Janda Muda Membutuhkan Nafkah Batin
Aku bekerja di sebuah perusahaan cukup terkenal di Surabaya kota yg ramai, dan saya tinggal (kost) di daerah perkampungan yg dekat dengan kantor cewek-cewek yg sering lewat di depan kost. Di sebelah kostku ada sebuah warung kecil tapi lengkap, lengkap dalam artian untuk kebutuhan sehari-hari, dari mulai sabun, sandal, gula, lombok, roti, permen, dan sebagainya itu ada semua.
Cerita mesum terbaru, Aku sudah berlangganan dengan warung sebelah. Aku bila tdk membawa uang atau saat belanja uangnya kurang aku sudah tdk sungkan-sungkan untuk hutang.
Warung itu milik Ibu Lis (tapi aku memanggilnya Tante Lis), seorang janda cerai beranak satu yg tahun ini baru masuk TK nol kecil. Warung Tante Lis buka pagi-pagi sekitar jam lima, terus tutupnya juga sekitar jam 9 malam. Warung itu ditungguin oleh Tante Lis sendiri dan keponakannya yg SMA, Bima namanya.
Seperti biasanya, sepulang kantor aku mandi, pakai sarung terus sudah stand by di depan TV, sambil ngobrol bersama teman-teman kost. Aku bawa segelas kopi hangat, plus singkong goreng, tapi rasanya ada yg kurang.., aku lihat jam dinding sudah menunjukkan jam 9 kurang 10 menit (malam), Aku keluar Rumah menuju warung Tante Lis ,aku jadi ragu, apa warung Tante Lis masih buka yah.., aku ingin membeli rokok. Oh, ternyata warung Tante Lis belum tutup, tapi kok sepi.., “Mana yg jualan”, batinku.
“Tante.., Tante.., Dik Bima.., Dik Bima”, lho kok kosong, warung ditinggal sepi seperti ini,
Ah kucoba panggil sekali lagi,
“Permisi.., Tante Lis?”.
“Oh ya.., tungguu”, Ada suara dari dalam. Wah jadi deh beli rokok akhirnya.
Yg keluar ternyata Tante Lis, Tubuhnya hanya menggunakan handuk yg dililitkan di dada, jalan tergesa-gesa sambil mengucek-ngucek rambutnya yg kelihatannya baru selesai mandi juga habis keramas.
“Oh.., maaf Tante, Saya mau mengganggu nich.., Saya mo beli rokok gudang garam inter, lho Dik Bima mana?
“O.., Bima sedang dibawa ama kakeknya.., katanya kangen ama cucu.., maaf ya Mas Dani Tante pake’ pakaian kayak gini.. baru habis mandi sich”.
“Tdk apa-apa kok Tante, sekilas mataku melihat bagian tubuh yg lain Tante Lis yg tdk terbungkus handuk.., kulitnya putih mulus, seperti masih gadis-gadis, baru kali ini aku lihat sebagian besar tubuh Tante Lis, soalnya biasanya Tante Lis selalu pakai baju kebaya. Dan lagi dengan hanya handuk yg dililitkan di atas dadanya berarti Tante Lis tdk memakai BH. Pikiran kotorku mulai kumat.
“Malam gini kok belum tutup Warungnya Tante..?”
“Iya Mas Dani, sekarang ini mau saya tutup, tapi permisi dulu ya, saya mau ganti’ pakaian dulu?
“Oh biar Saya bantu ya Tante, sementara Tante berpakaian”, kataku. Masuklah aku ke dalam warung, lalu menutup warung dengan rangkaian papan-papan.
“Wah ngerepoti Mas Dani “ kata Tante Lis.., “sini biar Tante ikut bantu juga”. Warung sudah tertutup, Dan aku pulang lewat pintu.belakang warung
“Trimakasih lho Mas Dani..?”.
“Sama-sama..”kataku.
“Tante saya lewat belakang saja”.
Saat aku dan Tante Lis berpapasan di antara rak-rak dagangan, badanku menubruk tante, tanpa diduga handuk penutup di dadanya terlepas, dan Tante Lis terlihat hanya mengenakan celana dalam merah muda saja. Tante Lis menjerit sambil secara reflek memelukku.
“Mas Dani.., tolong ambil handuk yg jatuh terus lilitkan di badan Tante”, kata tante dengan muka merah padam.
Aku jongkok mengambil handuk tante yg jatuh, saat tanganku mengambil handuk, di depanku persis ada pemandangan yg sangat indah, celana dalam merah muda, dengan background hitam rambut-rambut halus di sekitar memeknya yg tercium harum. Kemudian aku cepat-cepat berdiri sambil membalut tubuh tante dengan handuk yg jatuh tadi. Tapi ketika aku mau melilitkan handuk tanpa kusadari burungku yg sudah bangun sejak tadi menyentuh tante.
“Mas Dani.., burungnya bangun ya..?”.
“Iya Tante.., ah jadi malu Saya.., habis Saya lihat Tante seperti ini bau parfumnya harum lagi, jadi nafsu dan terangsang Tante..”.
“Ah tdk apa-apa kok Mas Dani itu wajar.,berarti mas Dani laki-laki normal.”.
“Eh ngomong-ngomong Mas Dani kapan mo nikah..?”.
“Ah belum terpikir Tante..”.
“Yah.., kalau mo’ nikah harus siap lahir batin lho.., jangan kaya’ mantan suami Tante.., tdk bertanggung jawab kepada keluarga.., nah akibatnya sekarang Tante harus bersetatus janda. Begini tdk enaknya jadi janda, malu.., tapi ada yg lebih menyiksa Mas Dani.. kebutuhan batin..”.
“Oh ya Tante.., terus gimana caranya Tante memenuhi kebutuhan itu..”, tanyaku usil.
“Yah.., Tante tahan-tahan saja..”.
Kasihan.., batinku.., andaikan.., andaikan.., aku diijinkan olehnya ,biar memenuhi kebutuhan batin Tante Lis.., ough.., pikiranku tambah usil.
Waktu itu bentuk sarungku sudah berubah, agak kembung, rupanya tante juga memperhatikan.
“Mas Dani burungnya masih bangun ya..?”.
Aku cuma megangguk saja, di luar dugaanku, tiba-tiba tangan Tante Lis meraba burungku.
“Wow besar juga burungmu, Mas Dani.., burungnya sudah pernah ketemu sarangnya belom..?”.
“Belum..!!”, jawabku bohong sambil terus diraba dielus turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yg sudah lama tdk pernah kurasakan.
“Mas.., boleh dong Tante ngeliatin burungmu bentarr saja..?”, belum sempat aku menjawab, Tante Lis sudah menarik sarungku, praktis tinggal celana dalamku yg tertinggal plus kaos oblong.
“Oh.., sampe’ keluar gini Mas..?”.
“Iya emang kalau burungku lagi bangun panjangnya suka melewati celana dalam, Aku sendiri tdk tahu persis berapa panjang burungku..?”, kataku sambil terus menikmati kocokan tangan Tante Lis.
“Wah.., Tante yakin, yg nanti jadi istri Mas Dani pasti bakal seneng dapet suami kaya Mas Dani..”, kata tante sambil terus mengocok burungku.
Oughh.., nikmat sekali dikocok tante dengan tangannya yg halus kecil putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, Tante Lis sudah melepaskan lagi handuk yg kulilitkan tadi, dan burungku ditempelkan di belahan dadanya ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yg tdk terlalu besar itu.
“Ough.., Tante.., nikmat Tante.., ough..”, desahku sambil bersandar memegangi dinding rak dagangan, kali ini tante memasukkan burungku ke bibirnya yg kecil, dengan lahapnya dia keluar-masukkan burungku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot.., ough.., seperti Tante Lis merasakan cairan encer maniku ,Asin rasanya Aku seperti terbang rasanya.
Kadang-kadang juga dia sedot habis buah salak yg dua itu.., ough.., sesshh.
Aku kaget, tiba-tiba tante menghentikan kegiatannya, dia pegangi burungku ditariknya sambil berjalan ke meja dagangan yg ada di sudut, Tante Lis naik keatas meja sambil nungging di atas meja membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku kini.
“Mas Dani.., berbuatlah sesukamu.., cepet Mas.., cepet..!”.
Tanpa basa-basi lagi aku tarik celana dalamnya selutut.., woow.., pemandangan begini indah, memek dengan bulu halus yg tdk terlalu banyak. Aku jadi tdk percaya kalau Tante Lis sudah punya anak, aku langsung saja mejilat memeknya, harum, dan ada lendir asin yg begitu banyak keluar dari memeknya. Aku lahap rakus memek tante, aku mainkan lidahku di clitorisnya, sesekali aku masukkan lidahku ke lubang memeknya.
“Ough Mas.., ough..”, desah tante sambil memegangi susunya sendiri.
“Terus Mas.., Maas..”, aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu aku masukkan lidahku ke dalam memeknya, ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.
Kemudian Tante Lis membalikkan badannya telentang di atas meja dengan kedua paha ditekuk ke atas.
“Ayo Mas Dani.., Tante sudah tdk tahan.., mana burungmu Mas.. burungmu sudah pengin ke sarangnya.., wowww.., Mas Dani.., burung Mas Dani kalau bangun dongak ke atas ya..?”. Aku hampir tdk dengar komentar Tante Lis soal burungku, aku melihat pemandangan demikian menantang, memek dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung tancapkan burungku dibibir memeknya.
“Aughh..”, teriak tante.
“Kenapa Tante..?”, tanyaku kaget.
“Udahlah Mas.., teruskan.., teruskan..”, aku masukkan kepala burungku di memeknya, sempit sekali.
“Tante.., sempit sekali Tante.?”.
“Tdk apa-apa Mas.., terus saja.., soalnya sudah lama sich Tante tdk ginian.., ntar juga nikmat..”.
Yah.., aku paksakan sedikit demi sedikit.., baru setengah dari burungku amblas.., Tante Lis sudah seperti cacing kepanasan gelepar ke sana ke mari.
“Augh.., Mas.., ouh.., Mas.., nikmat Mas.., terus Mas.., oughh..”.
Begitu juga aku.., walaupun burungku masuk ke memeknya cuma setengah, tapi sedotannya oughh luar biasa.., berdenyut nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat. Kali ini burungku sudah amblas dimakan memek Tante Lis. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Lis. Tiba-tiba tante terduduk sambil memelukku, mencakarku.
“Oughh Mas.., ough.., luar biasa.., oughh.., Mas Dani..”, katanya sambil merem-melek.
“Kayaknya ini yg namanya orgasme.., ough..”, burungku tetap di memek Tante Lis.
“Mas Dani sudah mau keluar ya..?k0ntolnya rasanya menggembung ”. Aku menggeleng.
Ternyata kurasakan geli amat sangat tersa keluar mani encer creet,..” Enak geli rasanya , cairan Mas Dani “ kata Tante Lis .Kemudian Tante Lis telentang kembali, aku seperti kesetanan menggerakkan badaku maju mundur, aku melirik susunya yg bergelantungan bergoyang-goyang karena gerakanku, aku menunduk dan kucium putingnya yg coklat kemerahan. Tante Lis semakin mendesah,
“Ough.., Mas..”, tiba-tiba Tante Lis memelukku sedikit agak mencakar punggungku.
“Oughh Mas.., aku keluar lagi..”, kemudian dari kewanitaannya aku rasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin terasa, aku dibuat terbang rasanya.
Ach rasanya aku sudah mau keluar, sambil terus menggoyang kutanya Tante Lis.
OughhMas …aku keluar lagi..
“Tante.., Aku keluarin dimana Tante..?, di dalam boleh nggak..?”.
“Terrsseerraah..”, desah Tante Lis. Ough.., aku percepat gerakanku, burungku berdenyut keras, terasa menggembung membesar didalam memek Tante Lis ada sesuatu yg akan dimuntahkan oleh burungku.
Uhghhh, cruutt… . ada kenikmatan yg sangat luar biasa. Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam memek Tante Lis sampai tuntas, dan aku masih tak berhenti memompa menggerakkan badanku rupanya kali ini Tante Lis menggeliat orgasme kembali, dia gigit dadaku.
Lantas kutarik k0ntolku dari lobang memek yg basah oleh sperma.
“Mas Dani.., Mas Dani.., hebat Kamu Mas”.
Kulihat spermaku meleleh keluar dari lobang memek Tante yg masih menganga, sperma kental putih itu merembet diselakangan dan menetes kemeja.
Aku kembali kenakan celana dalam serta sarungku. Tante Lis masih tetap telanjang telentang di atas meja.
“Mas Dani.., kalau mau beli rokok lagi yah.., jam-jam begini saja ya.., nah kalau sudah tutup digedor saja.., tdk apa-apa.., malah kalau tdk digedor Tante jadi marah..”, kata tante menggodaku sambil memainkan puting dan clitorisnya yg masih nampak bengkak.
“Tante ingin Mas Dani sering bantuin Tante tutup warung”, kata tante sambil tersenyum genit.
Lalu aku pulang.., baru terasa loyo sekali badanku, tapi itu tdk berarti sama sekali dibandingkan kenikmatan yg baru kudapat. Keesokan harinya ketika aku hendak berangkat ke kantor, saat lewat di depan warung Tante Lis, aku di panggil tante.
“Rokoknya sudah habis ya.., ntar malem beli lagi ya..?”, katanya penuh pengharapan, padahal pembeli sedang banyak-banyaknya, tapi mereka tdk tahu apa maksud perkataan Tante Lis tadi, akupun pergi ke kantor dengan sejuta ingatan kejadian kemarin malam.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Cerita mesum terbaru, Aku sudah berlangganan dengan warung sebelah. Aku bila tdk membawa uang atau saat belanja uangnya kurang aku sudah tdk sungkan-sungkan untuk hutang.
Warung itu milik Ibu Lis (tapi aku memanggilnya Tante Lis), seorang janda cerai beranak satu yg tahun ini baru masuk TK nol kecil. Warung Tante Lis buka pagi-pagi sekitar jam lima, terus tutupnya juga sekitar jam 9 malam. Warung itu ditungguin oleh Tante Lis sendiri dan keponakannya yg SMA, Bima namanya.
Seperti biasanya, sepulang kantor aku mandi, pakai sarung terus sudah stand by di depan TV, sambil ngobrol bersama teman-teman kost. Aku bawa segelas kopi hangat, plus singkong goreng, tapi rasanya ada yg kurang.., aku lihat jam dinding sudah menunjukkan jam 9 kurang 10 menit (malam), Aku keluar Rumah menuju warung Tante Lis ,aku jadi ragu, apa warung Tante Lis masih buka yah.., aku ingin membeli rokok. Oh, ternyata warung Tante Lis belum tutup, tapi kok sepi.., “Mana yg jualan”, batinku.
“Tante.., Tante.., Dik Bima.., Dik Bima”, lho kok kosong, warung ditinggal sepi seperti ini,
Ah kucoba panggil sekali lagi,
“Permisi.., Tante Lis?”.
“Oh ya.., tungguu”, Ada suara dari dalam. Wah jadi deh beli rokok akhirnya.
Yg keluar ternyata Tante Lis, Tubuhnya hanya menggunakan handuk yg dililitkan di dada, jalan tergesa-gesa sambil mengucek-ngucek rambutnya yg kelihatannya baru selesai mandi juga habis keramas.
“Oh.., maaf Tante, Saya mau mengganggu nich.., Saya mo beli rokok gudang garam inter, lho Dik Bima mana?
“O.., Bima sedang dibawa ama kakeknya.., katanya kangen ama cucu.., maaf ya Mas Dani Tante pake’ pakaian kayak gini.. baru habis mandi sich”.
“Tdk apa-apa kok Tante, sekilas mataku melihat bagian tubuh yg lain Tante Lis yg tdk terbungkus handuk.., kulitnya putih mulus, seperti masih gadis-gadis, baru kali ini aku lihat sebagian besar tubuh Tante Lis, soalnya biasanya Tante Lis selalu pakai baju kebaya. Dan lagi dengan hanya handuk yg dililitkan di atas dadanya berarti Tante Lis tdk memakai BH. Pikiran kotorku mulai kumat.
“Malam gini kok belum tutup Warungnya Tante..?”
“Iya Mas Dani, sekarang ini mau saya tutup, tapi permisi dulu ya, saya mau ganti’ pakaian dulu?
“Oh biar Saya bantu ya Tante, sementara Tante berpakaian”, kataku. Masuklah aku ke dalam warung, lalu menutup warung dengan rangkaian papan-papan.
“Wah ngerepoti Mas Dani “ kata Tante Lis.., “sini biar Tante ikut bantu juga”. Warung sudah tertutup, Dan aku pulang lewat pintu.belakang warung
“Trimakasih lho Mas Dani..?”.
“Sama-sama..”kataku.
“Tante saya lewat belakang saja”.
Saat aku dan Tante Lis berpapasan di antara rak-rak dagangan, badanku menubruk tante, tanpa diduga handuk penutup di dadanya terlepas, dan Tante Lis terlihat hanya mengenakan celana dalam merah muda saja. Tante Lis menjerit sambil secara reflek memelukku.
“Mas Dani.., tolong ambil handuk yg jatuh terus lilitkan di badan Tante”, kata tante dengan muka merah padam.
Aku jongkok mengambil handuk tante yg jatuh, saat tanganku mengambil handuk, di depanku persis ada pemandangan yg sangat indah, celana dalam merah muda, dengan background hitam rambut-rambut halus di sekitar memeknya yg tercium harum. Kemudian aku cepat-cepat berdiri sambil membalut tubuh tante dengan handuk yg jatuh tadi. Tapi ketika aku mau melilitkan handuk tanpa kusadari burungku yg sudah bangun sejak tadi menyentuh tante.
“Mas Dani.., burungnya bangun ya..?”.
“Iya Tante.., ah jadi malu Saya.., habis Saya lihat Tante seperti ini bau parfumnya harum lagi, jadi nafsu dan terangsang Tante..”.
“Ah tdk apa-apa kok Mas Dani itu wajar.,berarti mas Dani laki-laki normal.”.
“Eh ngomong-ngomong Mas Dani kapan mo nikah..?”.
“Ah belum terpikir Tante..”.
“Yah.., kalau mo’ nikah harus siap lahir batin lho.., jangan kaya’ mantan suami Tante.., tdk bertanggung jawab kepada keluarga.., nah akibatnya sekarang Tante harus bersetatus janda. Begini tdk enaknya jadi janda, malu.., tapi ada yg lebih menyiksa Mas Dani.. kebutuhan batin..”.
“Oh ya Tante.., terus gimana caranya Tante memenuhi kebutuhan itu..”, tanyaku usil.
“Yah.., Tante tahan-tahan saja..”.
Kasihan.., batinku.., andaikan.., andaikan.., aku diijinkan olehnya ,biar memenuhi kebutuhan batin Tante Lis.., ough.., pikiranku tambah usil.
Waktu itu bentuk sarungku sudah berubah, agak kembung, rupanya tante juga memperhatikan.
“Mas Dani burungnya masih bangun ya..?”.
Aku cuma megangguk saja, di luar dugaanku, tiba-tiba tangan Tante Lis meraba burungku.
“Wow besar juga burungmu, Mas Dani.., burungnya sudah pernah ketemu sarangnya belom..?”.
“Belum..!!”, jawabku bohong sambil terus diraba dielus turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yg sudah lama tdk pernah kurasakan.
“Mas.., boleh dong Tante ngeliatin burungmu bentarr saja..?”, belum sempat aku menjawab, Tante Lis sudah menarik sarungku, praktis tinggal celana dalamku yg tertinggal plus kaos oblong.
“Oh.., sampe’ keluar gini Mas..?”.
“Iya emang kalau burungku lagi bangun panjangnya suka melewati celana dalam, Aku sendiri tdk tahu persis berapa panjang burungku..?”, kataku sambil terus menikmati kocokan tangan Tante Lis.
“Wah.., Tante yakin, yg nanti jadi istri Mas Dani pasti bakal seneng dapet suami kaya Mas Dani..”, kata tante sambil terus mengocok burungku.
Oughh.., nikmat sekali dikocok tante dengan tangannya yg halus kecil putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, Tante Lis sudah melepaskan lagi handuk yg kulilitkan tadi, dan burungku ditempelkan di belahan dadanya ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yg tdk terlalu besar itu.
“Ough.., Tante.., nikmat Tante.., ough..”, desahku sambil bersandar memegangi dinding rak dagangan, kali ini tante memasukkan burungku ke bibirnya yg kecil, dengan lahapnya dia keluar-masukkan burungku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot.., ough.., seperti Tante Lis merasakan cairan encer maniku ,Asin rasanya Aku seperti terbang rasanya.
Kadang-kadang juga dia sedot habis buah salak yg dua itu.., ough.., sesshh.
Aku kaget, tiba-tiba tante menghentikan kegiatannya, dia pegangi burungku ditariknya sambil berjalan ke meja dagangan yg ada di sudut, Tante Lis naik keatas meja sambil nungging di atas meja membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku kini.
“Mas Dani.., berbuatlah sesukamu.., cepet Mas.., cepet..!”.
Tanpa basa-basi lagi aku tarik celana dalamnya selutut.., woow.., pemandangan begini indah, memek dengan bulu halus yg tdk terlalu banyak. Aku jadi tdk percaya kalau Tante Lis sudah punya anak, aku langsung saja mejilat memeknya, harum, dan ada lendir asin yg begitu banyak keluar dari memeknya. Aku lahap rakus memek tante, aku mainkan lidahku di clitorisnya, sesekali aku masukkan lidahku ke lubang memeknya.
“Ough Mas.., ough..”, desah tante sambil memegangi susunya sendiri.
“Terus Mas.., Maas..”, aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu aku masukkan lidahku ke dalam memeknya, ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.
Kemudian Tante Lis membalikkan badannya telentang di atas meja dengan kedua paha ditekuk ke atas.
“Ayo Mas Dani.., Tante sudah tdk tahan.., mana burungmu Mas.. burungmu sudah pengin ke sarangnya.., wowww.., Mas Dani.., burung Mas Dani kalau bangun dongak ke atas ya..?”. Aku hampir tdk dengar komentar Tante Lis soal burungku, aku melihat pemandangan demikian menantang, memek dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung tancapkan burungku dibibir memeknya.
“Aughh..”, teriak tante.
“Kenapa Tante..?”, tanyaku kaget.
“Udahlah Mas.., teruskan.., teruskan..”, aku masukkan kepala burungku di memeknya, sempit sekali.
“Tante.., sempit sekali Tante.?”.
“Tdk apa-apa Mas.., terus saja.., soalnya sudah lama sich Tante tdk ginian.., ntar juga nikmat..”.
Yah.., aku paksakan sedikit demi sedikit.., baru setengah dari burungku amblas.., Tante Lis sudah seperti cacing kepanasan gelepar ke sana ke mari.
“Augh.., Mas.., ouh.., Mas.., nikmat Mas.., terus Mas.., oughh..”.
Begitu juga aku.., walaupun burungku masuk ke memeknya cuma setengah, tapi sedotannya oughh luar biasa.., berdenyut nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat. Kali ini burungku sudah amblas dimakan memek Tante Lis. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Lis. Tiba-tiba tante terduduk sambil memelukku, mencakarku.
“Oughh Mas.., ough.., luar biasa.., oughh.., Mas Dani..”, katanya sambil merem-melek.
“Kayaknya ini yg namanya orgasme.., ough..”, burungku tetap di memek Tante Lis.
“Mas Dani sudah mau keluar ya..?k0ntolnya rasanya menggembung ”. Aku menggeleng.
Ternyata kurasakan geli amat sangat tersa keluar mani encer creet,..” Enak geli rasanya , cairan Mas Dani “ kata Tante Lis .Kemudian Tante Lis telentang kembali, aku seperti kesetanan menggerakkan badaku maju mundur, aku melirik susunya yg bergelantungan bergoyang-goyang karena gerakanku, aku menunduk dan kucium putingnya yg coklat kemerahan. Tante Lis semakin mendesah,
“Ough.., Mas..”, tiba-tiba Tante Lis memelukku sedikit agak mencakar punggungku.
“Oughh Mas.., aku keluar lagi..”, kemudian dari kewanitaannya aku rasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin terasa, aku dibuat terbang rasanya.
Ach rasanya aku sudah mau keluar, sambil terus menggoyang kutanya Tante Lis.
OughhMas …aku keluar lagi..
“Tante.., Aku keluarin dimana Tante..?, di dalam boleh nggak..?”.
“Terrsseerraah..”, desah Tante Lis. Ough.., aku percepat gerakanku, burungku berdenyut keras, terasa menggembung membesar didalam memek Tante Lis ada sesuatu yg akan dimuntahkan oleh burungku.
Uhghhh, cruutt… . ada kenikmatan yg sangat luar biasa. Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam memek Tante Lis sampai tuntas, dan aku masih tak berhenti memompa menggerakkan badanku rupanya kali ini Tante Lis menggeliat orgasme kembali, dia gigit dadaku.
Lantas kutarik k0ntolku dari lobang memek yg basah oleh sperma.
“Mas Dani.., Mas Dani.., hebat Kamu Mas”.
Kulihat spermaku meleleh keluar dari lobang memek Tante yg masih menganga, sperma kental putih itu merembet diselakangan dan menetes kemeja.
Aku kembali kenakan celana dalam serta sarungku. Tante Lis masih tetap telanjang telentang di atas meja.
“Mas Dani.., kalau mau beli rokok lagi yah.., jam-jam begini saja ya.., nah kalau sudah tutup digedor saja.., tdk apa-apa.., malah kalau tdk digedor Tante jadi marah..”, kata tante menggodaku sambil memainkan puting dan clitorisnya yg masih nampak bengkak.
“Tante ingin Mas Dani sering bantuin Tante tutup warung”, kata tante sambil tersenyum genit.
Lalu aku pulang.., baru terasa loyo sekali badanku, tapi itu tdk berarti sama sekali dibandingkan kenikmatan yg baru kudapat. Keesokan harinya ketika aku hendak berangkat ke kantor, saat lewat di depan warung Tante Lis, aku di panggil tante.
“Rokoknya sudah habis ya.., ntar malem beli lagi ya..?”, katanya penuh pengharapan, padahal pembeli sedang banyak-banyaknya, tapi mereka tdk tahu apa maksud perkataan Tante Lis tadi, akupun pergi ke kantor dengan sejuta ingatan kejadian kemarin malam.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,