soundworks-dungeon1

Kami berempat bersama pak Marmo akhirnya berangkat menuju ke rumah orang pintar yang disebut pak Marmo. Rumahnya tidak begitu besar, tapi bau kemenyan semerbak di mana-mana. Terdapat beberapa tengkorak sapi atau kerbau di depan rumahnya.

Pak Marmo memanggil orang pintar itu, Mbah Tardi, ada yang butuh bantuan mbah.

Dari dalam rumah muncul sesosok pria bertubuh besar. Aku mengira orangnya tua renta dan peyot. Ternyata yang disebut mbah Tardi masih terlihat kekar walau penuh brewok putih. Kepalanya yang dibebat kain hitam. Tatapan matanya cukup mengerikan, tapi bolak balik dia terus menatap bergantian antara Angel, Ivenka dan Silvi. Aku merasa kurang begitu nyaman dengan tatapannya.

Ono opo iki? Tanya mbah Tardi.

Pak Marmo menceritakan soal hilangnya Tino karena melanggar pantangan bersiul malam hari. Lalu pak Marmo juga berkata bahwa di antara kami tidak ada yang mahir bahasa daerah. Mbah Tardi itu manggut-manggut, lalu memberikan isyarat tangan menyuruh pergi pak Marmo.

Saya mohon diri nak, silahkan dilanjutkan di dalam bersama si mbah, saya ke villa dulu bersih-bersih, pamit pak Marmo.

Baik pak, terima kasih banyak, jawab Angel.

Mbah tardi memberi isyarat untuk mengikuti dia ke dalam rumahnya. Kami pun mengikutinya. Hawa mistis semakin pekat, dan setiap langkahku terasa makin berat karena merinding di sana-sini. Di dalam rumah tidak begitu banyak cahaya matahari yang masuk, sehingga samar-samar kami melihat ada tikar dan semacam meja pendek dengan mangkok dari batu dan sebuah wadah tanah liat berisi kemenyan.

Duduk, mbah Tardi mempersilahkan kami duduk di atas tikar yang kami lihat tadi.

Kami duduk bersila di hadapan meja kecil tadi. Dia pun duduk di seberang kami dan mulai membakar kemenyan.

Jadi, teman kalian hilang tadi malam? tanya mbah Tardi dengan nada suara yang serak dan datar.

Kami mengangguk bersamaan.

Saya akan cari tahu keberadaan teman kalian, tapi ada dua syarat yang harus dipenuhi, jawab Mbah Tardi. Pertama, cari kembang tujuh warna agar saya bisa melakukan ritual.

Baik mbah, apa syarat kedua? aku angkat bicara.

Bawa kembang itu ke sini setelah gelap, tapi hanya satu orang dari kalian saja yang membawa, dan harus wanita, syarat kedua akan saya utarakan pada saat kalian membawa syarat pertama, jawab Mbah Tardi. Sekarang pergi, cari kembang tujuh warna itu.

Kami pun mohon diri dan keluar dari rumah Mbah Tardi.

Kami pun langsung menuju ke tempat di mana kami bisa menemukan bunga. Angel masih ingat beberapa tempat yang ditumbuhi bunga-bunga di desa ini. Entah kenapa siang ini desa ini begitu sepi, apa mungkin warga pada ramai-ramai ke sawah? Atau mereka bergoleran di rumah? Ah entahlah yang penting kami harus tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Tino.

Kenapa harus satu orang saja yang membawa? Kenapa harus cewe? Ga beres ni, Angel mulai memainkan logikanya.

Aku juga ga tau ritual macam apa yang bakalan dia buat, tapi yang pasti melibatkan yang bawa deh, sahutku.

Udah lah, Ngel, percaya ajalah, demi Tino, kata Silvi kemudian.

I-iya, demi Tino, saya berangkat, bawa bunga, tambah Ivenka.

Jangan! Gue aja, kalau mbah itu mau macam-macam sama lu gimana? bantah Silvi.

Err demi Tino, saya, Ivenka tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Ivenka mengangguk lesu, baiklah.

Good girl. Let me handle this, tambah Silvi.

Hari mulai gelap, Silvi beranjak membawa kembang tujuh warna sebagai syarat pertama ritual ke rumah Mbah Tardi.

Sebenarnya aku ingin mengikuti Silvi, aku cukup kuatir dengan apa yang akan terjadi pada Silvi, melihat tatapan mata orang pinter itu pada ketiga gadis yang bersamaku.

Aku mengutarakan kekuatiranku ini pada Angel, Say, aku pengen tahu apa yang terjadi, aku ikutin Silvi ya.

Terus aku Cuma ama Ivenka say? Aku takut, jawab Angel mencegahku untuk pergi.

Tenang say, selama kamu ga melanggar pantangan bersiul, kamu ga bakalan kenapa-kenapa dah, jawabku. Aku cuma penasaran, ritualnya bakalan kayak gimana, dan beneran bisa jadi info tentang Tino apa nggak.

Apakah tidak menunggu Silvi saja? tanya Ivenka.

Aku takut Silvi kenapa-napa, jawabku.

Gitu ya, sekarang mulai perhatian sama kak Silvi, apa karena, gumam Angel, tampaknya dia mulai cemburu, apalagi memorinya pasti masih segar dengan perbuatan kami malam sebelumnya.

Aku memeluk Angel, Nggak say, Cuma kamu di hatiku, aku cuma ga mau ada korban berikutnya.

Baiklah, hati-hati, Say, jawab Angel. Ia mengecup bibirku.

