Menikmati Marketing Baru
Hallo, Suhu sekalian
Nubie kembali mencoba untuk membuat Trid. Seperti biasa, mohon maaf sebelumnya jika ada salah, mohon jangan di bully
———-
Nubie mencoba untuk membuat cerita. Sedikit ngambil dari pengalaman pribadi, dengan penceritaan sudut pandang orang ketiga dan dengan dramasisasi tingkat sinetron
Cerita ini pertama kali Nubie buat khusus hanya disini, khusus untuk para Suhu Semproter. Jika di kemudian hari ada tersebar di Forum lain, maka dapat dipastikan copas dari sini
Semoga para Suhu sekalian dapat menikmatinya
———-
Spoiler: Menikmati Marketing Baru Menikmati Marketing Baru
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Deretan ruko itu sudah gelap semua, meninggalkan satu ruko saja yang masih menyala lampunya. Terlihat seorang satpam terkantuk-kantuk berjaga didepan ruko.
Di lantai dua, terlihat Andi juga sedang terkantuk-kantuk di ruangannya. Meski komputer menyala dan menyajikan pemandangan menarik dari web site Semprot dot Kom, tapi, tetap saja kantuk terasa begitu kuat menyergap Andi malam itu. Padahal habis ini dia ada janji lagi untuk dugem bareng teman-temannya.
Tiba-tiba terdengar suara lembut, “Selamat malam, Pak Andi, belum pulang?”
Andi tersentak kaget, lupa kalau ternyata ada Marketing baru yang belum pulang. Padahal biasanya jam segini tinggal dia saja di kantor. Untung layar komputer tidak menghadap pintu. Kalau tidak, tengsing juga ketauan ngebokep sama anak baru.
“Iya, nih, lagi nungguin 3 in 1,” sahut Andi, seraya memalingkan wajah menghadap sang suara.
Terlihat Sisca berdiri di depan pintu. Dengan blazer kerja dan kemeja putih, tidak cukup untuk menyembunyikan bra merah yang dipakai oleh Sisca. Rok selutut pas body, makin membuat body Sisca semakin menggoda. Mata Andi terpaku menatap wajah Sisca. Sedikit kesan oriental, rambut hitam sebahu, dan wajah mulus imut-imut, membuat penis Andi sedikit demi sedikit mulai menggeliat.
Di tatap seperti itu, Sisca menjadi jengah. “Saya pulang dulu yah, Pak. Selamat malam.”
“Eh, tunggu. Kamu pulang sama siapa?” tanya Andi
“Naik Angkot, Pak.”
“Jam segini naik Angkot? Udah jarang lewat. Rawan pula nih komplek kalo udah malem. Sini, Saya anter aja.”
Melihat raut enggan di wajah Sisca, Andi buru-buru menambahkan, “sampe depan komplek aja, terus nunggu sampe ada Angkot. Lagian juga Saya ada janji lagi kok.”
Sisca hanya tersenyum tipis dan mengangguk.
“Udah, kamu duduk dulu, Saya beres-beres bentar.”
Sisca lalu duduk di kursi depan meja Andi.
Begitu Sisca duduk, Andi tiba-tiba berdiri, dengan dalih mau ke toilet dulu.
Keluar dari ruangan, Sisca melihat layar monitor komputer Andi dari pantulan kaca jendela, dan terlihat gambar cewe bugil. Dengan wajah jijik, tubuh Sisca sedikit gemetar.
Semua itu tak luput dari perhatian Andi, yang ternyata mengintip Sisca dari jendela pintu. “lihat aja nanti lu,” batin Andi, tiba-tiba punya rencana busuk buat menikmati tubuh Sisca malam itu.
Selesai kencing, Andi balik ke ruangannya. Masuk, dan pelan-pelan mengunci pintu.
Sisca hanya menoleh sedikit kearah Andi. Andi mulai melancarkan aksinya. Dengan pelan tapi pasti, Andi mulai menyentuh pundak Sisca.
“Kamu ga cape, Sis? Sini aku pijetin,” Andi mulai memijat Sisca.
Tapi, Sisca dengan halus menolak tangan Andi, dan berdiri. “Ga kok, Pak, ga usah repot-repot, Saya ga cape.”
Merasa ditolak, Andi tanpa basa basi lagi langsung meraih wajah Sisca dan mencium bibirnya.
Mendapat perlakuan seperti itu, Sisca langsung berontak dan mundur menjauh. Lalu berlari menuju pintu. Tapi, usahanya sia-sia saat dia mencoba membuka pintu yang ternyata terkunci.
“Tolong!” teriak Sisca sambil menggedor pintu.
Andi dengan tenang melangkah menuju Sisca. Dengan kasar diraih tubuh Sisca dan dibalikkan badannya.
BUG! Sebuah bogem mentah mendarat mulus di perut Sisca. Mata Sisca langsung melotot kesakitan dan langsung jatuh berlutut.
Andi lalu menjambak rambut Sisca sampai dia berdiri.
Dengan berbisik, Andi bicara dekat sekali dengan wajah Sisca, “Ga usah teriak-teriak gitu. Nanti lu bakal lebih sakit lagi. Apalagi kalo sampe nanti Pak Tono dengar terus dia naik kesini. Kalo sampe begitu, nanti gue mesti ngebagi memek lu sama dia. Lu mau memek lu dipake berdua sama gue sama dia? Malem ini gue lagi males bagi-bagi. Gue mau make memek lu sendirian aja. Ngerti?!”
Lalu, sekali lagi Andi meninju perut Sisca. Kali ini lebih kencang. Sisca kembali jatuh kesakitan, berguling-guling di lantai. Tanpa merasa kasihan, Andi malah menendang punggung Sisca. Kali ini Sisca kesakitan sampai tak dapat bersuara dan tidak dapat bergerak lagi.
Dengan senyum sinis, Andi menjambak rambut Sisca dan menyeretnya lalu di lempar ke sofa. Sekilas rok Sisca tersingkap dan menampakkan celana dalam berwana merah juga, senada dengan branya.
Andi perlahan menghampiri Sisca, seraya mulai membuka bajunya. Tinggal memakai celana dalam saja, Andi menduduki Sisca di perutnya dengan mendadak. Mata Sisca kembali melotot, merasa sakit diperutnya di duduki Andi. Lalu tiba-tiba Andi mencekik leher Sisca kencang, dan semakin kencang. Sisca kembali meronta. Tapi, apalah daya tubuh mungil itu dibawah tindihan tubuh Andi. Mata Sisca mulai meredup dan menunjukkan warna putih saja ketika Andi mulai melepaskan cekikannya.
Didekatkannya wajah Andi ke wajah Sisca yang sedang berjuang untuk bisa bernafas lagi. Kembali Andi berbisik, “Lu jangan ngelawan lagi yah. Malem ini gue mau menikmati memek lu sampe gue puas. Kalo lu masih ngelawan gue bunuh lu. Atau gue panggil Pak Tono buat megangin lu saat lu gue entot. Tapi, nanti lu juga bakal di entot sama Pak Tono kalo kaya gitu.”
Melihat air mata mulai turun di pipi mulus Sisca, Andi tahu kalau Sisca telah menyerah.
Andi mulai menjilat pipi Sisca. Menjilat kupingnya. Lalu mencium bibirnya dengan penuh nafsu.
Sisca merapatkan mulutnya, tidak sudi lidah Andi memasuki mulutnya. Andi memencet keduabelah pipi Sisca, hingga akhirnya lidahnya dapat menyusup ke mulut Sisca.
“Hahaha…. Enak juga mulut lu yah, Sis,” Andi melecehkan Sisca. Sisca hanya membuang muka saat ditatap dengan penuh nafsu oleh Andi.
Lalu perlahan Andi mulai membuka blaser Sisca. Dan membuka kancing kemeja Sisca satu persatu, lalu dibuang ke lantai, menyisakan hanya bra merah saja. Lalu Andi meremas toket Sisca dari luar bra.
Tangis Sisca semakin deras, air mata mengucur semakin banyak. Tapi, hal ini hanya menambah kecantikan Sisca saja, dan membuat Andi malah semakin bernafsu.
Andi mulai melepas bra Sisca, yang kebetulan kaitannya ada didepan.
Tertegun Andi menatap toket Sisca. Di lirik ukuran branya, 34B. “Hmmm…. Lumayan,” batin Andi sambil tersenyum mesum.
Sisca masih tetap terdiam tak bergerak, memalingkan mukanya sambil menangis.
“Hoi, Sis, jangan nangis lagi lah, kita nikmati saja malam ini. Lu masih perawan ga?” tanya Andi.
“Lu masih perawan ga, Sis?”
Dua kali Andi bertanya dan Sisca tetap diam membisu. Hal ini membuat Andi menjadi kesal. Dengan kencang, di tarik puting Sisca, dan di pencet dengan keras.
“Aaarrghhh….” jerit Sisca. “Lu masih perawan ga?!” bentak Andi.
Sisca menggeleng sambil menangis sesengukan.
“Ah, sial deh gue. Dasar perek lu ah. Umur baru juga 20, udah ga perawan. Dasar pecun lu.”
Andi menampar toket Sisca dengan keras, hingga Sisca meringis kesakitan. Lalu dengan kasar dibuka rok Sisca, sekaligus celana dalemnya.
“Ga ada gunanya lagi gue maen lembut sama lu. Perek macem lu ini emang pantesnya dikasarin!”
Dengan sekali sentak, kaki Sisca dibuat mengangkang oleh Andi. Lalu dirabanya memek Sisca. Kering.
Tanpa merasa kasihan, jari tengah Andi langsung menusuk memek Sisca. Sisca meringis menahan perih di memeknya, di tusuk saat masih kering.
Andi merasa peretnya memek Sisca. “Masih peret juga memek lu, Sis. Emang jarang di entot atau biasa dientot sama kontol kecil lu?” hina Andi.
Andi mencabut jarinya, lalu memasukkan dua jari ke mulut Sisca, lalu tiga jari. Dengan ludah dari Sisca di jari Andi, kembali Andi menusuk memek Sisca dengan dua jari, lalu menjadi tiga jari.
Sisca masih menangis dan masih memalingkan mukanya. Tapi, tubuhnya tidak bisa berbohong. Meski merasa perih, perlahan Sisca mulai terangsang, dan memeknya menjadi basah.
Mengetahui hal ini, Andi tertawa, dan berbisik pada Sisca, “Perek…” Lalu melumuri wajah Sisca dengan cairan memeknya sendiri.
Andi berjalan ke laci mejanya, dan mengeluarkan Pil KB. “Nih minum. Kita ga mau kan kalo lu nanti sampe hamil?” Andi nyegir saat menyerahkan Pil KB tersebut ke Sisca. Meski merasa terhina dan kesakitan, tapi Sisca menyadari kalau Andi benar.
Sesaat setelah meminum Pil KB tersebut, Andi langsung mendorong tubuh Sisca, dan kembali menyodok memek Sisca dengan jari. Kali ini empat jari Andi masuk ke memek Sisca.
Tangis Sisca sudah reda, mungkin karena menjadi sedikit tenang setelah meminum Pil KB, sehingga dia tidak perlu takut hamil. Dan, perlahan Sisca mulai menikmati rangsangan yang di berikan oleh Andi. Memek Sisca menjadi semakin basah. Tapi, Sisca menahan diri agar tidak mendesah. Dia tidak mau memberikan kepuasan kepada Andi.
Tapi, saat Orgasme mulai mendatangi Sisca, sedikit desahan lepas dari mulut Sisca. “Aah…”
Cepat Andi menarik jari-jarinya dari memek Sisca, lalu BUG! Andi meninju perut Sisca lagi.
“Anjing, perek lu! Lu tuh lagi diperkosa, jangan keenakan!” BUG! Sekali lagi Andi meninju perut Sisca.
“Aaargghh…” jeritan Sisca kembali terdengar, diikuti tangis yang kembali datang.
“Udah gue bilang, perek kaya lu ga boleh dikasih enak! Nih, sepong kontol gue! Yang enak, kalo ga gue cekek lagi lu sampe mampus!”
Andi menyodorkan kontolnya ke muka Sisca. Tahu tidak punya pilihan, Sisca mulai menjilati kontol Andi. Ternyata Sisca memang sudah cukup berpengalaman dalam urusan seks. Terbukti sepongan Sisca bisa membuat Andi merem melek.
Sisca menjilati kontol Andi, bahkan mengulum biji pelirnya. Lalu dengan perlahan memasukkan kontol Andi kedalam mulutnya, hingga habis. Sisca sengaja menggunakan teknik Deep Throat nya ke Andi, dengan harapan Andi cepat mencapai klimaks. Dan, benar saja, mendapat perlakuan seperti itu, hanya dalam waktu kurang dari lima menit, peju Andi muncrat didalam mulut Sisca.
Tidak membiarkan Sisca melepas isapannya, Andi menahan kepala Sisca, hingga kecrotan terakhir habis dari kontolnya. Lalu masih didiamkan hingga kontolnya mengecil dimulut Sisca.
“Telen abis peju gue, kalo ga gue tonjok lagi.” ancam Andi.
Sambil menunggu kontolnya siap tempur lagi, Andi kembali menusuk memek Sisca. Mulai dari dua jari, hingga empat jari. Tiap kali Sisca sudah mau mencapai orgasme, Andi cepat-cepat menarik jari-jarinya dan memencet serta memelintir puting susu Sisca dengan keras, sehingga Sisca batal mencapai orgasme. Air mata sudah mengalir lagi di pipi Sisca, merasa terhina mendapat perlakuan seperti ini.
Sepuluh menit, kontol Andi sudah tegak sempurna lagi.
Di naiki tubuh Sisca. Meski masih berurai air mata, dimata Andi, Sisca malah makin membuatnya bernafsu. Di tarik tubuh Sisca hingga terduduk. Lalu ditarik puting susu Sisca dengan kencang. “Lu liat nih kontol gue mau masuk ke memek lu. Kalo lu ga mau liat, gue tarik puting lu sampe putus!”
Masih berurai air mata, Sisca menatap Andi dengan benci. Lalu menatap ke kontol Andi yang sudah siap didepan memeknya. Perlahan dan pasti, Andi mulai menusuk memek Sisca. “Aaaah…..” desah Andi.
Sisca memejamkan mata dan kembali menangis. Meski tidak merasa sakit, karena memeknya telah sangat basah, dan bahkan Sisca merasakan kenikmatan itu, tetapi perasaan terhina tetap membuatnya menangis sesengukan.
Andi memompa memek Sisca dengan brutal dan cepat. Dengan sodokan-sodokan kencang, berharap dapat menyakiti Sisca. Saat dia melihat Sisca sedikit menikmati, di tarik dan di pelintirnya puting susu Sisca dengan kencang, sampai Sisca meringis kesakitan. Sepuluh menit dengan posisi Misionaris, Andi membalik tubuh Sisca.
Bertumpu pada sofa, Sisca kembali di genjot oleh Andi dalam posisi Doggy Style. Dalam posisi ini, Andi bebas menepuk pantat Sisca. Dengan kencang, hingga pantat Sisca menjadi merah. Andi tetap mengenjot Sisca dengan brutal dan kencang.
Lalu Andi membuka pantat Sisca dan meludahi anus Sisca. Dengan jari telunjuk di tusuknya anus Sisca.
Merasa sakit, Sisca menjerit lirih dan mencoba menepis tangan Andi dari lubang anusnya. Hal ini membuat Andi kesal dan kembali memelintir puting susu Sisca. “Udah gue bilang, jangan ngelawan!” bentak Andi.
Akhirnya Sisca hanya pasrah dan meringis kesakitan saat jari-jari Andi mulai menusuk-nusuk lubang anusnya. Satu jari, dua jari, tiga jari.
Saat jari ketiga masuk ke anus Sisca, dia tak lagi tahan merasakan sakitnya, dan ambruk ke sofa sambil menjerit kecil.
Saat Sisca terjatuh ke sofa, otomatis kontol Andi juga terlepas dari memek Sisca. Tapi hal ini tidak membuat Andi kesal. Dengan tersenyum kecil, tangan Sisca di pelintir kebelakang oleh Andi. Dengan kontol yang masih tegang sempurna, Andi mulai mencoba menyodomi Sisca.
Rasa sakit di anus Sisca membuat dia kembali meronta. Tapi, Andi mengencangkan pelintiran tangannya, sehingga Sisca tidak dapat bergerak lagi. Hanya dapat menangis sesengukan, kontol Andi perlahan-lahan mulai masuk ke anus Sisca.
“Ah, gila! Pantat lu masih perawan yah? Enak banget, Sis!” Andi merasa kontolnya sedikit perih karena ketatnya anus Sisca. Di ludahi anus Sisca agar kontolnya dapat masuk lebih lancar. Butuh lima menit penuh perjuangan, akhirnya kontol Andi dapat masuk dengan sempurna dalam anus Sisca. Dengan senyum kemenangan, Andi mulai memompa anus Sisca. Lima menit kemudian, kontol Andi sudah dapat sedikit lancar keluar masuk di anus Sisca.
Sebaliknya, Sisca menangis sesengukan menahan sakit di anusnya.
Karena ketatnya jepitan anus Sisca, Andi tidak dapat lagi menahan pejunya lebih lama. Sesaat sebelum muncrat, Andi menarik kontolnya dari anus Sisca lalu cepat dimasukkan ke memek Sisca, dan ngecrot.
“Heg…. Aaahhhh….. Gila, Sis, enak banget!” Andi kelojotan merasa enak yang sangat amat. Tiga kali crot Andi memuntahkan pejunya dalam memek Sisca. Dan mendiamkan kontolnya dalam memek Sisca hingga mengecil sendiri. Lalu dengan acuh, di lemparnya Sisca hingga terlentang di sofa. Dengan pandangan kosong berurai air mata, Sisca kembali menangis sesengukan sambil memeluk tubuhnya.
Andi tersenyum mesum. Perlahan berjalan menuju ke pintu dan membukanya. Ternyata Pak Tono, satpam, sudah menunggu di luar pintu.
“Hehehe…. Enak, boss?” Pak Tono senyum-senyum mesum ke Andi.
Mendengar suara Pak Tono, Sisca sontak melihat ke arah pintu. Dan mukanya yang sudah pucat, kembali semakin pucat, saat melihat senyum mesum di wajah Pak Tono.
“Hahaha… Enak lah, Ton. Tuh, sekarang giliran lu. Boleh ngecrot di memek, ga usah takut hamil, udah gw kasih minum Pil KB. Bo’ol nya juga boleh loe pake, udah gue perawanin” sahut Andi sambil menunjuk ke Sisca.
“Siiippp, boss. Tenang aja, boss, pintu depan udah Saya kunci.” sahut Pak Tono lagi.
“Yah udah, lu pake sono. Nanti gue join lagi kalo udah ngaceng lagi nih. Lu entotin deh tuh perek. Udah ga perawan dari awal. Lu entotin yang brutal yah, sambil gue rekam.” kata Andi seraya mengambil Hp nya untuk mengabadikan kejadian yang akan berlangsung sesaat lagi.
“Hehehe…. Beres, boss.” sahut Pak Tono sambil tersenyum mesum.
“Jangan…..” Sisca hanya bisa berbisik dan memeluk tubuhnya semakin erat saat Pak Tono mulai berjalan menghampirinya sambil membuka pakaiannya satu persatu………
——————-
Epilog: Akankah kisah ini berlanjut? Akankah ada sequelnya? Bagaimana nasib Sisca kelak dengan rekaman perkosaannya di tangan Andi? Mengapa ada Pil KB di laci meja Andi? Mengapa Pak Tono seolah biasa saja melihat bossnya memperkosa pegawainya? Apakah….? Ah, begitu banyak tanda tanya……
———-
Sekian sedikit cerita seadanya dari Nubie. Semoga para Suhu sekalian dapat menikmati
Akan Nubie Update jika banyak tanggapan.
Mohon dapat serelanya memberikan Nubie “Thanks” dan Ijo-Ijo nya,,,,,,,,,,,,