Cerita Sex Sensasi Memek Tante Rika

Saat jadi mahasiswa di Jakarta saya selalu pergi ke perpus ya karena disana bayak penjaga wanita yang cantik cantik, hanya ada dua orang yang menarik perhatianku pertama adalah mbak Eka dia masih sigle walau usianya sudah mapan yaitu 30an tahun , cantik orangnya kulitnya putih satunya lagi Ibu Rika dia sudah berumah tangga dan mempunyai anak 2, putrinya sudah bersekolah SMA kelas 3.

Dari kedua wanita tersebut cuma dengan Ibu Rika saja saya tampak lebih akrab sehinggak saya pun mengetahui dengan benar seluk beluk kehidupan rumah tangganya beserta dengan segala masalah yang dihadapinya.

Suatu siang, ketika saya baru datang, kulihat Ibu Rika sedang melihat TV yang memang sengaja dipasang di lobby untuk para pengunjung instansi ini, kudekati dan duduk di sebelahnya.

“Siang, Bu!, lagi santai nih?” Tanyaku membuka percakapan

“Eh, Dik Bondan!, iya, tadi habis kunjungan keluar bareng ibu kepala dan nganter si Maria (putri tertuanya) pulang. Udah selesai kuliahnya?” jawabnya

“Sudah.., tadi cuma ada satu mata kuliah”

“O gitu!, O ya, entar malam di Cafe ada konsernya ( Ibu Rika menyebut satu nama Band yang baru ngetop di Indon), mau nonton nggak?”

“Sama Maria, ya!, entar saya ikut!” Kataku merajuk soalnya anaknya itu menuruni kecantikan ibunya sewaktu muda

“Ya, nanti Maria tak suruh ikut!”

“Lha emang Bapak ( suaminya ) kemana, Bu?”

“Lagi mengikuti Pak Walikota ke Jakarta sampai tiga hari mendatang”

“Okelah kalau begitu, nanti sore saya kesini lagi, terus berangkat!”

“Sip kalau begitu ” Jawabnya senang

Sore yang dijanjikan pun tiba, saya masuk kedalam kantornya dan menemukan diasedang membereskan beberapa map pekerjaannya.

“Tunggu di bawah ya, Dik!, saya mau ganti baju, dan tadi Maria telepon katanya tak bisa ikut karena besok ada ulangan dan agak tak enak badan

” Katanya menyambutku Dan saya pun mengeluh, gagal deh kencan dengan Maria Tak berapa lama kutunggu, Ibu Rika sudah menemuiku dengan berganti pakaian dinasnya menjadi blus ketat dengan jins, wah.., oke juga nih ibu-ibu, nggak mau kalah dengan yang muda dalam soal dugem.

“Ayo!” Ajaknya saya pun mengikutinya menuju escudo kuningnya dan berlalu dari kantor instansi tersebut.

“Kemana kita?, bukannya konsernya entar malam?” Tanyaku

“Bagaimana kalo kita cari makan dulu sambil ngobrol-ngobrol nunggu jam lapan buat nonton konser ? ” Usulnya

“Boleh juga!, dimana?”

“Ntar, liat aja, biar Ibu yang charge, OK!”

Aku pun mengangguk mengiyakan nya

Di sebuah resto china dijalan protokol kota ini, setelah menyantap hidangan laut, kami pun mengobrol mengahbiskan waktu dengan membahas berbagai persoalan baik itu maslah sosial maupun pribadi. Seperti halnya Ibu Rika menceritakan padaku tentang bagaimana menjemukannya kehidupan rumah tangganya.

“Wah, kalau soal itu saya tak bisa memberikan pendapat, Bu!, masalahnya saya belum pernah berumah tangga.” kataku merespon nya

“Ini cuma sekedar curhat koq, Dik!, biar besok menjadi semacam panduan bila nantinya dik Bondan sudah menjalan kehidupan bersama” Jawab Ibu Rika diplomatis “Dan, jangan panggil Ibu, dong!, panggil saja Mbak, khan usia kita nggak terlalu jauh banget bedanya, paling cuma 13 tahun !” Tambahnya Dan saya pun tertawa mendengar kelakar tersebut.

Ketika waktu telah menunjukkan saatnya, kami keluar dari resto tersebut disambut dengan gerimis, berlari-lari menuju mobil untuk meluncur ke cafe yang dimaksud. Selama konser tampak Ibu Rika sangat menikmati suasana tersebutsambil sesekali mengenggam tanganku, sehinggak mau tak mau pun saya menjadi ikut terbawa oleh suasana yang menyenangkan.

Konser pun berakhir, dan saatnya kami untuk pulang. Sambil-sesekali berceloteh dan bersenandung, kami menuruni tanggak cafe, yang entah karena apa, Ibu Rika terpeleset tapi untunglah saya sempat memegangi nya tapi salah tempat karena secara reflek saya menariknya kedalam pelukan ku dan tersentuh buah dadanya. Sejenak Ibu Rika terdiam, memandangku, mempererat pelukannya dan seakan enggan melepaskannya.

“Bu, eh..Mbak, udah dong, malu entar dilihat orang” Kataku

Dia pun melepaskan pelukannya, dan kami menuju ke mobil dengan keadaan Ibu Rika sedikit pincang kaki nya.

Tengah malam kurang sedikit, kami sampai di rumah Ibu Rika, karena saya sudah terbiasa pulang pagi, jadi kudahulukan untuk mengaentar kerumahnya untuk memastikan keadaannya.

Rumah dalam keadaan sepi, penghuninya sudah tidur semua kurasa, dan saya pun duduk di sofa sambil sejenak melepaskan lelah. Sambil terpincang-pincang, Ibu Rika membawakan segelas teh manis hangat untukku, dan duduk di sampingku. saya jadi teringat kejadian di tanggak cafe tadi.

“Masalah tadi, maafin saya Mbak, itu reflek yang nggak sengaja.

” Kataku “Nggak papa koq, Mbak nggak hati-hati si, pegel banget nih!” Katanya

“Sini saya pijitin” kataku sambil mengangkat kakinya dang menggulung celana jins nya sampai selutut

Dia pun merebahkan badannya agar saya bisa leluasa memijitnya. Tak berapa lama kemudian dia bangkit sambil ikut memijiti kakinya sendiri. Ketika tangan kami bersentuhan ada getar-getar halus yang kurasakan menggodaku tapi berhasil kutepiskan.

Tapi tak disangka, Ibu Rika memegang lengan ku dan menarikku ke dalam pelukannya.

“temani saya malam ini, Dik!” Bisiknya lirih di telingaku Kurasa habislah pertahanan ku kali ini.

Di lumatnya bibirku dengan ganasnya, apa boleh buat, saya pun memberikan respon serupa. Kami saling berpagut dengan sesekali mempermainkan lidah.

Tangannya menggerayangi tubuhku, mengusap-usap celanaku yang menggembung, sedangkan saya meremas-remas buah dadanya yang masih cukup ranum untuk wanita seusianya.

Lama kami bercumbu di atas sofa, lalu Ibu Rika menggamitku untuk memasuki kamarnya, dan kami meneruskan cumbuan sepuas-puasnya.

Foreplay dilanjutkan setelah kami saling membuka baju, cuma tinggal mengenakan celana dalam saja kami bergelut di atas kasur yang empuk dalam kamar berpendingin udara. Kujilati puting susunya sampai Mbak Rika mendesah-desah, sementara tangannya menggengam kemaluanku yang dengan lembut dikocoknya perlahan.

“Mbak.., saya buka ya, celananya!” Bisikku yang disambut dengan anggukannya Setelah secarik kain tipis itu terlepas dari pinggulnya, Ibu Rika mengangkang kan pahanya, dan tampak memeknya yang kehitamantertutup lebat rambut. Ketika kusibak kerimbunan itu, gundukan daging itu berwarna kemerahan berdenyut panas.

Ibu Rika memekik dan mendesah perlahan ketika memeknya kujilati. Ditekan nya kepalaku sepertinya dia sangat menikmati permainan ini, sampai suatu ketika kurasa memeknya mulai basah dengan keluarnya lendir yang berlebihan.

Dengan nafas terengah-engah Ibu Rika menarik kemaluanku untuk dimasukkan kedalam memeknya. Kupegan tangannya dan kupermainkan kemaluanku di pintu masuk liang kenikmatan nya itu beberapa lama, kupukul-pukul kan kepala kemaluanku dibibir memeknya, kumasukkan kemaluanku sedikit dalam memeknya lalu kutarik keluar kembali, begitu berulang-ulang. “Ayo dong, Dik!, jangan buat saya semakin ……” bisiknya

“Tapi saya belum pernah berhubungan badan, Mbak!” Balasku berbisik

“Ayolah, Dik!, saya beri kamu pengalaman menikmati surga ini, ayo..!”

Sayapun mengangguk

bu Rika berbaring telentang di pinggiran ranjang dengan kaki mengangkang, sementara saya berlutut hendak memasukkan kemaluanku. Di pegangnya kemaluanku dan di arahkan ke dalam memeknya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku dibibir memeknya sementara dia mendesah-desah, lalu dengan dorongan perlahan kubenamkan seluruh kemaluanku kedalam liang memeknya.

Sebuah sensasi kenikmatan dan kehangatan yang luar biasa menyelubungi ku, sejenak keresapi kenikmatan ini sebelum Ibu Rika mulai mengalungkan pacuma pada pinggulku dan memintaku untuk mulai menyetubuhi nya.

Kudorong tubuh Ibu Rika ketengah ranjang, setelah tercapai posisi yang enak, kugerakkan pinggulku maju mundur mengeksplorasi seluruh kenikmatan yang dimiliki oleh Ibu Rika.

Ruangan kamar yang dingin seolah tak terasa lagi, yang ada cuma lengguhan-lengguhan kecil kami di timpahi suara kecepok beradunya kemaluan kami, sementara disekeliling kepala kami terbungkus dengan hawa dan bau khas orang bersetubuh.

“hh..terus, Dik!, goyangnya yang cepat..Ohh.. ohh, Ouuch!” Desahnya

“Yang erat, Mbak!, ayo sayang,..sshh, ..hhh..” Desahku

“Ouuw…hh.. ,…lebih ce…aaahhhh! ”

“Tenang aja, manisku…ohh. ., enak Mbak!”

“Sss….sama. ..aku juga…ohh.. ohh!”

Entah sudah berapa lama kami saling bergelut mencari kenikmatan, lambat laun kemaluanku terasa seperti diremas-remas, lalu Ibu Rika mendesah panjang sebelum pelukannya terasa melemah.

“aku.., sam…,Dik!, …Aaaaakkhhh !” Desahnya Kurasakan momen ini yang ternikmat dari bagian-bagian sebelumnya, maka sebelum remasn-remasan itu mengendur, kupercepat gerakanku dan kurasakan panas tubuhku meningkat sebelum ada sesuatu yang berdesir dari seluruh bagian tubuhku untuk segera berebut keluar lewat kemaluanku yang membuatku bergetar hebat dengan memeluk tubuh Ibu Rika lebih erat lagi

“Ohhh..ohh.. ..!” Desahku tak lama kemudian saya bergulir di samping Ibu Rika mencoba mengatur nafas, sementara dia terpejam dengan ritme nafas yang tak beraturan juga.

Kemaluan ku masih tegak berdiri berkilat-kilat diselimuti cairan-cairan licin sebelum lemas Setelah beberapa saat, nafasku pulih kembali, kubelai rambut Ibu Rika. Dia tersenyum padaku.

“Makasih, Mbak! Enak sekali tadi” Kataku tersenyum

“Sama-sama,Dik! Hebat sekali kamu tadi, padahal baru pertama, ya! ” jawabnya Ibu Rika mencoba duduk, kulihat cairan spermaku meleleh keluar dari lipatan memeknya yang lalu di usapnya dengan selimut.

“Saya keluarkan di dalam tadi, Mbak! habis enak dan nggak bisa nahan lagi, nggak jadi anak khan nanti?” Tanyaku

“Enggak, santai saja, sayang!” Katanya manja sambil mencium pipiku

“Emm..,Mbak! ” Tanyaku

“Apa sayang?” Jawabnya

“Kapan-kapan boleh minta lagi, nggak?” “Anytime, anywhere, honey!” Katanya sambil memelukku dan melumat bibirku.

Dan sehabis kejadian tersebut selang seminggu saya mendapatkan keistimewaan dari ibu Rika untuk mengexplore berbagai gaya dan sampai sekarang pun saya bisa mengajak ibu Rika untuk bercinta , walau pada mulanya saya tertarik dengan anaknya yang cantik itu, tapi tak apalah buat pengalaman juga mendapat pembelajaran dari yang lebih berpengalaman.

Related posts