Nini negosiator ulung – 3
Nini negosiator ulung – 3
Lalu dilanjutkannya jilatannya ke paha bagian dalamku, lututku dihisapnya, lalu makin turun ke betis. Posisi yang membalik demikian membuat pemandangan yang indah bagiku, vagina dan anusnya tampak jelas di pandangan mataku. Kupakai jariku untuk meraba anusnya, kembali Nini menepiskan tanganku. Kini lidahnya tiba menjilati permukaan kakiku lalu jari-jari kakiku mulai dikulum dan dihisapnya.
“Nini.. Oocchh.. Gellii.. Nii..” desahku.
Setelah seluruh jari kakiku mendapat giliran, kembali Nini naik ke atas sampai di sekitar selangkanganku. Nini meminta aku mengangkat pantatku, diselipkannya sebuah bantal yang dilipat lalu kakiku diangkatnya ke atas sehingga pantatku terbuka menantang. Lidahnya mulai terasa di anusku, dijilati dan ditusuk-tusukkannya ke dalam anusku sementara tangannya mengocok penisku yang telah berdiri tegak. Nini mengambil posisi berlutut di selangkanganku, ujung penisku mulai dijilatinya dan lidahnya menusuk belahan ujung penisku. Rasanya ngilu dan geli. Penisku mulai masuk ke dalam mulutnya perlahan sampai akhirnya seluruhnya terbenam. Kepalanya mulai digelengkan ke kiri dan ke kanan. Jari tengahnya sudah tertanam di anusku, dikocoknya perlahan lahan.
“Ni.. Agak cepet Ni.. Nggak tahan nih..” kataku.
Nini mempercepat kocokan jari dan mulutnya keluar masuk. Malahan melalui gerakan jarinya aku mengetahui bahwa Nini meminta aku mengerakkan pantatku turun naik dengan kasar. Aku naik turunkan mengikuti keianginannya. Penisku masuk dan keluar dengan cepatnya dan dengan gerakan kasar aku pompa mulutnya sampai bibirnya menyentuh dasar penisku. Terasa ujung penisku membentur ujung tenggorokannya lalu masuk ke dalam tenggorokannya yang sempit. Terasa nikmat sekali hingga gerakan itu makin mempercepat orgasmeku.
“Nini.. Ennaak sekalii.., aku mau keluuarr Nii..” teriakku.
Akhirnya spermaku menyembur di dalam mulut Nini lalu ditelannya. Setelah membersihkan penisku dengan lidahnya, Nini bangkit memandang aku, rona yang memancarkan kepuasan terlihat di wajahnya sambil tersenyum.
“Apakah dessertnya sesuai pesanan?” tanyanya.
“Lebih dari pesanan, dapat extra ya. Sekarang aku kirim dessert untuk kamu ya” jawabku sambil kuraba buah dadanya yang indah terjaga bentuknya walaupun Nini sudah berusia hampir di awal kepala 3. Sementara di luar hari sudah mulai terang.
“Dessert buatku nanti malam saja, biar aku penasaran seharian menanti, sekarang kita mandi, aku balik ke Mandarin dulu. Kamu datang jam 10 kan?” tanyanya.
Itulah Nini yang selalu penuh dengan kejutan dan hal-hal baru dalam teknik permainan sex serta caranya menggoda aku sungguh memperlihatkan ciri seseorang yang sangat matang dalam bercinta. Sampai dengan saat ini, belum pernah aku temui wanita yang dapat secara overall menyaingi Nini dalam bercinta.
Walaupun agak kecewa karena mulutku belum “bekerja”, aku iyakan saja usulnya. Kami mandi bersama sambil mendiskusikan rencanaku di kamar mandi. Setelah selesai, Nini meninggalkanku kembali ke Mandarin jam 8:30. Pada jam 10 saat aku tiba di Mandarin, Anthony meminta agar meeting dilakukan pada jam 2 siang karena masih harus meminta keputusan dari US untuk finalisasi harga dan Anthony bilang bahwa Nini akan datang untuk menemani aku sekedar melewatkan waktu. Aku menolak kendaraan yang disediakan Anthony. Aku pergi dengan Nini menuju Sommerset MRT, kembali ke Westin. 3 Jam kami lewati hanya dengan mengobrol di kamar diselingi dengan lunch yang dipesan melalui room service. Sengaja kami agak terlambat. Menjelang jam 2:30 sebelum kami kembali ke Mandarin, kami kembali membicarakan masalah proyek ini dan strategi yang akan aku pasang bersama Nini.
Akhirnya pada jam 15 pertemuan dimulai. Pembicaraan cukup alot, terlihat beberapa kali Nini keluar masuk ruangan bersama Anthony. Pada jam 18:00 Nini masuk dengan kancing depan blousenya bertambah satu yang terbuka. Itu adalah kode yang telah disepakati. Kesepakatan harga dicapai pada Jam 18:10 dan aku menandatangani MOU bersama Anthony dan sang VP dari US. Anthony mengundang makan malam, tapi aku tolak dengan alasan ada rencana pertemuan selanjutnya. Aku kembali ke Westin. Nini mohon pamit untuk kembali ke Jakarta dengan pesawat SQ terakhir jam 9 malam.
30 menit kemudian, pintu kamarku terbuka. Kusambut Nini masuk membawa travel bagnya sambil kukecup pipinya. Memang pada paginya aku minta dibuatkan kartu kunci satu lagi untuk Nini. Lalu Nini mengeluarkan selembar kertas ber-kop perusahaan Anthony, di bawahnya ditandatanganinya di atas sebuah meterai. Kubaca isinya.., ternyata angkanya melebihi strategi yang telah kami pasang, rupanya Nini telah melakukan negosiasi tersendiri dengan manis hingga membuat Anthony mau tidak mau mengikutinya.
Kami berpelukan berciuman dengan gembiranya. Aku ajak Nini mandi sama-sama, lalu kami makan malam di puncak gedung hotel Westin ini, sebuah revolving restoran. Dari situ kami menikmati pemandangan kota Singapore waktu malam dan melihat ke semua arah karena restoran itu berputar 360 derajat perlahan-lahan. Nini sangat cantik malam itu, mengenakan gaun malam, rok lebar panjang hitam sampai lutut. Atasnya warna hitam juga dengan belahan bentuk V di depan dan belakang sampai mendekati pusarnya memperlihatkan bagian dada dan punggungnya yang tidak ada lapisan apa pun lagi di dalamnya
Kami duduk berhadapan ditemani sebuah lilin terpasang di meja kami dengan diiringi sajian musik live hingga menambah suasana romantis yang tercipta sambil menikmati makanan yang kami pesan. Saat kami selesai dengan makanan kami, seorang waitress mendatangi kami.
“Sir, Maam, what would you like for dessert, coffee or maybe ice cream for you maam” katanya.
“A cup of coffee for me please, and you.. Ni” jawabku sekalian aku tanya Nini.
“Just a cup of tea for me, I will have another great dessert after this..” kata Nini sambil mengerlingkan matanya padaku.
Waktu waitress itu pergi..
“Is that right darling?” lanjut Nini dengan memandangku penuh gairah.
“You’ll got it, no question about that, don’t worry honey, but for my appetizer, do you mind, to take off your panty” pintaku.
“I dont have it now” jawabnya santai.
“Whaat?” kataku sambil tersenyum.
Lalu aku pindah duduk ke sebelahnya, kupeluk punggungnya. Nini tahu maksudku, digesernya duduknya sedikit ke depan memberi ruang pada tanganku untuk mengelus punggungnya, lalu tanganku menyusuri pinggangnya sampai ke bulatan pantatnya. Tidak ada tali atau batas CD di sana. Aku masih penasaran, kutaruh tanganku di pahanya. Nini menarik tanganku mendaki ke arah vaginanya dari balik roknya yang lebar. Jariku menyentuh bulu-bulu halusnya. Ternyata benar bahwa Nini tidak memakai CD.
“Honey, gairahku yang sudah di puncak sudah aku tahan seharian sampai sekarang ini, jadi kalau patung singa itu terlihat lagi dan kita masih duduk di sini, aku akan minta dessert yang kamu janjikan di kursi ini saja. Berani nggak?” tantangnya sambil menunjuk ke arah patung singa jauh di bawah yang menjadi lambang kota Singapura.
“OK, kita lihat saja nanti” jawabku.
Kopi dan teh telah diantar, kami masih santai dan mendengarkan musik jazz yang dialunkan oleh kelompok musik lokal, tetapi tangan Nini menjalar di paha dan penisku. Untung saja posisinya di bawah meja jadi tidak banyak orang yang melihat. Akhirnya aku minta bon untuk aku tanda tangani dan mengajak Nini keluar dari restoran itu.
“Patung singa belum terlihat lho” bisik Nini sambil menggandeng lenganku, buah dadanya yang kenyal menekan lenganku.
“Mumpung habis minum kopi panas-panas, jadi lidahku bertambah panjang he he..” gurauku.
“Asyiik dong” katanya riang.
Kami kembali kekamar jam 23:30, lalu aku memasang radio di kamar dengan musik slow. Seperti kemarin, lampu aku matikan, gorden aku buka semua, tapi pintu ke balkon masih aku tutup. Aku ajak Nini berdansa, kutaruh kedua tanganku di pinggangnya, Nini mengalungkan tangannya di leherku, dengan gemulai Nini mengikuti gerak langkahku berdansa di ruangan itu. Kepalanya disandarkan di dadaku, terasa kedua bukit buah dadanya menekan dadaku.
Penisku bergerak menegang, Nini merasakan itu karena bawah perutnya menekan penisku, sebelah kakinya diselipkan di antara kakiku dan menekan penisku. Nini menegadahkan kepalanya. Aku cium lembut bibirnya, Nini membalas ciumanku dengan lembut pula. Kuelus punggungnya, kususupkan tanganku ke balik bajunya di bagian punggung dan menyentuh pangkal buah dadanya. Nini menggelinjang pelan.
