Mendadak Dangdut

JANGAN LEWATKAN !!
kampanye CALON BUPATI,BAPAK RONI NOMOR URUT 3 !!
14 MEI 2013, DI LAPANGAN DESA KARANGANYAR. JAM 2 SIANG.
BINTANG TAMU : OM PANTURA

Kira kira begitulah isi sms yang disebar lewat server komputer oleh orang suruhan Ayahku. sebelumnya kenalain dulu namaku Jhoni, biasa dipanggil Jhon.

Bulan lalu Ayahku adalah pejabat pemerintahan provinsi di daerah Semarang, tapi sekarang dia mengundurkan diri karena ingin ikut mencalonkan diri menjadi calon Bupati di daerah tempat asalku, masih di sekitaran Jawa Tengah. Usiaku yang menginjak 22 tahun sudah cukup mengerti, untuk sedikit banyak tau seluk beluk kehidupan politik di negeri ini. apalagi Ayahku sempat menjadi politikus di salah satu partai nasionalis, yang mengklaim mempunyai jiwa marhaenisme.

Sebenarnya aku tidak suka ikut berkecimpung di dunia kemunafikan ini, akan tetapi dalam posisi ini aku sebagai anak dari calon Bupati mau tidak mau ikut membantu Ayahku beserta tim suksesnya.
Tugasku sebenarnya tidak sulit, hanya ikut memantau tim sukses Ayahku bekerja sebagaimana mestinya. Seminggu sebelum kampanye terbuka dimulai, Ayahku menyerahkan jadwal kampanye bergilir kepadaku, 2 minggu dan 2 kali Ayahku mendapatkan jadwal untuk berorasi di depan simpatisannya. Untuk jadwal kampanye di serahkan kepada Aku dan Ibuku untuk mendesign acara sesuai keinginan kami. intinya, di setiap kampanye, kami harus bisa banyak mengumpulkan massa.

Masalah masalah underground, seperti black campaign, serangan fajar, atau start kampanye lebih dulu, itu urusan tim sukses Ayah, Aku tidak ikut campur dan tak mau ikut campur.

Ibuku memutuskan jadwal pertama kampanye Ayah untuk acara bakti sosial, lau untuk jadwal yang kedua, sebenarnya Aku ingin mengadakan acara band pop atau rock, tapi kebanyakan masyarakat di kota ini, masih kental dengan nuansa melayu, jadi kuputuskan untuk mengundang grup dangdut.

Setelah berembug dengan tim sukses Ayahku, jadilah untuk mengundang OM Pantura, yang saat itu lagi naik daun. Aku menyuruh orang untuk menghubungi manager OM Pantura, dan akhirnya setelah sepakat dengan harga, tanggal, dan tempat kita berjanji akan bertemu dan menandatangani kontrak.

Setelah semua kesepakatan terjadi, aku meminta kepada tim sukses Ayahku yang bertugas mengkampanyekan Ayahku di media massa, jejaring soial, untuk mengirim sms lewat server secara random ke seluruh masyarakat di kotaku. Intinya aku meminta untuk semua warga untuk datang ke lapangan, Desa Karanganyar, 14 Mei, jam 2 siang.

*****
Tiba saat hari H kampanye kedua Ayahku, jujur saja saat ini aku harap harap cemas, karena sebelumnya saat kampanye pertama yang di handle oleh Ibuku sekitar 2000 orang hadir, mengubah tempat acara kampanye berlangsung menjadi merah, dengan logo banteng di dalam lingkaran.

Sudah dari jam 10 pagi Aku berada di lapangan desa karanganyar, mengawasi keamanan serta perlengkapan untuk aksi kampanye nanti. Setelah makan siang sekitar pukul 1 siang, massa mulai berdatangan, padahal panggung pun masih kosong mlompong hanya suara musik dangdut yang di putar melalui dvd.

Beberapa rombongan mulai berdatangan membawa nama DPC masing masing, dengan membawa bendera dan kaos merah bergambarkan foto Ayah dan pasangannya, serta atribut atribut partai yang lain.
Jam 2 lewat, lapangan Desa Karanganyar yang bisa menampung sekitar 15ribu orang telah mulai memerah, penuh dan padat.
Tak berapa lama datang mobil rombongan Ayah dengan di kawal polisi serta rombongan OM Pantura.

Kami dari keluarga naik ke atas panggung, baik dari keluarga dari cabup maupun cawabup. di persilahkan duduk untuk mengikuti acara kampanye.
Acara pun di mulai dengan diawali doa, orasi dari jurkam, penyampaian visi misi dari Ayah, lalu doa penutup dan disusul hiburan oleh artis dari OM Pantura.
Saat artis mulai silih berganti membawa lagu lagu mereka. filmbokepjepang.com Pandanganku tersita pada satu sosok biduan manis, masih belia pikirku. Ingin rasanya berkenalan tapi tak mungkin dalam kondisi seperti ini untuk berjabat tangan dan mulai perkenalan.

Kupandangi lekat wajahnya, dia menoleh kearahku lalu melemparkan senyum manisnya, Aku membalasnya dengan tersenyum, lalu mengangkat tanganku, menempelkan ke arah telinga seperti orang menelfon, dia mengerti maksudku, dia membalas dengan bahasa bibir.
‘nanti yaa’ katanya, kalau Aku tak salah mengartikan.

Tiba saatnya sang biduan yang manis itu maju ke depan, mengambil mic lalu mulai menyanyi

ada brondong tua tebar-tebar pesona
sukanya daun muda, dia lupa usia
ada brondong tua, funky abis gayanya
sukanya hura-hura, happy aja maunya
brondong brondong tua, jelalatan cari mangsa
keluar masuk lubang buaya, jadi santapan wanita-wanita muda
brondong brondong tua, jelalatan cari mangsa
keluar masuk lubang buaya, jadi santapan wanita-wanita muda
ada brondong tua tebar-tebar pesona
sukanya daun muda, dia lupa usia
ada brondong tua, funky abis gayanya
sukanya hura-hura, happy aja maunya
brondong brondong tua, jelalatan cari mangsa
keluar masuk lubang buaya, jadi santapan wanita-wanita muda
brondong brondong tua, jelalatan cari mangsa
keluar masuk lubang buaya, jadi santapan wanita-wanita muda

sambil menyanyi dia melirik kearahku dan menunjukku, mengajakku untuk maju ikut bernyanyi. Lalu biduan tersebut menghampiri, dan menarikku untuk maju. Sambil di teriaki para personil OM Pantura yang lain, dengan malu malu aku bejalan ke depan, sedikit berjoget di depan ribuan simpatisan yang memadati lapangan tersebut, grogi dan malu bercampur jadi satu. terbersit keinginan untuk menghilangkan ke-kaku-anku dalam berjoget. Nyawer!! Ya, kuambil dompet yang ada di kantong belakangku, memang isinya tidak banyak hanya sisa sisa kembalian, pecahan 10ribu dan 5ribu yang mendominasi dompetku keluarkan semua uang yang ada di dalam dompetku.

Lembar demi lembar berpindah tangan ke tangan biduan tersebut,

“Namanya siapa mas?”

“Jhon mbak.”

“Oke mas Jhooon, matur nuwun sawerannya maaaaaass Jhon,”sembari tersenyum genit khas biduan dandut koplo.

Aku hanya membalasnya dengan senyum,

“Sukses terus buat Bapak Roni dan pasangan semoga jadi Bupati yang selanjutnya,” Doa sang biduan tersebut.

Lalu sebelum saweranku habis, Aku berbisik,

“Aku tunggu di belakang ya.”

*****
Saweranku habis, aku mundur dari depan panggung gabung kembali dengan rombongan keluarga, tapi aku mengambil tempat duduk di pojok belakang dekat dengan rombongan tim sukses dan rombongan kru OM Pantura.

Setelah selesai menyanyi, biduan muda tersebut datang dan mengambil tempat duduk kursi di sampingku, sambil melempar senyum

“Boleh duduk disini?”tanyanya ramah.

“Silahkan.”sambil menarik kursi di sebelahku untuk mendekat kursinya kepadaku.

