LKTCP TEORI MASLOW 2020Sekapur Sirih

Terima kasih tak terhingga nubie haturkan kepada para Suhu Besar Admin Forum tercinta ini, khususnya buat para panitia LKTCP 2019 Edisi Fresh Meat yang telah bekerja keras sehingga event ini bisa mewujud.

Demikian juga terima kasih buat Para Suhu Besar maestro-maestro penulis cerpan yang banyak masterpiecenya sangat mempengaruhi gaya penulisan nubie.
Tak ada yang baru dibawah matahari, bulan dan bintang-bintang. Apa yang ada sekarang, dahulu sudah pernah ada. Kalau ada potongan-potongan cerita ini yang mirip-mirip, identik atau kok kayak nganu gitu ya, nubie pikir itu manusiawi sekali. Karena karya-karya luar biasa, selalu memberikan inspirasi, menyebar dan menular.

Partisipasi aktif dalam bentuk materiil dari para Suhu Besar Donatur, dukungan semangat lewat komentar-komentar member aktif dan maneuver-manuever siluman para reader maniak juga tak luput jadi kredit poin terima kasih nubie.

Akhir kata, selamat membaca dan semoga kita semua terhindar dari ejakulasi dini atau impotensi.

[LKTCP] TEORI MASLOW [2019]

Albert Einstein pernah berkata, jikalau ilmu pengetahuan harus saling berhadapan dengan imajinasi, maka yang akan keluar sebagai pemenang adalah imajinasi. Tak ada yang membantah, mungkin karena kredibilitas Einstein sebagai ilmuwan jenius terbesar abad ini. Padahal, kejeniusan dan kegilaan tipis sekali batasnya.
Aku setuju dengan Einstein. Sering aku perhatikan berjam-jam, bagaimana teman-teman satu zaal ku ini begitu tenggelam dalam dunia imajinasi mereka sendiri. Ada yang mematung berjam-jam tak bergerak, ada yang berjalan mondar-mandir sambil ngomong ngaco nggak nyambung, selainnya kebanyakan mengambil posisi jongkok planga-plongo senyum-senyum sendiri, macamlah tingkah mereka.
Aku sendiri kalau sedang tidak terganggu suara bisikan-bisikan yang terus-menerus memenuhi kepalaku, suka membiarkan imajinasiku melayang kemana-mana. Sambil duduk seharian diatas kursi kayu kesayanganku, kunikmati imajinasiku mengembara menembus batas ruang dan waktu. Dari hutan hujan Amazon, menjelajahi Gurun Gobi di Mongolia sampai bertemu Odin di Planet Asgard.
Sayangnya suara-suara bisikan itu terus menerus memasuki kepalaku.
Hariyanto
Hariyanto
Hariyanto

Chapter 1
Dari tahun 1996 sampai dengan tahun 1999 aku satu SMU dengan Hariyanto. Berdua kami dianggap murid paling cerdas. Kami bergantian menjadi juara kelas, dan entah kebetulan atau memang disengaja, sejak kelas 1 sampai kelas 3 IPA 1 terus sekelas. Secara fisik kami juga menarik untuk ukuran dan standar cowo masa itu. Bedanya, aku dilahirkan dan dibesarkan dilingkungan keluarga mapan secara ekonomi dan harmonis, sementara Hariyanto berasal dari keluarga broken home dan kurang beruntung secara materi.

Setamat SMU aku tembus STAN, sementara Hariyanto aku ngga tahu kabarnya melanjutkan kemana, aku terlalu larut dalam euforia hasil ujian akhir nasional yang menempatkanku diposisi teratas, mengunggulinya. Rumornya dia melanjutkan kuliah di Jakarta, ikut pamannya.

Bertahun-tahun berlalu, tak terasa semuanya berubah. Seiring dengan karirku yang makin moncer, akupun berumah tangga, dari istriku yang cantik aku mendapatkan sepasang anak cantik dan tampan. Sekilas tidak ada yang kurang dalam kehidupanku. Sepertinya kehidupan model inilah yang didambakan setiap pasangan muda, setidaknya menurut pendapatku.

Hingga kemudian aku bertemu lagi dengan Hariyanto. Pertemuan yang sama sekali tak terduga. Sore itu, aku tengah menikmati secangkir kopi di Khok Thonk saat seorang pria keren, langsing dan modis menepuk pundakku. Aku perlu beberapa detik untuk mereview tampangnya yang menjadi jauh lebih keren, macho dan karismatik dibandingkan pada saat masa SMU dulu, sebelum akhirnya berhasil mengenalinya. Dia mengguncang-guncangkan tanganku dengan semangat, senyum hangatnya mengembang. Kemudian kami duduk berhadapan.

Well hampir dua puluh tahun ya bro. Suaranya berubah menjadi berat dan agak serak. Ia memesan kopi seperti yang kuminum.

Yahhnggak terasa, kayak baru kemaren aja. Ujarku.

Walau baru bertemu setelah dua puluh tahun berselang, kupikir pertemuan kami saat itu berjalan biasa-biasa saja. Sikap dan karakter alamiahnya yang tenang, irit bicara masih melekat. Ia tipe orang yang akan dengan senang hati menyimak lawan bicaranya dengan perhatian penuh. Tak heran kalau kemudian aku jadi terbuka menceritakan semua perjalanan hidupku padanya. Termasuk mengapa aku berada dikota ini selama dua minggu.

Oke, dah terlalu banyak aku ngomong. Bagaimana denganmu? Kusulut rokok dan menghembuskan asapnya, diantara kepulan asap kuperhatikan ia seperti berpikir mau mulai dari mana.

Selepas tamat itu aku ke Jakarta

Aku dibiayai dan ditampung dirumah pamanku Lanjutnya kemudian. Berarti rumor yang kudengar benar adanya. Ia mengambil jurusan Psikologi di sebuah universitas ternama. Mendapatkan beasiswa, dan menamatkan strata 1 nya lebih cepat setahun dari teman seangkatannya dengan predikat Summa Cum Laude. Lantas bekerja diperusahaan asing selama lima tahun kemudian menikah. Sayang, pernikahannya hanya bertahan dua tahun. Lalu kandas bercerai tanpa anak. Dua tahun berselang dia resign dari perusahaan, dan tak pernah bekerja secara formal lagi sampai sekarang.

Dan tetap menduda.

Agak kaget juga aku mendengar otobiografi singkatnya, padat dan straight to the point. Wajah dan gigi geliginya bersih terawat, begitu juga dengan potongan rambut dan setelan pakaiannya. Sama sekali tidak mencerminkan seseorang yang tanpa pekerjaan tetap selama tujuh tahun terakhir.
Well.aku tau apa yang ada didalam pikiranmu..bro Ia meneguk kopi. Matanya berbinar. Kelihatan penuh percaya diri dan karismatik, kompleks kualitas personalnya membuatku sedikit terintimidasi.

Eranya udah berubahsekarang seseorang tidak perlu harus selalu berada dikantor untuk bekerja dan menghasilkan uang.

Lagipula, bukankah kesuksesan seorang lelaki sekarang diukur dari seberapa banyak free timenya dibandingkan dengan rutinitas pekerjaan

Aku mengangguk setuju. Terbayang rutinitasku selama ini, yahh jujur saja setelah percakapan ini aku jadi merasa sedikit inferior dan konservatif, kalau tidak mau disebut ketinggalan jaman. Ngantor, tugas luar kota, mengikuti seminar-seminar, ikut Diklat lanjutan, mengambil kuliah lanjutan lagi, ngantor lagibegitu terus siklusnya sampai nanti pensiun.

Jadi apa sebenarnya yang kau kerjakan sekarang?.

Tebaklah? Kira-kira apa menurutmu..

Kembali aku meneliti penampilannya. Ia bahkan terlihat lebih modis dariku. Kalau ada orang memperhatikan kami, pasti akan mengira status sosialku relatif lebih rendah darinya, kalau dilihat dari casing ya. Diatas meja, tergeletak smartkey Hondanya. Tadi sepanjang kami ngobrol aku sempat melepas pandang keparkiran, dan melihat CR-V Prestige terbaru disana, dugaanku itu tunggangannya. Ia memakai arloji mewah, aku ngga terlalu suka memakai arloji, jadi ngga bisa kutebak mereknya apa dengan melihat sekilas, juga aku ngga tau itu arloji mewah ori atau KW.

