Kakekku Memperkosaku Dan Aku Harus ML Dengan Ke4 Nenekku
Namaku Ghaida. Aku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Ada sebuah kisah yang aku ingin bagikan kepada kalian. Sebuah pengalaman masa lalu yang sangat terpatri dalam ingatanku, Saat aku duduk di bangku SMU aku pernah mendapatkan kekerasan seksual dari kakekku.
Kakekku adalah seseorang yang berkedudukan dan berharta. Ia bupati Jawa Barat yang sangat kaya. Halaman rumahnya saja seluas 1 hektar. Di area tanahnya berdiri beberapa bangunan, seperti rumah dinas, tempat ibadah, arena pelatihan pencak silat, perpustakaan, rumah pribadi, dan lain-lain.
Ia seorang figur yang otoritatif, keras dan juga religius. Tubuhnya tegap dan kekar, wajahnya berkumis dan sorban putih selalu melilit di kepalanya. Kalau ia lewat di jalanan, semua orang pasti segera membungkuk dan menundukkan kepalanya. Hingga beliau sudah berlalu, baru mereka mengangkat kepalanya.
Kakek juga seorang guru besar dari perguruan pencak silat Rajawali Hijau. Muridnya mencapai angka 1000.
Terkadang kakek menggelar demo untuk memperagakan kesaktiannya. Ia bisa memecahkan batu beton setebal 20 cm dengan tinju dan tendangannya.
Karena kombinasi dari hal-hal di atas itulah, tidak sedikit ibu-ibu yang menawarkan anak gadisnya yang masih muda-muda kepada beliau. Meskipun istrinya sudah 4 orang.
Sehari-hari semua istri dan anak-anak gadisnya harus mengenakan niqab dan cadar, menutup aurat dari pandangan laki-laki lain.
Kakek sebenarnya orangnya penyabar dan ramah. Akan tetapi ada suatu kejadian yang mengubahnya 180 derajat. Aku dan ibu berpindah agama. Amarah kakek meledak seperti gunung Krakatau kala mendengar berita itu. filmbokepjepang.com Belum pernah aku melihat ia semarah itu. Ibaratnya kami sudah melemparkan seonggok tinja ke mukanya. Ia benar-benar tak dapat menerima kenyataan itu.
Ayahku menjadi bulan-bulanan kakek. Kakek mencaci maki ayah habis-habisan. Karena ia dianggap gagal menjaga titipan kakek. Gesekan demi gesekan tak dapat dihindari. Bumi gonjang-ganjing. Apalagi kami semua masih menumpang di rumah kakek. Ribut antara mertua dan menantu sudah seperti perang dunia kedua.
Ibu mencoba memohon ampun kepada kakek selama satu bulan lamanya. Tapi maaf itu tak pernah kunjung tiba. Bahkan suatu hari ketika kakek melihat ibu pulang dari sembahyang, amarahnya bangkit lagi.
Ia menarik ibu ke gedung kosong dan memarahinya, karena putrinya tidak mengenakan pakaian tertutup dan bercadar. Aku mengikuti mereka berdua dan mengintip dari balik pintu. Adu mulut tak terelakkan. photomemek.com Warna raut wajah kakek benar-benar merah padam. Pertengkaran dengan cepat memanas. sepanas tungku bara tukang besi. Kekesalan kakek memuncak sampai aku mendegar dengan telingaku sendiri kakek berkata, “Kalau kamu tidak mau balik ke agamamu yang semula, ayah perkosa kamu.”
Ibu terdiam dan menutup mulutnya. Ia kaget tak percaya mendengar ucapan ayahnya. Matanya berkaca-kaca dan ia mulai sesegukan, “Maafkan Siti, ayah… Siti tidak akan pernah kembali… kalau memang dengan memperkosa Siti, ayah bisa melapangkan dada dan menerima Siti apa adanya, Siti rela…”
Ibu membalikkan badannya dan bertumpu pada meja kayu jati. Tangan kanan ibu dengan ragu-ragu menarik roknya ke atas hingga sepinggul. Kemudian menarik celana dalamnya ke bawah hingga setengah paha, memperlihatkan bokong dan belahan vaginanya. Kakinya melebar. Dua jarinya membuka belahan vaginanya sisi belakang, mempersilahakan kakek melakukan apa yang ia inginkan.
“Silahkan ayah, perkosa Siti, Siti pasrah….”
