Gadis Baliku Real Story

Cerita ini 90% Real, sisanya merupakan bumbu penyedap agar alur cerita ini tetap mengalir, karena TS juga lupa lupa ingat dengan runutan waktunya. Cerita ini dibuat untuk sekedar berbagi pengalaman TS saja, tidak bermaksud SARA, dan paling hanya beberapa Part saja. Dan buat yang bukan Pecinta Cerita Kentang, tidak disarankan untuk membaca cerita ini, karena impotensi karena ngaceng yang tidak tuntas tidak ditanggung BaPakJS . TS sudah mempertimbangkan Rule Posting di Forum, yaitu tidak boleh Underage atau minimal 18 tahun +. Mari kita samik eh simak bersama.

Bali, sekitar pertengahan Tahun 2001.

“Kini aku temukan..
Telah aku dapatkan..
Jauh sudah tersimpan..
Sesuatu yang indah dari dirimu”

Tiba tiba saja beberapa orang wanita naik ke atas panggung, beberapa diantaranya membawa setangkai bunga untukku dan juga beberapa temanku yang sedang memainkan alat instrumen musiknya.

Aku sendiri merupakan vokalis band tersebut, sebuah band yang personelnya beranggotakan teman teman satu kelas, sebuah SMA di Denpasar. Saat itu kami baru beberapa bulan merasakan bangku kelas 3 SMA.

Band kami merupakan salah satu pengisi acara ulang tahun sekolah, disamping beberapa band dari kelas lainnya yang telah lolos audisi untuk tampil di acara tersebut.

Namun, ada satu wanita yang sangat kutunggu kehadirannya ke atas panggung saat itu. Wanita yang memberiku setangkai bunga, di penampilan band kami sepekan sebelumnya di salah satu acara di luar sekolah.

Sebut saja namanya Ayu. Saat itu kami sedang membawakan salah satu lagu dari Padi, Band yang sedang booming saat itu. Dan karena itu pengalaman manggung pertamaku, tak kusangka tiba tiba ada seorang wanita yang nekad naik ke panggung, memberiku setangkai bunga mawar.

Tentu saja hal tersebut sontak membuat penonton yang berada di depan panggung heboh dan menyoraki, terlebih sebagian besar dari mereka merupakan teman teman satu sekolahku. Dan setelahnya baru kuketahui, kalau salah satu personel kami merupakan mantan pacar dari Ayu, yang malahan tidak diberi bunga saat itu.

menjadi sebuah tanda tanya besar tentunya buatku, disamping perasaanku yang menjadi tidak karuan antara senang dan Geer tentunya.

Aku pun bertekad, seumpama dia kembali memberiku setangkai mawar saat penampilan kami di acara ulang tahun sekolah, fixed aku akan menembaknya.

Kembali ke awal cerita. Dari atas panggung, sambil bernyanyi kucari keberadaannya diantara bangku penonton. Dan tiba tiba kuamati seorang wanita berdiri dari salah satu bangku, hendak menuju ke atas panggung.

Hatiku serasa berdebar menantikan kehadirannya di hadapanku. Dan benar saja, dia kembali memberikan setangkai mawar kepadaku, di saat beberapa penonton tadi telah turun dari panggung. Sepertinya dia menunggu hingga momen yang tepat untuk naik ke atas panggung.

Tentu saja perasaanku semakin bertambah tidak karuan saat itu, terlebih hari itu merupakan hari spesialku. Ya hari itu aku genap berusia 18 tahun, so merupakan kado spesial tentunya.

Selepas manggung, akupun berkumpul kembali dengan teman teman sekelasku. Masih terdapat keraguan untuk menembak Ayu saat itu. Kekhawatiran akan penolakan tentunya tetap ada, walau aku yakin 99% akan diterima.

Sebelum kejadian itu, aku sebenarnya sudah mengetahui sosok Ayu. Kami berlainan kelas, sama sama tahu namun tidak kenal dekat. Parasnya sih biasa saja, tapi tidak jelek juga. Nah yang membuatnya menarik yaitu postur tubuhnya yang ramping, namun memiliki payudara yang montok saat itu.

Aku sering mendengar beberapa celetukan teman temanku, saat Ayu lewat di hadapan kami. Tentunya mereka mengomentari apalagi kalau bukan payudaranya yang besar untuk ukuran wanita saat itu. Selama ini aku tidak terlalu memperhatikan hal tersebut, namun situasi terkini membuatku malah menjadi penasaran untuk memperhatikannya.

Beberapa temanku dan temannya sebenarnya sudah berusaha mencomblangi kami. Namun rasa malu dan deg degan untuk mengutarakannya tentu saja masih menjadi kendala buatku.

Akhirnya di suatu hari saat pulang sekolah, kuberanikan diri untuk menghampirinya di parkiran motor.

“Hai..” sapaku dengan sedikit menahan malu
“Eh..iya” jawabnya sedikit terkejut

“Hmm..makasi ya bunganya tempo hari” ujarku berbasa basi
“Oh iya..” jawabnya dengan malu malu

Beberapa teman yang lewat di sekitar kami pun tentunya menyoraki dan meledek kami.

“Cieee…suit..suit” ledekan beberapa teman, terutama teman wanita.

Kami berdua hanya bisa mematung tersipu malu saat itu. Dan akhirnya kuberanikan diri untuk menanyakan nomor telepon rumahnya, toh kondisi seperti ini sudah tanggung untuk mundur tentunya.

“Boleh minta nomor telepon kamu ga?” Tanyaku saat itu.
“Hmm..boleh..tapi aku mau pulang. Besok ya kucatatin” jawabnya

“Hmmm..oke deh..makasi ya” jawabku tersenyum puas.

Keesokan harinya, saat jam istirahat sekolah seorang anak wanita yang kutahu temannya Ayu datang menghampiriku yang sedang duduk di halaman depan kelas bersama beberapa temanku.

“Fer..sini bentar” panggil anak tersebut.

“Ciyeee..Ferdi..” goda beberapa temanku saat itu

Aku pun hanya tertawa menanggapinya kemudian bangkit menghampir anak wanita tersebut.

“Ya kenapa..” tanyaku
“Ini ada titipan dari Ayu” ujarnya sambil menyerahkan potongan kertas kecil yang kutebak berisi no telepon rumah Ayu. Saat itu, handphone masih merupakan barang mewah dan tidak semua anak sekolah memilikinya.

“Oh..makasih ya” kataku

Akupun kembali berkumpul dengan beberapa temanku tadi.

“Ngudiang ci? Be jadian sama Ayu?” Tanya salah seorang teman yang artinya kurang lebih menanyakan aku tadi ngapain dan apakah sudah jadian sama Ayu.

“Sing..biase gen (ga kok, biasa aja)” jawabku
“Gebuh ci..(boong kamu)” balas temanku

“Hahaha..”

Akhirnya temanku tersebut bercerita sesuatu hal yang tidak kuketahui mengenai Ayu sebelumnya. Seperti misalnya dia merupakan mantan dari Si A si B, pernah ngapain aja dengan mantannya tersebut dan isu isu miring seputar sex tentunya.

Aku sendiri sedikit percaya dengan cerita temanku tersebut, terlebih dia merupakan teman baik dari mantannya Ayu tersebut. Namun sedikit sangsi juga sebenarnya, bisa saja mantannya tersebut membual kepada temanku tersebut, karena aku suka mendapati kebiasaan anak cowok jaman itu yang memiliki kebanggaan tersendiri bila bercerita kepada temannya telah meniduri ceweknya walau harus membual sekalipun.

Sedikit banyak hal tersebut membuatku ragu untuk menembak Ayu. Namun kupikir pikir kembali niatanku untuk mendekatinya, karena memang suka atau sebatas nafsu saja dan penasaran dengan payudara besarnya.

Selama ini aku memang selalu terobsesi dengan payudara wanita, setiap melihat majalah atau film yang berbau porno, hal pertama kali yang kuperhatikan yaitu payudaranya, besar atau kecil.

“Ah bodo amatlah dengan semua cerita tersebut. Toh aku juga dari awal penasaran sama payudaranya. Terlebih aku belum pernah melihat bentuk payudara wanita secara langsung saat pacaran sebelumnya, paling sebatas grepe dari luar” pikirku.

