Ingat 3 Hal ini Sebelum Terjebak Membeli Obat Palsu
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Untung Suseno Sutarjo mengatakan, iklan yang menyesatkan atau hoax yang beredar di tengah masyarakat, didominasi oleh iklan obat kuat untuk pria.
“Kami sudah dapat informasi dari Bareskrim Polri, 80 persen obat kuat lelaki itu palsu, paling isinya tepung atau apa gitu. Karena (konsumen) lagi semangat aja jadi merasa kuat, padahal gak,” ujar Untung di Gedung Kemenkes, Jakarta, Selasa (19/12).
1. Jangan sembarangan mengonsumsi obat
Untung pun menyarankan masyarakat untuk teliti dan tidak sembarangan mengonsumsi obat hanya berdasarkan iklan yang beredar.
“Kalau terbukti palsu, sudah kriminal ya lapor ke polisi untuk ditindaklanjuti. Kami sarankan kepada masyarakat, kalau mau beli obat di tempat resmi yang punya izin dan diberi oleh tenaga profesional,” kata Untung.
2. Jangan tertipu harga murah
Hingga saat ini, sebanyak 7 kasus iklan obat hoax sudah ditindaklanjuti. Untung mengingatkan masyarakat untuk tidak terkecoh dengan harga murah.
“Ya kalau lebih murah itu sudah gak mungkin ya, karena obat yang paling murah ada di e-katalog. Kalau ada yang lebih murah dari itu, itu pasti obatnay tidak benar,” ujar Untung.
3. Obat kesehatan berdasarkan hasil penelitian
Untung menegaskan, pembuatan obat dipastikan melalui proses penelitian panjang. Obat juga biasanya diuji coba dulu di hewan, baru ke manusia.
“Misal ada yang menawarkan satu obat bisa menyembuhkan penyakit sepuluh penyakit, apalagi penyakitnya susah seperti kanker, itu sudah nggak mungkinlah (bisa mengobati) sebanyak itu,” tandasnya.