Kau terlihat seperti bandar narkobaKataku akhirnya. Lantas tertawa. Dia juga ikut tertawa.

Tiga tahun bersama di SMU dulu, kupikir aku tak pernah bergaul terlalu akrab dengan Hariyanto. Mungkin karena alam bawah sadarku dan alam bawah sadarnya secara otomatis memberi jarak diantara kami atas nama persaingan. Namun sekarang, setelah 20 tahun berlalu, batasan itu mencair kalau tidak mau dikatakan tak ada lagi. Aku menikmati pertemuan dan mengobrol dengannya.

Emang ada potongan ya?

Mangkanya, ceritakanlah. Kau pikir aku dukun bisa tahu hanya modal melihat tampang..
Aku opportunis freelance, SanUntuk pertama kalinya ia menyebut namaku, setelah sempat aku berpikir kalau mungkin saja dia lupa namaku dengan terus terusan memanggilku Bro. Oh bekerja freelance tokh. Biar kesannya keren dia tambahkan kata Opportunis. Ya udah biarin aja.

Dalam bidang?

Menghubungkan orang-orang

Tak sadar mataku menyipit. Seperti tagline Facebook pikirku.

Menghubungkan orang-orang apapun motifnya, termasuk menghubungkan hasrat primitif orang-orang

Dari awalnya agak bingung mendengar istilah yang digunakan untuk menjelaskan jenis pekerjaannya, aku malah jadi merasa geli akhirnya. Apakah ia sedang melakukan trik psikologis melalui manipulasi kata-kata, mempacking terminologi germo dengan kata-kata intelek sehingga mencitrakan kesan itu profesi yang legal? Pantas penampilannya perlente begini. Aku jadi ingat Robby Abbas.

Terdengar seperti kombinasi antara makelar dan muncikari

Hariyanto hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala.

Kalau makelar, aku percaya jika dilakukan dengan smart imbal hasilnya sepadan dan itu juga menjelaskan mengapa kau jadi tak mau lagi bekerja seperti orang kebanyakan pasca resign..

Aku menegakkan punggung, lantas berbicara pelan sambil mencondongkan tubuhku ke arahnya.

Tapi aku ngga tertarik obrolan kita, masuk secara teknis kesanaSenyumnya mengembang.

Berarti kau lebih tertarik soal menghubungkan hasrat primitif orang-orang itu ya, bro

Aku tersenyum dan mengangguk.

Chapter 2
Setelah pertemuan singkat sore itu, aku kembali tenggelam dalam pekerjaan. Dua hari berturut-turut lembur, ngebut menyelesaikan tugas dari kantor pusat. Beberapa kali aku terpaksa menolak ajakan Hariyanto untuk hangout bareng, meskipun sebenarnya aku penasaran sekali untuk mengulik lebih jauh tentang profesi germo nya itu hahaha.

Panggilan video call ke Arbaleta istriku, hanya sebentar kulakukan menjelang tidur, termasuk bercengkrama dengan Nanda dan Tommy. Seminggu berkutat dengan tugas kantor membuat energiku serasa mau drop, untunglah tugas-tugas prioritas akhirnya bisa kuselesaikan sesuai deadline. Hanya tinggal sinkronisasi, dan itu cukup dilakukan oleh tim internalku saja.

Dihari kedelapan masa dinasku, setelah menyelesaikan draft laporan, aku mengontak Hariyanto dan kemudian kami kembali nongkrong bareng. Bicara tentang perkembangan kabar sahabat-sahabat lama dan bernostalgia soal kenangan-kenangan masa sekolah dahulu. Lalu diajaknya aku makan malam di pusat kuliner kota, setelah itu kembali ke Khok Thonk buat ngopi.

Setelah ngobrol ngalor-ngidul segala macam, dengan halus kembali kugiring dia untuk masuk kepembicaraan soal kegiatan germo nya. Sungguh mati aku memang penasaran ingin tahu lebih jauh.

Sepertinya kau ingin tahu sekali soal itu hehh

Sangat Tukasku cepat

Lalu dia mulai bercerita tentang seorang bernama Abraham Maslow, dengan teori kebutuhan manusianya. Aku pernah dengar soal Abraham Maslow dengan teorinya itu, tetapi tidak terlalu detail. Menurut Maslow, katanya meneruskan, manusia normal dan sehat memiliki 5 tingkatan kebutuhan. Yaitu tingkat pertama kebutuhan fisiologis dasar, terdiri dari kebutuhan udara, makanan, minuman, istirahat atau tidur dan ngeseks. Bila salah satu dari kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka akan mengancam eksistensi hidup dari manusia itu sendiri. Setelah itu, ada kebutuhan level kedua yakni rasa aman dan keselamatan, biasanya diperoleh manusia di rumah, keluarga dan orang-orang terdekatnya. Selanjutnya ada kebutuhan level ketiga yakni perasaan mencintai, dicintai dan perasaan memiliki dan dimilki. Itu adalah 3 level dasar yang harus dimiliki manusia normal dan sehat.

Diatas ketiga kebutuhan dasar itu, ada level keempat yaitu kebutuhan harga diri atau pengakuan dari lingkungan sosial akan eksistensi kita. Kebutuhan level keempat ini tidak semua orang beruntung mencapainya, walaupun begitu setiap orang pada akhirnya selalu berusaha mencapai level ini. Puncak dari kebutuhan manusia adalah level aktualisasi diri, biasanya ini dicapai sedikit orang yang sudah memiliki semuanya dalam hidup. Seseorang jika sudah mencapai level aktualisasi diri dengan sendirinya masuk jajaran orang elit dengan status sosial khusus, biasanya sangat dihormati dalam masyarakat.

Aku manggut-manggut mendengar panjang lebar penjelasan Hariyanto. Kupikir aku dapat menerima tanpa sanggahan. Bagaimanapun itu adalah teori yang sudah diterima dan diakui dikalangan akademisi dan dunia ilmu pengetahuan, mendengar ia mengatakannya secara detail, kuanggap sebagai pintu masuk agar aku bisa memahami apa yang selanjutnya akan dia katakan. Walaupun sejujurnya, aku masih merasa agak bingung sedikit.

Terus apa hubungannya.dengan opportunis freelancemu, menghubungkan hasrat primitif orang-orang?.

Nah, saat seseorang sudah mencapai tahap aktualisasi diri. Hariyanto membenarkan duduknya

Kebutuhan dasarnya akan makanan, minuman, udara, istirahat dan tidur dan ngeseks juga berubahdibanding orang-orang kebanyakan..

Jadi itulah akarnya.

Ini bukan lah soal uang atau materiwalaupun tak kupungkiri uang dan materi juga akan terlibat pada proses akhirnya

Mosok iya kebutuhan udara juga berubah?? Bagaimana bisa?? Otak kritisku mulai mengambil alih. Aku tak mau menelan bulat-bulat teorinya, kayak dia yang lebih pintar aja.

Mereka jenuh dengan udarakatakanlah udara Jakarta..

Jadi mereka mengejar spektrum udara yang lebih epic ke Puncak, Bali, Raja Ampatatau mungkin Kepulauan Karibia

Aku menelan ludah, menyadari kebenaran penjelasannya.

Begitu juga kebutuhan akan sensasi seks dan kepuasan

Sekarang mulai dapat kucerna kata-katanya dengan lebih baik. dan aku merasa itu semacam mukadimah sebelum ia masuk ke inti cerita soal profesi germonya. Hariyanto mengambil smartphonenya, membuka-buka laman Facebook, lalu menyodorkannya padaku.

Kusimak laman Facebook dihapenya, menampilkan akun seorang perempuan muda cantik. Dari penampilan dan latar belakang foto-fotonya yang eksotis, nampaknya orang berada dengan status social tinggi, high profile. Sudah berkeluarga dengan tiga anak tampan dan cantik. Suaminya juga keren, kayaknya seorang profesional muda. Dari foto-foto romantisme mereka kusimpulkan kehidupan pernikahan pasangan muda ini sangat bahagia dan atraktif.

Menurutmu Kudengar suara pelan Hariyanto Mungkinkah perempuan itu menyelingkuhi suaminya?