“Reza”sambil mengulurkan tangan, mengajak berkenalan.

“Tadi pas di panggil buat nyanyi siapa namanya? Lucu deh kayanya,” Aku menyambut tangannya,halus, putih, begitu pikiranku ketika pertam menyentuh tangannya.

“Oooh……, Reza Lawang Sewu, nama panggungku itu”

“Hahaha, ada ada aja deh, oh iya aku Jhony, panggil aja Jhon” sambil menyudahi acara jabat tangan yang lumayan lama.

Setelah berbasa basi sejenak, speak speak iblis pun meluncur manis dari bibir tipis tak berdosa ini, setelah bertukar nomer telfon kita janji kalo ada kesempatan kita akan ketemu lagi. Setelah beberapa lama rombongan cabup dan cawabup meninggalkan lokasi acara kampanye.

Dalam perjalanan pulang, ku sms Reza, belum dibales, 5 menit, 10 menit, 30 menit, 1 jam, sehingga Aku sudah tidak berharap balasan sms lagi darinya. Sampainya di rumah, kami sekeluarga masih disibukkan dengan jadwal acara, serta tim sukses dengan permintaanya, minta inilah minta itulah, ku tangkap semua maksud omongan mereka adalah meminta uang uang dan uang.

Kampanye seperti ini dijadikan ajang untuk membuncitkan perut tim sukses masing masing calon Bupati.

Lepas jam 10 malam suasana dalam rumah berangsur sepi, sudah tak tampak orang berlalu lalang di dalam rumah. Kulihat layar handphone ku,

Dari : Reza Biduan
Isi : maaf baru bales, ini baru sampe rumah, tadi lagi di jalan pulang sama yang lain.

Dan, yes, kubalas smsnya, akhirnya kami pun smsan sampe larut malam.
Tapi hanya malam itu kami berusaha mengenal satu sama lain, karena besok rutinitasku kembali seperti biasa, membantu tim sukses untuk kemenangan Ayah.

*****
2 hari lagi waktu kampanye selesai, lalu hari tenang selama 5 hari sebelum hari H pemilihan.
H-1 Aku di sms Reza, sekedar basa basi dan menanyakan kabar, sekaligus Reza mendoakan agar besok Ayah yang memenangkan pemilihan umum.
Hari H pun tiba, sejak pagi Aku sudah mandi dan berpakaian rapi menuju TPS lalu ke posko kemenangan Ayah, Aku berangkat sendiri ke posko sedang keluargaku berangkat menuju TPS agak siang, Aku malas bernagkat ke TPS siang hari karena malas mengantri.

Setelah sampai posko, iseng iseng Aku browsing internet, kubuka Youtube dan muncul option Reza Lawang Sewu, kubuka dan tampillah

Ku cari kontak lalu ku telfon,
Tuut… tuut… tuut..

“Halooooo,” terdengar suara di seberang sana

“Halo, Rezaa ?”

“Iyaaa, ada apa kak?”

“Lagi dimana?”

“Ini lagi mau jalan jalan ke mall, sama temen sekolah”

“Oh yaudah yaudah, smsan aja”

“Ada apa si kak?”

“Aku kangen,” gombalku.

“Yaudah toh kesini wae” ajak Reza.

“Mall mana toh?”

“Mall baru yang di jalan pemuda, Aku mau nonton kok”

“Oalaaah, yowis nanti kalo sempet Aku tak kesana”

“Yaudah ditunggu yaaa. Hehe. Daaaaaah”

“Daaaaahh”

Sempat bingung dengan ajakan Reza, antara datang untuk menemui Reza atau berjaga di posko, siapa tau, sewaktu waktu waktu di butuhkan oleh keluarga, karena hari ini adalah hari yang penting bagiku sekeluarga.  photomemek.com Menentukan nasib kami 5 taun kedepan, walaupun Ayah sudah punya usaha furniture, tapi sayang juga kalo dana, tenaga, dan pikiran yang dikorbankan untuk pemilihan ini terbuang sia sia.