Jay, kamu, pria baik, Ivenka menanggapi.

Aku tersenyum.

Aku melangkah secepat yang aku bisa ke arah rumah mbah Tardi. Saat aku sampai di sana tidak ada siapa-siapa, tampaknya Silvi sudah masuk ke dalam rumah. Aku berusaha menelusuri bagian luar rumah Mbah Tardi dengan mengendap-endap. Sampai di suatu bagian aku mendengar suara yang mencurigakan yang cukup kukenal.

Aku berusaha mencari celah di antara papan-papan di rumah itu dan berhasil menemukannya. Aku pun mengintip dan melihat Silvi terikat di sebuah tiang di ruangan itu. Silvi sudah polos dan tak mengenakan apa-apa lagi. Di belakang Silvi ada sosok Mbah Tardi tanpa celana yang sedang bergerak-gerak dengan cepat. Silvi terlihat tidak begitu menikmati persetubuhan ini.

Haarrrhhh hahh ufff uffffhh suara Silvi terdengar menggeram dan mendesah, kemudian mulutnya ditutup oleh mbah Tardi, mungkin ia tidak ingin kedengaran warga lain, walaupun antar rumah berjauhan.

Sial, makhluk tua itu memanfaatkan situasi dan mempermainkan sahabatku. Aku mulai geram, namun demi informasi yang berharga aku tidak boleh bertindak gegabah.

Tangan Mbah Tardi mulai menggerayangi dan meremas payudara Silvi yang bergoyang-goyang mengikuti padu padan tubuh mereka. Silvi meringis-ringis, entah merasa kesakitan atau keenakan yang bercampur menjadi satu. Celanaku mulai sempit.  photomemek.com Duh, dek, kenapa kamu malah bangun di saat yang kurang tepat. Aku memegangi penisku yang sudah tegak berdiri, entah mau mengocok entah mau menenangkannya.

Di balik papan ini, kuintip lagi Mbah Tardi berusaha mencium pipi Silvi dari belakang, tapi Silvi memalingkan muka untuk menghindarinya.

Shit!! Hahhh hahhh erang Silvi.

Mbah Tardi mulai bergerak lebih cepat. Tangannya kini memegangi bongkahan pantat Silvi yang besar dan lembut. Sambil sesekali menampar bulatan bokong yang ranum itu.

Mmmmhh mbahh keluarinnn cepethhh. Tampaknya Silvi ingin mengakhiri hal itu dengan secepatnya. Ia menggoyang-goyangkan pinggulnya maju mundur agar bisa segera menjebol pertahanan Mbah Tardi.

Mbah Tardi melenguh dan tubuhnya berkelojotan. Tampaknya ia sudah mencapai klimaks dan mengeluarkan seluruh isi penisnya.

ANJINGG!! KENAPA KELUARIN DI DALEM!!! Silvi menjerit marah.

Mbah Tardi mencabut penisnya dan memaksa Silvi menjilatinya. Silvi dengan menahan amarah terpaksa mengikuti kemauannya.

Seketika aku merasakan kalau bulu kudukku merinding, dan merasakan ada sesosok makhluk berada tepat di belakangku. Sebelum aku berbalik dengan cepat untuk melihat siapa yang ada di belakang, aku merasakan sakit yang amat sangat di kepalaku dan semuanya menjadi gelap.

***

Aku membuka mataku, lalu mengucek-ucek kedua mataku. Aku masih berada di luar rumah mbah Tardi. Persis di tempat sosok yang tak sempat kulihat itu membuatku tak berdaya. Aku memegangi kepalaku, dan melihat apakah ada yang berdarah. Ternyata tidak, walau rasa sakitnya masih sedikit-sedikit terasa.

Aku mencoba mengintip sekali lagi, aku tak melihat tubuh Silvi yang terikat di tiang ruangan. Tapi… aku melihat ada sesosok manusia yang tergeletak. Aku terbelalak karena mengenali sosok itu. Mbah Tardi!

Aku berlari ke arah pintu dan segera menuju ke ruangan itu. Benar, Mbah Tardi tergeletak dengan luka yang mirip seperti dialami oleh Tino. Bagian dadanya terdapat luka cabikan yang dalam dan bagian wajahnya hancur. Aku melihat ada lubang besar di atas atap, persis juga seperti yang terjadi di kamar Tino, puing-puing pun berserakan di lantai sekitar lubang itu.

Aku tidak merasa Mbah Tardi bersiul ataupun melanggar pantangan. Tapi bisa saja terjadi saat aku pingsan sesaat tadi. Pikiran demi pikiran mulai berkecamuk.

Satu orang yang aku cari adalah Silvi. Tiang di mana dia diikat juga penuh dengan bercak darah, bayangan-bayangan tentang apa yang terjadi dengan Silvi mulai berdatangan. Bisa jadi dia dibawa oleh Siluman untuk diperkosa. Bisa jadi dia sudah tewas dan dilempar entah ke mana seperti yang terjadi pada Tino.

Aku menggelengkan kepalaku agar bayangan itu buyar, aku harus berpikiran jernih. Aku tidak ingin kehilangan sahabatku lagi. Aku berusaha mencari di mana keberadaan Silvi. Tapi dia benar-benar tidak ada. Hanya ada pakaian yang terakhir dipakainya teronggok di salah satu sudut ruangan.

Sekonyong-konyong aku melihat sekelebat sosok manusia melewatiku. Bulu kudukku kembali merinding. Kali ini sosok manusia yang tidak dapat kulihat jelas itu berhenti dan menunjuk ke sebuah arah, lalu sosok itu menghilang. Aku mengarahkan mataku ke tempat yang dia tunjuk.

I-itu arah villa di mana Angel dan Ivenka berada!

Tanpa basa-basi aku segera berlari secepat yang aku bisa ke arah villa tersebut. Aku tak begitu peduli siapakah sosok itu? Baik atau jahatkah? Apakah dia berniat membantu atau membunuh? Yang penting tujuanku adalah bertemu Angel dan Ivenka. Aku berharap mereka baik-baik saja.

Aku pun sampai di depan pintu Villa. Dengan terengah-engah aku mengetuk pintu tersebut.

TOK TOK TOK!!

Saay!! Ini aku say! Buka Say! Huff hahh Seruku dari luar pintu sambil masih berusaha mengatur nafas sehabis berlari tadi.

Tidak ada jawaban.

DOK DOK DOK!!

SAAAAY!! BUKAAA!!! Aku berteriak lebih keras.

CEKREK.

Pintu Villa pun terbuka perlahan dan sosok Angel muncul di baliknya.

Aku langsung merangsek dan memeluk Angel. Kamu nggak papa say?

Angel membalas pelukanku dan berkata, Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Ada apa say?

Ivenka muncul dari kamar, Jay, mana Silvi?

BGM: https://soundcloud.com/jp-soundworks-free/jp-soundworks-dungeon1

Aku segera menutup pintu Villa rapat-rapat. Walau aku tahu kalau siluman itu mau datang, pasti dia bisa melewati apapun. Aku memandangi Angel dan Ivenka bergantian.

Aku menceritakan apa yang terjadi pada Mbah Tardi dan Silvi. Bagaimana mereka melakukan persenggamaan, dan Mbah Tardi yang berakhir seperti Tino. Serta yang masih misterius adalah keberadaan Silvi yang hilang. Kedua gadis itu terlihat terkejut. Tapi setelah itu mereka tenang kembali dan tidak panik.

Tenang dulu say, kita harus berpikir jernih, Angel mulai berbicara. Mungkin kita harus segera meninggalkan tempat ini secepatnya.

Dan meninggalkan kesan kita yang membunuh Mbah Tardi, Tino dan kemungkinan Silvi? bantahku.

Oh iya, bener juga, ga mungkin ya kita pergi begitu saja tanpa tercurigai, Angel membenarkan pernyataanku.

Aku merasa ada yang aneh dengan pantangan itu, aku mulai mengernyitkan dahi. Pikiran demi pikiran mulai bermunculan. Entah aku tidak mendengar kalau Mbah Tardi bersiul atau tidak, tapi sebagai orang yang sudah lama di sini, ga mungkin dia siul-siul bodoh mengundang kematiannya.

Jadi. Menurutmu apa sebenarnya pantangan yang membuat siluman itu keluar dari sarangnya? tanya Angel kali ini.

Aku harus memastikan satu hal, jawabku.

Aku memandang ke arah Ivenka. Ivenka, kau dan Tino kemarin, apakah kalian berhubungan badan?

Wajah Ivenka merah padam ditanya seperti itu. Dia mengangguk.

Dia ejakulasi di dalam vaginamu? tanyaku kemudian.

Wajahnya Ivenka semakin memerah, namun kini bercampur marah dan sedih, matanya mulai berkaca-kaca. Dia mengangguk pelan.

Say, apa hubungannya? Angel bertanya, nadanya cukup marah melihat seorang cewek ditanyai begitu.

Aku bisa ambil kesimpulan. Sebenarnya pantangan yang membuat siluman itu datang adalah berhubungan badan sebelum nikah, dan keluarin sperma di dalam vagina pasangannya. Sebab itu juga yang dilakukan Mbah Tardi terhadap Silvi, sebelum peristiwa itu terjadi, jawabku.

Ivenka dan Angel berpandang-pandangan. Mereka seakan belum percaya dengan apa yang aku ungkapkan.

Aku punya rencana untuk mengundang siluman itu datang, jawabku.

Rencana apa? tanya Ivenka.

Sebentar, kalaupun kamu bisa mengundang dia datang, bukankah itu hanya membahayakan nyawa kita say? Bahkan orang sekuat Tino, dan ahli mistis seperti Mbah Tardi tidak dapat mengalahkan siluman itu, bantah Angel.

Kamu benar say, mungkin saja karena mereka tidak menyiapkan apapun untuk menangkap siluman itu. Bisa ga kamu tanya ke Pak Marmo kek atau siapa kek cara untuk menangkap siluman? tanyaku kali ini.

Harus sekarang? tanya Angel.

Iya lah, mosok tahun depan. Besok warga pasti udah tau kematian Mbah Tardi, dan yang paling mungkin dicurigai ya kita, kita harus cari cara supaya kita bersih dan tidak dicurigai. Warga sini sangat percaya pada alam gaib, jadi kita harus buat sesuatu yang sesuai dengan apa yang mereka yakini, aku memberikan penjelasan.

Apakah pak Marmo perlu kuundang ke sini? tanya Angel lagi.

Iya, tapi undang kira-kira sejam lagi dari sekarang, karena kalau rencana dan perhitunganku ini berhasil, maksimal sejam dari sekarang kita masih bisa bertahan hidup, aku menjawab.

Angel mengambil telepon selularnya, lalu menelpon Mbah Marmo. Dia bertanya tentang cara menangkap siluman yang diyakini oleh warga bisa berhasil. Setelah menelpon, Angel mulai menerangkan kepada kami semua informasi yang dia dapatkan.

