Gara-gara chat dengan tentara

 

Malam itu, malam sabtu, jam 1 lewat aku terbangun dari tidurku. Aku pun berusaha tidur kembali namun tetap susah untuk terpejam. Akhirnya, kuputuskan untuk online sebentar di MiRC. Kuhidupkan laptopku dan kusambungkan segera ke modem telkomflashku Dan seperti biasa, aku online dengan nickname yang menggoda syahwat lelaki. Apalagi saat itu hawa terasa sangat dingin seakan menusuk tulang akibat hujan tadi malam. Di channel kotaku itu memang tidak banyak yang online. Namun, ada satu dua orang yang mengaku cowok menghampiriku. Semula aku mengaku cewek genit, namun setelah tukar nomor HP akupun mengakui klo aku cowok. Tak pelak, mereka kabur dengan sumpah serapahnya. Jam 2an, sebuah nickname masuk di channel dan membuatku bersemangat. Dia “butuh_kehangatan”. Aku yakin pemilik nickname ini adalah laki-laki. Insting homoku membuatku menyapanya dengan penuh godaan. ‘’hi say” Tidak perlu menunggu lama, dia membalas sapaanku itu. “hi jg” “lagi kedinginan ya??” tanyaku genit “Iya nih..” “Mau aku angetin ga?” Namanya juga laki- laki, digoda dikit gitu apalagi malam-malam yang dingin mereka langsung nyambar umpan yang aku pasang. Perkenalan pun berlanjut. Ternyata umurnya 27 tahun dan baru tadi malam tiba di kota ini. Tentu saja aku mengaku seorang cewek kepadanya. Dan memang tidak bisa dipungkiri, pembicaraan kami selalu mengarah seks dan seks. “Fs-nya donk.. aku kan pengen liat muka kamu”ketiknya, “udah tegang banget nih” Duh, gimana ya? Aku sih ga punya acount bergambar cewek. Kupancing dia agar memberikan fs-nya terlebih dahulu. Lalu kuketik di kotak search. Aku kaget dan sekaligus deg-degan. Antara senang dan dan gimanalah au melihat sesosok cowok berpakaian loreng-loreng hijau di fsnya itu. Gagah dan garang juga walau ga cakep-cakep amat. “Mas ini tentara ya??” “Kenapa de? Ga mau ya sama aku?” tanyanya setelah terdiam beberapa detik “Aku suka mas,” jawabku genit, “jantan dan gagah banget” “Mana fs-mu say” desaknya, “aku udah ga tahan lagi pengen ketemu kamu” Aku bimbang, aku merasa gak enak hati telah mengerjainya. Tak enak hati pula harus melepas tentara segagah dia. Duh…. Akhirnya, kuberikan alamat fs-ku kepadanya. Aku sudah pasrah dan yakin lelaki gagah itu akan mencemooh dan meninggalkanku. “kamu laki-laki ya???” Ugh, tuh kan aku pasti mulai dihina dan dicemoohnya. “Iya mas… “jawabku, “jangan marah ya…. aku minta maaf” Lama dia tidak memberikan jawaban dan akupun tidak berusaha tidak mengejarnya lagi. Aku salah sudah mempermainkannya. “Memangnya kamu bisa apa untuk menghangatkan aku?” Deg. Jantungku seakan berhenti berdetak. Setelah 5 menit berlalu, dia mengetik kalimat itu. “Aku kepengen ngisep punya mas…..” Sekian lama tidak ada tanggapan dari dia “mas… boleh ga?” godaku lagi “Kamu tinggal di mana memangnya?” tanyanya kemudian. “Tinggal sama siapa?” Aku menyebutkan nama sebuah daerah dan kuyakinkan dia klo aku sedang sendiri di rumah. Aku rayu dan yakinkan dia dengan bahasa yang menyakinkan. “Punyaku cuma diisep aja kan? Ga digigitkan?” tanyanya lagi Akupun berusaha menyakinkannya lagi. Kukatakan padanya bahwa aku punya koleksi bokep yang lumayan banyak sebagai pemanasan. “Oke, sekarang kita ketemu di mana?” “Mas serius kan? Aya ga bakal dipukilin kan? “Ngapain juga aku mukulin kamu? “katanya,”punyaku ini sudah mau meledak” Kamipun berjanji bertemu di sebuah tempat pada jam itu juga. Bayangkan saja, jam setengah 3 pagi aku keluar rumah sekedar membuktikan ucapannya benar atau tidak. Dia tidak mau memberikan nomor HPnya tapi dia berjanji menemuiku di tempat yang sudah dijanjikan tadi. Ternyata, dia datang lebih dulu. Duh, gagah dan jantan sekali tentara itu. Wajahnya lumayan dengan rambut cepaknya. Tampak bekas cukuran jenggot, jambang dan kumisnya. Tingginya 170-an dan warna kulitnya gelap. Badannya gempal dan tentu saja berotot dibalik kaos ketat yang dipakainya. Ehm, hawa sedingin ini dia malah ga pake jaket. Gairahku kian meledak-ledak ingin segera menikmati kejantanannya. “Udah lama di sini nunggu?” Asap rokok mengepul dari mulutnya. Aku agak segan juga sama dia. “Barusan aku sampai di sini” jawabnya santai dengan logat Batak yang kental. Aku kaget campur senang. Mungkinkah?? “Oh….” “Jadi kemana kita sekarang?” tanyanya seraya membuang puntung rokoknya, “aku cuma ada waktu sampai jam 6” “Jadi kan ke rumahku bang?” “Oke. Tapi aku jangan kau apa-apakan ya?” # “Mana de filmnya?” tanya si abang tentara saat berada di kamarku. Sungguh, dari tadi aku mengagumi lelaki ini. Sering kulihat dia meremas selangkangannya.Ingi n rasanya segara aku buka celananya itu. 10 menit kemudia kulihat dia merema- remas selangkangannya itu. Aku tertawa melihatnya. “jadi ga de? Abang sudah ngaceng berat nih” “Dari tadi aku udah pengen megang tapi aku takut abang marah” Diapun berselonjor sambil bersangga dengan kedua tangannya ke belakang. Lalu, aku dengan deg-degan meraba selangkangannya. Kuremas gemas dan tanganku menemukan benda bulat panjang yang terbungkus di sana. “buka ya bang” pintaku Tanpa menunggu kompromi darinya, aku melepas pengait celana selututnya itu. Karena tidak memakai sabuk aku langsung bisa melihat celana dalam biru gelap yang dikenakannya.. “De, lampunya tolong dimatikan ya” katanya, “abang rasa malu nih” Aku bangkit dan menekan tombol lampu. Namun, kuhidupkan lampu kecil sehingga suasana jadi remang-remang. Dan si abang tentara ini sudah terlentang di kasurku dengan bercelana dalam namun masih memakai bajunya. Tak sabar aku deketin dia. Kuremas gundukan menggunung di tengah kedua pahanya itu. Duh, punyaku tambah ngaceng. “Gede ya…” “Ayo isepin de…” katanya seraya melorotkan Cdnya. “wow….” Aku berdecak kagum. Rudal lelaki ini lumayan juga. Panjangnya kira2 15cm tapi gemuk. Membesar dari pangkal ke kepalanya. Bulu jembutnya lebat merambat ke atas di balik baju kaosnya itu. Kedua telornya pun gede ditumbuhi bulu-bulu. Dan yang membuatku senang, dia masih kulup. Pikiranku dari tadi ketika mendengar logatnya jadi kenyataan. “Kenapa de?” tanya dia, “kau tidak suka sama punyaku yang ga disunat?” Aku ga komentar lagi. Kuraih rudal mengagumkan itu. Lidahku bermain di kedua telor gedenya itu. Tak disangka dia menggeliat-geliat. Kusedot-sedot bergantian kiri kanan. Si abang mendesah- desah tidak karuan. Untungnya, aku lagi sendirian di rumah. “De, isepin kepalanya” desah si abang Aku ga segara menuruti permintaannya. Kujilati dulu kepala yang sedikit menyembul dari kulupnya. Ada cairan bening di situ terasa bersentuhan dengan lidahku. Kumainkan kulupnya di bibirku dengan gemas. Dia menggelinjang lagi. Selanjutnya, aku ga sabar lagi aku masukan rudal itu ke dalam rongga mulutku yang menganga. Lidahku menyapu-nyapu sementara itu aku mulai menyedot- nyedot. Si abang melenguh pelan. Gairahnya meledak- ledak. Kesempatan itu aku gunakan sebaik mungkin. Aku singkap baju kaosnya tapi dia malah melepaskannya. Telanjang bulatlah dia sekarang. Sejenak aku berhenti mengulum rudalnya. Kupandangi badan gempal yang seksi itu. Bulu dadanya duh aduh lebat merampat turun ke perut dan langsung menyatu dengan jembutnya. Oh…. “De….” Tiba-tiba dia menarik kepalaku ke arah rudalnya. Aku kembali mengulum benda favoriteku itu. Namun kali ini dia menggoyang pantatnya dari bawah. Aku tersedak –sedak. Dipeanginya kepalaku kian erat dan saat itulah dia medesah. “Aku.. mau… kluarrrrr….” “ehm.. ehm.. “ jawabku sekenanya karena disumpal rudalnya itu. Maksudku sih mau bilang klo dia boleh ngecrotin mulutku. Dan, aku agak tersedak saat dia dengan sedikit kasar menarik kepalaku sehingga rudalnya menghujam sedalam mungkin dalam mulutku. Kurasakan bibirku bersentuhan dengan bulu jembutnya yang keriting hitam lebat itu. “Akh…….” Crot… Crot… Crot…. Si abang mendesah dan air maninya berhamburan dalam mulutku. Aku hampir muntah namun air maninya itu kutelan juga walau sebagian meleleh di luar mulutku. Aku terus menerus menyedot air maninya yang ternyata gurih itu. Ga puas rasanya menikmati air kenikmatan itu. “Akh… Udah….” katanya sambil menggelinjang kegelian. Aku melepaskan rudal kulup itu dari mulutku. Keadaan rudal itu masih keras walau tidak sekeras sebelum ngecrot hehehe…. “Doyan kali kau sama maniku” “Gurih bang” jawabku Si abang itu pun berbenah diri. Dan kemudian menyalakan rokoknya. Lampu kamar aku hidupkan lagi dan kegagahannya pun terlihat jelas. “Aku mau pulang dulu” pamitnya, “udah hampir jam 5, aku mesti laporan ke kantor dulu” “Ok… “ kataku, “klo ada waktu mampir saja ya” “Ya…” Sebelum pamit dia berjanji akan mampir suatu saat jika dia ke kota ini lagi. Dan hingga sekarang ga ada dia mengontak aku walu sempat aku berikan nomorku ke dia. Biarlah… Lagipula aku ga terlalu berharap bisa ketemu dia lagi….

Related posts