Nyobain Kontol Beruk

, September 29, 2017
Nyobain Kontol Beruk

Peristiwa ini kutuliskan berdasarkan kisah yang terjadi saat aku dan Ita pulang liburan di kampung. Kampungku terletak di kota T, lebih kurang 45 kilometer jauhnya dari Kuala Lumpur. Setelah sampai, kami berdua berjalan-jalan melawat ke rumah Kakekku yang bernama Ali.

Sesampainya di situ, Pak Ali sedang memberi makan beruknya yang bernama Jantan. Setelah ngobrol-ngobrol, aku diminta Kakek untuk menjaga si Jantan karena esoknya Kakekku hendak mengantar anaknya ke Kuala Lumpur. Aku dan Ita setuju saja.

Sebelum pulang, aku pergi menengok si Jantan, beruk Kakekku itu. Beruk itu kelihatan garang dan bengis saat aku mendekatinya. Anehnya, beruk itu kelihatan manja bila Ita yang mendekatinya.

“Beruk itu baik kok. Kau jangan lupa beri dia makan ya!” jerit Kakek dari atas rumah.

Aku mengganguk saja tanda setuju.

Ita memberanikan diri memegang tangan si Jantan. Beruk itu menjerit-jerit saat Ita mengulurkan tangannya. Tangan Ita ditarik dengan kuat oleh beruk itu. Ita pun tertarik ke dekat beruk itu. Aku terkejut. Beruk Kakek terdiam, mungkin terkejut. Tangan isteriku betul-betul terjatuh mengenai bagian pribadi beruk itu. Ita cepat-cepat mengalihkan tangannya dari menyentuh batang beruk itu.Setelah itu kami berdua pun balik ke rumah kami. Ita hanya tersenyum setelah kejadian itu.

Keesokan harinya kira-kira pukul sepuluh aku dan Ita membawa nasi dan air untuk diberikan kepada beruk Kakek. Pagi itu Ita memakai kain batik dan t-shirt saja. Biasanya dia tidak akan memakai celana dalam kalau memakai kain batik. Kami sampai ke rumah Kakek yang sudah terkunci. Kakek telah berangkat ke Kuala Lumpur pagi-pagi sekali dengan mobil.

Sesampainya kami ke rumah, beruk Kakek menjerit-jerit. Aku sengaja menyuruh Ita untuk memberikan nasi dan air kepada beruk itu. Ita pun meletakkan nasi dan air di hadapan beruk Kakek. Beruk itu kelihatan tidak mengindahkan makanan yang diberikan Ita. Ita mengusap-ngusap kepala beruk itu.

“Bang, beruk ini nggak mau makan, Bang,” kata Ita kepadaku.
Aku pun mencoba memberi beruk itu nasi tapi beruk itu tetap tak peduli.
“Mungkin Kakek sudah memberinya makan ya?” kataku.
“Tapi nggak kelihatan ada bekas makanan di sini, Bang,” jawab isteriku.
“Iya, nggak juga ya,” kataku. “Ita cobalah bujuk beruk itu,” kataku kepada Ita.
“Baiklah, Bang,” jawab Ita. Ita lalu mengusap-usap kepala beruk itu perlahan-lahan.

Saat itu Ita duduk bersimpuh. Tiba-tiba tangan beruk itu meraba-raba buah dada Ita.

“Bang, beruk ini meraba punya Ita,” kata Ita.
Aku melihat tangan beruk itu meremas t-shirt Ita.
“Biarlah kalau dia mau raba, mungkin beruk itu teringat akan bininya,” jawabku.
“Bang mungkin beruk ini sedang mengalami musim kawin. Karena itulah Ita rasa dia tak berselera untuk makan,” kata Ita. Aku cuma mengangguk saja.
“Bang, boleh Ita beri beruk ini raba ‘barang’ Ita?” tanya Ita kepada aku.
“Hati-hati sedikit, nanti digigitnya,” kataku kepada Ita.

Aku lihat Ita mengangkat t-shirtnya hingga ke pangkal dada. Buah dada Ita ditutupi oleh BH-nya saja. Memang kawasan rumah Kakekku itu jauh dari jalan orang berlalu-lalang. Jadi tak mungkin ada orang melihat apa yang sedang Ita perbuat. Lagipula kawasan tempat tidur beruk itu terlindung oleh garasi mobil Kakek.

Begitu Ita membuka t-shirtnya, beruk itu langsung saja menggondol buah dada Ita sehingga menyebabkan Ita terjatuh ke belakang karena terkejut. Aku cepat-cepat membantu Ita bangun.

“Bang, tolong Ita!!” jerit Ita kepadaku. Aku cepat-cepat membantu Ita bangun. “Itulah, lain kali hati-hatilah,” kataku kepada Ita.
“Beruk ini ganas sekali kalau melihat tetek Ita,” jawab Ita.
“Nggak apalah biar Abang tolong,” kataku.

Perlahan-lahan Ita memajukan buah dadanya kepada beruk itu. Tangan beruk itu langsung meremas buah dada Ita dengan kuat sambil mendengus-dengus. Buah dada Ita jadi kemerahan karena diremas dengan kuat oleh beruk itu.

Kulihat Ita menanggalkan BH-nya. Kemudian Ita berbaring di atas tanah dengan beralaskan t-shirtnya.

“Bang, Ita ingin memberi beruk ini merasakan barang Ita ya, Bang,” kata Ita.
“cobalah Ita beri, dia mau atau tidak,” jawabku.

Aku mulai penasaran ingin lihat beruk itu menyetubuhi isteriku. Peristiwa ini jelas sangat langka terjadi. Setelah Ita terbaring dia memainkan zakar beruk itu. Zakarnya lebih kurang 4 inci, dan kulitnya lebih kurang 1 inci setengah saja. Zakarnya berwarna kemerahan bila keluar dari kulupnya. Penis beruk itu terus dimainkan Ita sehingga beruk itu menjerit-jerit.

“Ita, Abang coba letakkan beruk ini di atas badan Ita,” kataku.

Ita lalu menyingkapkan kainnya sehingga menampakkan memek nya yang sudah kukerjai tadi pagi. Kain batik Ita disingkapkan hingga pangkal perutnya. Aku menyeret beruk Kakek menuju ke arah celah selangkangan isteriku yang sedang terlentang itu.

Setelah betul-betul berada di depan celah selangkangan Ita, aku meniarapkan beruk itu di atas perut Ita. Sementara itu aku membetulkan penis beruk itu agar masuk terus ke dalam vagina Ita. Sementara aku membetulkan kedudukan penis beruk itu, kulihat vagina Ita sudah tergenang air. Mungkin karena dia juga sudah terangsang untuk mengadakan hubungan seks dengan beruk ini.

Perlahan-lahan penis beruk itu kutusukkan ke dalam vagina Ita. Penis beruk itu perlahan-lahan membelah alur tebing kemaluan Ita dan terus menghunjam ke dasarnya. Beruk itu saat merasakan ada benda yang mengapit kemaluannya secara otomatis langsung menggenjot buntutnya.

Beruk itu terus menggenjot buntutnya dan penisnya keluar masuk ke dalam vagina Ita.

“Sedap juga, Bang, penis beruk ini,” kata Ita. Ita memeluk kepala beruk itu sementara aku terus membantu beruk itu menyetubuhi Ita.
“Sedapnya, Bang….!!!” jerit Ita. Aku lihat cairan putih semakin banyak keluar dari vagina Ita.
“Ooooo, sedaplah, Baaang…..” jerit Ita. Walaupun batang beruk itu kecil tapi beruk itu terus-menerus menikam dan menarik penisnya ke dalam vagina Ita kira-kira 15 menit tanpa henti. Kalau manusia tentu sudah muncratlah air maninya tapi beruk ini terus mengayunkan zakarnya seperti biasa. Kuat juga daya seks beruk ini, kataku dalam hati.
“Bang, Ita tak tahan lagi…. Ita rasa mau keluarlah Bang.”
Tiba-tiba kulihat tangan Ita terlepas dari memegang kepala beruk itu.
“Ita sudah keluar….” jerit Ita dengan lesu. Tangannya terjatuh lemas ke atas tanah.
“Sedap betul lah, Bang. Lama juga beruk ini menyetubuhi Ita,” kata Ita.

Ita keletihan. Kangkangan kakinya terjatuh menyebabkan jepitan vaginanya melonggar. Tiba-tiba beruk itu menjerit kuat sebagai protes dan Ita pun segera mengemut kuat vaginanya sampai terasa ada cairan keluar laju masuk ke dalam vaginanya

(Diceritakan oleh Ita) Ita rasa mungkin beruk itu telah memuncratkan air maninya ke dalam vagina Ita. Ita terus mengemut penis beruk itu dalam vagina Ita agar beruk itu betul-betul merasakan nikmatnya seks. Mungkin inilah seks pertama dan terakhir yang dirasakan oleh beruk ini.

Setelah semenit penis beruk itu di dalam vagina Ita, tiba-tiba beruk itu bangkit dan mencabut keluar penisnya. Aku lihat cairan putih jernih keluar mengalir dari dalam vagina Ita. Banyak juga cairan itu hingga membasahi kain dan baju Ita.

“Banyak sekali air mani beruk ini, Ita,” kataku kepada Ita yang masih terbaring keletihan. “Mungkin dia tak pernah mengeluarkannya, Bang, memang banyak,” jawab Ita.
“Bagaimana rasa penis beruk itu tadi, sedap?” tanyaku kepada Ita sambil mengulurkan BH-nya.
“Kalau boleh Ita mau simpan beruk ini sebagai teman Ita, Bang,” jawab Ita.
“Mana bisa, Kakek pasti nggak mau memberikan beruknya untuk tinggal di kota,” kataku kepada Ita.

Ita terus meraba-raba vaginanya yang basah kuyup itu. Dia mengikat kembali kain batik dan menyarungkan t-shirtnya yang kotor terkena tanah tadi. Setelah itu dia mengusap kepala si Jantan, beruk Kakekku yang telah dilayani oleh Ita. Kulihat beruk itu kini memakan habis semua nasi yang kami bawa tadi. Pastilah dia telah kehilangan tenaga karena lama menyetubuhi Ita sehingga sekarang makan dengan rakusnya.

Aku dan Ita meninggalkan rumah Kakek ketika matahari di atas kepala. Ita tersenyum dengan seribu kepuasan sementara aku tersenyum puas karena berhasil melihat isteriku disetubuhi oleh beruk. Sedapnya…..,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

TAMAT.

Related posts