Kita harus menyiapkan botol, baskom berisi air dan juga kembang tujuh warna, Angel mulai menjelaskan.

Bunga tujuh warna sudah dibawa Silvi semua ya? tanyaku.

Tidak, bunga masih ada sisa, saya tahu letaknya, Ivenka menjawab.

Wah bagus, bisa tolong diambil kah, Ive?pintaku pada Ivenka.

Gadis asal Australia itu beranjak mengambil bunga di kamarnya.

Botol ada, baskom dan air juga ada di dapur. Aku akan menyiapkannya, ujar Angel sambil beranjak juga.

Setelah semua bahan lengkap, Angel mulai komat kamit mengucapkan mantra yang diajarkan oleh Pak Marmo sambil memasukkan kembang tujuh warna itu ke dalam baskom dan mengaduk-aduknya dengan tangan. Lalu ia meletakkan botol itu di samping baskom. Angel membuka tutup botol dari botol itu dan meletakkan tutupnya tidak jauh dari botolnya. Sejenak aku kagum dengan kekasihku ini, dia bisa hafal semua dalam sekali jalan apa yang disuruh dan diajarkan hanya dengan sekali telepon.

Jadi, sepengetahuan pak Marmo, air kembang ini harus disiramkan pada siluman itu. Lalu siluman itu akan masuk ke botol karena kepanasan, nah saat itu kita tutup botol itu dan siluman itu terperangkap di dalamnya, Angel menjelaskan.

Sip kalo gitu, aku menanggapi.

Sebentar, tampaknya aku tahu rencanamu untuk mengundang siluman itu say, tukas Angel tiba-tiba. Wajahnya memerah dan ia menggembungkan pipinya tanda ia agak kesal.

Aku nyengir sambil garuk-garuk kepalaku yang sama sekali tidak gatal, ya gimana lagi? Mosok aku sama Ivenka?

Angel memukul bahu dan dadaku, D-dasar cowo!!

Aku menerima saja pukulan demi pukulan itu.

Angel kembali tenang, ia berkata,A-aku mau koq, say.

Ayo ke kamar untuk melakukannya, ajakku.

Ivenka mengikuti kami ke kamar. Saya takut sendiri

Ya udah, kamu di kamar aja sama kita, nontonin kita ga apa-apa? Angel tiba-tiba menjawab seperti itu. Atau ikutan sekalian?

Aku lihat Angel tersenyum. Duh kayaknya ada yang konslet di otaknya si Angel deh, semenjak malam sebelumya dia membiarkan aku berthreesome dengan Silvi dan dirinya. Perasanku jadi senang-senang gimana gitu.

Saya akan diam di salah satu sudut, jawab Ivenka.

BGM: https://soundcloud.com/jp-soundworks-free/jp-soundworks-event1

Angel mengenakan daster putih tipis yang memperlihatkan pakaian dalamnya yang berwarna ungu gelap. Angel duduk di pangkuanku dan kami mulai bercumbu, sedangkan di salah satu sudut Ivenka mengenakan piyama bunga-bunga berwarna pink duduk sambil menutupi wajah dan sebagian tubuhnya dengan selimut. Tapi aku tidak yakin Ivenka tidak sedang melihat kami, soalnya dia terlihat gelisah dan tidak bisa diam.

Aku memulai gerilyaku dengan memasukkan tanganku dari bawah daster Angel, sehingga dasternya tersibak sebagian dan mulai meremas payudaranya yang ditutupi bra ungu gelapnya. Angel mengelus-elus rambutku sambil masih tetap menghisap-hisap lidahku, dan terkadang menggigit-gigit kecil lidahku.

Mmmmhhh, slllrpppphhh,

Aku mulai menggerayangi celana dalam Angel dan rambut-rambut tipis kemaluannya mulai kusibakkan dan aku mulai mempermainkan klitorisnya dengan salah satu tanganku.

Say, ahhhh. Shhhh., Angel mulai mengerang.

Tangan mungilnya memelorotkan celana panjangku sekaligus celana dalamku. Lalu tangannyamenggapai-gapai penisku yang mulai menegang. Ia mengocok-ngocok penisku sampai tegak menjulang. Aku pun segela melepas seluruh pakaian dalam Angel, mulai dari bra-nya dan juga celana dalamnya. Aku sengaja tidak melepas daster transparannya karena ada sensasi tertentu saat melihat tubuh langsingnya masih ditutupi kain transparan.

Stop, please, let me in! tiba-tiba Ivenka berseru.

Ayo sini, tadi sombong pake segala nunggu di pojok, seru Angel. Bener-bener dah konslet nih anak. Konslet yang bikin aku bahagia.

Aku duduk di sisi tempat tidur kayu, lalu Angel berlutut di sebelah kiriku dan mulai mengecupi pahaku.

Ivenka berlutut di sebelah kananku dan tanpa basa basi mulai menjilati penisku, So big, ia menggumam. Nafasnya sudah berat.

Angel yang tidak mau kalah juga mulai menjilati penisku. Terkadang lidah mereka beradu. Mereka bepandangan, tertawa, lalu melanjutkan lagi menjilati senjata pamungkasku.

Sensasi dijilat dari dua sisi dan juga melihat dua wanita cantik sedang memainkan penisku sungguh membawaku melayang tinggi ke awan.

Angel mulai memasukkan penisku ke mulutnya dan mulai menghisap dan menggerakkan kepalanya, rasanya ngilu-ngilu sedap, apalagi dia makin lihai dalam memainkan lidahnya saat penisku berada di dalam mulutnya. Aku mengelus-elus rambut Angel.