Malam harinya, aku beralasan mau ke rumah temanku sebentar kepada orangtuaku. Akupun lalu mengendarai motor menuju telepon umum yang berada di blok depan perumahan. Jaman itu, telepon umum merupakan media favorit untuk menghubungi wanita pujaan hati.

Banyak hal seru yang kita dapati dengan menelpon melalui telepon umum, terutama effort serta berbagai kendala yang sering kita temuin.

Pertama, kita harus memiliki uang logam 100 perak yang tidak cukup hanya dengan 1 koin saja. Terkadang disaat sedang asik asiknya menelpon, tiba tiba sambungan bisa terputus karena kehabisan uang logam.

Kedua, saat sedang semangat semangatnya menuju bilik telepon umum, ternyata harus antri dengan orang lain yang tidak bisa diprediksi lamanya.

Ketiga, saat telepon umum lagi tidak ada pemakainya, eh ternyata lagi rusak alias harus mencari telepon umum lainnya.

Belum lagi, saat sudah tersambung kita harus menghadapi salah satu orangtuanya yang kebetulan mengangkat telepon tersebut.

Begitu sudah tersambung dengan anaknya, malah ngomong ngalur ngidul tak tentu arah melenceng dari rencana awal pembicaraan yang ingin dikemukakan. Dan akhirnya koin logam juga yang terpaksa mengakhiri obrolan, walau pesan utamanya tidak tersampaikan .

Skip, jadi malah nostalgia sama telepon umum .

Sebenarnya aku bisa saja menelpon dari rumah namun mengingat ini pembicaraan yang penting dan penuh privasi gaess, ya terpaksalah mending kita ke telepon umum.

“Halo..” sapaku dengan perasaan deg degan
“Iya halo..” jawab seorang wanita

“ini benar rumahnya Ayu, Tante?” Tanyaku memastikan
“Iya bener..ini dengan siapa ya?”

“Saya temennya..Ayunya ada tante?” Lanjutku
“Oh ada..sebentar ya” jawabnya

Tak lama, orang yang kunantikan pun mengangkat teleponku.

“Halo..” jawab wanita tersebut
“Halo..Ayu ya?” kataku

“Iya..ini siapa ya?” tanyanya
“Ferdi..” jawabku

“Oh iya..ada apa Fer” tanyanya
“Hehe..gpp iseng aja” jawabku

Dan pembicaraan pun berlanjut kesana kemari, menanyakan dia sedang apa, dan mengulik lebih jauh tentang dirinya.

“Tut..tut..tut” bunyi yang terdengar di telinga kami, pertanda sambungan telepon akan segera berakhir.

Buru buru kumasukkan kembali 1 koin logam, dari 2 yang tersisa saat ini.

Setelah keadaan mencair, kuberanikan diri untuk mulai masuk ke pembicaraan inti.

“Yu..ngomong2 kamu dah punya pacar belum si?” tanyaku to the point
“Lagi ga ada kok” jawabnya

“Owh..” jawabku singkat
“Emang kenapa?” tanyanya menyelidik

“Hehe..gpp nanya aja” jawabku salah tingkah
“Owh..” jawabnya

Akhirnya setelah kukumpulkan keberanianku, kubulatkan tekad untuk menembaknya saat ini juga.

“Yu..kamu mau ga jadi pacarku?” tanyaku dengan perasaan harap harap cemas.
“Hmm..mesti dijawab sekarang ya?” tanyanya berupaya memainkan tempo hatiku

“Ya terserah si..” jawabku sambil berharap
“Hmmm..besok boleh ga jawabnya?” tanyanya lagi

“Damn…” pikirku

“Hehe..emang kenapa gitu?” tanyaku
“Gpp si, biar bisa mikir aja” jawabnya

“Hmm..okelah kalo gitu, besok aku tunggu jawabannya” jawabku

Dan kuakhiri pembicaraan saat itu dengan perasaan menggantung. Walau aku sedikit Pede dengan jawaban yang akan dia berikan, mengingat rentetan kejadian yang selama ini seolah berpihak kepadaku.

Tapi biar bagaimanapun tentunya tidak afdol bila kita tidak mendengar langsung dari yang bersangkutan.

Bersambung.,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts