Cerita Sex Mbak Ayu Hitam Manis

 

Cerita Dewasa Terbaru | Entah kenapa aku termasuk lelaki yang suka kepada perempuan yang lebih tua. Dari jaman SMA sampai sekarang kerja aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Bukannya kurang tampan, wajah cukup lumayan, badanku cukup kekar karena dari dulu aku senang main bola, ukuran Mr.P ku juga cukup lumayan besar dibandingkan dengan yang di film-film bokep yang sering kutonton. 

Dari SMA dulu sampai sekarang banyak juga wanita yang suka kepadaku bahkan ada yang sampai menyatakan cintanya padaku, namun tetap saja selalu aku tolak. Mungkin anggapanku tentang wanita yang lebih muda pasti akan selalu manja dan suka minta ini minta itu sedangkan aku sendiri dari dulu hidupnya pas-pasan. Aku lebih menyukai wanita lebih tua yang lebih dewasa dariku yang mungkin bisa juga mengerti akan diriku.

Waktu di SMA aku pernah mengagumi seorang guru, Bu Nina namanya, guru sejarah yang mungkin usianya terpaut jauh dariku namun wajahnya masih manis. Aku selalu mengagumi Bu Nina ini bahkan sampai terbawa mimpi dan tak jarang Bu Nina dijadikan fantasi hayalan saat aku onani. Namun kewarasanku masih terjaga sehingga aku memendam perasaanku sendiri tanpa memperlihatkannya pada Bu Nina. Sampai sekarang aku pun sering mengidamkan wanita yang lebih tua tanpa mengungkapkan perasaanku padanya.

Ayu namanya, aku biasa memanggilnya Mbak Ayu, karena yang aku tahu dia tuh orang jawa. Dia tetangga kost-an ku, usianya 39 tahun hampir 2 kali lipat usiaku yang 20 tahun, dia janda anak satu ditinggal mati suaminya dua tahun silam. Anaknya memutuskan meneruskan sekolah SMA nya di Tegal bersama neneknya, sedangkan Mbak Ayu memutuskan tinggal di Bandung sendiri dengan alasan pekerjaan.

Seperti kebanyakan orang yang tinggal di pesisir yang udaranya panas kulit Mbak Ayu pun sedikit hitam, namun tak sedikitpun mengurangi daya tariknya bahkan bagiku hitamnya itu yang membuat dia terlihat manis. Mbak Ayu bekerja di sebuah perusaan garmen yang tak jauh dari kost-an sebagai tenaga administrasi. Sebagai wanita yang bekerja Mbak Ayu selalu menjaga penampilannya.

Mbak Ayu selalu terlihat rapi meskipun hanya sedang di rumah, sangat berbeda dengan ibu-ibu di sekitar yang selalu berpenampilan apa adanya. Perawakan mbak ayu biasa saja, tidak terlalu tinggi, mungkin hanya sekitar 165 cm. Payudaranya kecil, bahkan kalau pake baju yang longgar terlihat seperti rata, pantatnya juga tidak terlalu besar tapi membentuk indah bulat.

Aku baru dua bulan tinggal di kost-an itu namun waktu pertama kali kulihat Mbak Ayu aku pun langsung tertarik dengannya padahal di kost-an itu juga tinggal Mbak Widya janda yang lebih muda 2 tahun dari Mbak Ayu dan Ratih yang seumuran denganku. Seperti biasa aku hanya biasa aku hanya bisa memendam ketertarikanku pada Mbak Ayu.

Usia yang jauh berbeda seakan menjadikanku dinding penghalangku untuk mendekati Mbak Ayu. Ingin rasanya aku ngobrol jauh dengannya namun aku merasa malu untuk memulainya, hanya senyuman dan sapaan saat berpapasan itupun sudah cukup membuatku bahagia. Kadang aku selalu curi-curi pandang saat Mbak Ayu melintas di depan kamarku.

Hari itu hari minggu, hari libur kerja bagiku dan tentunya juga libur buat Mbak Ayu. Pagi-pagi aku sudah mejeng di depan kamar kost-ku, aku tahu jam segini biasanya Mbak Ayu suka ke warung untuk membeli sarapan dan tentunya saja pasti melewati depan kamarku. Akhirnya langkah kaki menuruni tangga pun terdengar, dan benar ternyata memang Mbak Ayu yang aku tunggu datang dengan mengenakan baju kaos warna pink dan celana pendek di atas lutut.

“A Dadan bisa minta tolong ga?” Aku terkaget ketika Mbak Ayu menghampiriku.
“Ada apa ya mbak..?”
“Nanti kan mau pindah ke kamar bawah, A Dadan bisa bantuin ga..?? Hmm… Itu juga kalau A Dadan nya ga ada acara sih..” jawabnya.
“Hmm.. iya bisa mbak, lagi ga mau kemana-mana ko’ mamg kapan mau pindahannya mbak?”
“Nanti siang, sekarang mau dipakin dulu biar nanti tinggal angkut.. tenang aja A ntar ada uang capeknya ko'”
“Ga udah lah Mbak Ayu, kaya ma sapa aja.. Yang penting sediain kopi aja Mbak… hehe”
” Ya udah deh ntar di kasih tau lagi ya A.”

