Ngentot Andi Soraya
Ngentot Andi Soraya
Jakarta sangat macet sore itu, ketika aku keluar dari kantor Alfan untuk menuju ke Bunderan HI, bahkan hujan membuat macet di mana mana, Jakarta sudah tidak layak dihuni, kudu pindah ke Kalimantan saja ibukotanya. Untuk menenangkan diri aku terpaksa masuk ke kafe saja, palingan jam 12 malam baru reda banjirnya, itupun kalo tidak ada hujan susulan. Malah jam 10 malam sudah mulai lenggang, oke .. aku akhirnya pergi juga dari kafe itu dan menuju ke arah Bogor, ya aku ingin relaks sendirian di villa temanku karena aku sudah capek seminggu ini, kerja beberapa hari disamping itu aku harus juga kerja di tempat tidur, ini malah lebih berat karena membutuhkan fisik yang kuat karena urusan libido. Aku terhenti ketika ada sebuah mobil menabrak pohon, jalanan ke villaku sangat sepi karena bukan hari libur, aku menepikan mobilku dan kulihat siapa yang menabrak pohon itu, hujan mengguyur sedikit deras, Aku mengecek, pengemudinya terpekur ke stir mobil, seorang wanita yang bersimbah darah. Aku membuka pintu mobil dan mencoba membangunkan. Namun wanita itu hanya menggeliat sebentar dan kemudian lemas. Oh .. seorang artis, aku mengenalnya : Andi Soraya .. ya .. cewek eh janda cantik yang sudah malang melintang di dunia selebritis. Dia sendirian di mobil itu, aku lalu menarik dan membopongnya keluar dari mobil dan kubawa ke mobilku. Jarak dengan villa yang aku huni tak seberapa jauh, lalu aku menderek mobil itu untuk ke tempat villa yang aku tempati.
Sesampai di villa, aku baringkan tubuh lemas Andi Soraya itu, untung tidak basah banget, kukompress dengan air hangat, bagian dahinya berdarah, ketika kutekan dia menggeliat dan bangun.
“Oh .. dimana aku .. “ rintih Andi Soraya lemah
“Tenang saja Mbak Soraya .. anda di villa saya .. tampaknya anda menabrak pohon “ kataku yang duduk di depannya dengan sopan
Andi Soraya memcoba bangun tapi masih lemas lalu kubantu untuk duduk, setelah duduk kuberikan teh manis sebagai penghangat.
“Anda siapa ?” tanya Andi Soraya
“Saya Han .. Mbak .. saya penghuni villa ini .. tepatnya Blok F12 “
“Lho … villa saya F14 .. dekatan ya “ kata Andi Soraya dengan pelan
Kukatakan dengan terus terang siapa aku dan apa kerjaku
“Oh … saya pernah dengar nama anda .. seorang hacker ya ?” kata Andi Soraya dengan memandangku
“Tadi Mbak Soraya sampai pingsan . trus saya bawa kemari .. nih saya kebetulan bawa snack .. jadi bisa buat ganjal perut .. saya mau bikin sop, mau ?”
“Hmmm .. enak juga ya, hacker juga bisa masak” puji Andi Soraya.
“Ya .. cuma iseng saja kok “ kataku sambil memberikan snack kentang dan makanan kecil lain.
“Kirain hacker tuh rambut gondrong, menghabiskan waktunya di depan komputer “ kata Andi Soraya sambil membuka makanan kecil
“Mbak Soraya pulang besok saja ya, saya antar .. mobil Mbak besok kita urus .. yang penting kesehatan Mbak Soraya dulu .. “
Kutinggalkan janda cantik tadi, cukup lumayan juga .. tapi aku nggak nafsu sama orang yang sudah terluka di sana sini, kondisinya lemah banget. Kubiarkan Andi Soraya menonton tivi, Tak lama kemudian aku kembali dengan sop ayam yang menggiurkan
“Maaf nggak ada nasi Mbak .. “ kataku sambil meletakan mangkuk besar sop
“Idih … bikin pengin saja sih kamu … makasih ya Han .. kau menolongku “
“Dah makan saja .. yang penting kesehatan Mbak .. sayang khan kalo cantik cantik begitu kok lemah sekali fisiknya..”
“What ? apa yang kau katakan Han .. “ ujar Andi Soraya membelalakan matanya
“Mbak Soraya cantik kok .. memang aneh ?“ pujiku dengan memandangnya
“Ah nggak ah .. aku dah jelek begini .. “ ujar Andi Soraya sambil menjawil tanganku
“Biasa .. cewek atau wanita cantik kalo dipuji cantik pasti nolak mentah-mentah “
“Kau jujur nggak sih bilang begitu ? apa cuma mau merayu ?” selidiknya
“Jujur ah .. sekali lagi, Mbak Soraya masih cantik kok “ kataku polos sambil mengambil sop dan kupindahkan ke mangkuk
“Makasih Han .. kau lelaki yang jujur, dah nikah ?”
Aku hanya menggeleng.
“Ganteng ganteng gitu kok nggak ada yang mau, bohong “ ujar Andi Soraya sambil tertawa
“Mbak Soraya tidur di kamar pojok sana .. kunci pintu ya .. ntar aku nyelonong lho “ nakalku kambuh
“Nggak aku kunci .. aku tunggu di dalam ya “ goda Andi Soraya
Aku berdiri dan masuk ke kamarku, kembali kuberikan pakaianku yang barusan semalam beli, sebuah T Shirt dan juga aku memberikan jaketku
“Pakai saja .. nggak usah dikembalikan … sesama selebritis khan kudu menolong, aku selebritis internet, Mbak Soraya selebritis artis “ candaku sambil duduk kembali berhadapan.
“Tasku kemana ya ?” tanya Andi Soraya
“Ada di kamar .. masih lengkap isinya “ kataku cuek
“Boleh minta tolong ambilkan ?” pinta Andi Soraya
Aku langsung berdiri dan masuk ke kamarnya dan kembali dengan tasnya, Andi Soraya memeriksa isinya
“Makasih Han .. bukan maksud mencurigaimu .. isi tasku utuh .. sama duitku “
“Dah yang penting habisin makanan ini .. besok pagi aku antar .. mobil Mbak Soraya kita urus belakang saja “
“Baik Han .. makasih banyak “
Pagi itu aku bangun terlebih dahulu dan memasak nasi dan membuat sayur, Andi Soraya bangun dan sudah rapi dan badannya mulai segar.
“Han .. selamat pagi “ sapa Andi Soraya
“Pagi juga Mbak .. makanan dah siap .. “
Kami makan bersama sambil bicara hal hal biasa seperti politik dan sebangsanya.
Kuantar dia sampai rumahnya. Tapi aku tak bisa mampir karena ada janji dengan klient untuk urusan pekerjaan.
“Han .. makasih banget ya atas pertolonganmu .. “
“Oke .. kalo ada orang bengkel mau ambil mobil .. calling aku dulu .. “
“Baik Han .. aku tak bisa membalas jasamu .. kau memang sahabatku Han “
“Dah .. aku sudah terlambat .. calling berkali kali “
“Hati hati Han .. suatu saat aku akan membalas kebaikanmu “ ujar Andi Soraya dengan tersenyum penuh arti
Hari masih pagi ketika aku sampai di villa seminggu kemudian, aku membersihkan villa milik temanku itu yang jarang dipakai .. hanya sebagai aset, malah temanku menyerahkan padaku untuk dirawat, bahkan ongkos bulanan ditanggung dia. Aku diundangnya ke rumah Andi Soraya nanti malam, aku menyanggupi
Aku datang malam itu sendirian, aku ditunggu di teras rumah. Aku sengaja memarkir mobilku jauh dari rumahnya dan menggunakan taksi. Aku disambut dengan senyumannya yang khas dan alamak … menggunakan rok sangat mini sekali, sampai kemulusan pahanya sangat tercetak jelas di mataku.
“Gimana kabarnya Han .. “ sapa Andi Soraya dengan ramah
“Baik … hujan mulu nih “
“Kau nggak bawa mobil ? “
“Malas .. palingan kejebak banjir “ kataku sambil mengikuti dia masuk ke ruang tengah dan duduk di sofa dan melihat ke tivi yang disetel
“Han .. makasih sekali lagi telah menolongku .. saranmu untuk benahi mobil murah banget “
“Iyalah .. aku kenal betul dengan pemilik bengkel .. “
Andi Soraya duduknya dekat denganku bahkan malah berdempetan. Aku hanya tersenyum saja, apakah cewek ini butuh pelampiasan birahi, seorang janda, siapakah yang memenuhi hasratnya ?
Aku berpaling ke sampingku dan hanya dijawab dengan senyuman malu malu
“Ada apa Mbak ? kok rasanya ada yang berat dalam diri Mbak soraya ?” tanyaku sambil memandangnya teduh
“Nggak aaa paa apa Han “ ujar Andi Soraya dengan gugup
“Mbak Soraya .. kok gugup sih .. please .. katakan jika ada yang membebani Mbak ?” tanyaku sambil memegang tangannya dan Andi Soraya hanya menundukan mukanya dan kutahan dagunya
“Hmm . apa Mbak sudah lama ndak merasakan yang itu “ tanyaku dengan berani
“Ah .. nggak Han .. aku nggak ada apa apa kok “ ujar Andi Soraya dengan menepis tanganku di dagunya
“JIka tak keberatan .. aku bisa melakukan Mbak “
Langsung saja kupeluk dan kuhujani dengan ciuman bibir, mula mula bibir itu menolak ciumanku, tapi 5 detik kemudian menyambut pagutanku, malah kedua tangan Andi Soraya dirangkulkan ke pundaku dan memegang kepalaku, kupagut dengan mesra bibir seksi itu dan tanganku memeluk tubuhnya.
“Han .. “ ujar Andi Soraya dengan nafas memburu
“Ya .. “ kataku pelan
“Aku kesepian Han .. ‘ ujar Andi Soraya dengan lemah
“Akan kupuasi kau Mbak .. “ kataku dengan gemas dan kembali melumat dan menindih tubuh seksi itu, kulumanku disambut dengan ganas oleh Andi Soraya. Setelah Andi Soraya mendorong dadaku lalu berdiri, menggamit lenganku untuk menuju ke kamarnya
Begitu masuk kamar dan pintu belum tertutup dengan sempurna Andi Soraya segera menghujani wajahku dengan ciuman. Ia memelukku dengan erat. Dadanya sengaja ditekankan ke dadaku. Terasa lembut menekan ke dadaku. Kepalanya disandarkan ke bahuku.
“Aku suka dengan keberanian dan caramu. Kamu halus tetapi to the point. Ayo, sekarang aku akan lihat kemampuanmu di atas ranjang,” katanya sambil mencium bibirku.
Tangannya kemudian membuka baju lalu kemudian celanaku. Kini aku tinggal mengenakan celana dalam. Dengan cepat baju dan celananyapun segera merosot ke lantai. Tangannya menyelinap ke balik celana dalamku dan mulai mengelus penisku. Kontan saja penisku yang sudah sejak tadi ingin segera bertempur langsung bereaksi. Sambil terus berciuman, sebentar kemudian sisa kain di tubuh kamipun segera tanggal.
Andi Soraya mendorong tubuhku ke ranjang dan segera menerkamku dengan ciuman yang ganas. Aku membalas dengan tak kalah ganas. Bibirnya bergeser ke bawah dan ia mencium dan menjilat leherku. Aku menggelinjang penuh nikmat.
Napas kami mulai memburu. Sambil menciumi dan mengecup dadaku, Andi Soraya memelukku erat. Kulihat buah dadanya yang kenyal dan padat dihiasi dengan puting kecil yang berwarna merah muda menantangku untuk segera mengulumnya. Payudara kusedot, kukulum dan kuremas secara bergantian. Tangan kiriku mengusap-usap pipinya dan bahunya dengan lembut.
Andi Soraya mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit kecil dan kujilat-jilat.
“Ououououhh.. Nghgghh, .. Ouuhh.. Han”
Payudaranya kukulum habis sampai semuanya masuk ke mulutku. Andi Soraya menjilati telingaku. Akupun terangsang dengan hebat. Penisku sudah mengeras siap untuk berperang.
Andi Soraya melepaskan diri dari pelukanku dan kini ia menjilati dan menciumi tubuhku. Dari leherku bibirnya kemudian menyusuri dadaku, dan “.. Oukhh, Mbak Soraya.. Yachh..” aku mengerang ketika mulutnya menjilati putingku. Kutolak tubuhnya karena tak tahan dengan rangsangan yang diberikan pada putingku dan kemudian kugulingkan ke samping.
Bibirku menyambar bibirnya. Kudorong lidahku menggelitik mulutnya. Lidahku kemudian disedotnya. Tangannya menjelajah ke selangkanganku dan kemudian mengocok penisku. Penisku semakin tegang dan besar.
“Puaskan aku. Bawa aku masuk dalam gelombang kenikmatan..” ia merintih. Kugulingkan lagi badannya sampai ia berada di bawahku. Tidak lama kemudian tangannya menggenggam erat penisku. Ditelannya dengan bulat penisku di mulut Andi Soraya, namun tak lama, gantian aku yang langsung menjilati vaginanya, itupun tak lama karena Andi Soraya ingin cepat dimasukin
“Han .. masukin dulu .. lama aku tak digituin “ ujar Andi Soraya dengan genit.
Penisku kemudian dituntunnya masuk ke dalam lubang kenikmatannya, terasa sangat sesak namun aku terus mendorong. Terasa licin dan basah.
“Dorong Han .. Ouuuuuuhh .. enaknya Han .. enaknya penismu .. aku suka .. “ ujar Andi Soraya dengan liar dan menggelinjang keenakan
“Akhh.. Oukkhh” Andi Soraya mendongakkan kepalanya dan memberikan kesempatan kepadaku untuk menjilat dan menciumi lehernya yang tepat di depanku. Ia memutarkan pantatnya dan dengan satu hentakan keras ke bawah akhirnya semua batang penisku sudah terbenam dalam vaginanya.
Pinggulku bergerak naik turun menimba kenikmatan. Kadang gerakanku kuubah menjadi ke kanan ke kiri atau berputar berlawanan dengan arah putaran pantatnya. Sesekali gerakanku agak pelan dan kuangkat pantatku sampai penisku keluar dan segera kumasukkan lagi. Kadang juga pantatku naik tidak terlalu tinggi, hanya kepala penisku yang berada di bibir guanya dan kemudian dengan cepat kuturunkan pantatku hingga seluruh batang penisku tenggelam ke dalam liang nikmatnya
Punggungnya naik dengan bertopang pada sikunya. Kuisap puting buah dadanya yang sudah mengeras. Gerakanku menjadi semakin liar dan kasar. Tangannya kini memeluk punggungku dan dadanya merapat pada dadaku. Tangannya meremas dan menjambak rambutku, mulutnya merintih dan mengerang keras.
“Han.. Ouhh Han, aku mau nyampai, aku mau kelu.. Ar”
“Sshh.. Shh”
“Han sekarang ouhh.. Sekarang” ia memekik.
Tubuhnya mengejang rapat diatasku dan kakinya membelit kakiku. Mulutnya mencari-cari mulutku dan kusambar agar ia tidak merintih terlalu keras lagi. Vaginanya berdenyut kuat sekali. Akupun merasakan akan menggapai kenikmatan dan kutekan pantatku ke bawah dengan keras hingga penisku mentok ke dinding rahimnya.
“Akhkhkh Mbak Soraya.. Aku cum.. Keluar,” kumuntahkan cairan maniku ke dalam vaginanya. Terasa banyak sekali dan meleleh keluar sampai menetes di sprei.
Tubuhku melemas di atas badan Andi Soraya. Keringat kami bagaikan diperas, menitik di sekujur tubuh. Kemaluanku yang masih menegang kubiarkan tetap di dalam vaginanya dan beberapa saat akhirnya mengecil dan terlepas sendiri.
Akhirnya kami bangun setelah napas kami menjadi teratur. Kami segera masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Sambil membersihkan diri tangannya mengembara ke selangkanganku, meremas, mengurut dan mengocok penisku dengan busa sabun. Perlahan namun pasti penisku semakin membesar dan mengeras lagi. Dibersihkannya busa sabun di penisku dengan air. Dalam keadaan basah kami berciuman dan saling memagut.
Kami mulai terangsang dan tubuh kami mulai hangat. Detak jantung mulai cepat dan napas menjadi berat. Kududukan dia di atas bak air di dalam kamar. Kini kami lebih leluasa mengeksplorasi tubuh kami. Tangannya masih juga bermain di bawah perutku. Tanganku meremas payudaranya, memilin putingnya. Kutarik pantatnya sedikit ke depan sehingga posisinya berada di bibir bak air. Tangannya membantuku memasukkan penisku ke vaginanya dalam posisi berdiri. Ia menggerak-gerakkan pantatnya untuk membantu usahaku. Digesekkan kepala penisku pada bibir vaginanya. Setelah cukup pelumasan ia berbisik “Dorong To.. Dorong”. Kudorong pantatku dengan pelan dan akhirnya batang penisku bisa masuk dengan lancar ke dalam guanya.
Aku mulai bergerak maju mundur untuk meraih kenikmatan. Kakinya membelit pinggangku. Sampai beberapa menit aku masih bertahan pada posisi berdiri. Kakiku sudah mulai gemetar menahan berat tubuhku. Kuangkat tubuhnya kemudian kuhimpitkan dia ke dinding. Sebelah kakinya kuangkat ke pinggulku. Dengan berciuman dan meremas payudaranya aku tetap menggenjot vaginanya. Penisku terlepas dan aku mengalami kesulitan untuk memasukkannya lagi.
Kudorong dia sambil tetap berpelukan dan berciuman kembali ke kamar. Sampai kamar kulepaskan pelukanku dan kubaringkan tubuhnya yang montok ke ranjang. Sebentar kemudian kami kembali bergumul untuk saling memberi dan menerima kenikmatan. Namun penisku belum masuk ke dalam vaginanya.
Andi Soraya kini berada di atas tubuhku. Kepala Andi Soraya ke bawah, ke perut dan terus ke bawah. Digigitnya penisku dengan gigitan kecil di sepanjang batangnya. Andi Soraya memandangku dan aku menarik buah zakarku sehingga batang penisku juga tertarik dan berdiri tegak menantang. Aku memberi isyarat ketika kepalanya ada di atas selangkanganku. Kepalanya kemudian bergerak ke bawah. Ia mengisap-isap kepala penisku dan menjilatinya.
Tiba-tiba tubuhku tersentak ketika lidah Andi Soraya menjilat lubang kencingku. Kulihat Andi Soraya dengan asyiknya menjilat, menghisap dan mengulum kepala penisku. Ia tidak memasukkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya, melainkan hanya kepala penisku saja yang menjadi areal kerjanya.
Kutarik tubuhnya sehingga Andi Soraya kini berada di bawahku. Andi Soraya memelukku dan menciumi daun telingaku. Aku merinding. Dadanya yang kencang dan padat menekan dadaku. Kucium bibirnya dan kuremas buah dadanya.
“Ouhh ayo Han.. Aku.. Masukkan.. Ayo masukkan..”
Aku menurunkan pantatku dan segera penisku sudah tengelam dalam lubangnya.
“Enak sekali Han, aku.. Oukhh”
Ia memekik kecil, lalu kutekan kemaluanku sampai amblas. Tangannya mencengkeram punggungku. Tidak terdengar suara apapun dalam kamar selain deritan ranjang dan lenguhan kami.
Kucabut kemaluanku, kukeraskan ototnya dan kutahan. Pelan-pelan kumasukkan kepalanya saja ke bibir gua yang lembab dan merah. Andi Soraya terpejam menikmati permainanku pada bibir kemaluannya.
“.. Hggk..”. Dia menjerit tertahan ketika tiba-tiba kusodokkan kemaluanku sampai mentok ke rahimnya. Kumaju mundurkan dengan pelan setengah batang sampai lima kali kemudian kusodokkan dengan kuat sampai semua batangku amblas. Andi Soraya menggerakkan pinggulnya memutar dan naik turun sehingga kenikmatan yang luar biasa sama-sama kami rasakan. Penisku seperti dipelintir rasanya. Kusedot payudaranya dan kumainkan putingnya dengan lidahku.
Andi Soraya seperti mau berteriak dan menahan sesuatu perasaan yang sukar untuk dilukiskan. Ia memukul-mukul dadaku dengan histeris.
“Auuhkhh.. Terus.. Teruskan.. Han.. Enak sekali.. Ooh”
Kini kakiku menjepit kakinya. Ternyata vaginanya nikmatnya memang luar biasa, meskipun agak becek namun gerakan memutarnya seperti menyedot penisku.
Aku mulai menggenjot lagi. Andi Soraya seperti seekor singa liar yang tidak terkendali. Keringat membanjiri tubuh kami. Kupacu Andi Soraya melewati padang rumput dan mendaki lereng terjal penuh kenikmatan. Kami saling meremas, memagut, dan mencium.
Kubuka lagi kedua kakinya, kini betisnya melilit di betisku. Matanya merem melek. Aku siap untuk memancarkan spermaku.
“Mbak Soraya, aku mau keluar.. Sebentar lagi.. Aku mau..”.
“Kita sama-sama, Ouououhh..”. Andi Soraya melenguh panjang.
“Sekarang . Ayo sekarang.. Ouuhh.. Mbak Soraya” Aku mengerang ketika spermaku muntah dari ujung penisku.
“Han.. Agghh” kakinya menjepit kakiku dan menarik kakiku sehingga kejantananku tertarik mau keluar.
Aku menahan agar posisi kemaluanku tetap dalam vaginanya. Matanya terbuka lebar, tangannya mencakar punggungku, mulutnya menggigit dadaku sampai merah. Kemaluan kami saling membalas berdenyut sampai beberapa detik. Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi sepi dan hening.
Kami terdiam dengan saling memeluk, kuberikan ciuman di dahinya. Andi Soraya menjepit kedua kakiku. penisku masih tertanam dan berdenyut denyut walau tidak terlalu keras. Kami tertidur ketika waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Andi Soraya menggeliat sehingga membuat aku terbangun dan meringis.
“Han .. auh .. sakit deh .. cabut dulu .. “ kami saling tersenyum ketika mencabut alat kelaminku sambil memekik dan meringis
“Gedhe banget tuh . “ ujar Andi Soraya dengan genit dan memberikan ciuman mesra di bibirku.
Aku hanya tersenyum
“Tidur sini saja .. jangan pulang .. keloni aku deh .. “
“Aman nggak ?”
“Jakarta nggak ada yang peduli … “ ujar Andi Soraya dengan cuwek kemudian berdiri dan keluar dari ranjang, membuka lemari dan memakai daster, aku pun diberi daster
“Aku pengin telanjang saja “
Andi Soraya tak menggubris lalu keluar dari kamar, aku yang sangat kehausan keluar dari kamar dan melihat Andi Soraya terpekur
“Ada masalah Mbak ?” tanyaku
“Nggak Han .. “
“Apa Mbak memikirkan apa yang telah kita lakukan ?” tanyaku sambil memegang tangannya, tanganku diremasnya
“Tidak Han .. aku tak memikirkan itu .. aku ada masalah lain dengan mantan suamiku “
“Sungguh ?” tanyaku meminta kepastian
Dipandangnya diriku dan diberikan ciuman di bibirku
“Sungguh, sayang “ kata Andi Soraya dengan senyuman yang manis
“Terima kasih Mbak Soraya “ kataku sambil mengecup dahinya
“Han .. aku selalu butuh itu .. maukah kau selalu meluluskan permintaanku ?”
“Selalu, sayang “ kataku dengan teduh dan memandangnya
“Oke Han .. lalu apa yang harus kulakukan ?”
Aku tak menjawab dan pergi ke ruang tengah menyalan TV, Andi Soraya menyusul kemudian
Tanpa mengalihkan pandanganku dari layar televisi, Aku menyahut kalem,
“Bagaimana kalau kamu menari bugil..”.
“Apa?”, jerit Andi Soraya sambil lebih membelalakkan matanya,
“Ih, pikiranmu jorok ah!”. ujar Andi Soraya sambil mendekat diriku
Aku terlonjak karena dicubiti oleh Andi Soraya di pinggang, di perut, di paha, di dada, di mana-mana. Aku itu tertawa-tawa kegelian, dan senang karena bisa membuat Andi Soraya terdesak dalam perdebatan. Sekarang aku tinggal menunggu, maukah Andi Soraya melakukan apa yang kuminta itu.
Setelah puas mencubitiku, Andi Soraya berseru, “Baik! Jangan tinggalkan tempat.., Saya akan kembali sebentar lagi!”
Aku tersenyum enteng, tetapi sesungguhnya aku berdebar juga. Tegang sendiri memikirkan apa yang akan dilakukan Andi Soraya.
Andi Soraya menghilang ke dalam kamar cukup lama. Aku berkali-kali menengok, kuatir jangan-jangan Andi Soraya meninggalkannya tidur. Jangan-jangan ia mempermainkan aku, pikirnya. Tetapi aku tidak beranjak dari kursi di depan TV yang sudah menyelesaikan tayangan siaran berita, berganti siaran musik. Aku masih menunggu, dan berharap akan benar-benar mendapat “pertunjukan istimewa” dari Andi Soraya.
Lalu tiba-tiba lampu ruangan mati. Aku tersentak, dan belum sempat menengok mencari siapa yang iseng mematikan lampu, TV-pun ikut mati. Sialan! sergahku itu, Andi Soraya ternyata membawa remote control, dan pasti dia yang iseng.
“Jangan becanda, ah..” Aku hendak mengeluh, tetapi lalu lampu di pojok ruangan menyala. Sinarnya hanya temaram, menimbulkan suasana romantis. Dan di sana.., di depan pintu kamar tidur.., Andi Soraya berdiri dengan daster tipis yang menampakkan bahunya yang putih mulus. Ada tali kecil yang mengaitkan daster itu ke bahunya. Dalam sinar yang temaram, Andi Soraya tampak bagai sebuah manequin di etalase toko. Daster itu terlalu tipis untuk bisa menyembunyikan tubuhnya yang telanjang. Tetapi karena sinar temaram, Aku tidak bisa melihat seluruh tubuh Andi Soraya. Aku itu melongo.
“E-e-e..” Andi Soraya berbisik sambil mengacungkan dan menggoyang-goyangkan telunjuknya.
“Jangan beranjak dari tempat duduk..”
Aku yang sudah siap bangun, kembali duduk, lalu tersenyum menikmati pemandangan di depanku. Boleh juga gaya Andi Soraya. Mari nikmati saja pertunjukkan ini.
Andi Soraya melangkah perlahan meninggalkan pintu kamar ke arah tengah ruangan. Langkahnya gemulai, meniru Nadine Chandrawinata di cat walk. Sudah beberapa kali Andi Soraya menonton sahabat cantiknya itu beraksi. Ia sudah tahu bagaimana berjalan agar terlihat seksi dan menawan. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis menggoda. Satu tangannya di letakkan di belakang pinggangnya, dan satu lagi melenggang santai. Aku tersenyum lebar. Bravo! tukasku dalam hati,!
Sekitar tiga langkah di depanku yang tertegun, Andi Soraya berhenti. Perlahan-lahan wanita seksi itu memutar tubuhnya 360 derajat. Aku berhenti tersenyum. Aku menahan nafas, melihat tubuh Andi Soraya melintas bagai film slow motion, menerawangkan kemulusan yang tak tertutup oleh pakaian dalam. Payudara yang sintal dan tegak menantang itu terlintas, perut yang datar dan dihiasi noktah pusar bagai lesung pipit, lembah di antara dua paha yang samar-samar terlihat, dua bukit di pantatnya yang padat berisi sungguh menggemaskan. Satu persatu pemandangan indah itu melintas untuk kutatap sepuas hatiku.
Andi Soraya melakukan gerakan memutar perlahan itu dua kali. Satu ke arah kiri, satu lagi ke arah yang berlawanan. Setelah putaran kedua, Andi Soraya diam sejenak menghadap ke arahku dengan kedua kaki tegak agak terentang. Andi Soraya menahan tawa melihatku menelan ludah berkali-kali.
Lalu, sambil tetap berdiri tegak terentang itu, Andi Soraya perlahan-lahan mengangkat satu tangannya untuk diletakkan di belakang leher. Ketiaknya yang bersih mulus segera terpampang, dan seberkas keharuman yang lembut menyeruak penciumanku, membuatku itu menghela nafas dalam-dalam. Andi Soraya juga kemudian menahan nafas, ketika dengan perlahan-lahan, menggunakan satu tangan yang lainnya, Andi Soraya menurunkan kait daster di bahu kirinya.
Daster itu merosot sedikit. Pelan-pelan bagian atas payudara kiri Andi Soraya menyeruak. Aku menelan ludah. Bukit indah di dada Andi Soraya itu terlihat indah kalau hanya sebagian terkuak. Samar-samar aku bisa melihat puting susunya yang kini menjadi satu-satunya penyangga sehingga daster itu tidak merosot terus untuk menampakkan seluruh bola putih mulus. Ingin rasanya aku bangkit dan menarik daster itu.
Lalu Andi Soraya menggunakan tangan yang tertumpang di belakang lehernya untuk melepaskan kait daster yang lain. Dan seperti sebelumnya, daster itu merosot perlahan. Kini tertahan oleh tangan Andi Soraya yang berada di depan dadanya, sedikit di bawah kedua putingnya. Dengan cara ini, Andi Soraya menampilkan bagian atas kedua payudaranya yang ranum membusung menawan itu. Aku menelan ludah lagi, sungguh seksi terlihat Andi Soraya, dengan dua bukit yang mengintip malu-malu dan bahu mulus terpampang bebas. Ingin sekali aku membenamkan mukaku di sana. Ingin sekali!
Sambil tersenyum menggoda, Andi Soraya menurunkan sedikit tangannya yang berada di depan dada. Sedikit saja, sehingga kini sebagian dari putingnya tampak mengundang selera. Lalu wanita itu melangkah mundur perlahan-lahan. Aku mengernyitkan dahi agar bisa terus memandang jelas.
Setelah cukup jauh, dan bahkan hampir menyentuh tembok di seberangku, wanita seksi itu berhenti lalu berputar membelakangiku. Sambil menengok dengan gayanya yang manja, Andi Soraya menggunakan satu tangannya untuk menarik bagian belakang dasternya pelan-pelan ke atas. Aku terhenyak di kursi, merasakan nafasku cepat memburu, ketika melihat paha Andi Soraya yang mulus tersingkap sedikit demi sedikit. Kain tipis itu terus naik, perlahan-lahan menampilkan bagian belakang tubuh Andi Soraya yang indah dan menggemaskan. Aku menahan nafas, ketika seluruh bulatan seksi pantat Andi Soraya terpampang bebas. “Oh.., mengapa ia harus berdiri jauh-jauh begitu!”, keluhku.
Apalagi kemudian perlahan-lahan Andi Soraya merenggangkan kedua kakinya dan perlahan-lahan pula membungkuk sambil tetap menahan tepian daster di pinggangnya. Aku semakin terhenyak di kursi, memandang Andi Soraya pelan-pelan menungging. Pantatnya yang seksi pelan-pelan menjadi bagian yang paling tinggi. Dan.., Wow.., kewanitaan Andi Soraya terlihat indah dari belakang, agak sedikit terkuak menampakkan bagian yang tersembunyi. Aku menelan ludah entah sudah berapa kali, belum pernah aku melihat Andi Soraya begitu menggiurkan seperti ini. Tak sadar, kejantananku menegang membentuk sebuah tonjolan di depan celanaku.
Untuk beberapa jenak Andi Soraya tetap membungkuk memamerkan bagian paling sensual dari tubuhnya. Setelah hitungan ke sepuluh, cepat-cepat wanita itu menegakkan lagi tubuhnya, sekaligus melepaskan dasternya turun menutupi kembali pantatnya. Aku mendesah kecewa, dan Andi Soraya menahan tawanya.
Lalu Andi Soraya berbalik lagi menghadapku. Masih dengan posisi kaki agak terentang, ia melepaskan pegangan tangannya pada bagian atas dasternya. Dengan cepat, karena sudah tak terkait lagi di bahu, daster tipis itu meluncur turun. Tubuh yang menggiurkan, mulus tanpa cela, seksi, sensual, erotis, menggemaskan, mengundang remasan, putih bersih halus. Wow!, Aku berkali-kali menjerit kagum di dalam hati. Baru kali ini, ia bisa betul-betul menikmati pemandangan tubuh Andi Soraya, padahal sudah 2 ronde kami bercumbu bertelanjang bulat. Tetapi baru kali ini aku sadar bahwa Andi Soraya adalah sebuah keindahan yang tidak hanya harus digumuli diremas, tetapi juga dipandang sepenuh kalbu.
Andi Soraya menarik sebuah kursi di dekatnya. Pelan-pelan ia duduk, tanpa sedetikpun mengalihkan pandangannya dariku, tanpa berhenti tersenyum tipis menggoda. Setelah duduk, perlahan-lahan Andi Soraya mengangkat satu kakinya untuk ditopangkan di sandaran kursi. Pelan-pelan Aku melihat selangkangan Andi Soraya terkuak. Aku menahan nafas menunggu sampai lembah cinta yang selalu kunikmati untuk ditelusuri dengan jari atau lidahku itu betul-betul terkuak sempurna. Wajah Andi Soraya merona nakal dan genit menggoda, ketika akhirnya kakinya tertumpang di sandaran kursi. Selangkangannya terkuak sempurna. Terpampang sepenuhnya untuk dipandang sepuasnya oleh diriku
Aku bersiap untuk bangkit, tetapi gerakannya terhenti karena Andi Soraya cepat sekali mengangkat telunjuknya dan berdesah seksi,
“Ssst.., jangan beranjak.., tetap di tempatmu..”.
Aku kembali duduk, dan lalu membelalakkan mataku melihat apa yang sedang dikerjakan Andi Soraya.
Andi Soraya memasukkan satu jari tengahnya ke mulutnya. Pelan sekali, dengan gaya seksi, wanita itu menyedot-nyedot jarinya sendiri, membuatnya basah dari ujung sampai ke pangkalnya. Lalu, Andi Soraya menggunakan jari yang basah itu untuk membuat sebuah alur. Pelan-pelan ia mengguratkan jarinya dari dagu, turun ke leher, turun ke antara dua bukit payudaranya, berputar naik ke salah satu putingnya yang segera bereaksi tegak lalu turun lagi ke perutnya, berputar-putar di pusarnya lalu terus turun. Aku menelan ludah dan menahan nafas. Jari itu terus turun ke selangkangan menyerong sedikit untuk melintas cepat di lepitan pertemuan antara paha dan pinggulnya lalu menyelinap di antara dua bibir kewanitaannya. Naik ke atas sampai ke lepitan yang menyembunyikan tombol asmaranya berputar sejenak di sana lalu turun lagi.
Mulut Andi Soraya terbuka sedikit, senyumnya menghilang. Wanita sensual ini tadinya hendak menghapuskan gerakan ini dari acting-nya. Tetapi entah kenapa kini ia ingin melakukannya
Nafasku memburu keras. Aku sudah sangat terangsang oleh semua pertunjukkan Andi Soraya, tetapi kali ini benar-benar aku nyaris tak tahan karena apa yang dilakukan Andi Soraya. Wanita yang selalu menggiurkan bagiku itu melakukan hal yang tak terduga, merangsang dirinya sendiri di hadapanku. Betapa erotiknya pemandangan itu.., melihat seseorang selingkuhan merangsang dirinya sendiri, terbuka tanpa tedeng aling-aling menikmati jarinya yang lentik turun naik menelusuri lembah cintanya.
Dan Andi Sorayapun merasakan darahnya berdesir cepat ketika perlahan-lahan kenikmatan datang dari gerakannya sendiri. Ia sendiri tak kuasa lagi mencegah gerakan tangannya, yang seakan-akan secara otomatis naik turun sepanjang kanal senggamanya. Pelan-pelan kanal itu semakin basah, dan semakin lancarlah perjalanan sang jari yang lentik.
Untuk beberapa saat Aku ragu-ragu, apakah aku harus membantu? pikirku. Tetapi aku lalu memutuskan untuk duduk saja menonton gerakan-gerakan erotis itu. Wajah Andi Soraya kini merona merah, dan matanya meredup sayup. Mulutnya semakin terbuka, dan nafasnya mulai terdengar memburu. Berkali-kali ia kelihatan menggeliat tertahan, terutama jika ujung jarinya seperti tak sengaja menyentuh bagian atas kewanitaannya.
Andi Soraya tak bisa menahan sebuah erangan keluar dari mulutnya. Sejenak ia memejamkan mata, mengurut-urutkan jarinya agak lebih keras di kanal cintanya. Beberapa kali ia melakukannya. Lalu ia membuka mata kembali, memandangku yang masih duduk dengan wajah terpesona. Ia tersenyum manis. Sambil tetap tersenyum, cepat-cepat ia bangkit dan melangkah menuju kamar. Gerakan ini dilakukan tiba-tiba, karena memang dimaksudkan sebagai surprise.
Aku tersentak ketika menyadari Andi Soraya telah hampir sampai di kamar. Aku ragu-ragu, apakah sudah boleh berdiri dan ikut ke kamar? Aku hendak bertanya, ketika dilihatnya Andi Soraya berhenti di ambang pintu dan menengok ke arahnya dengan gaya manja campur genit. Lalu Andi Soraya berkata pelan nyaris berbisik, “Kalau mau masuk, ketok pintu dulu, ya!”.
Belum sempat Aku mencerna ucapan itu, Andi Soraya sudah menghilang masuk kamar dan menutup pintu. Ketika terdengar suara kunci diputar, barulah Aku terlonjak bangun. Cepat-cepat aku melangkah ke kamar, dan mengetuk. Satu kali, tidak ada reaksi. Dua kali, hanya terdengar Andi Soraya bergumam tak jelas. Tiga kali, terdengar langkah menuju pintu. Empat kali, terdengar suara Andi Soraya menggoda dari balik pintu,
“Siapa itu?”.
“Buka, dong, Yang..”, ujarku dengan gaya memelas.
“Nanti dulu, saya pakai baju dulu..” kata Andi Soraya sambil menahan tawa.
“Aku nyerah, Yang.., Please jangan pakai baju lagi..” kata Aku betul-betul penuh dengan permohonan yang tulus.
Andi Soraya tertawa cekikikan mendengar ucapan aku. Tak tega, ia segera membuka pintu.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,