Cerita Sex Tukar Pasangan Karena Mabuk2an
Dalam hal keturunan saya memang belum mendapatkanya, namun yang membuat saya merasa sangat bahagia adalah, karena saya mempunyai istri yang begitu cantik dan sexy sekali. Karena saya mempunyai istri yang sepeti itu tidak sedikit para tetangga yang iri dengan saya, bisa dikatakan istri saya paling cantik di komplek kami.
Oh iya para pembaca, saya hampir lupa menyebutkan nama istri saya adalah Dela.
Para pembaca mungkin berpendapat kalau saya ini adalah seorang pecinta sex sejati dan punya nafsu sex yang luar biasa. Sampai-sampai bila kami kedatangan tamu, dan saya sedang ingin bercinta, saya-pun sering mengajak istri ke kamar untuk segera melakukan sex kilat.
Tapi saya senang sekali, karena ternyata istri saya tidak pernah menolak permintaanku itu sekalipun. Meskipun nafsu sex saya begitu tinggi, sebagai seorang suami saya tergolong suami yang setia pada istri. Mengapa saya bisa mengatakan seperti itu, karena selama dalam 8 tahun berumah tangga saya tidak pernah selingkuh apalagi sampai menyewa wanita bayaran untuk memuaskan hasrat sexs saya.
Hal ini bisa terjadi, mungkin karena istri saya selalu melayani birahi sexsku setiap saat.hhe. Sampai pada suatu, gelar kesetiaanku sayapun mulai agak tergoyah dengan hadirnya tetangga baru saya. Singkat cerita kami-pun akrab dengan tetangga baru itu, entah saat itu siapa yang mulai, initinya dalam waktu dekat kami sudah sangat akrab. Tetangga kami baru itu suami istri sama seperti kami, dan anehnya mereka juga belum punya keturunan seperti kami. Mereka adalah Hanif dan istrinya bernama Icha. filmbokepjepang.com
Perlu para pembaca ketahui, Icha ini adalah seorang istri yang tergolong masih muda, cantik, putih dan bentuk tubuhnya sexy sekali. Karena istri dari tetangga baru ini, bisa-bisa gelar setia saya bisa tergoyah nih,hhe. Body-nya itu loh para pembaca, beuhhhh… bohay gila. Alasan mereka pindah ke sini adalah karena tugas baru suaminya yang dipindahkan pada perusahaan cabang yang kebetulan kantornya berada di kota tempat tinggal saya.
Saya dan istri saya biasa memanggil mereka dengan sebutan Mas Hanif dan Mba Icha.
Bisa dibilang saat ini kami sudah seperti saudara saja, karena hampir setiap hari kami mengobrol di teras rumahnya atau sebaliknya. Saat itu pada suatu malam, seperti biasa saya bertamu ke rumah tetangga baru kami. Disana kami mengobrol panjang lebar dari A sampai Z.
Setelah kami selesai mengobrol panjang lebar, tiba-tiba Hanif menawarkan saya untuk nonton Film Porno yang ucap-nya baru dipinjamnya dari temannya saat itu. saat itu saya-pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film pornotentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba istri Hanif ikut menonton Film itu bersama kami, dan saya berkata,
“ Wah, ini gimana ini Nif.. ?”, ucapku kaget.
“ Udah Mas tenang aja, inikan cuma tontonan Mas, lagian nggak bisa dipegang jugakan Mas.hhe ”, ucap Icha sembari tertawa kecil.
Belum sempai aku menjawabnya Icha sudah menimpa perkatataanya lagi,
“ Kalau Mas Bobi nggak keberatan, Mbak Dela diajak sekalian aja mas, hhe…”, ucapnya menyebut istri saya.
Saya tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya saya pamit sebentar untuk memanggil istri saya yang tinggal sendirian di rumah.
“ Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga.. ?”, ucapistri saya ketika kuajak.
Pada akhirnya saya malu juga sama istri saya, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Hanif. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun.
Paginya saya tidak bertemu Hanif, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya saya hanya melihat istrinya sedang minum teh. Ketika saya lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam.
Saya bilang Dela tidak mau kuajak sehingga saya langsung saja tidur. Matsaya jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodsaya. Tapi ah.., mereka kan tetangga saya. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, saya kembali ke rumah menemui istri saya.
Seperti biasanya kalau sudah begini saya langsung menarik istri saya ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Dela tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini saya benar-benar gila. Saya bergulat dengan istri saya seperti kesetanan. Kemaluan Dela kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai istri saya menjerit. Edan, kok saya sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.
Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Istri saya sampai terengah-engah menikmati apa yang kulsayakan terhadapnya. Dela langsung memegang Penisku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan,
“ Mas.., sekarang Mas..!”, pinta istri saya memelas.
Akhirnya saya mendekatkan Penisku ke liang kemaluan Dela. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang. Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba istri saya bertanya,
“ Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..? “, ucap istri saya.
Saat itu tidak menjawan dan saya hanya diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Icha lah yang menaikkan biraiku pagi ini. Sorenya Hanif datang ke rumahku,
“ Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya.. ?”, tanyanya setelah kami berbasa-basi.
“ Maksudmu apa Nif.. ?”, tanya saya.
“ Istri saya tadi cerita, ucapnya tadi pagi dia melihat Mas Hanif dan Mbak Dela bergulat setelah ngobrol dengannya “, ucap
Loh, saya heran, dari mana Icha nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan. Saat itu Hanif langsung menambahkan,
“ Nggak usah malu Mas, saya juga maniak sex Mas.”, ucapnya tanpa malu-malu.
“ Begini saja Mas,”, tanpa harus memahami perasaanku, Hanif langsung melanjutkan,
“ Saya-punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara.. ?”,, .
“ Acara apa Nif.. ?”, tanya saya penasaran.
“ Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana.. ?”,, .
“ Pesta apaan..? Gila kamu.”,
“ Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refreshing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya.. ?”,, .
Malamnya, menjelang pukul 08.00 malam, Hanif-pun tiba bersama istrinya di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh istri saya, ada perasaan yang agak aneh kurasakan.
Saya tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Hanif dari rumahnya. Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, saya mendekati istri saya dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Hanif juga menarik istrinya dan menciumi bibirnya.
Saya semakin terangsang, Dela juga semakin bergairah. Saya belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Dela sudah telanjang bulat, entah kapan saya menelanjanginya. Sesaat saya merasa bersalah, kenapa saya melakukanhal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku.
Kuperhatikan Hanif perlahan-lahan mulai mendudukkan Icha di meja yang ada di depan kami. Tidak lama kemudia Hanif-pun mengangkat rok yang dikenakan istrinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Saya semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya saya sudah menikmati permainan itu.
Icha juga tinggal hanya mengenakan Bra dan CD (celana dalam)nya saja. Saat itu Icha masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang. Perlahan-lahan Hanif membuka Bra Icha, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penghalangnya terbuka. Kegilaan apa lagi ini, ucap dalam hatiku.
Seolah-olah Hanif menikmati.
Karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat istri saya yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Hanif. Kemudian kudekati Icha yang kini tinggal hanya mengenakan CD (celana dalam).
Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamsaya melakukannya dengan orang lain. Lalu kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Hanif kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Dela yang biasanya saya lah yang melakukannya. Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah Vagina Icha.
Kuelus bagian itu, walau masih tertutup CD (celana dalam), tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas CD (celana dalam)nya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Icha ini,
“ Peluklah saya Mas, tolonglah Mas..! ”, racau Icha seolah sudah siap untuk melakukannya.
Tetapi saya tidak melakukannya. Saya ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Tanpa buang waktu saya mulai memandangi seluruh bagian tubuh Icha yang memang betul-betul sempurna. Biasanya saya hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati.
Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.
Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.
“ Sssss… Aghhhhhh…”, desah Icha menikmati.
Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Icha meracau nikmat. Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Icha, kuhisap bagian putingnya, tubuh Icha bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih Penisku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah tsayat lepas.
Posisi Icha sekarang berbaring miring, sementara saya berlutut, sehingga Penisku tepat ke mulutnya.
Perlahan dia mulai menjilati Penisku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat. Icha memasukkan Penisku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir saya tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Hanif dan istri saya seperti membentuk angka 69.
Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya saya dapat memasukkan Penisku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan lubangku menuju liang milik Icha.
Ketika kepala Penisku memasuki liang itu, Icha mendesis,
“ SsssS… Aghhhhhh… Oughhhh… nikmatnya… Ughhh… Terus Mas, masukkan lagi, Aghhhh… !!!”, desahnya.
Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika saya melakukannya. Mungkin karena selama ini saya hanya melakukannya dengan istri saya, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Tanganku sekarang sudah meremas payudara Icha dengan lembut.
Mulut Icha-pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Icha nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Icha berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Saat itu saya sudah tidak memperdulikan Hanif dan istri saya lagi.
Saat ini yang ada difikiranku adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Icha. Luar biasa Vagina Icha ini, seperti ada vacum cleaner-nya saja di dalamnya. Penisku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Icha merem melek menikmati permainan ini.
Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah. Posisi sekarang berubah, Icha sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan Penisku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran Penisku besar, liang Vagina Icha juga semakin kencang.
Kemudian saya posisikan kaki Icha dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya, lalu dengan perlahan kucoba memasukkan torpedoku. Kali ini berhasil, tapi Icha melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong Penisku sambil sesekali menariknya. Vagina Icha terasa kencang sekali. Setelah beberapa saat, tiba-tiba keluarlah lendir kawin Icha membasahi Penisku hingga terasa nikmat sekarang.
Kembali kudorong Penisku dan kutarik sedikit, lalu saya bergoyang semakin lincah, dengan memaju mundurkan pantatku secara konstan. Sepertinya Icha-pun menikmati posisi sex ini. Buah dada Icha bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Icha sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumenNifti apa itu.
Erangannya semakin panjang, kecepatan sodokanku-pun kutambah, dan saat itu goyangan pinggul Icha-pun semakin cepat dan liar. Saat itu tubuhku terasa semakin panas. Saat itu saya merasakan ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa saya menahannya. Sepertinya menjalar menuju Penisku. Saya masih berusaha menahannya.
Dengan cepatnya kemudian saya mencabut Penisku dan mengangkat tubuh Icha ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Icha telentang di bentangan karpet. Secepatnya saya menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak Vagina Icha menyembul seakan menantangku kejantananku untuk segera menacapkanya kembali.
Segera kumasukkan lubangku kembali ke dalam liang Vagina Icha. Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Icha semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulsayakan padanya. Tiba-tiba Icha memelukku sekuat-kuatnya, goyanganku pun semakin menjadi liar.
Saat itu saya-pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari Penisku. Icha menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Icha menjerit kesakitan sambil bergetar hebat. Mulutku terasa asin, ternyata bibir Icha berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai.
Di atas sofa Hanif dan istri saya ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Dela tersenyum puas. Sementara Icha tidak mau melepaskan Penisku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari Penisku masuk ke liang milik Icha. Kulihat Icha tidak memperdulikannya.
Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya Penisku terlepas dari Vagina Icha. Icha tersenyum puas, walau kelelahan saya-pun merasakan kenikmatan tiada tara. Dela juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi. Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku.
Hanif dan Icha sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin saya tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Icha berkunjung ke rumah kami, kebetulan saya tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan istri saya. Seandainya saja saya berada dirumah, pasti saya akan meminta kembali untuk bertukar pasangan dan berhungan sex.