Mbak Ayu pun segera berlalu kemabi ke kamarnya yang di atas. Satu sisi aku senang karena bisa membantu Mbak Ayu, tapi di sisi lain aku merasa kecewa karena kalau pindah ke kamar yang di bawah aku tak bisa lagi mencuri-curi pandang lagi karena Mbak Ayu ga akan lagi melewati depan kamarku.

Siang hari Mbak Ayu datang ke kamar ku dan aku pun telah bersiap. Satu persatu barang-barang aku mulai aku pindahkan Mbak Ayu pun menyiapkan kopi yang sudah aku pesan tadi. photomemek.com Sesekali aku mencuri-curi pandang terhadapnya. Aku membayangkan bagaimana kalau aku mencium bibirnya yang manis, kalau aku memeluknya. Mbak Ayu pun sepertinya sadar kalau aku curi-curi pandang seperti itu namun dia hanya tersenyum dan sedikitpun tidak nampak terlihat terganggu oleh pandanganku. Akhirnya selesai juga semua barang aku pindahkan.

“Udah semua Mbak?”
“Udah A, makasih ya..” Jawab Mbak Ayu yang sedang merapikan kasur.
“Emang kenapa sih Mbak mau pindah?”
“Cuma males turun naik tangga aja sih A, apalagi kalau pulang kerja kan capek. Kebetulan ini ada yang kosong.” Jawabnya.

Mbak Ayu terus merapikan seprei pada kasurnya dan sesekali memboongiku. Nampak jelas cetakan celana dalamnya pada celana pendek yang dikenakannya. Pandanganku terus melotot pada bokong yang bulat itu, aku tak mau melewati sedetik pun hidangan selezat itu. Kontolku pun langsung bereaksi menggeliat dengan gagahnya. Celana pendek yang aku kenakan tak mampu menahan kontolku sehingga terlihat sembulan.

“A Dadan kenapa??”

Tiba-tiba Mbak Ayu bertanya. Sepertinya dia tahu kalau dari tadi aku memperhatikannya terus.

“Ah, gapapa Mbak…” Aku pun terkaget.
“Gapapa nih??” Mbak Ayu bertanya dengan senyum menggoda dan pandangannya melirik sembulan di celana ku.
“Iya gapapa Mbak” aku mati gaya dan seakan tersambar petir. “Hmm.. kalau sudah beres aku pamit dulu ya Mbak..”
“Mau ke mana A Dadan, masa baru lihat segitu aja sudah kabur?”
“Hmm.. anu.. anu..” saking malunya sampai lidahku kaku tak bisa berkata apa-apa.
“Udah di sini aja dulu A, kan belum lihat yang lain.” Mbak Ayu terus menggodaku dan seakan menikmati keadaanku. “Tapi tutup dulu pintunya yah A.” lanjutnya.

Mbak Ayu kemudian menutup pintu kamar, sedangkan aku hanya terdiam tak tahu apa yang harus aku lakukan atau aku katakan. Kontolku yang tadinya tegang kini lemas kembali karena rasa malu yang bercampur aduk.

“Loh ko’ lemes lagi?” kata Mbak Ayu sambil melirik celanaku.
“Ah Mbak Ayu…” aku semakin malu.
“A Dadan dari tadi liatin aku yah?? Mang kenapa sih A?”
“Ngga ko’ Mbak” aku coba mengelak.
“Ah, biasanya juga kalau aku lewat kamar A Dadan suka ngeliatinnya beda gitu..”
“Hmm.. ya ga tau Mbak suka gitu aja sih..”
“A Dadan tuh aneh yah, kenapa sukanya liatin aku yang sudah tua gini, kenapa kalau ma Widya yang lebih gede toketnya trus pantannya juga gede malah biasa aja…?”
“Ya itu dia Mbak aku juga ga tau suka gitu aja, kalau liat Mbak Ayu tuh kaya gimana gitu.”
“Trus tadi juga waktu aku beresin kasur A Dadan suka juga yah liat bokongku??”
“Ah.. Mbak Ayu…” Aku pun tersipu malu.
“Emang suka kan, ntuh sampai ada yang bangun gitu.. Mau liat lagi ga A biar itu nya bangun lagi?”
“Terserah Mbak Ayu aja deh..” jawabku ragu.

Mbak Ayu pun mulai membelakangiku dan menunging, tercetak jelas bayangan celana dalamnya. Pemandangan indah yang langsung membangkitkan kontolku kembali. Tak kusangka tiba-tiba Mbak Ayu mulai melorotkan celana pendeknya sehingga terlihat jelas pantat yang bulat yang hanya terbalut celana dalam merah muda tipis dan dapat kulihat sedikit belahan memeknya.