Ku sms Ibu

Ke : Ibu
Isi : Mah, lagi dimana mah? Aku mau jalan ke pantai sama anak anak, mau ngilangin stres mah. Boleh ga?

Lama tak di bales, ‘kutelfon saja lah’ pikirku. Sewaktu mencari kontak Ibu, handphoneku bergetar, ada sms

Dari : Ibu
Isi : Yowis ati ati, ga usah aneh aneh yaaa

Haha, lega rasanya. Kuambil kontak yaris merah pemberian Ayahku, langsung ku geber menuju Semarang, ke tempat Reza pergi bersama temannya.

*****
Sekitar 50 menit kemudian Aku sampai di kawasan jalan Pemuda Semarang, ku sms Reza

Ke : Reza Biduan
Isi : dimana ? Aku udah di parkiran mall ni

Dari : Reza Biduan
Isi : ke lantai 3 kak, Aku di XXI, lagi antri tiket sama temenku.

Setelah kuparkirkan mobilku, langsung Aku turun ke lantai 3, kusapukan pandanganku ke seluruh ruangan, ‘oh disana’ kumelihat ada sepasang remaja sedang bercanda sambil mengudap popcorn.

“Halo,” sapaku kepada 2 wanita belia.

“Iya kak, kenalin temen aku, Tya” sambil memperkenalkan temannya

“Iya, Jhony.” kataku sambil mengulurkan tangan.

“Iya, Reza cerita banyak soal kakak, jarene ganteng,” ceplos Tya

“Ih opo toh, ngawur, nggateli kowe wuk ” sambar Reza sambil menyenggol pundak Tya

Wajah Reza langsung memerah, begitu juga denganku, entah kenapa Aku tak pernah se grogi ini sebelumnya berhadapan dengan wanita, apalagi wanita yang masih bau kencur, tak perlu diragukan lagi lah SSI ku.

“Eh udah pesan tiket?” tanyaku memecah ke-nervous-an kami.

“Udah kak, Aku beli 3, buat kakak 1”

“Oh berapa? Sini aku ganti sekalian.”

“Ga usah, wong udah ke beli ini kak, santai wae toh kak”

‘Ah ya sudahlah, nanti saja aku ganti’ pikirku untuk mentraktir mereka makan.

“Yuk masuk ke theater dulu yu, pengen ngadem hehe” ajakku

Lalu kita bertiga pun masuk ke dalam theater, film pun dimulai, lampu sudah di padamkan, tapi jujur selama lampu di padamkan, dan film dimulai aku tidak melakukan aktifitas apapun selain memegang tangan Reza. putri77.com  Itupun dengan grogi setengah mati, untung saja AC di dalam theater cukup dingan sehingga Aku bisa beralasan jika ditanya macem macem oleh Reza. Tidak ada ciuman, grepe grepe, apalagi blowjob dan lain lain.

Jam setengah 3 film Iron Man 3 yang kutonton telah selesai dengan akhir yang menggantung, ‘ending yang ga jelas’ pikirku.

“Eh makan dulu yuk?” ajakku kepada mereka bertiga

“Ah aku wis ditelfon ibuku kak, kamu aja berdua, sekalian pedekate, ehem” seloroh Tya mengejek aku dan Reza.

“Lho ayo toh, makan bareng wae, masa mau langsung pulang kamu?” ajakku sedikit memaksa Tya.

“Ga bisa yaa, Aku tadi di sms ibu disuruh cepet pulang gitu, katane”

“Yaudah wis nduk, ati ati yaa” kata Reza sambil cipika cipiki dengan Tya.

“Aku balik dulu mas ya” pamit Tya kepadaku

“Ati ati lho yaaa, salam buat keluarga”

Sesaaat setelah Tya pergi, Aku mengajak Reza untuk mengisi perut, maklum seharian belum makan nasi, Cuma sepotong roti tadi pagi yang kubeli di dekat posko kampanye ayah.

“Mau makan dimana Za?”

“Langsung pulang aja deh kak, soalnya di rumah cuma ada Ibu, kasian kalo ditinggal sendiri kelamaan”

“Yaudah yuk langsung pulang, tak anterin ya?”aku menwarkan diri.