Mendengar perkataan ibu, kakek semakin gemas. Kakek merengut kerah ibu dan memaksanya berdiri. Telapak tangan yang bisa memecahkan beton 20 cm terangkat ke udara. Ibu memalingkan muka dan memejamkan mata bersiap menerima tamparan kakek.
Namun…. tangan itu tak kunjung mendarat di wajah ibu. Kakek tidak bisa melakukannya. Ia tak bisa menyakiti anak kesayangannya.
“HEMPF!” Kakek mendengus kesal. Ia berbalik dan pergi meninggalkan ibu. Dep! dep! dep! Langkah kakinya menghentak-hentak lantai parkit kayu.
Saat ia melewati pintu, pandanganku dan kakek bertemu. Ia menatapku tajam. Aku takut ia marah padaku karena mengintip mereka berdua. Lalu pandangannya mengarah pada kalung simbol agamaku yang baru yang tergantung di leherku.
“HEMPF!”
Jari-jarinya yang besar merengut kalung perak itu dan membuangnya.
“Jangan ada barang ini di rumahku!”
Ia tarik tanganku dengan kasar. Tubuhku terasa seperti layangan yang dibetot.
Kakek membawaku ke gedung lain yang biasanya diperuntukkan untuk tamu menginap. Ia menyeretku masuk ke dalam kamar tidur dan menutup rapat-rapat pintu kayu berukir Jepara dan jendela. artikelbokep.com Lalu dengan tenaganya yang besar ia melemparku ke atas kasur. Rokku tersingkap. Bola mata kakek langsung memandang kedua pahaku. Aku segera menutupnya karena malu.
Aku ingat jelas kala ia melepaskan gespernya dan membuka celana panjangnya. Lalu ia mengocok batangnya yang panjang itu, agar tegak mengacung.
Sosok kakek yang besar hampir seperti Ade Rai datang mendekat dan naik ke atas ranjang dan tiduran di belakangku.
“Kamu akan kakek hukum…,” bisiknya.
Kakek menarik rokku ke atas. Aku mencoba menahannya, tapi tidak berdaya dengan tenaga kakek yang kuat. Ia sibak rok yang menutupi bagian tubuh bawahku hingga seperut. Lalu ia robek lepas celana dalamku. Krek!
“Kek… Ghaida mau diapain?” Tanyaku kebingungan.
Aku merasa tegang. Tangan kakek yang besar menyentuh, meraba pantat dan pahaku. Ia mencoba memposisikan diriku. Tak berapa lama aku merasakan ada sesatu yang menyusup masuk di antara pangkal pahaku. Ternyata ia menyisipkan penisnya dari arah belakang dan menempelkan batangnya ke kemaluanku. Mulailah ia menggesek-gesekkan tititnya ke lubang kencing cucunya sendiri.
Aku memejamkan mataku dan mulutku menganga. Karena rasa geli menjalar dari vaginaku. Aku meremas kain kasur tempat tidur.
Titit kakek keluar menyembul berulang-ulang dari jepitan pahaku. Kepala penisnya selalu bergesekan dengan kemaluanku.
“Ahh..ahh..ah…ah…,” aku melenguh hebat. Terus terang saja meskipun aku belum mengerti apa yang sedang diperbuat kakek terhadap diriku saat itu, tapi bagian kewanitaanku menikmati perlakuannya. Semakin cepat kakek bergerak, semakin nikmat aku dibuatnya.
Aku mencoba melepaskan diri. Tapi kakek dengan mudah menarik diriku ke dalam dekapannya dan kembali ia gesek-gesekan anunya ke anuku dengan lebih intens
“ahh…ahh.. Kek… Ghaida takut…. ah..ah…..ahhhh…”
Kakek tak mengindahkan rengekanku. Dan rasa nikmat semakin menggetarkan tubuhku.
Kemaluanku becek. Cairannya melumuri Batang kakek.
Aku menoleh ke belakang untuk melihat orang yang seharusnya menjadi pengayomku. Aku seolah hendak meyakinkan diriku, bahwa di belakangku, benar kakekku sendiri yang benar-benar melakukan ini.
Wajah kakek tampak birahi.
Tak berapa lama aku mengejang dan kelojotan. Aku tak tahu apa yang terjadi dengan tubuhku waktu itu.
Sekonyong-konyong kakek menjambakku dan menarik kepalaku. “Auua!” jeritku kesakitan. Rambutku ditarik seperti kekang kuda. Ia paksa aku menoleh. Clrp! clrp! clrp! Ia kocok penisnya yang berkilat dengan cepat tepat di depan wajahku. Tahu-tahu ia sodok mulutku dengan batangnya itu.
Ia tarik mundur kepalaku sehingga batangnya terurut oleh bibirku. Tahu-tahu Crot! crot! crot! Aku merasakan cairan hangat mengalir di mulutku. Aku mencoba menarik kepalaku, tapi kakek terus menahannya.
“Uhuk! uhuk! uhuk!” aku terbatuk karena tersedak oleh banyaknya cairan sperma yang keluar di mulut. Dari pinggir bibirku, mengalir peju kakek, menetes ke kasur.
“Kamu adalah pelacur!” katanya kepada diriku.
Aku kaget mendengar ucapan kakek. Mungkin waktu itu ia bermaksud untuk merusak darah daging dari putri kesayangannya yang telah memberontak terhadap dirinya.
Semenjak itu setiap kali ibu dan kakek bertengkar, pasti aku dijadikan sasaran kakek. Ia selalu membawaku ke kamar dan mengulangi perbuatannya. Lama kelamaan ia pun mulai mengentoti aku. filmbokepjepang.com Kakek melucuti pakaianku hingga setengah bugil dan melampiaskan kekesalannya ke lubangku yang baru saja melepaskan keperawanannya. Batang kakek itu seperti kapal “tanker” yang memenuhi seluruh rongga kemaluanku. .
Aku benar-benar dijadikan seperti pelacur oleh kakekku. Setelah ia selesai melakukan perbuatannya, ia pun melemparkan beberapa lembar uang ke diriku.
Pernah ketika aku baru pulang dari sekolah, aku diboyong ke kamar tidur pribadinya. Lalu kakek memangil istri-istrinya. Masih dalam berpakaian niqab ia menyuruh mereka menciumi diriku sambil memasturbasi kemaluanku secara berbarengan di atas ranjang. Termasuk nenekku sendiri.
Awalnya semuanya menolak keras. Namun mereka tidak dapat melawan perintah suami mereka.
Bibir, leher payudara, paha, pantat ku pun menerima rangsangan kecupan. Sementara dari berbagai arah, jari-jari istri kakek keluar masuk di dalam vaginaku dari berbagai arah. Nghhhh… rasanya nikmat sekali…. Itu adalah saat pertama aku merasakan belaian tangan wanita di ujung lubang senggama.
Ketika semuanya selesai, nenek sembunyi-sembunyi mencariku. Ia merasa bersalah telah mealakukan itu semua, dan ia mencoba menghiburku. Tapi kakek mengetahui hal tersebut. Ia marah dan menghukum nenek.
“Jangan kau lindungi cucu kita itu. Ibunya sudah murtad. Ini hukuman baginya.”
Kami dibawa ke dapur. Kakek memerintahkan para pembantu yang sedang bekerja di sana untuk keluar. Kakek meminta nenek duduk.
“Ghaida, pegang timun ini.”
“Mau buat apa kek?”
“Pegang!”
Aku menuruti perintah kakekku.
“Sekarang kamu masuk ke dalam rok nenek, keluar masukkan timun ini di lubang nenek.”
“Astaga, kek…!” ucap nenek kaget.
Aku tak berdaya menolak instruksi kakek. Maka aku pun masuk ke dalam rok nenek. Aku sampirkan tepian celana dalamnya, hingga belahan vaginanya nampak. Kemudian ku dorong timun itu masuk ke dalam. Aku mendengar nenek mendesah-desah ketika kusodok-sodok vaginanya.
“Ah..ah…Suamiku hentikan ini..ini tidak benar….Ghaida cucu kita…” pinta nenek memohon. Tapi kakek tidak peduli. “Buka lebar kakimu!” Nenek hanya bisa menurut. Lubang vagina nenek merekah, dan aku harus menyodok terus kemaluan nenek. Sampai ia akhirnya melenguh panjang.
Demikianlah aku dipaksa melakukan hubungan sedarah sejak muda oleh kakekku. Aku menjadi objek pelampiasan kemarahan kakekku terhadap ibuku.
Meskipun ibu mengetahui apa yang terjadi kepadaku. Bahkan aku pernah ditelanjangin dan dientot 3 hari 2 oleh kakek di hadapannya, tapi ibuku tetap berpegang teguh pada keyakinannya. Hingga akhirnya bertahun-tahun aku mengalami hal itu.
Pengalaman itu mempengaruhi psikiologiku. Bayang-bayang akan hubungan sedarah tapi bisa lepas dari pikiranku.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,