Di sisi yang lain Ivenka mulai mengarahkan kepalanya ke arah buah zakarku, dia menyedot-nyedotnya perlahan sambil menjilatinya membuat sensasi yang tidak terkatakan. Ngilu tapi enak banget.

Tanpa sadar aku terpejam dan menggeliat dibuat mereka.

Angel berdiri di atas tempat tidur, wajahku berada di antara kedua kakinya. Aku tahu apa yang dia inginkan. Aku segera saja melahap kemaluannya, lidahku kumainkan di klitorisnya dan terkadang menyapu lubang kemaluannya.

Aaahhhh. Shhhh. Aaahhh.Terusshhh Angel mengerang dengan erangan khasnya yang seperti orang kepedasan.

Di sisi Lain Ivenka juga berdiri dan mengambil posisi di belakangku, lalu dia melahap bibir Angel. Mereka melakukan French kiss. Tangan Angel secara reflex memegang payudara Ivenka yang sedikit lebih besar dari payudaranya. Pemandangan cumbuan mereka membuat penisku berdiri tegak sekali.

May I? tanya Ivenka pada Angel sambil memberi isyarat menunjuk penisku dan kemudian ia menunjuk ke vaginanya.

Angel mengangguk. Kini mereka bertukar posisi, Angel berada di belakangku dan berlutut dan menciumi tengkuk serta menjilati telingaku.

Ivenka membuka piyamanya di bagian atas, dan ternyata ia mengenakan tali temali di sekitar dada, pinggang, pinggul dan kemaluannya, walau masih ditutupi oleh pakaian dalamnya yang seragam dengan dasternya berwarna pink. Ia pun segera melepas semua pakaian dalamnya tapi menyisakan tali temali yang sudah diatur sedemikian rupa itu.

ANJRITT b-bondage! seruku.

I love to be bounded Ivenka melakukan gerakan menarik-narik tali yang dia kenakan, sehingga tali-tali itu menggesek bagian-bagian sensitif dari tubuhnya. Lalu ia berjalan menuju ke arahku.

Sementara Ivenka perlahan memasukkan penisku ke dalam liang surgawinya. Vagina Ivenka bersih tanpa rambut, seperti yang sering kulihat di bokep-bokep Eropa. Ketika penisku memasuki vaginanya, ada sensasi hangat dan kesat yang kudapat. Ivenka mulai menggerak-gerakkan badannya ke depan dan ke belakang, melumat penisku.

Eeeemmmmmhhh emmmhhh erang Ivenka. Ia memejamkan matanya sambil tersenyum dan menikmati penisku di dalam vaginanya. Aku terkadang melakukan gerakan kejutan dengan memajukan pinggulku sedikit ke arah tubuhnya.

Oooohhh eemmmmhhh pada saat itulah ia seperti kaget dan membuka mulutnya. Sungguh pemandangan indah yang langka.

Kedua tangan Ivenka memegang kedua tanganku dan mengarahkan tanganku untuk memegang payudaranya yang bergoyang-goyang mengikuti irama goyangan pinggulnya ke atas dan ke bawah. Aku meremas kedua payudara yang benar-benar kencang itu, putingnya ternyata inverted, jadi tidak terlalu besar, dan areolanya juga tidak terlalu luas, jadi aku meremas dan terkadang jadi mencubit puting imut Ivenka dengan gemas. Sesekali kutarik tali temali yang berada di sekitar payudaranya sehingga payudaranya makin membusung, lalu kuhisap kuat-kuat putingnya.

Emmmmmhhh., yeessshhh., emmmhhh,erangannya semakin kencang.

Dah mau keluar say? Bisik Angel di telingaku.

Aku menggeleng. Jangan remehkan gue.

Aku memeluk pinggang Ivenka, sehingga tubuhnya jadi menempel di tubuhku. Payudaranya terlumat di dadaku. Tali temali yang dia kenakan juga menggesek-gesek sekitar kemaluanku dan tubuhku, membuat sensasi yang aneh tapi juga nikmat. Lalu aku melakukan gerakan tusukan berkali-kali dengan cepat. Ivenka yang mendapatkan serangan tak terduga ini sedikit meronta, tapi kemudian ia berusaha menikmatinya.

Eeemmmhhh oohhhh eeemmmhhh. Erangnya.

Sesaat memang ada rasa ingin klimaks, tapi kuatur nafasku dan tusukanku kubuat lebih cepat. Suara kulit kami yang basah dan saling beradu pun semakin jelas terdengar.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK!!

Oohh oohhh oohh emmmhh no no kini erangan Ivenka lebih pendek dan nafasnya jauh lebih cepat.

Aku terus menjaga nafas dan gerakanku seperti piston. Angel juga makin bernafsu dengan menggesek-gesekkan payudaranya di punggungku, aku sekilas melihat tangan kanannya menggesek-gesek vaginanya yang sudah basah.

I I come. I come Ooooohhhhhh. Jerit Ivenka. Ia mencapai klimaks dan menggelinjang beberapa kali, sebelum lunglai di pelukanku.

Ivenka melepaskan penisku dari dalam vaginanya dan duduk bersimpuh di bawah tempat tidur sambil masih terengah-engah. Tampaknya ia berusaha mencari nafas.

You are great, Jay. Hebat aku kalah seru Ivenka sambil terengah-engah. Angel, you are a really lucky woman

Angel kini mengambil posisi menungging sambil salah satu tangannya menguak vaginanya agar mudah bagiku memasukkan penisku ke dalamnya. Dia sedang ingin doggy style. Setelah aku berhasil mengatur nafasku, tanpa berlama-lama menunggu kulesakkan penisku ke dalam vaginanya. Kupegangi pantat bulat Angel dan aku mulai memaju mundurkan pinggulku, membuat sensasi yang luar biasa, licin, hangat dan penuh kenikmatan.

Aaahhh. Shhh. Enaaakkkhhh. Erang Angel cukup keras, sambil berusaha melihat wajahku.

Aku jadi melihat wajahnya yang imut, terkadang ia menggeleng-gelengkan kepalanya, dan terkadang ia menggoyang-goyangkan pinggulnya, aku jadi serasa ingin segera menyemburkan seluruh cairan maniku ke dalam vaginanya. Tapi aku tidak ingin secepat itu, aku ingin membuat Angel merasakan klimaks dulu.

Dari arah samping, Ivenka sudah berdiri lagi, ia memelukku dan mulai menciumiku. Aku meladeni permainan lidahnya yang sangat ganas dan bernafsu.

Ahhh shhh.. shhh akuuhhh akuuuhh., Angel mengerang, dia sudah berkata aku, tandanya dia sudah mau mencapai klimaks.

Aku semakin mempercepat tusukan-tusukanku, kubuat beberapa tusukan cepat dan satu atau dua kali tusukan yang dalam dan mengagetkan.

Aah ahh ahhh akuuuuuu keluarrrhhhh Angel menjerit. Kedua pahanya bergetar, ia mencengkram seprei tempat tidur kuat-kuat lalu menggelinjang-gelinjang berkali-kali. Setelah itu ia tersungkur di atas tempat tidur.

Nice move, lay down baby komentar Ivenka.

Ivenka mendorongku dari depan memintaku berbaring. Senjataku yang masih berdiri tegak dipegangnya diemutnya sambil dikocok-kocok beberapa saat, lalu ia masukkan ke dalam vaginanya dalam posisi woman on top menghadapku. Ia mulai bergaya seperti penunggang kuda sambil mengulek-ulek penisku. Beberapa kali Ivenka terlihat memainkan tali-temali di sekitar payudaranya, sehingga payudaranya terlihat semakin menyembul besar. Aku dapat melihat wajah horny-nya dengan jelas dan juga payudaranya yang berguncang-guncang.

Emmmhh emmmhh, oohhh yesshhh.. Erang Ivenka di atasku.

Lalu tiba-tiba wajahku tertutup oleh sesosok Angel, yang meminta aku menghisap vaginanya lagi. Aku pun melakukannya dengan senang hati, karena cairan vagina Angel cukup banyak, rasa dan baunya khas dan membuatku tambah bernafsu.

Angel menduduki wajahku dan mulai mencumbu Ivenka. Aku sayup-sayup mendengar erangan-erangan kedua gadis itu diselingi dengan suara kecupan dan hisapan.

Sllrpphh cuppphhh ahhh shhh emmmmhhh slrppph ohhh

Aku lalu meminta ganti posisi, aku ingin mereka berbaring dan kemudian mengangkang bersisian di salah satu sisi tempat tidur. Sehingga vagina mereka masing-masing terekspos dengan jelas.

Lalu aku turun dari tempat tidur. Aku mulai dengan vagina Angel, kumasukkan penisku ke dalam vaginanya. Sambil kugenjot tangan kiriku meremas payudara Angel, sementara tangan kananku memainkan klitoris Ivenka. Suara erangan kedua gadis itu bersahut-sahutan di dalam kamar yang tidak begitu luas ini.

Aaahhh shhh terusshhh say. ahh shh shhh erang Angel.

Kemudian aku melepaskan penisku dari Angel. Lalu gentian memasukannya ke dalam liang kenikmatan Ivenka yang sudah dibanjiri dengan cairan kenikmatannya. Kugenjot secepat yang aku bisa.

Emmmh yesshh.. oohh…, erang Ivenka.

SPLRK PLAK PLAK CLRPPP

Kali ini aku sudah tidak tahan lagi. Tapi penisku masih menggenjot vagina Ivenka.

Say, aku dikit lagi keluarrr… Seruku mengerang.

Sini Say, seru Angel sambil membuka lebar-lebar kedua kaki dan tangannya.

Aku berusaha melepaskan penisku dari dalam vagina Ivenka, Ivenka sempat menahanku dengan menyilangkan kedua kakinya di pinggangku, tapi kemudian dia sadar, ia lalu melepaskanku setelah tersenyum dan mengecup bibirku. Ia meraih tanganku untuk kemudian dua jariku dimasukkan ke liang vaginanya.

Aku memasukkan penisku ke dalam liang surgawi Angel, gadis mungil yang akan menerima seluruh benih-benih terbaikku untuk pertama kalinya. Aku menggenjot secepat yang aku bisa, sambil aku mengobel vagina Ivenka di sebelahnya.

Emmmhh Im cumming Im cumming Ooooohhh!! jerit Ivenka, dia ternyata keluar lebih dahulu, aku mengeluarkan jari tanganku dari dalam vagina Ivenka. Ivenka terengah-engah dan menonton kami yang sedang di ambang orgasme.

Aku memeluk Angel sehangat mungkin, membuat dia merasa menjadi wanita yang paling kucintai.

Aaahhh shhh shh akuuhhh akuuuhh erang Angel, sepertinya dia juga sudah mau klimaks untuk kali kedua. Ia menggerak-gerakkan pinggulnya berlawanan dengan irama genjotanku.

ANGEELLLLL AAAHHHHH. TERIMAAAAHHH INIIHHH Aku mengerang panjang sambil mengeluarkan spermaku pertama kali ke dalam vaginanya.

AKKUUUHH KELUAAARRHHH AAHHHHHH!!! Angel pun teriak tak kalah lantang karena dia pun mencapai puncak dari kenikmatannya.

Kami berdua menggelinjang. Bergetar dan berpelukan erat sekali. Tujuh atau delapan kali semburan sperma ternikmat yang pernah kualami karena dikeluarkan di dalam vagina orang yang kucintai. Kami pun lemas terbuai dalam pelukan manja. Nafas kami terengah-engah. Lalu kami berciuman mesra.

Kami sesaat melupakan kalau sebenarnya nyawa kami sedang terancam bahaya.

Jangan terlalu lama, ingat rencana kita, Ivenka mengingatkan sambil mengenakan kembali piyamanya.

Aku mengangguk. Aku mencabut penisku dari dalam vagina Angel, lalu segera mengambil pakaianku. Kulihat jam. Kami bergulat sekitar lima puluh menit. Sebentar lagi Pak Marmo dan warga datang. Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, semoga dalam sepuluh menit, kami masih bisa bertahan hidup.

Angel setelah mengenakan pakaian segera menuju ke arah baskom dan mengambilnya.

BGM: https://soundcloud.com/jp-soundworks-free/jp-soundworks-boss2

Kau akan mati

Kau telah melanggar perjanjian.,

Suara yang berat dan menyeramkan itu mengulang-ulang kalimat tersebut. Seolah suara itu berasal dari dalam telingaku.

Aku mendengarkan suara siulan.

Siulan?

Sekelebat aku melihat sosok tubuh turun menghancurkan atap persis di depanku. Sosok itu begitu besar dan berbulu tebal hitam, wajahnya bagai beruang yang menyeringai, ia mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari-jari dengan kuku panjang yang runcing dan mengkilap.

JAAAYYYYY!!!!!

***

Secara Refleks Angel yang berada di belakang makhluk tersebut menumpahkan air kembang di baskom itu. Air tersebut mengenai punggung makhluk tersebut, dan muncul asap dari cipratan air tersebut dan membuat makhluk yang semula akan menyabetku itu terjatuh berlutut.

Aku dengan cepat melangkah mengambil baskom dari Angel dan menyiramkan sisa airnya ke wajah makhluk tersebut. Asap yang keluar dari tubuh makhluk itu semakin banyak, makhluk itu meronta-ronta dan menjerit hebat.

STOOOOPPPP!!! GOBLOOOOKKK!!!! tiba-tiba kami mendengar suara orang yang kami kenal di hadapan kami. Makhluk itu menggelepar-gelepar dan kemudian terbaring lemas. Kami melihat makhluk itu perlahan berubah menjadi orang yang kami kenal. Ia tertunduk lesu serta terengah-engah bagaikan dihajar habis-habisan.

Kami terperanjat dengan sosok makhluk di depan kami.

Aku berteriak, SILVI?!!

K-kak Silvi, kau? seru Angel.

Iya, gue. Gue yang membunuh Tino! Gue juga yang membunuh dukun cabul itu!! Jerit Silvi.

Jelaskan pada kami? Apa yang sebenarnya terjadi pada dirimu? Tanyaku sambil tetap mengangkat baskom itu, berjaga-jaga kalau-kalau Silvi berubah menjadi mahkluk setengah beruang itu lagi.

Baru-baru ini gue ikut sebuah aliran ilmu hitam buat menjaga kemudaan dan juga semacam ilmu pesona, karena gua gak pengen dicampakkan lagi. Tapi efek sampingnya, apabila ada pria yang belum menikahiku menyemburkan spermanya ke dalam tubuh gue, gue akan berubah menjadi makhluk mengerikan tadi, lalu gue tak dapat mengendalikan diri gue, jawab Silvi. Gue sendiri tak tahu kalau gue dalam bentuk makhluk itu bisa sampai membunuh mereka, gue Cuma bisa pasrah

I-ilmu hitam? aku tak percaya mendengarnya.

Kamu bilang kalau ada pria yang menyemburkan spermanya ke dalam tubuhmu? tanyaku.

Silvi mengangguk.

Siapa? Bukankah malam itu aku tak mengeluarkan spermaku di dalam tubuhmu, mengapa kau bisa berubah? tanyaku lagi.

J-jay dan Silvi? Ivenka terkejut.

Lu tahu Ivenka, kemarin malam Tino menyetubuhi gue juga dan dia mengeluarkan spermanya di dalam gue. Kami melakukannya di luar, seru Silvi. Dan karena itulah gue menjadi mahkluk mengerikan yang tak terkendali seperti yang kalian lihat barusan

Ivenka terbelalak, Jadi Tino bukan keluar hanya untuk merokok?

Kami pun terkejut mendengar pengakuan Silvi tersebut.

Tidak mungkin, bukankah kamu ada di sisiku saat Ivenka menjerit, Silvi? bantahku.

Ivenka tertidur, dan baru tahu setelah menjelang pagi. Padahal kami melakukannya di tengah malam, dan gue pun membunuhnya di tengah malam. Persis setelah kalian berdua tertidur setelah kita melakukannya, jawab Silvi.

Lalu yang tadi? Kenapa kak Silvi ingin membunuh Jay? Padahal ia tidak mengeluarkan spermanya di tubuhmu? Tapi di tubuhku? tanya Angel kali ini.

Karena kita pernah terhubung, Angel sayang, kita pernah melakukan threesome dengan Jay, lu telah menghisap cairan vagina gue, sebagian diri gue ada di dalam lu, jadi apa yang lu rasakan itu gue rasakan juga, bukankah mendadak lu jadi suka berhubungan badan walau ada orang lain di sekitar lu? jawab Silvi sambil balik bertanya.

B-benar juga, aku juga tak tahu tiba-tiba aku jadi senang melakukan threesome, jawab Angel. Tapi mengapa kita bisa terhubung?

BGM: https://soundcloud.com/jp-soundworks-free/jp-soundworks-event2

Gue gue cinta sama lu, Angel, jawab Silvi lirih, tapi cukup untuk kami dengarkan.

Aku terkejut, begitu pula dengan Ivenka. Apalagi dengan Angel yang menganga tanpa bisa berkata apa-apa.

Kamu khan straight? tanya Ivenka.

Gue suka seks gue suka laki-laki yang memuaskan hasrat gue tapi gue cinta Angel, terang Silvi lagi. Cuma memang itu terjadi akhir-akhir ini, semenjak gue dicampakkan banyak laki-laki, lalu Jay deket sama lu, gua jadi tau sifat-sifat lu yang menyentuh hati gue

Angel tak bergeming beberapa saat, T-tidak kak, a-aku masih normal, aku mencintai Jay, maaf kak Silvi.

Lu ga harus balas cinta gue, gue cuma mau lu tau, tukas Silvi sambil menunduk.

Sekarang gini deh, jadi apa yang harus kita lakukan untuk masalah ini? tanyaku.

Terserah kalian, gue juga menyesali perbuatan gue ini, sahut Silvi dengan suara lirih.

Dari luar terdengar suara Pak Marmo dan beberapa warga muncul, mereka segera merangsek ke kamar kami karena pintu depan memang tidak kami kunci. Untung saja kami sudah berpakaian sehingga mereka tidak tahu pergulatan apa yang terjadi sebelum ini.

Angel menjelaskan pada Pak Marmo soal apa yang terjadi. Kemudian Pak Marmo berdiskusi dengan beberapa warga yang ikut menyambangi villa ini. Kami menantikan apa yang akan mereka perbuat.

Begini dek Angel, setelah kami berdiskusi, sebaiknya temannya dek Angel ini kami rawat agar ilmu hitamnya bisa dicabut dari dalam tubuhnya, Pak Marmo mulai mengutarakan hasil diskusinya dengan warga. Dan juga untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya membunuh, setelah dia sembuh nanti, kami akan bawa ke kantor polisi terdekat.

Tidak ada cara lain pak? tanyaku. Sebenarnya aku kasihan juga dengan Silvi.

Pak Marmo menggeleng.

K-kak Silvi? Angel memandang pada Silvi dan bertanya.

Silvi mengangguk.

Beberapa warga memapah Silvi yang sepertinya benar-benar tak bertenaga.

Terima kasih pak Marmo. Karena air kembang dengan mantra yang diberitahukan oleh Pak Marmo, kami berhasil lolos dari makhluk jejadian yang merasuki Silvi itu, ucap Angel tulus.

Sama-sama nak Angel, bapak hanya mengutarakan apa yang diinginkan penunggu belakang villa ini, jawab pak Marmo.

Bapak bisa berkomunikasi dengan penunggu belakang villa ini? tanyaku.

Kadang-kadang ada bisikan-bisikan dari beliau dan kadang-kadang beliau mewujud seperti bayangan seseorang yang berwarna hitam, jawab Pak Marmo.

Beliau berkata, satu-satunya yang melanggar pantangan bersiul ya gadis itu, tambah Pak Marmo lagi sambil menunjuk ke arah Silvi dibawa oleh warga.

B-bayangan hitam?

Aku dan Angel memandang pesawat yang baru saja tinggal landas. Di dalamnya ada Ivenka yang sudah selesai masa pertukaran pelajarnya. Ia kembali ke Australia. Aku berharap ia akan menemukan seorang yang menyayanginya seperti yang Tino lakukan di sini.

Aku cukup merasa kehilangan. Dalam dua bulan terakhir ini, Ivenka cukup dekat denganku dan Angel. Walau peristiwa yang terjadi di desa tidak dapat kuulang kembali, tetapi memoriku tentang Ivenka cukup melekat.

Tino akhirnya dikuburkan dengan layak oleh keluarganya, Silvi adalah orang yang menangis paling keras saat tubuh sahabatnya itu dibenamkan ke liang kubur. Sementara itu, dia sendiri harus mendekam di tahanan, setiap seminggu dua kali ada seorang penasihat spiritual yang datang bertujuan untuk melepaskan gadis itu dari cengkraman ilmu hitamnya.

Angel menggenggam tanganku erat, ia mendekatkan wajahnya ke arah telingaku dan berbisik, Kau telah melanggar perjanjian.,

Aku terbelalak, k-kalimat ini kalimat yang sangat familiar. Jantungku berdegup kencang. Genggaman Angel semakin erat. Seolah tak ada kesempatan bagiku untuk melepaskannya.

Kini terimalah takdirmu, bisik Angel lagi.

Seketika keringat dingin sebesar butiran jagung mengalir dari pelipisku.

Menjadi ayah dari anak yg ada di rahimku.,,,,,,,,,,,,,,

***TAMAT***

Related posts