“Yaudah, ke Genuk kak ya, kan kamu sekalian nanti arah pulang, oke oke?”

“Siap nyonyaaaaa, jangankan ke genuk, ke pelaminan pun jadi. hehe”

“Apaan sih kak,” sambil menundukkan wajah merahnya.

Sebenernya jarak yang di tempuh dari kawasan Pemuda menuju Genuk relatif dekat, karena waktu sudah sore, daerah Kota Lama yang kulewati tergenang rob, kendaraan macet berjejer menghindari air laut yang pasang. Untung ada si manis disampingku yang menenangkanku yang hampir frustasi dengan kemacetan ini.

Di mobil, kami saling bercanda di selingi saling cubit dan saling towel seperti sahabat yang sudah lama kenal, karena macet jadi kujalankan mobil pelan pelan, malah terkadang sampai berhenti total. Kupegang tangan kanannya, dia tak menolak, tapi suasana sesaat menjadi hening. Kuusapkan jari jariku di sela jari jarinya.

“Ih apaan sih kak, nakal lho tangannya,” tolaknya halus.

Tak kujawab malah langsung kucium tangannya, dia tidak menariknya malah hanya tersenyum.

“Udah ah kak, tanganku kotor lho yaa,”

Sekali lagi tak kujawab penolakan yang kuanggap basa basi darinya. Kudekatkan mukAku ke wajahnya, di mendekat, merapat, dan cup bibir kami bertemu, saling mengecup ringan, dia memiringakan wajahnya,kuusap rambutnya, kupeluk dia, lidahnya masuk ke dalam bibirku, kuhisap, saling hisap.
TIIIN…… TIIIIINNNNNNN……… !!
Klakson dari mobil belakang menyadarkanku akan kemacetan yang sedikit terurai di depan.

“Kakak ih, jadi malu kan,”kata Reza setengah berteriak.

“Malu sama siapa? Kan ga kliatan, hehe”

“Yaudah yuk ah pulang dulu, udah sore kak,” ajak Reza buru buru.

“Oke oke,” Aku mengiyakan

Kulajukan mobil ku ke arah Genuk, ke rumah Reza. Sesampainya di depan gang rumah Reza, kuparkirkan mobilku di tepi jalan, lalu Aku menyusuri gang ke dalam menuju rumahnya
Sesampainya dirumah Reza, rumahnya sudah sepi, tak kulihat Ibunya, kutanyakan pada Reza kemana ibunya, dia menjawab kalau Ibunya lagi tidur di kamar lagi sakit, maka dari itu dia tidak tega meninggalkan Ibunya lama lama di luar.
Kami ngobrol beberapa saat, kulihat jam sudah menunjukkan pukul 4 lewat.

“Aku pulang dulu ya Za, udah sore.”Aku berpamitan pada Reza.

“Nginep sini wae, emang ga capek bolak balik? Istirahat dulu wae semalem”

“Ga ah, Aku ga nginep, tak istirahat sebentar wae disini ya, ga papa toh?”

“Ya gapapa to yaa, santai wae mas ganteeeng” ucapnya menunduk ketika bilang ‘ganteng’.

“Weh weh Aku di bribik iki, hahaha”

“Lho pancen ganteng toh, moso ayu? Kalo ayu kan buat cewek kak”

“Moso?” tanyaku sambil mendekatkan wajahku

“Iya,” Reza juga memajukan wajahnya, kali ini dia mulai berani

Cup, kecupan, kecupan kecil, berganti lumatan, berubah jadi hisapan, lidah kami saling beradu di dalam bibir kami, Reza merangkul leherku, kupeluk dia, kuusap punggungnya. Reza menggilat-geliat kegelian saat aku melepas ciuman dan mulai menjilati lehernya, ia menjambak kepalaku,

Keringat yang membasahi tubuhnya dari tadi,ku jilat ku hisap, tak perduli itu kotor, Reza makin menggelinjang.

“Kaaaak! … Ooooh……….!” Reza meracau sambil memejamkan mata.

“Hah.. h.. h… h..”