Aku menggeleng.

Seharusnya dia tak punya alasan untuk itu. Dia punya segalanya.

Tapi bisa saja Aku melanjutkan. Didunia ini ngga ada yang ngga mungkin

Aku senang kau punya pikiran terbuka begitu, San.

Tapi jujur saja, bagaimana menurutmu?apakah perempuan itu berselingkuh?

Aku masih mengamati koleksi foto foto dilaman Facebook. Benar-benar cantik, tubuhnya seksi dan tinggi. Ngga kelihatan kalau sudah tiga kali turun mesin. Tentu membutuhkan biaya perawatan ekstra untuk mempertahankan penampilan seksi seperti itu.

Aku sebenarnya ngga percaya sih, kalau perempuan ini bisa selingkuh Sekarang aku mengamati koleksi foto suaminya, ganteng dan gagah. Berduit juga dilihat dari mobil dan tampilan rumah mewahnya juga latar belakang tempat foto yang variatif.

Kau tahu?..

Hemmm apaan?…

Aku langsung tahu kalau perempuan ini bisa selingkuh saat pertama kali melihat fotonya

Aku mengangkat kepalaku. Kupikir dia agak berlebihan sedikit sekarang. Hanya melihat dari foto?!, megalomania banget nih kawan.

Foto mana yang kau lihat?

Hariyanto mengambil smartphone dari tanganku, mengulik sebentar lantas menyerahkannya kembali padaku. Dilayar kulihat perempuan itu, sudah kulihat sih tadi, tapi kulewatkan begitu saja karena menurutku posenya biasa aja, berada disuatu ruangan, kayaknya kamar hotel begitu, memakai kimono merah jambu, rambutnya tergerai lepas, agak berantakan tetapi makin menonjolkan aura kecantikan dan keseksiannya, wajahnya berkilat mulus dan berpose memiringkan kepala sedikit sambil memeletkan lidahnya keluar, lidah seksi merah segar.

Lidah itu bagian tubuh personal. Sama erotis dan vitalnya dengan bagian tubuh yang selalu kita tutupi Kudengar suara Hariyanto, seperti menganalisis dan menggiring jalan pikiranku.

Tapi dengan exiting ia pamerkan, rambutnya berantakan, dan di kamar hotel ber AC mukanya mengkilap keringatan, fix, dia difoto setelah baru selesai ngentot

Aku tertawa mendengarnya. Geli mendengar istilah tak beradab barusan.

Hariyanto mengambil smartphone dari tanganku. Kembali dia mengulik layar hapenya.

Aku berteman dengannya sekitar 1 bulanan

Inisiatif siapa ngajak bertemen?

Ya akulah, mosok dia duluan

Sekarang. Hariyanto mengangkat kepalanya, matanya berkilat aneh saat menatap lurus langsung kemataku. Apakah kau siap mendengar bagian paling epiknya?.

Entah kenapa aku jadi penasaran. Mengatupkan mulut aku mengangguk.

Minggu lalu aku mewujudkan penyaluran hasrat primitif terbesarnya.

Dia terobsesi pengen tahu, gimana sensasi di treesome 2 orang atlet MMA

Tanganku serasa akan tremor saat menerima hape yang diangsurkannya. Dilayar hape, setengah tak percaya aku melihat koleksi foto-foto jahanam perempuan itu. Benar-benar dia. Ada dia duduk sendirian diatas sofa merah, nampak menggoda memakai gaun terusan simple bercorak bunga-bunga. Selanjutnya, duduk diapit dua laki-laki muda atlet MMA bertubuh atletis. Lalu foto dia berlutut telanjang dengan dua laki-laki berdiri mengelilinginya. Dua laki laki yang juga bugil dengan kemaluan ngaceng maksimal. Selanjutnya adalah adegan dan pose seksual seperti yang sering kulihat di film film bokep treesome, semua gaya terdokumentasi dengan baik, hanya pose penetrasi anal saja ngga ada, ereksiku seketika maksimal dibalik celana bahan yang kukenakan.

Napasku jadi cepat saat akhirnya selesai melihat koleksi foto-foto jahanam perempuan itu. Tapi itu baru pemanasan, karena dalam setengah jam kemudian, kembali aku disodorkan belasan akun Facebook perempuan baik-baik dan high profile, yang langsung diteruskan dengan bukti-bukti koleksi foto jahanam tak terbantahkan betapa liar dan gilanya hasrat terpendam mereka, dan semuanya terdokumentasi sangat baik dan professional. Bahkan close up dengan resolusi foto HD pula. Ada sama brondong, ada dengan seorang pria berkulit legam, sepertinya keturunan Benggali. Bahkan ada yang disetubuhi sosok pria yang masih berseragam pilot. Tak ada satupun dari perempuan-perempuan ini kukenal.

Mereka bukan professional…dan jelas perempuan baik-baik dengan eksklusif status social Kembali Hariyanto bersuara. Aku masih asik memelototi koleksi foto-foto porno tersebut.

Semua baru melakukannya untuk pertama kali, masuk kedunia yang selama ini hanya dalam imajinasi bisa mereka masuki.

And thencuttak akan pernah ada second session.

Walau aku sangat yakin, perempuan-perempuan ini justru akan dengan sukarela melanjutkan adventure dengan caranya sendiri. Pasti ketagihanlah kalau udah nyoba sekali

Kupesan cangkir kopi kedua sambil menyerahkan smartphonenya, badanku basah berkeringat. Sejujurnya aku masih belum percaya sepenuhnya, walau bukti-bukti foto ini sepertinya benar-benar tak terbantahkan.

Jadi apa yang kau dapat dari semua ini Har, kuusap wajah dan rambutku yang berpeluh.

Itulah aktualisasi diriku

Aku masuk, memanipulasi pikiran, emosi dan hasrat terdalam mereka. Menguliti dan menelanjangi sisi tergelap tiap orang dan memberikan saluran aman untuk semua hasrat terpendam yang selama ini coba mereka tutup rapat dan hilangkan

Terdengar agak berlebihan menurutku.

Jadi kalau hasrat terpendamnya pengen maen ama Ariel Noah misalnya, gimana?

Itu hasrat terpendam universal namanya. Semua orang juga punya fantasi-fantasi model begitu. Ngga ngefek itu buat adrenalin kita. Mau terwujud atau ngga, biasa aja. Kalau dalam skala 1 sampai 5, itu nilainya 2

Hasrat terpendam paling dahsyat efeknya adalah fantasi yang sebenarnya bisa kita wujudkan, tapi karena bermacam alasan, kita mati-matian nahan diri

Aku jadi terdiam. Baru kali ini aku tahu hal beginian ada ukurannya.

Yang bernilai 3 apaan?

Affair dengan salah satu anggota keluarga dari pihak pasangan kita.

Kalo 4?

Affair dengan rekan kerja. Termasuk dan tak terbatas pada atasan, bawahan, mitra kerja, rekanan, temen sekerja pasangan kita, pokoknya terkait dengan lingkungan pekerjaan lah

Yang poin 5 itu ama orang asing.Mungkin jengkel aku nanya-nanya terus Hariyanto melanjutkan. Orang asing itu bukan berarti orang dari luar negeri atau luar planet. Tapi orang yang benar-benar kita ngga kenal sebelumnya, tapi dengan melihatnya aja kita jadi horny dan kepengen

Ngentotinsambungku memelankan suara.

Kamipun tergelak. Kampret juga ni kawan, mentang mentang basicnya psiko, ngomong sama dia kayak siswa ngomong ama guru aja jadinya.

Apa ada bedanya tehnik pendekatan ke laki-laki dan ke perempuan?

Maksudmu?

Lha itu para lelaki yang difoto, kan you manipulasi juga biar mau

Ohh itu toh maksudnya Ia mengusap-usap dagunya. Laki-laki ngga perlu dimanipulasi otaknya kalau soal gituan
Matanya aja ditampol ama foto toket atau foto lubang puki, otomatis perasaan, otak ama jimatnya langsung connectsinkron seketika

Joke garingnya gak kutanggapi, aku masih penasaran bagaimana dia mengkondisikan laki-laki dalam foto-foto itu. Sepertinya ia berusaha menyembunyikan sesuatu. Hariyanto menjelaskan dengan gamblang bagaimana ia menarik perempuan-perempuan kedalam habitat baru ciptaannya, tetapi apa yang terjadi dengan para laki-laki? Bagaimana prosesnya ia bisa melibatkan mereka, bahkan sampai mau difoto-foto begitu.

Gak ada rahasia segala macemlah..Terang Hariyanto.
Aku hanya ngajak ngopi bareng. Persis seperti kita sekarang inilah. Kukasi tunjuk foto-foto. Kujelaskan latar belakang target. Ya udah gitu aja.

Perempuan itu beda dengan kita laki-laki, termasuk urusan ngeseks.

Untuk ngeseks perempuan perlu alasan yang jelas, logic, mengapa dia harus mau ditiduri

Kalau laki-laki?Untuk kesekian kalinya bagai dialog murid kepada gurunya aku bertanya

Laki-laki hanya butuh tempat.

Yang paling ditakuti laki-laki kalau pengen ngeseks ama cewe itu cuman satu, ketularan penyakit. Begitu ada jaminan bersih, gak peduli mau ada pacarnya, ada suaminya, asal mau ditekan ya bakalan ditekan.

Kalau perempuan, takutnya juga cuman satu. Takut ketahuan. Gitu dijamin ngga bakal ada yang tahu, ya sudah giling terus.

Berarti you hanya mengondisikan target perempuamu aja ya, setelah tahu apa fantasi nya baru dikoneksikan dengan target laki-laki?

Kurang lebih ya begitu

Jadi dari total semua target perempuan yang udah kau manipulasi, berapa persen tingkat keberhasilannya?

Sejauh ini 100%….

Aku ternganga takjub. Sedahsyat itukah kemampuannya mempengaruhi orang?.

Kau pernah selingkuh, San?

Setelah beberapa saat terdiam. Aku terkejut mendengar Hariyanto menanyakan hal itu. Sama sekali ngga menyangka kalau dia akan begitu to the point. Mata kami bertemu dalam diam selama beberapa detik.

Apakah pijet di Spa dan nyari ayam disposibble termasuk?

Lebih baik aku terus terang saja. Dengan background pendidikannya mudah saja dia tahu aku berbohong atau tidak. Lagian buat apa jadi hipokrit?.

Secara teknis termasuk lah..

Tapi itu transaksional, kan. Ia memberi jeda sedikit, menyesal juga aku mengapa jadi gantian digiring bahas hal beginian, kan posisi kartuku jadi terbuka.

Kau tetap pulang kerumah, jadi suami yang baik, buat istri, buat anak-anakdan kupikir budgetnya ngga terlalu besar, jadi ngga terlalu desktruktif lah asal kau maennya safety. Halah, bilang aja maen pake kondom, pake istilah safety segala.

Kau sering tugas keluar kota berhari-hari. Jenis pekerjaanmu pun melelahkan baik fisik maupun mental, menurutku masih dalam batas wajarlah itu..

Feelingku mulai ngga nyaman, tapi untuk membelokkan topik kok ya rasanya ngga enak gitu. jadi aku tertawa saja mendengarnya memberikan rasionalisasi. Atau jangan-jangan dia mau

Seolah bisa membaca pikiranku, Hariyanto mengibaskan tangannya di depan wajahku

Hehh jangan kau pikir aku mau menawarimu salah satu dari perempuan-perempuan itu ya

Ya engga apa apa juga lahkulihat cantik cantik semua hahaha

Kamipun tertawa.

Aku mau meluruskan persepsimu. Kalau aku sama sekali bukan germo, muncikari, papi ayam atau sejenis itulah

Orientasiku bukan uang, dan apa yang kulakukan sama sekali bukan transaksional

Dan, kan udah kubilang ngga bakal ada session kedua bagi perempuan-perempuan itu dengan aku terlibat didalamnya. Kalau aku ga dilibatkan, ya itu urusan pribadi mereka masing-masing lah

Oke fine. Aku ngerti.

Walau masih merasa ngga mungkin, dan menganggap kalau semua yang dikatakannya separoh omong kosong, kuputuskan untuk mengatakan apa saja yang ingin dia dengar.

Lantas, kau sendiri bagaimana?..Sebelum merembet kemana mana sebuah counter attack kulepaskan.

Apalagi kelihatannya kau betah menduda

Kau pikir aku bisa, cuman nonton kelakuan mereka aja?

Aku menelan ludah, bisa menangkap maksud jawaban diplomatisnya. Terbayang betapa cantik dan high class perempuan-perempuan dalam koleksi fotonya. Fresh meat semua itu, pantesan betah menduda. Tapi tetap saja aku masih ngga bisa percaya, kok kelihatannya terlalu enak buat dia.
Darimana aku tahu, kalau kau ngga bullshit. Satupun fotomu ngga ada.

Hariyanto menatapku dengan ekspresi aneh, kayak nahan jengkel gitu.

Kau pernah nonton bokep kan?

Hemm. Ya pernahlah… Untung pertanyaannya pernah, bukannya sering.

Scene nya dilakukan aktor dan aktris kan?, terlepas mau prof atau amatir..

Iya bener..

Nahh, pernah ngga kau tonton produser nya yang take action?

Aku tertawa. Sebenernya aku mau bilang ada, tapi nanti malah jadi ketahuan literasi ******* demikian komplit hahaha. Ternyata masih lebih pintar aku dibanding dia, milih analogi aja keliru nih kawan. Tapi poinnya aku udah dapat.

Tapi produser kan, money oriented, Har..

Itu aja bedanya…

Aku tidak, San

Jadi satupun tidak ada yang kembali menghubungimu?

Ada. Tapi tentu saja tak pernah kurespon. Dari awal kesepakatannya begitu. Dan itulah komitment dan integritasku.

Menurutmu, apakah mereka akan melakukannya lagi, meski tanpamu?

Yapkemungkinan besar iya. Tergantung niat dan kesempatan juga

Kayak bang Napi aja akhirnya.

Rasa penasaranku pada profesi germo freelancenya jadi makin besar sekarang. Apalagi setelah mendengar penjelasan separoh omong kosongnya barusan, plus analogi ngawur ngga pernah ada produser film bokep take action. Kalau tadi dia mau humble cerita apa adanya, selesai sudah rasa penasaranku. Penghubung yang menjembatani kepentingan dua orang, ya disebut makelar, kalau dua orang beda jenis kelamin dikondisikan bertemu untuk tujuan erotis bersama, ya penghubungnya disebut germo, atau papi/mami ayam, a.k.a muncikari. Tapi ini pake ngeles lagi?, Dasar saiko.

Untuk pertama kalinya aku merasa ada bagian kehidupanku yang kalah menarik dibandingkan dirinya. Mungkin aku naf, atau apalah sebutannya. Tapi membandingkan kegemaranku yang suka keluar masuk spa plus-plus dan ngerental ayam jelas kalah berkelas dengan kemampuannya menarik dan mempengaruhi perempuan-perempuan baik-baik dengan profile tinggi masuk dalam affair ciptaannya.

Dan sama seperti yang terjadi sejak dulu, ego kemudian mengambil alih kewarasanku. Aku lantas berpikir harus memberi pelajaran padanya bahwa terlalu banyak omong kosong itu juga ngga baik. Ceritanya yang demikian absurd seharusnya bisa kucounter dengan respon tak kalah absurdnya juga, itu akan membuat aku dan Hariyanto paling tidak berada pada level yang sama.

Dalam posisi kami sekarang, aku hanya memegang reputasi sebagai generik user prostitute, sedangkan dia berada di level expert pleasure seeker. Kurang ajar bener.

Kemudian, entah dapat wahyu kegilaan darimana, selintas pikiran memasuki benakku.

Bagaimana kalau aku memberikan challenge,apakah kau mau terima?

Hariyanto melebarkan tangan, senyum penuh percaya diri terukir diwajahnya.

Aku suka challenge.

Kuulik layar smartphoneku, masuk ke laman Facebook, dan mengklik akun kakak iparku, atau kakak kandung Arlet, panggilan Arbaleta istriku. Beda usia mereka hanya tiga tahun. Kecantikannya sebelas dua belas dengan Arbaleta. Walau masih lebih cantik dan seksi Arlet donk hehehe. Suaminya pengusaha tambang di Kalimantan. kakak iparku ini aktif juga di kegiatan sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan perkembangan anak-anak jalanan.

Dia harus membuktikan semua omong kosongnya, kalau masih mau punya muka untuk ketemu lagi denganku besok-besok.

Hariyanto tersenyum simpul sambil geleng-geleng kepala, mengamati hape yang memuat laman akun Facebook kakak iparku.

Kupikir selama ini aku sudah gila dengan melakukan ini semua.

Ternyata masih ada yang lebih gilak lagi.

Aku terkekeh. Menghembuskan asap rokok dan mencoba membaca ekspresi wajah seriusnya.
Kau serius San?

Sangat.

Dan kalau bisa jangan foto-foto doank Lanjutku mencondongkan tubuh kedepan.

Aku mau bukti berupa rekaman video kualitas HD dengan candid camera. Kualitas audio visualnya harus cukup jelas, biar aku yakin itu bukan rekayasa digital

Seperti video Fake Agent atau Fake Shooting di Bangbros Tanyanya, spesifik.

Aku terbahak. Jadi ketahuan kan, suka streaming film-film begituan.

Oke confirm

Tapi sekali lagi, kau yakin mau aku melakukannya pada kakak iparmu ini?

Sangat yakin

Tidak ada penyesalan?.

Sama sekali tidak ada penyesalan

Kalau aku berhasil memenuhi challengemu ini bagaimana?

Kuakui kau hebat.

Hanya hebat?

Kuakui kalau kau jenius, lebih baik dan lebih unggul dariku.

Dan aku mengaku kalah secara kualitas personal darimu

Tawa Hariyanto pecah berderai, matanya berbinar saat kami kemudian serius bersalaman tanda deal dengan semangat.

Chapter 3
Sebulan berlalu sejak pertemuan dengan Hariyanto sahabat lamaku. Kembali kujalani rutinitas seperti biasa. Anehnya entah kenapa, jauh didalam alam ketidaksadaranku aku merasa yakin ia akan berhasil memenuhi challenge yang kuberikan. Cuma bagaimana cara dan prosesnya, aku sama sekali blank dan ngga bisa memperkirakan. Disamping beda kota, antara Hariyanto dan kakak iparku bahkan tidak saling kenal. Jangankan dengan kakak iparku, dengan Arlet istriku saja dia ngga kenal. Makanya secara halus aku mengulik apa yang terjadi belakangan ini pada kakak iparku melalui Arlet.

Sejauh ini tidak ada yang istimewa. Kegiatannya masih sama, mengantar dan menjemput anak sekolah, arisan, aktif di kegiatan sosial. Sekali dua kami bertemu saat ia bertandang kerumah atau saat aku, Arlet dan anak-anak datang kerumahnya. Penampilannya secara fisik memang cantik dan seksi, montok banget juga. Memang masih kalah jauh dibanding Arlet yang akhir-akhir ini makin terlihat cantik dan seksi.

Sebenarnya bukan tanpa alasan aku mengarahkan challenge Hariyanto kepada Mbak Aurelia kakak iparku. Walau hubunganku dengannya baik-baik saja, tapi sejujurnya aku punya semacam perasaan kesal dengan tingkah dan kelakuannya. Terutama dengan kebiasaannya terlalu ikut campur setiap aku dan Arlet bertengkar.
Dengan suaminya, Mas Jaya Suparni aku juga baik. Bahkan aku ikut investasi dalam proyek tambang batubara yang dikelolanya. Baru dua tahun ini Mas Jaya dan Mbak Aurelia membeli rumah dan menetap sekota dengan kami, sebelumnya mereka tinggal di Kalimantan. Harga komoditas tambang yang terjun bebas belakangan ini, isu kerusakan lingkungan hidup dan pertimbangan pilihan sekolah buat anak-anak membuat mereka memutuskan boyongan keluar dari Kalimantan dan memilih tinggal sekota dengan kami.

Mas Jaya lebih sering berada di Kalimantan mengurus bisnisnya, paling pulang selama seminggu lalu pergi lagi. Ini membuat Arlet jadi dekat dengan kakaknya, karena akupun sering tugas keluar kota. Ada sisi positifnya juga sih, dengan ada kakaknya begitu aku jadi lebih merasa tenang saat tugas keluar kota. Tapi efek negatifnya, setiap kami bertengkar, Mbak Aurelia sepertinya menjadi tempat curhat Arlet, dan aku tak suka masalah internal rumah tangga kami tersebar keluar, meskipun cuma ke saudara kandung.

Walau sering ditinggal Mas Jaya berhari-hari, sedikitpun aku tak pernah mendengar cerita miring soal Mbak Aurelia. Padahal orangnya cantik, putih dan montok banget. Sesekali dua tak kupungkiri kadang imajinasiku melayang-layang membayangkan tubuhnya telanjang. Bibirnya yang agak tebal tapi seksi itu juga membuatku berfantasi alangkah nikmatnya kalau dipakai buat nyepong punyaku.
Tapi fantasi tinggal fantasi, kesetiaan dan kedewasaan Mbak Aurelia sudah teruji dan terbukti. Seperti keyakinanku akan cinta Arlet yang tak akan pernah surut padaku, demikian juga aku yakin cinta Mbak Aurelia pastilah demikian besar buat anak-anak dan Mas Jaya suaminya. Hal terakhir inilah yang membuatku sangat yakin, akan sangat berat sekali bagi Hariyanto untuk membuktikan semua bullshitnya itu dengan memenuhi challengeku.

Berapa lama waktu dibutuhkan Hariyanto untuk memenuhi challengeku? Aku menyesal tidak memberikan time limit saat itu. Iseng-iseng kuulik laman facebook Mbak Aurelia, meneliti timeline untuk memeriksa apakah ada clue yang mengarah ke progres challenge, sayangnya nihil. Biasa-biasa saja. Penasaran, kuulik daftar temannya, kebetulan tidak terlalu banyak. Tak ada satupun petunjuk kalau dia berteman dengan Hariyanto. Dari Facebook, aku masuk ke akun Twitter nya, sama juga nihil clue, masuk lagi ke Instagramnya dan lagi lagi aku kecewa karena sama sekali tidak mendapatkan satupun clue yang menunjukkan adanya progress yang kuharapkan.

Apakah Hariyanto begitu expert melakukan pendekatan terhadap Mbak Aurelia?, sehingga tak terdeteksi di aktifitas sosial media, atau jangan-jangan dia fail..memikirkan kemungkinan itu ada sedikit kebanggaan dan perasaan menang yang tak dapat kujelaskan dalam diriku. Ternyata Hariyanto tidaklah sehebat seperti apa yang dikesankan dan pamerkannya dalam pertemuan terakhir kami.
Aku hampir melupakan challenge yang kuberikan pada Hariyanto setelah berhari-hari kemudian tidak menemukan clue berarti. Apakah itu di media sosial Mbak Aurelia, atau dimedia sosial Hariyanto. Sampai akhirnya suatu siang ada jasa kurir mengantarkan paket kotak kecil padaku dikantor.

Berdebar kubuka kotak dan menemukan flasdisk baru dengan kapasitas 2 GB. Segera kucolokkan ke laptop. Dan menemukan file folder MP4 dengan ukuran 1,3 GB, File folder berjudul Teori Maslow. Membayangkan kecantikan dan kemontokan tubuh Mbak Aurelia, darahku mendadak berdesir panas. Aku harus mencari tempat yang aman tanpa gangguan apapun untuk menonton ini.

Chapter 4
Di Usia menjelang 55 Tahun Pak Widodo Antasena masih memiliki fisik bugar dan prima. Perawakannya gempal tapi tegap, didapat dari latihan beban rutin yang menjadi hobbynya. Ia adalah salah satu direktur executive perusahaan kami. Dikamar itu ia duduk semeja dengan Mr. David Klein, expatriate US berdarah Jerman berusia 51 tahun. Ia adalah manager representative foreign investor. Sepintas wajah dan model rambutnya mirip mantan striker AC Milan asal Jerman Oliver Bierhoff. Perawakannya tinggi tegap khas bule Jerman, plus bulu bulu tangan lebat pirang kecoklatan. Dengan kecerdasan diatas rata-rata, meski baru setahun di Indonesia, Mr. Klein sudah fasih berbahasa Indonesia

Kedua petinggi kantorku itu dengan santai menyantap anggur diatas meja, sepertinya mereka sedang menunggu seseorang.

Sebenarnya aku hampir tidak percaya, kita melakukan ini Pak Wid

Ya kita lihat saja Mr. Klein

Anda bilang perempuan ini adalah istri staff anda

Yes Sir. Percayalah Anda tidak akan kecewa.
Beberapa saat kemudian terdengar ketukan pelan dipintu. Pak Wid segera bangkit dan beranjak membuka pintu kamar. Terkejut bagai disengat kalajengking kulihat wajah Arbaleta muncul, agak pias dan tegang. Namun senyum hangat Pak Wid segera menenangkan debaran jantungnya yang meningkat. Ragu-ragu istriku melangkah memasuki kamar.

Dalam riasan tipis dan rambut tergerai lepas Arbaleta terlihat cantik dan seksi sekali. Ia mengenakan blouse merah cerah, dipadu dengan celana jeans hitam ketat menampilkan liukan pinggul sempurna, pantat padat montok dan paha yang sekal. Leher blousenya rendah membuat sebagian payudara montok Arlet nyaris melompat keluar.

Aku ingat tiga hari yang lalu ia memakai setelan ini saat video call denganku. Waktu itu ia mengatakan akan menjemput Nanda dan Tommy disekolah, aku sempat mengomentari blousenya, menurutku terlalu terbuka dan seronok, tapi ngga ditanggapinya karena katanya buru-buru.

Pak Widodo berbasa-basi sejenak menanyakan kabar, ia juga menawari minuman pada istriku. Laiknya seorang gentlemen sejati Pak Widodo memberikan segelas wine kepada Arlet. Lantas istriku duduk sambil meneguk wine nya disofa, kaki kanannya disilangkan.

Anda tahu, Mr. Klein?

Huummm.

Mrs. Arlet ini ternyata sudah lama memperhatikan saya secara diam-diamdan sudah lama ingin ketemu saya secara personal seperti sekarang ini.hehhe..

Wajah Arlet bersemu merah, ia jadi salah tingkah. Dan berusaha menutupi malunya dengan tertawa kecil sambil mempermainkan ujung rambut.

Yahh abis gimana yachh pak suara Arlet manja Mas Sandy sering banget sih cerita soal bapak kalau dirumah.

Yang bapak katanya tegas lah, problem solver lah

Pemimpin yang pro sama anak buah lah.kayaknya suamiku tuch.hormat banget dech sama bapakkan sayanya jadi penasaranhihihih

Maksudnya penasaran gimana mbak Kejar Pak Wid.

Yachh penasaran ajahh, bapak tuch aselinya gimana sih orangnya , sampai segitunya Mas Sandy dirumah juga nyeritain mulu

Pak Wid tampak senang, sekaligus bangga mendengar itu.

Wahhh beruntung sekali saya punya staf loyal begitu, jadi sekarang Mas Sandy nya mana?.

Memutar bola matanya, wajah cantik Arlet seketika cemberut, bibir seksinya manyun, menggemaskan sekali.

Kan bapak yang nyuruh lembur.tadi pas nelfon bilangnya paling cepat pulang lewat tengah malem deh kayaknya.

Pak Wid dan Mr. Klein saling pandang, lalu tersenyum lebar.

Aku mulai merasakan tengkukku mengeras, sakit sekali. Terbayang bagaimana lelah dan stresnya aku mengejar deadline lemburan yang mendadak didelegasikan padaku, tiga hari lalu. Hampir pukul 02.00 pagi baru kelar kemudian pulang, menemukan rumah dalam keadaan kosong karena Arlet memutuskan membawa anak-anak menginap ditempat Mbak Aurelia, sewaktu kuberitahu aku akan lembur sampai lewat tengah malam.
Mr.Klein masih duduk dimeja sambil makan anggur, sementara Pak Wid kini duduk merapat disisi kiri istriku diatas sofa.

Baedewai, sekarang udah kesampaian kan ketemu sama saya, mbak

Iya pakudah kesampaian deh

Jadi udah puas?

Iyahhudah puas sich pakehhh hihihi

Tapi saya dengan Mr. Klein nya sekarang yang belum puas lho mbak.

Istriku melirik Mr. Klein yang sedari tadi tak henti memandangi tubuhnya. Mungkin ada perasaan bergidik aneh dirasakannya berada sekamar dengan 2 laki-laki petinggi kantor dimana aku, suaminya bekerja.

Ihh jadi gimana donk pakkalau belum puas? Istriku mengerling menatap langsung mata Pak Wid.

Pak Wid tak lagi bersuara, ia rapatkan duduknya. Tangan kanan kokohnya dengan mantap tanpa ragu-ragu sedikitpun merengkuh bahu kanan Arlet, menarik kedalam pelukannya. Istriku memejamkan mata saat dengus napas pimpinan kantorku menerpa pipi dan wajahnya, sebentar kemudian bibirnya yang penuh dan seksi, habis dilumat bibir tebal Pak Wid.

Lidah Pak Wid menerobos dan saling memagut lidah Arlet, bertukar ludah dengan napas memburu. Tangan Pak Wid cepat bergerilya, menerobos masuk kedalam blouse dan bra Arlet, menyentuh, meremas gemas lalu menghela keluar bongkahan payudara montok, mulus dengan putingnya yang seketika mengeras merah kecoklatan.

Arlet paling ngga tahan kalau kedua putingnya dijiat-jilat, bukannya dikenyot. Dan itulah yang kini dilakukan Pak Wid, entah tau dari mana dia pusat titik rangsang Arlet, dengan lembut dan mantap ia menjilat-jilati kedua puting istriku bergantian. Efeknya dahsyat, langsung saja Arlet menggelinjang terbakar birahi, kedua putingnya keras mengacung. Puas membuat Arlet terbakar nafsu, Pak Wid segera melepas baju dan celananya.

Arlet yang terbaring disofa dengan payudara terbuka karena blousenya sudah tergulung diperut hanya diam melihat pimpinanku mulai melepas baju. Tak ada gesture penolakan atau keberatan, seolah-olah ia sudah tahu dan siap bahwa inilah yang akan terjadi padanya sewaktu memutuskan mengetuk pintu dan melangkah memasuki kamar ini. Sebentar saja tubuh gempal dan berotot itu telanjang didepannya. Penisnya tidak terlalu panjang tapi tebal dan luar biasa gemuk keras mendongak.

Dan bukan hanya itu, Mr Klein ternyata juga ikut-ikutan melepas baju. Dadanya yang bidang penuh bulu membuat Arlet bergidik ngeri, namun hal yang membuat napas Arlet seakan berhenti adalah batang berukuran super yang menggantung dibawah pusar Mr. Klein.

Dengan lembut dan gentlemen kedua petinggi kantorku membantu Arlet berdiri dari posisinya yang terbaring disofa. Sambil berdiri, Arlet pasrah membiarkan kedua laki-laki itu melucuti pakaiannya.

Mungkin Arlet merasa exiting sekali berdiri sama-sama telanjang begitu dekat dengan dua lelaki yang selama ini begitu kuhormati. Mungkin juga dia mulai merasakan bulu-bulu halus tubuhnya berdiri meremang. Sentuhan kepala penis Pak Wid di pantat kirinya, dan hangat membara kepala penis Mr. Klein dipaha kanan depannya pastilah membuatnya merinding.
Bagai mengagumi sebuah mahakarya seni, kedua pria itu dengan sabar dan lembut menyentuh dan mengekplorasi seluruh bagian tubuh Arlet. Mengusap, membelai, meraba dan meremas lembut. Aku percaya, Arlet selama ini tak pernah berbuat curang padaku, tapi dengan melihat ekspresi birahi wajahnya saat ini, aku benar-benar merasa bahwa, semua teori Maslow yang dikatakan Hariyanto saat itu 100% terbukti.

Arlet begitu penasaran tapi ragu ragu, kelihatan dari kedua telapak tangannya yang terus menerus, bergerak pelan-pelan mendekati masing-masing kejantanan mereka. Mungkin ia sebenarnya sudah tak tahan, ingin merasakan bagaimana tekstur, bentuk dan sensasinya menyentuh, memegang dan menggenggam bagian tubuh paling intim dari lelaki lain.

Ia pasti sangat berharap, salah seorang atau bahkan kedua laki-laki itu meraih dan membimbing tangannya untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukannya, tapi sayang itu tidak terjadi. Pengalaman bercinta kedua lelaki itu jauh melampaui Arlet, bahkan mungkin jauh melampaui diriku. Sekali lagi aku menyaksikan bagaimana teori Maslow itu mewujud dalam bentuk style memperlakukan secara elegan wanita yang takluk, telanjang dan terbakar birahi dari pria-pria mapan yang sudah mencapai level aktualisasi diri.

Menggunakan punggung tangan dan telapak tangannya yang membuka Arlet menyentuh lembut kontol-kontol ngacung itu, insting primitif secara alamiah mengarahkannya untuk tidak melakukan apa yang tak diinginkan oleh pejantan-pejantannya, walau dalam hati betapa gemas Arlet tak sabar untuk meraih, menggenggam dan menenggelamkan batang-batang perkasa itu dalam kocokan tangannya.

Ia sentuh bagian kepala penis, ia gesekkan dengan sengaja punggung telapak tangannya disepanjang batang-batang keras itu, lalu ia usap-usap lembut kantung pelir dengan ujung-ujung jarinya. Dari lirikan matanya Arlet seperti takjub melihat bagaimana batang-batang itu kemudian mengangguk-angguk menyeramkan, dilingkari pembuluh darah membesar dan membengkak menahan banjir gelombang aliran darah.

Lalu Arlet merasakan tekanan lembut pada pundaknya. Dengan takzim Arlet kini bersimpuh dihadapan kedua bos besar perusahaanku, wajah cantiknya sejajar menghadap dua kejantanan jumbo size, jauh melampaui milikku suaminya. Saat Pak Wid memegang kepalanya, tanpa diminta Arlet membuka mulut, menjulurkan lidah yang merah basah, dan membiarkan batang gemuk tebal itu menerobos mantap memasuki mulutnya.

Hariyanto mengirim file premium sesuai spesifikasi yang kuminta. Kualitas visual dengan resolusi tinggi dan kualitas audio paling jernih membuat aku dapat mendengar jelas desahan Arlet tiap kali Pak Wid menekan masuk kontolnya. Suara kecipak ludah melumasi batang penis keluar masuk mulut terdengar begitu real. Bagai simpofi, kini kepala Arlet mengangguk-angguk pelan mengeluar-masukkan kontol Pak Wid dimulutnya. Monyong-monyong bibirnya melingkari batang gemuk itu, dengan gemulai jemari lentik tangan kirinya meraba-raba dan meremas lembut kantung pelir, sementara telapak tangan kanannya mengocok kontol jumbo Mr. Klein.

Aku tak tahu berapa candid kamera dengan resolusi tinggi dipasangkan diseantero kamar itu, tapi yang jelas aku dapat melihat sungguh erotis tubuh telanjang istriku, bersimpuh memuaskan nafsu kedua pejantan dengan mulut dan tangannya dari berbagai sudut pandang. Ada yang tampak belakang, tampak samping, tampak depan dan tampak dari atas. Aku harus mengakui bahwa Hariyanto, benar-benar seorang yang super jenius.

Simfoni lembut, syahdu dan melankolis itu ternyata hanya berlangsung di delapan menit pertama. Karena setelah itu yang kulihat adalah kebuasan. Saat Mr. Klein mengambil alih mulut Arlet, dengan kasar ia mengeluarmasukkan kontolnya yang besar dan panjang. Tanpa perasaan ia raih kepala Arlet, mendorong dan menekan ke kontolnya berulang-ulang, mata Arlet terbelalak kaget. Desahan Arlet seketika berubah jadi lenguhan. Rambutnya yang tadi tergerai seksi, kontan kusut berantakan. Lama lama lenguhannya makin keras, dan makin sering, kadang diiringi suara tersedak batuk-batuk dan suara seperti orang mau muntah.

Kepalaku pusing berdenyut-denyut. Rasanya aku tak sanggup lagi mereport apa yang sedang kutonton.

Seperti anjing, sekarang Arlet merangkak nungging diatas alas beludru yang melapisi lantai marmer. Dari belakang si bule dengan full speed menggenjot memeknya. Kedua tangan kekar berotot dan penuh bulu itu mencengkram mantap pinggul pejal Arlet. Setiap kali mencoblos kedepan, tangannya menarik pinggul Arlet kebelakang, membuat pantat mulus montok itu mantul-mantul demikian erotis.

Ugghhh.uuggghh.huuuggghhhmmmhhhm
Ugghhhuuughhhuggghhhhhmmhhhhh
UghUghhuugghhhmmmhhhh

Pandanganku mengabur mendengar serasinya lenguhan Arlet dengan gerakan Mr. Klein. Semakin kencang dan bertenaga bule itu memompa memeknya, semakin keras dan pendek lenguhannya. Sebaliknya bila pompaan dilakukan dengan gerakan pelan dan lambat, lenguhannyapun seketika melemah disusul desahan panjang seperti kepedesan.

Selagi ia di doggy, Pak Wid berdiri didepannya. Penis gemuknya mencacak, ereksi menonton Arlet melenguh panjang pendek, mendesah-desah kepedasan dan kadang menjerit tertahan terguncang-guncang menerima hunjaman demi hunjaman kontol besar dimemeknya.

Dari cara Arlet balas menatap nanar Pak Wid meski ia sedang di doggy, aku merasa ia seperti sudah dipersiapkan untuk ini semua. Ketika Mr. Klein memelankan tempo lantas berhenti dan mencabut penisnya, Arlet hanya diam mengatur napas, ia sama sekali tak bergerak dari posisinya yang menungging. Ia menunggu.

Dan Arlet tetap diam saat Pak Wid mulai bergerak dibelakangnya. Tidak seperti Mr. Klein yang memasukinya dari belakang sambil berlutut. Pak Wid berdiri mengangkangi pinggulnya, ia tekuk kedua lututnya, membungkuk memeluk, meraba dan meremas kedua payudara besar Arlet yang menggantung. menciumi tengkuk, telinga dan leher Arlet, membuat istriku menggelinjang. Ia berbisik ditelinga Arlet, begitu lembut hingga aku tak tahu apa yang dibisikkannya. Yang aku lihat kemudian adalah Arlet beringsut merapatkan paha, dan menunggingkan pantatnya lebih tinggi.

Ia masih terus menghujani Arlet dengan ciuman dileher, pipi dan bibir sambil pelan-pelan merapatkan tubuh bagian bawahnya, saat kemudian dengan gerakan mantap dan bertenaga ia menekan pantatnya ke bawah diikuti lenguhan Ugggghhhhh Arlet yang seketika terbelalak, aku tahu, istriku mulai dientot lagi.

Sekali lagi aku melihat persetubuhan yang benar-benar mirip anjing kawin. Digencet berulang-ulang dari atas, susah payah Arlet berusaha mempertahankan pantatnya tetap menungging. Berkali-kali ia rapatkan kembali kedua pahanya yang pelan-pelan membuka akibat genjotan Pak Wid. Ekspresinya tampak begitu erotis setiap kali menerima tusukan-tusukan bertenaga kontol dimemeknya, seperti ekpresi orang yang terkaget-kaget tapi keenakan dan ekspresi itu makin bertambah erotis saat melihat Mr. Klein akhirnya ikut bergabung. Tubuh mulusnya mengkilat basah berkeringat, bercampur tetesan keringat para pria yang menyetubuhi memek dan mulutnya depan belakang. Arlet hanya bisa melenguh tiap kali digenjot, ia tak bisa bersuara selain melenguh karena mulutnya disumbat kemaluan Mr. Klein.

Hampir satu jam lamanya mereka berdua menggauli Arlet. Membolak balik tubuh seksinya dalam berbagai posisi. Berganti-gantian menggenjot, dari memek pindah kemulut, dari mulut pindah ke memek, begitu terus. Lenguhan Arlet lagi-lagi kadang terdengar pelan tertahan tapi keseringan cepat dan keras. Sesekali mereka menurunkan tempo, sekedar memberi kesempatan Arlet mengambil napas, lantas kembali menggenjot mulut dan memeknya tanpa ampun.