Lalu kubawa Nini mendekati pintu keluar balkon, perlahan kubuka pintunya dan kami melangkah keluar berpelukan di luar balkon. Kuangkat tanganku ke bahunya dan kugeser kain yang tergantung di bahunya ke pinggir hingga menyebabkan baju atasnya jatuh menggantung di pinggang. Nini diam saja, malah ciumannya semakin menggairahkan, lidahnya mulai memasuki mulutku mencari lidahku. Kuraba dadanya yang kenyal, kuremas remas dan putingnya kupencet perlahan.
“Oocch Vir.. Cumbu aku viirr.. Aku kehausan viirr..” desahnya dari bibir sexynya.
Tanganku mendapatkan kaitan rok dan ritznya di pinggir, perlahan kubuka dan roknya jatuh ke lantai, lalu kuangkat baju atasnya melewati kepala, tinggallah Nini telanjang bulat di balkon berdua denganku yang tinggal memakai CD karena Nini pun sudah membuka kemeja dan celanaku. Kusandarkan Nini di balkon, kepalaku mulai menunduk menjilati seluruh bagian leher dan tengkuknya, kulanjutkan bagian ketiaknya lalu hinggap di buah dadanya dan kuhisap putingnya agak kencang.
“Viirr.. Terus Viirr.. Teruuss.. Aacchh..” desah Nini.
Kulanjutkan perjalanan lidahku menuju pusatnya melewati pusarnya. Aku temukan clitorisnya yang telah membesar, kujilat clitorisnya, kujepit dengan bibirku dan kutekan-tekan dengan lidahku.
“Viirr, ennaakk, terruss Viirr.. Tekaann..” Nini menekankan kepalaku ke clitorisnya.
Kuangkat sebelah kakinya lalu kuletakkan di pundakku, vaginanya terlihat basah menantang. Kujilat ringan bibir vaginanya lalu kucari belahannya dan kumasukkan lidahku dalam-dalam, kuputar lidahku menyapu dinding vaginanya.
“Oocchh.. Lidahmu ennaakkch Viirr.., lebih dalam lagi Viirr..” desahnya.
Aku semakin bersemangat, kujulurkan lidahku sebisanya ke dalam vaginanya, jariku merayap di anusnya dan kudorong memasuki anusnya. Kusedot agak kuat vaginanya sambil tetap lidahku mengorek di dalam vaginanya.
“Viirr.. Aach.. Aku hampir keluar..” teriaknya. Kupercepat kocokan jariku di anusnya hingga Nini berteriak kuat.
“Akuu keelluar.. Kelluarr.. Aacchh.. Eennaakk..” teriak Nini sekencang-kencangnya di udara terbuka seperti itu.
Langsung aku hisap vagina Nini kuat-kuat sambil mendorong jariku di anusnya dalam-dalam lalu aku diamkan. Badan Nini bergetar kencang menikmati orgasmenya di lantai 66 tersebut. Lalu aku tuntun Nini masuk dan berbaring di ranjang.
“Uucch.. it’s the best ‘dessert’ i ever have” katanya sambil tetap matanya terpejam.
“Is that a dessert or an orgasm” kataku.
“That is a dessert as I asked you before” jawabnya.
Malam itu kami melanjutkan penumpahan nafsu birahi yang meledak-ledak dari dalam tubuh kami seakan tiada habisnya sampai pagi. Kami baru bangun tidur pada jam 12 siang, lalu sorenya pulang ke Jakarta. Sebelum kamar kutinggal, kutengok balkon kamar itu sambil tersenyum. Hhmm, 2 wanita telah kubuat terkapar orgasme di sana dalam 3 malam, mengapa tidak genap 3 sekalian saja ya?
Nini berangkat lebih dulu, baru 1 jam kemudian aku menyusul dengan pesawat SQ yang jam keberangkatannya berbeda. Sesampai di Jakarta aku langsung ke rumah Nini dan baru pulang esoknya hari Sabtu. Dan sampai sekarang aku lupa memberitahunya bahwa aku telah bertemu Deasy sehari sebelum bertemu dengannya di Singapore.
Beberapa minggu kemudian, perusahaan tempatku bekerja menandatangani kontrak pembelian itu dan membayar uang muka. Bulan depannya Nini menanyakan nomor rekening bankku karena dia akan mentransfer bagianku yang merupakan bagian dari uang muka. Sebetulnya aku ingin menolak, tapi aku kan harus setor juga ke beberapa atasanku. Begitulah memang Indonesia. Akhirnya Anthony menepati keseluruhan deal dari yang telah ditandatanganinya saat seluruh pembayaran dari kantorku selesai setahun kemudian dan saat itu bertepatan dengan awal krisis ekonomi dimana nilai tukar dollar melambung tinggi.
Hubunganku dengan Nini semakin erat saja. Beberapa bulan setelah kejadian di Singapore, Nini memenuhi tekadnya untuk berhenti dari sebagian pekerjaan yang digelutinya selama itu. Memang, business is business, sex is sex, bagiku itu adalah dua hal yang berbeda dan bertentangan kutubnya.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Tamat