Aku meliriknya, dadanya yang busung tampak naik turun dengan cepat, wajahnya sudah mulai merona merah.

“Hah.. ha.. ha… h.. shhh shhh” Reza mulai mendesis saat aku memasukkan tanganku ke dalam kaos yang dipakainya, kuelus, kuremas .

“Copot yah” bujukku.

“Heemph… hh…,” sambil mengangguk

Tanpa menunggu lama, kulucuti kaos dan bra hitam yang dikenakannya, disusul dengan jeans skinny yang telah lolos dari pergelangan kakinya. Hanya tinggal celana dalam warna krem yang menutupi bagian rahasianya.

Dengan leluasa kuremas payudaranya serta kujilati putingnya, payudaranya, bahakan semua aroma yang ditubuhnya, ciumanku turun sampai di luar garis celana dalamnya, ku cium, kupelorotkan sedikit demi sedikit celana dalamnya, sampai akhirnya terlepaslah celana dalam krem tersebut.

“Aaaah!! Aaaah!” Pinggul Reza mulai terangkat, wajahnya seperti menahan sesuatu ketika kuciumi belahan kemaluannya.

“Ooooh………! Ooooh……! Ooooh……!”

Aku terus menjilati kemaluan Reza. Membuatnya terlarut dalam kenikmatan yang tiada tara. Tubuh Reza bergerak liar ke sana kemari. Tangannya menjambak rambutku Aku terus menjilat, kemaluan Reza sudah banjir dengan lendir.

“Ooooh……! Ooooh……! Ooooh……! Kak aku keluaaaaaarrrr” teriak Reza tertahan.

Tahu-tahu kedua pahanya sudah memeluk kepalaku erat-erat. Dibenamkannya wajahku ke selangkangannya sehingga aku sulit bernafas.

“Ooooh……! Ooooh……! Kaaaak!!!”

Tubuh Reza menggelinjang tidak karuan, menjambak kencang rambutku, dengan nafas yang tersengal tersengal, dia mulai menenangkan diri.

“Hmm?” Aku memajukan wajahku

“Apa? Aaaahhhh aku maluuu kaaaaakk” sambil mengelus pipiku.

“Malu kenapa?” aku menggigit payudaranya yang tergantung di depan wajahku.

“Ooooh………, Ooooh………, Kaaaaaaak”

“Bukain sayaaang” Aku membungkuk setengah berdiri

Dengan cekatan Reza melucuti celana jeans yang aku kenakan, begitu juga dengan boxer terakhir pengaman kejantananku. Akupun melepasakan kaos threesecond yang kukenakan, kulempar entah kemana.

Reza yang sudah duduk di sofa mulai mengonani kejantananku,

“Slurrp” masuklah kejantananku kemulutnya,di pegang pangkal batang kejantananku di kulumnya mulai dari lubang kencing lalu seluruh kejantananku.

“Ooooh……, terus Zaaaaa,”

“Heeeeeeeemph, iya begitu.”

Mulai dari kepalanya hingga pangkalnya, perlahan hilang ditelan bibir Reza yang tipis manis. matanya tetap menatap mataku. Seolah berbicara ‘enak Kak?’

Reza kembali mengulum batang penisku, dengan lebih ganas tentunya. Dia menghisap kuat batang penisku sambil terus dikulum, menggoyangkan kepalanya ke kanan dan kiri, menaik-turunkan kepalanya sangat cepat. Aku hanya bisa mengerang keenakan sekaligus berusaha bertahan sekuat tenaga untuk tidak menyemprotkan sperma

“Wis wis, sekarang kamu tiduran dulu” kataku sambil membaringkan tubuh Reza ke lantai yang di lapisi karpet.

Perlu sedikit usaha bagiku untuk mengepaskan kejantanannya tepat di kemaluan Reza yang sudah basah.

“Hheeeeghh” tahan Reza ketika kejantananku memasuki bibir kewanitaannya.

Aku tersenyum melihat mata Reza mulai merem melek, menikmati kejantananku yang keluar masuk.

“Ssssssh….. ssshhhhh…..” Bibir Reza yang eksotis mulai mendesis erotis,

“Mmmmh…” desinya ketika aku menyodok-nyodok kemaluannya. Membuat Reza dibuai kenikmatan. Pinggulnya naik turun, menikmati rojokanku. Dadanya kembang-kempis menikmati keahlian tanganku dalam memanjakan puting wanita.

“Sssssh… ssssh…. Ooooh…………”

“Ooooh………… Ooooh……… Ooooh………”

“Ummmmh….” Reza merasakan kejantananku yang membelah dinding kewanitaannya.

“Kaaaaaak….Ooooh………….” Reza menceracau sambil menggigit pundakku,

“Ooooh……! Ooooh………! Ooooh………!” Reza menjerit penuh birahi, saat Aku menghujam kewanitaannya sampai mentok sampai dalam.

Aku terus memompa dan memompa, menindih tubuh Reza. dia melingkarakan pahanya ke pinggulku, kucium lehernya. .

“Kaaak…” Reza berbisik

“Kakak… Kakak… sssssh….” Reza mendesis pelan,

Gelombang birahi yang membuat sekujur ototnya tiba-tiba mengejang dan menegang tanpa bisa dikendalikan lagi.

“Ooooh…………. Aku sudah hampir… oh… oh….Ooooh………….” Reza menjerit, namun jeritannya tertahan oleh mulutku, kucium bibirnya, takut kalau sampai ibunya terbangun di kamar

“Mmmmmh… Ooooh…… Mmhhhh… Mmhhh!!!!!!”

Mulut Reza mengangga, seperti kehabisan udara. Otot-ototnya berkedut tak terkendali, dadanya membusung-busung hingga payudaranya berguncangan kesana kemari.

Dia telah meraih orgasme yang kedua, tubuh kami penuh peluh, Aku mencabut kemaluanku, membiarkan Reza beristirahat sebentar setelah mendapat kenikmatan yang pertama.

Ku duduk berselonjor di sampingnya, tiba tiba dia bangun dan langsung meninidih tubuhku, di pegangnya kejantanku di arahkan ke kemaluannya, dan

“Bleesss. . . Oooo.. Ooooh…” kejantananku ditelan habis oleh vaginannya.

“Spesial buat kamu kak, muaaaah” katanya, sambil mengecup bibirku.

Pinggul Reza mulai mengayun. Sepasang tangannya bertumpu pada dadaku.

“Mmmmh…” Reza menggigit bibirnya, berusaha mengejar kembali orgasmenya

Pinggul Reza berputar, kadang mengayun ke depan dan kebelakang. Matanya memejam, berusaha menikmati gerakannya. aku mengerang pelan, kemaluan Reza menyedot kejantananku ke dalam relung tubuhnya.

Aku menikmati lumatan kemaluan Reza, Pinggulnya naik turun, maju mundur. Reza memejam, merintih

“Reza.. Reza…,” Aku menghisap leher Reza, membuat Reza semakin erat mendekap dan menjambakiku.

Udara didalam rumah yang pengap membuat tubuh kami yang saling menyatu menimbulkan suasana panas bergelora. Nafsu kami semakin liar, semakin brutal.

Kemaluan Reza begitu sempit, squirty! Aku benar-benar sudah tidak sanggup lagi menahannya.

“Reza! Aku udah hampir…”

“Uuh.. uhh.. tunggu sebentar Kaaaak!.. Aku bentar lagi.. umh”

“Aaaaaaaah! Rezaaaaaa!!!” Aku mencupang payudara Reza. Reza menggigit bibirnya, Aku mengejang dalam pelukan Reza.

“Aaaah! Aaaah! Aaaah!” Aku berteriak tertahan.

Disusul dengan erangannya “Heeeeghh! Aaaah !”

Kami berdua terkapar di ruang tamu tanpa benang sehelaipun di tubuh kami. kami berciuman sambil berpelukan. Untuk menanti senja yang datang lagi.

*****

Selamat kepada Bapak Roni yang terpilih menjadi Bupati periode 2013-2018

Puluhan karangan bunga bertuliskan hal senada, berjajar di halaman rumahku.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts