Just Bram
“Teng tong.. Teng tong..” itu suara notifikasi LINE si bram. Terlihat ada pesan masuk dari temanya, si Lucas.
“Yaelah nih bocah gak sabaran amat yak..” Gerutu si Bram sambil nyisirin rambutnya yang masih basah.
Gue naik kereta.
Bram yang belum punya kendaraan sendiri terpaksa memakai transportasi umum untuk menunjang aktivitas hariannya. Untuk menuju ke bekasi, transportasi paling murah menggunakan jasa commuter line. Dari rumah ke stasiun dia pesan ojek online yang berwarna hijau.
“Bram! Ojeknya udah nunggu didepan tuh..” Teriak mamanya Bram sambil masak sup bakso buat dirumah.
Bram melesat bak pelor yang dihempaskan dari pistol FN, langsung menyambar tangan mamanya untuk berpamitan.
“Mah aku pergi dulu mau ke rumah lucas.” si Bram langsung cabut naik ojek online. tanpa menghiraukan lagi mamanya.
Sesampainya di stasiun, Bram membeli kartu dulu di loket karena dia tidak punya kartu langganan untuk naik kereta. Antrian sedikit mengular di kedua loket karena ini hari libur jadi banyak warga yang mau jalan-jalan naik kereta.
Bram yang tadinya cuek sama suasana sekitar, langsung terpaku sama satu sosok wanita yang ada di barisan depan sebelah kiri. Wanita berkulit berkulit putih, memakai kaus yang dimasukkan ke dalam celana hitam miliknya. Bagaikan kucing melihat ikan, Bram seperti ingin menerkam langsung dan menyetubuhinya di depan loket stasiun tersebut.
“Mas maju mas.. Mas! Oy!” Tegur seorang bapak dari barisan belakang, Bram bengong melihat penampakan wanita tersebut sehingga lupa dia sedang baris untuk membeli tiket.
“Eh iya pak maaf..”
“Mas, ke stasiun bekasi ya. Satu orang”
Setelah membayar dan mendapatkan tiket, mata Bram langsung mencari sosok wanita tersebut namun naas wanita tersebut telah meninggalkan barisan loket tersebut.
Bram langsung berlari menuju tempat menunggu datangnya kereta, stasiun penuh sekali hari itu. Banyak anak-anak dan orangtuanya yang sepertinya ingin belanja di Pasar Tanah Abang atau pergi ke Kota Tua.
“Sial! mana tuh cewek?!” Gumam Bram dalam hatinya. Dia terlihat kecewa karena wanita yang dilihatnya tidak terlihat di kerumunan tersebut.
Kereta datang dari Arah serpong menuju Tanah Abang, Bram berdesakan untuk naik kedalam kereta. Untuk sesaat Bram mencoba melupakan sosok wanita tersebut.
***
Kereta telah tiba di Tanah Abang, Bram harus turun karena harus transit menuju kereta yang mengarah ke Bekasi. Bram berjalan menuju tangga naik agar bisa menyeberang ke peron lain, sesak sekali sampai ada seorang wanita yang mau jatuh saat mau menaiki tangga.
“Tolong yang tertib! Jangan dorong-dorongan!” Petugas keamanan stasiun berteriak seperti Achilles yang memanggil Hector untuk bertarung.
Saat Bram sudah di tangga, dia melihat wanita itu lagi. Kali ini lebih jelas karena dia ada disebelah Bram. Hidung mancung, mata bulat, pipi bagaikan bakpao hangat, dan satu yang sangat diperhatikan Bram, ya payudaranya bagaikan Gunung yang sedang ingin erupsi.
“Anjing! Gede banget bajingan! Sialan gue harus kenalan. Tapi gimana caranya?!!” Batin si Bram sambil menahan penisnya yang mulai ereksi.
Lalu singkat cerita Bram selalu mengikuti gerakan wanita tersebut sambil melihat bohaynya pantatnya, kiri-kanan-kiri-kanan. Namun kesialan memang sedang melanda, wanita itu masuk menuju gerbong khusus wanita.
Cita-cita dan harapan bram musnah seketika, bagai lebah merindukan madu, dia gagal. Untuk yang belum tahu, pria sangat dilarang memasuki gerbong tersebut. Kalau mau nekat, anda bisa ditendang sambil diteriakin “This is Sparta!!!!!!!”
Bram orang yang sangat bisa menghibur diri, dia berfikir mungkin wanita tersebut memang belum jodohnya. Bram menaiki satu gerbong setelah gerbong wanita, dia berharap bisa melihat wajah wanita tersebut untuk terakhir kali. Penisnya shutdown bagaikan pemerintahan Donald Trump saat ini.
Kereta melaju dengan cepat melewati stasiun-stasiu selanjutnya hingga sampai di stasiun manggarai. Banyak orang turun begitupun sebaliknya, karena stasiun ini merupakan stasiun transit bagi yang mau ke Bogor atau Bekasi.
Tanpa disangka, wanita tersebut pindah ke gerbong Bram. Jantungnya dag-dig-dug seperti tabuhan gendang dangdut pantura. Rejeki datang, wanita tersebut berhenti persis disebelah Bram, berpegangan dengan besi yang ada disebelah kanannya.
Bram bermaksud mendekat ke sampingnya, namun karena terdesak oleh penumpang lain Bram sekarang berada tepat di belakang wanita tersebut. Penumpang kereta makin berdesakan, tanpa sengaja Penis Bram bersentuhan dengan Pantat wanita tersebut.
Penis Bram berdiri bagaikan otak yang disulut oleh Kafein, keras bagaikan batu berlian di Afrika Selatan. Kereta mulai jalan, bram tidak mampu menahan goyang badannya sehingga penisnya tak sengaja bergesek ria dengan pantat wanita tersebut.
“Maap mbak..” dengan gugup bram membisikkan kalimat tersebut ke wanita itu. wanita itu menoleh ke bram lalu senyum dengan manis seperti dia ikut menikmati momen bajingan tersebut.
Otak bram langsung dibanjiri ingatan video porno yang pernah ditontonnya, wanita jepang yang diperkosa di kereta. Namun Bram berusaha tenang, perlahan akal sehatnya mulai menguasai dirinya sekarang.
Tiba-tiba wanita tersebut membuka hape lalu menulis di note beberapa kata, dan hape itu diberikan oleh Bram.
Belum juga bram membalas note tersebut, ada sesuatu yang menjalar di pahanya. Yes! Itu tangan chintya yang meraba pahanya, dia mengelus dengan lembut. Bahkan, chintya mencoba membuka resleting celana Bram saat itu juga.
“Jangan mbak…” Bisik bram kepada chintya.
Bukan berhenti, chintya malah menyandarkan tubuhnya ke tubuh Bram tanpa menghiraukan pandangan orang lain. Bram kaget bukan kepalang, dia bisa melihat dengan jelas gunung kembar chintya, bahkan lebih jelas dibandingkan masa depannya.
Bram menulis di note hape chintya, dengan perasaan bimbang dan bergairah, berkata frontal tanpa batasan.
– Bram
Tangan chintya semakin agresif bak ramboo di hutan vietnam, membuka resleting Bram saat kereta sedang berjalan. Penis hitam dan tidak sempurna itu keluar dari sarang, bebas bagaikan burung yang ingin terbang ke alam liar.
Namun tidak dengan chintya, dia memegang penis itu dengan kencang, perlahan mengocok batang penis itu sampai Bram pusing tidak karuan.
“Fuckkk gila banget nih cewek..” Bram sambil menahan gairahnya mencoba menyembunyikan ekspresi wajahnya agar tidak dicurigai penumpang lain.
Chintya terus mengocok batang penis itu sampai mulai keluar sedikit lendir dari kepala penis Bram. Terlihat tinggal 2 stasiun lagi untuk mencapai Stasiun Bekasi, mereka diuntungkan karena suasana kereta penuh sesak dan Bram membawa tas ransel yang ditaruh di dada sehingga bisa menutupi aktivitas tersebut.
Tanpa ada interupsi dari Bram, penisnya diarahkan menuju pantat chintya, wanita itu sengaja agak melebarkan pijakan kakinya karena dengan segera penis Bram dimasukan ke belahan pantat wanita itu.
Chintya langsung menulis note,
Bram yang sedari tadi tidak memiliki kontrol penuh, sekarang dikasih kesempatan untuk menyerang pertahanan lawan. Digesek maju mundur secara perlahan penis hitam itu di belahan pantat chintya.
“Mmmppphh” Chintya terlihat juga menikmati adegan itu, namun dia tidak sehebat Bram dalam menahan ekspresi wajahnya. Wajahnya menggambarkan seorang manusia yang dipenuhi nafsu seksual yang gila. Orang disekelilingnya mulai memperhatikan chintya karena hal tersebut.
“Mas, kamu ngapain?!” Bagaikan disambar petir, suara itu datang dari seorang bapak usia senja yang sejak tadi memperhatikan gelagat aneh Bram.
“Pak security! Pelecehan ini.. Ada pelecehan!” Sontak semua mata tertuju kepada Bram yang wajahnya ditunjuk oleh bapak tersebut.
Lalu kereta pas berhenti di stasiun tujuan Bram, Stasiun Bekasi. Apa hal selanjutnya yang akan terjadi kepada Bram?