Disetubuhi keroyokan begitu, bukannya klenger Arlet justru bereaksi diluar nalarku. Seakan trance, tubuhnya malah berespon kebalikannya. Berkali-kali kuperhatikan ia mendesak-desakkan pantat montoknya kebelakang atau keatas dengan gemas, meliuk-liukkan pinggul menyambuti tiap kontol yang ngentot memeknya. Anggukan kepala mengikuti masuk keluar kontol dimulutnya begitu erotis dan hard, tak pernah aku melihatnya melakukan oral seks demikian total.

Merasa mendapat betina sepadan, kedua pejantan setengah tua itu makin menjadi. Sambil didoggy, beberapa kali Arlet mendapat spanking, yang membuatnya mengaduh terkejut. Sebentar saja kedua belah pantat montok Arlet dipenuhi bercak-bercak merah bekas tamparan dan tepukan, kontras dengan kulit tubuhnya yang putih mulus.

Aku jadi teringat deretan terapis spa yang pernah kugumuli, juga deretan perempuan-perempuan yang menemani tidurku saat tugas keluar kota, seingatku tak ada yang kuperlakukan seperti mereka memperlakukan Arlet. Bahkan sama lonte pun aku selalu lembut.

Ugghhokkkhhmmhhmmakkkh akkkh
Ugghhhhuuuggghhhmmhhmm akkhhkkMmmmhhhm
ookhhookkhhokkkhhh.huuuggghhokkhhhmmmhhh

Kupejamkan mata. Membiarkan hanya telingaku mendengar lenguhan dan gumaman kenikmatan Arlet, berpadu dengan dengus-dengus napas memburu kedua pejantannya.

Rasanya begitu lama. Begitu panjang. Aku merasa hancur menyaksikan kenyataan betapa gila dan ganasnya gaya bercinta mereka bertiga.

Kemudian aku mendengar lenguhan Arlet berubah jadi rengekan dan jerit tertahan, aku tak tahan untuk tak membuka mata. Dan kembali aku melihat scene yang mengguncangkan jiwa. Betapa binal dan liarnya Arlet menghempas-hempaskan pantatnya naik turun diatas tubuh Mr. Klein. Begitu hausnya ia menjemputi kenikmatan. Berganti-ganti ia berpindah dari atas tubuh Mr. Klein dan Pak Wid. Tak kenal lelah ia menaik turunkan pinggulnya, membiarkan kontol para pejantan itu dari bawah bagai piston menembusi memeknya yang kuyup berlendir dan merekah merah.

Dan saat aku mendengar jerit orgasmenya, mataku seakan mau melompat keluar melihat bagaimana memek Arlet yang kuyup merah membengkak itu berkedut-kedut tak terkendali, persis seperti memek Veronika Avluv yang berkedut kedut orgasme di entot para negro. Sungguh aku tak mengira, akan melihat istriku mengalami hal sama seperti yang sering kulihat di bokep-bokep koleksiku.

Kembali kupejamkan mata. Jiwaku seakan terbang meninggalkan tubuh kasarku. aku sepertinya benar-benar tak kuat lagi meneruskan menonton bokep local keparat ini. Tapi suara-suara yang mereda itu membuat mataku membuka perlahan.

Arlet terbaring kelelahan mandi peluh, napasnya turun naik, lemas merasakan sisa-sisa sensasi orgasme ternikmat yang pernah dirasakan, saat Pak Wid mendatanginya. Pahanya dibuka, dan aku bisa mendengar jelas lenguhan pasrah Arlet waktu memeknya kembali dientot kontol gemuk direkturku. Kali ini, sepertinya Pak Wid akan menuntaskannya, terlihat dari gerakannya cepat dan bertenaga. Dia tak lagi mengatur speed dan power seperti sebelumnya. Dan saat kecepatannya meninggi, lenguhan bercampur rengekan Arlet terdengar makin keras, begitu tubuh gempal berotot itu sekonyong-konyong terdiam kaku dan desahan memanjang Arlet pecah, aku sudah tahu, ia membiarkan pimpinanku membenamkan air mani didalam memeknya.

Masih terkangkang dengan memek belepotan mani, Mr Klein kemudian beringsut mendekati Arlet. Ia sodorkan penis jumbonya kewajah istriku. Mata Arlet sayu terbuka, kamera men-zoom menit-menit ketika penis jumbo mulai masuk keluar mengocok mulutnya, dari sudut matanya aku melihat lelehan air mata, mungkin karena tekaknya berulang kali tergesek. Ludahnya luber membusa. Mungkin bibirnya kebas, atau rahangnya pegal, tapi aku tahu, dalam trance nya, Arlet tak punya pilihan, selain pasrah membiarkan pejantannya menuntaskan birahi. Saat kudengar geraman bule Jerman itu, aku tahu inilah puncaknya, ia memaksa mencengkeram kepala Arlet dengan kuat, istriku hanya bisa mengerang, keningnya mengernyit menahan nyeri, dan saat batang panas itu berkedut-kedut dalam mulutnya, memuncratkan bermili liter mili liter cairan putih kental dan hangat, tenggorokan Arlet seketika bergerak-gerak naik turun. Apakah aku baru saja melihat Arlet menelan habis semua sperma ejakulasi Mr. Klein?. Lagi-lagi kututup mataku dengan dada terasa sesak dan sakit.

Selama beberapa menit kesunyian menyergap dan menggantung diudara. Apakah siksaan jahanam ini akhirnya selesai?. Perlahan kubuka mataku.

Secara tiba-tiba scene berubah. Seseorang entah siapa kini memegang kamera. View menampilkan pemandangan area taman bunga hijau dan asri. Bunga-bunga seperti mawar, melati, cempaka dan asoka tampak begitu indah bermekaran. Hijaunya daun-daun semak belukar buatan membuat jiwaku yang hancur berkeping-keping menjadi sedikit lebih tenang.

Dari pemandangan asri taman bunga, view kamera kemudian berputar 180 derajat. Si pemegang kamera nampaknya mulai berjalan menyusuri sebuah lorong, kupikir ini adalah lorong suatu apartemen. Aku mengikuti view kamera dan berakhir didepan sebuah pintu.

Tanpa mengetuk, tangannya yang tak terlihat memutar handel pintu. Aku menahan napas saat pintu pelan-pelan dibuka. Ditengah ruangan, diatas sebuah sofa tunggal, aku melihat Mbak Aurelia, kakak iparku tersenyum manis. Wajahnya cantik, mulus mengkilat. Tubuh montoknya terbalut kimono merah jambu, rambutnya tergerai, agak berantakan, tapi aura kecantikan dan keseksiannya begitu menyihir.

Memiringkan kepala sedikit ia memeletkan lidahnya, lantas tertawa geli.

Hai Aurel. Sapa si pembawa kamera, suara laki-laki. Aku mengenali dengan baik suara berat dan agak serak itu.

Hai Harry.

View kamera mendekati Mbak Aurelia.

Bagaimana rasanya tadi?…Tanya pria itu, lebih ke menggoda.
Kakak iparku tersenyum sumringah, bola matanya yang indah dalam riasan smokey eyes berbinar.

Uhhmmenak banget Harry..

View kamera makin mendekat. Kini aku melihat close up wajah cantik berkilat Mbak Aurelia. Ada sisa sperma menempel diujung belakang pipinya, dekat telinga.

Bisakah.kita ulang?View kamera bergerak keatas menangkap tampilan dinding kamar mewah berkelir putih, memberikan nuansa bersih dan suci.

Kenapa tidak.Desah suara Mbak Aurelia lebih berupa bisikan. Masih menampilkan view dinding kamar bernuansa putih, aku mendengar suara gesper ikat pinggang dibuka. Disusul suara ritsleting diturunkan. Samar samar aku juga mendengar seperti rangkaian suara celana jeans yang dipelorotkan. View kamera kini jadi bergerak-gerak tak fokus. Lalu mulailah ada suara kecipak yang khas, disusul pelan suara lenguhan Mbak Aurelia, dan dengus napas tertahan pria si pemegang kamera.

Doyan banget sech brohh.disepongin mulu..Terdengar nada protes suara perempuan lain menyeletuk. Sekarang aku beneran mau pingsan, itu suara Arlet.
End Of This Chapter,,,,,,,,,,,,,,

Related posts