My new world
My new world
Namaku Ivan, aku bekerja di perusahaan swasta terkenal di Jakarta. Setiap hari aku harus bangun pagi-pagi sekali agar tidak ketinggalan kereta. Tiba di depan stasiun aku lihat Vina teman sekantorku sudah menunggu dekat loket, tampaknya Vina agak kesal karena hari itu aku terlambat sampai di stasiun. Hari itu aku memang bangun kesiangan gara-gara nonton pertandingan bola semalam. Vina bukan hanya teman sekantorku tapi juga pacarku.
“Pasti nonton bola ya semalam..?” Vina sudah langsung dapat menebak alasan yang akan kukatakan kepadanya.
Kemudian cepat-cepat kami naik kereta yang lima menit lagi hampir berangkat. Rutinitas itulah yang kulakukan tiga tahun yang lalu ketika aku masih bersama Vina.
“Maaf Mas, apa kursi di sebelah Mas kosong..?” sebuah suara membuyarkan lamunanku tentang Vina yang sekarang sudah bahagia di alam sana karena kanker darah telah merenggut nyawanya.
Seorang pemuda yang kira-kira seumurku itu masih berdiri di sampingku menunggu jawaban dariku.
“Oh ya, masih kosong kok, kalau mau ditempati silahkan saja.” kataku agak kesal.
Sementara aku membuka-buka agenda kerjaku untuk mengingat kembali janji-janji yang sudah kubuat.
Pemuda di sebelahku yang ternyata bernama Rio itu mulai membuka pembicaraan dengan bercerita tentang cerita-cerita lucu yang katanya dia dapatkan dari Internet. Karena penasaran, aku minta alamat situs cerita lucu itu dan aku minta dia menuliskannya dalam agendaku, dan kami pun saling bertukar kartu nama.
Waktu jam makan siang, kugunakan waktu makan siangku untuk ke warnet yang ada di dekat kantor. Aku mencoba membuka alamat situs cerita lucu yang dikasih Rio tadi pagi, ternyata alamat situs yang dikasih Rio itu bukan situs cerita lucu tapi situs Gay yang isinya cowok telanjang semua. Aku sempat kaget waktu itu, tapi juga penasaran ingin melihat apa saja yang ada di situs itu. Ada sesuatu yang aneh yang kurasakan pada saat aku melihat foto-foto cowok telanjang itu, sepertinya aku terangsang. Karena jam makan siangku hampir habis, cepat-cepat aku kembali ke kantor.
Setelah tiba di kantor aku mengambil kartu nama Rio yang dikasih tadi pagi dan aku mencoba menghubunginya.
“Selamat siang, bisa bicara dengan Rio..?”
“Ditunggu sebentar Pak.” terdengar suara cewek di seberang sana yang pasti Operator di kantor Rio.
“Halo, dengan Rio, bisa dibantu..?” kudengar Rio menjawab telepon dariku dengan sopan sekali.”Ya Pak Rio, saya minta dibanting.” kubalas kembali salam Rio dengan santainya.
“Rio.., ini aku, Ivan.”
“Oh ya, gimana Van, sudah dilihat situs yang kukasih tadi pagi..?”
“Oh sudah tuh, tapi kok situsnya berisi gambar-gambar cowok telanjang semua sih..?” tanyaku kepada Rio.
“Ah, masa sih..?” terdengar Rio menjawab pertanyaan dariku agak terkejut, tapi sepertinya dibuat-buat.
“Santai aja Rio, aku menikmatinya kok, lumayan buat variasi.” kataku, “Rio, kalau kamu punya yang lebih bagus lagi tolong kirim lewat email-ku ya..!”
“Oke Boss. Jangan khawatir pasti aku kirim deh.”
Sejak saat itu aku jadi sering ke warnet hanya untuk download gambar-gambar dari situs gay itu. Sampai akhirnya aku kenal dengan situs cerita dewasa 17tahun ini. Suatu hari aku membaca cerita yang ada di situs ini yang bercerita tentang seorang cowok yang ditinggalkan oleh pacar cowoknya, padahal dia sangat mencintainya. Waktu aku membaca cerita itu aku merasa kejadian yang dialami cowok itu sama dengan yang pernah kualami.
Aku mencoba mengirim komentar ke dia dengan harapan aku dapat berbagi pengalaman dengannya. Hari berikutnya waktu kulihat Inbox di emailku, kulihat dia sudah membalas komentarku kemarin, isi pesan darinya itu singkat sekali hanya bilang kalau dia tinggal di Jakarta dan dia memberikan nomer telepon selulernya, 0812xx. Aku coba menghubungi dia ke HP-nya, terdengar suara seorang cowok menjawab dengan ramah sekali.
Setelah berkenalan, kucoba untuk meminta fotonya yang ternyata bernama Julian (bukan nama sebenarnya). Julian langsung mengirim fotonya ke email-ku. Kututup telepon dan aku langsung melihat di Inbox email-ku yang ternyata sudah ada pesan yang isinya foto Julian. Ternyata Julian orangnya keren sekali, tubuhnya atletis, tinggi 170 cm, berat 65 kg, kulit putih. Tapi yang paling membuatku suka adalah bibirnya yang merah dan sensual sekali. Aku tidak sabar untuk segera ketemu dengannya.
Aku mencoba menghubungi Julian sekali lagi untuk membuat janji dengan harapan aku dapat ketemu dia secepatnya. Diluar dugaanku, ternyata Julian mau ketemu denganku. Dari sinilah aku memulai memasuki ‘new world’-ku.
Rasanya waktu berjalan lama sekali hari ini, padahal biasanya aku selalu kesal kenapa waktu berjalan begitu cepat, padahal pekerjaan belum selesai. Hari ini adalah hari aku akan ketemu dengan Julian. photomemek.com Sepulang kantor aku cepat-cepat mandi dan berpakaian rapih. Aku menuju terminal untuk naik bus yang ke Jakarta. Kira-kira satu jam aku sampai di Slipi. Kuhubungi Julian dan kubilang kalau aku sudah sampai di Slipi. Aku juga bertanya padanya harus naik kendaraan apa lagi untuk sampai ke tempat tinggalnya. Dia memberikan petunjuk kendaran apa yang harus kunaiki dan dia bilang akan menjemputku di depan gang rumahnya.
Hampir setengah jam aku sampai ke gang yang dimaksud Julian. Dari kendaraan yang kutumpangi, aku melihat seorang cowok berdiri di pinggir jalan yang nampaknya sedang menunggu seseorang, dia itu pasti Julian pikirku. Aku turun dari kendaraan dan mendekatinya dengan perasaan berdebar-debar.
“Hai.., Julian ya..?” sapaku sambil kuulurkan tanganku kepadanya.
Tangannya begitu halus, rasanya aku tidak mau melepaskannya. Tapi karena masih di pinggir jalan, cepat-cepat aku melepaskannya. Setelah sampai di tempat tinggal Julian aku langsung diajak masuk ke kamarnya yang ada di atas. Di kamarnya itu aku merasa nyaman, karena memang suasananya tenang. Dan yang membuatku suka adalah kamarnya rapih sekali, di pinggir tempat tidurnya ada beberapa pot berisi bunga yang menambah suasana kamar menjadi romantis.
Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, aku dan dia keluar untuk makan malam. Sepanjang perjalanan ke tempat makan rasanya aku ingin menggandeng tangannya, tapi aku masih belum berani melakukannya karena malu. Julian banyak cerita tentang pengalamannya yang membuatku jadi penasaran sekali ingin mencobanya.
Setelah makan malam selesai, Julian mengeluarkan beberapa VCD gay koleksinya dan dia memintaku untuk memilih yang mana yang akan ditonton. Setelah itu kami nonton berdua. Aku menikmati sekali adegan-adegan yang ada di film itu. Kulihat Julian mulai membuka pakaiannya satu persatu, sementara aku masih menikmati adegan di film yang sedang kami tonton yang mulai bertambah panas.
Aku mulai meraba tangan Julian, menciumnya dengan mesra. Kurebahkan tubuhku di atas tubuhnya dengan posisi kepalaku di dadanya. Julian mendekapku mesra sekali, aku merasa mendapatkan kasih sayang yang selama ini tidak kudapatkan dari keluarga dan saudara-saudaraku, juga mantan kekasihku Vina. Kucium bibir Julian yang merah (karena dia memang tidak merokok). Bibir kami saling melumat, nikmat sekali rasanya seperti terbang ke awan.
Aku beralih ke dadanya yang bidang dan ditumbuhi bulu-bulu halus yang membuatku semakin terangsang. Kuraba bulu halus di dadanya, kujilati puting susunya, lidahku bermain di atas perutnya semakin turun ke pusarnya, dan akhirnya sampai ke batang kejantanannya yang berukuran kira-kira 15 cm. Kujilati kepala batang kejantanannya yang sudah basah oleh cairan semen yang rasanya asin dan nikmat. Aku agak ragu pertamanya, karena memang aku belum pernah melakukannya. Selama ini aku hanya dapat membayangkan dari gambar-gambar yang ku-download dari internet, tapi sekarang di hadapanku benar-benar nyata dan aku semakin tidak sabar untuk menjilat dan mengulum benda yang sudah tegang itu.Aku coba untuk melakukannya demi Julian, aku menjilati terus ‘batang’-nya dari ujung sampai pangkalnya seperti adegan yang berlangsung di VCD. Kulihat mata Julian terpejam dan ada suara desahan keluar dari mulutnya menandakan dia menikmati apa yang sedang kulakukan kepadanya. Hampir tersedak rasanya tenggorokanku karena aku memaksakan mengulum batangnya sampai masuk semua ke dalam mulutku.
Hampir lima belas menit aku melakukan adegan itu, aku berhenti sebentar. Kuambil gelas berisi softdrink, kuminum untuk membasahi tenggorokanku yang kering. Kulanjutkan kembali adegan yang sempat terhenti, tapi sekarang aku tidak melakukannya sendirian, karena sekarang kami sudah mengambil posisi 69 dengan posisi aku di bawah dan Julian di atas. Karena capek di bawah aku membalikkan tubuhku dan sekarang aku yang ada di atas tubuh Julian. Kujilati ‘buah Adam’-nya seperti aku menjilati es krim. Julian mengerang karena merasa geli dan juga nikmat, kini kusuruh Julian untuk rebahan dan aku mengocok batang kejantanannya.
Terdengar Julian mendesah, “Ah.. ah.. achh..! Terus Sayang.., lebih cepat lagi.. ah.. ah..!”
Aku semakin mempercepat kocokanku ke batang kejantanannya yang tegak seperti tugu Monas. Kurasakan tubuh Julian tegang semuanya, dan semakin lama erangannya semakin tidak teratur menandakan dia sudah akan keluar. Cepat-cepat kumasukkan batangnya ke mulutku dan kurasakan ada cairan hangat memancar ke dalam tenggorokanku. Kutelan semua cairan asin dan gurih itu semuanya tanpa ada yang tercecer keluar sedikit pun. Kulihat wajah Julian tampak puas sekali dengan apa yang kulakukan kepadanya barusan.
Setelah agak tenang, dia baru sadar kalo aku tidak memuntahkan ‘cairan kenikmatan’-nya.
“Kamu menelannya Van..?” dia menanyakannya kepadaku.
Aku hanya menganggukkan kepala saja menjawab pertanyaannya.
“Gimana rasanya..?” dia menanyakannya lagi kepadaku.
“Enak tuh Sayang.”
“Aku menelan semuanya karena aku sayang kamu Julian.” aku berkata begitu sambil kukecup mesra dahi Julian sayangku.
Kulihat film yang kami putar sudah selesai, kemudian Julian menggantinya dengan VCD lagunya MLTR. Aku merebahkan tubuhku di samping Julian, aku meraih tangannya dan kutaruh di atas dadaku, seakan aku tidak mau lagi berpisah dengannya. Sementara Paint my Love-nya MLTR mengalun dengan merdunya menambah suasana menjadi lebih romantis. Kami mengulangi adegan-adegan di atas sampai beberapa kali sampai kami puas. Julian tertidur pulas sekali, sementara itu aku tidak dapat tidur karena aku masih ingin menikmati memandang wajah Julian yang menurutku sangat tampan. Kupeluk tubuhnya dengan mesra, kulihat dia tersenyum dalam tidurnya yang pulas, kami tidur tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh kami.
Pukul 05.30 pagi kubangunkan yayang Julian dari tidurnya yang pulas. Dia bangun dan duduk di pinggir tempat tidur. Kupeluk dia dari belakang, ingin sekali aku bermanja-manja dengannya. filmbokepjepang.com Pukul 06.00 Julian mandi duluan, sementara aku masih tiduran sambil nonton acara TV di hari minggu pagi. Selesai mandi, Julian keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk, kemudian dia ganti baju dan celana di hadapanku.
“Oh.., Honey. Tahukah kamu aku terangsang sekali waktu menatap tubuh atletismu itu.” bisikku dalam hati.
Aku segera menuju kamar mandi untuk mandi, kulepas satu-persatu kain yang menempel di tubuhku. Aku mulai mengguyur tubuhku dengan air dingin, kusabuni seluruh tubuhku. Waktu aku menggosok batang kejantananku dengan sabun, tanpa sadar batangku mengeras. Kukocok sendiri batang kejantananku. Aku mendesah menikmati kocokan tanganku. Aku beronani sampai memuncratkan cairan putih kental, setelah itu aku melanjutkan mandi.
Selesai mandi aku tidak melihat Julian di kamarnya.
“Pergi kemana nih orang..?” pikirku.
Julian masuk ke kamar sambil membawa sarapan pagi dan dua gelas kopi yang masih panas. Kami berdua sarapan pagi sambil menikmati kembali alunan merdunya MLTR.
Selesai sarapan kami bermesraan kembali sampai puas. Sampai Yayangku Julian memuncratkan kembali cairan kenikmatannya dalam mulutku, dan aku menelannya kembali tanpa sisa. Kujilati lubang di kepala batangnya. Julian mengerang karena kegelian dan aku menyudahi aktivitas di hari minggu pagi itu. Aku merapihkan bajuku kembali dan berpamitan pulang pada Julian. Kukecup dahinya dengan mesra sambil kubisikkan kata, “I miss U.”
Julian mengantarku sampai aku naik kendaraan.
Itulah pengalaman pertamaku di ‘My new world’. Aku ingin kamu tahu, kalo aku sangat menyayangimu, aku tidak dapat tidur sebelum mendengar suaramu, aku akan menyembuhkan luka di hatimu, sekali lagi, I miss U, Julian.
Tamat
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,