“Gimana A.. Mau dilanjutin??” Tanya Mbak Ayu.
“Terserah Mbak Ayu aja..”
“Ko’ terserah mulu sih… Masih mau lihat ga??”
“Iii… iya Mbak…”

Mbak Ayu pun mulai membuka celana dalam merah mudanya, bokong bulat dengan lubang pantat yang berwarna kecoklatan langsung terlihat. Kontolku semakin menegang melihatnya dan membuatku tak bisa menahan konaknya.

“Buka aja A, biar ga pegal gitu..”
“Apanya Mbak?” Aku terkaget.
“Itu celananya, daripada ketahan gitu..”
“Hmm.. tapiii…”
“Udah buka aja kan biar sama..” Mbak Ayu langsung memotong ucapanku.

Ternyata Mbak Ayu mengamati kontolku. Dengan ragu aku pun mulai membuka celanaku sehingga kontolku terbebas.

“Wow.. gede juga punya nya..” Mbak Ayu sedikit terkejut melihat ukuran kontolku.
“Biasa aja ah Mbak”
“A Dadan pernah gituan ga??”
“Hubungan badan gitu maksudnya??” Aku balik bertanya.
“Ya gitu..”
“Belum pernah Mbak, liat bokong cewek juga baru punya Mbak Ayu saja..”
“A Dadan mau nyabain ga??”
“Takut ah Mbak..”
“Takut kenapa mang A.. Ga usah takut, udah tanggug dibuka.. mau kan A??”
“Mau banget sih Mbak, tapi takut Mbak Ayu nya nanti ga puas, aku kan belum pernah gituan..”
“Hahaha… tenang aja itu mah A.. Ntar sama aku ajarin deh..”
“Iya deh Mbak..”

Mbak Ayu pun langsung mengelus-elus kontolku yang sudah tegang, perlahan-lahan tangannya mulai mengocok kontolku lalu dimaskukannya kontolku ke dalam mulutntya. Aku hanya terdiam, tak tau harus bagaimana, aku hanya menikmati hangatnya kuluman mulut Mbak Ayu. Linu tapi nikmatnya tak terbayangkan jauh lebih nikmat dari kocokan waktu onani.

Tiba-tiba Mbak Ayu menarik tanganku dan menempelkan ke payudaranya. Aku pun mulai mengelus-elus puting Mbak Ayu yang sudah mengeras. Aku pun mulai memberanikan diri meremas payudaranya, udah kendor sih dan kecil juga, tergenggam semua oleh satu telapak tanganku. Namun itu merupakan pengalaman pertamaku meremas payudara seorang wanita dan itu memberikan sensasi yang begitu hebatnya.

Mbak Ayu menghentikan kuluman kontolku, dibukanya kaos dan BH krem yang dikenakannya. Terlihat payudara kecil yang sudah mengendur dengan puting yang kecoklatan. Didekatkanya payudara itu ke mulutku, layaknya seorang bayi aku menghisap puting payudaranya. Mbak Ayu sendiri terlihat menggelinjang, nafasnya berdesah dan saat aku gigit putingnya dia mengerang kenikmatan. Mbak Ayu lalu menuntun kontolku dan memasukan ke dalam memeknya. Untuk sesaat kontolku digesek-gesekan ke mulut memeknya dan lalu masuk lah ke dalam memeknya. Rasa hangat dan basah langsung terasa di kontolku, sungguh nikmat terasa.

Mbak Ayu terus bergoyang di atas pangkuanku, payudaranya menepel di muka ku dan putingnya terus aku hisap-hisap. Tanganku mulai menjar di tubuh Mbak Ayu, mulai aku elus-elus seluruh tubuhnya sampai aku remas-remas pantatnya yang bulat. Goyangan Mbak Ayu semakin cepat, kontol rasanya sudah tak sanggup lagi menahan sperma untuk keluar.
“Aku mau keluar Mbak..”
“Tahan bentar lagi A, biar bareng..”

Mbak Ayu semakin mempercepat goyangannya, seketika itu aku merasakan jepitan memek Mbak Ayu, tubuh Mbak Ayu menggelinjang. Saat itu juga aku tak sanggup menahan sperma untuk keluar. Crot.. crott.. croott.. Kurasakan spermaku yang keluar kali ini lebih banyak dari sperma yang biasa keluar saat onani.

“Aaahhhh…”

Mbak Ayu mengerang, matanya terpejam dengan menggigit bibirnya sendiri, nampaknya Mbak Ayu juga sudah mencapai puncak orgasme nya. Mbak Ayu masih dipangkuanku dengan kontolku yang masih dalam memeknya.

“Giman A?”
“Nikmat Mbaak.. Mbak Ayu sendiri gimana?”
“Hmmm.. Nikmat juga sih A, punya nya gede ma kenceng sih, tapi lain kali coba tahan lebih lama..”
“Lain kali??” Tanyaku.
“Iya.. masih mau lagi kan A?”
“Iya Mbak, tapi Mbak Ayu nya puas kan”
“Iya lah” Mbak Ayu mengecup keningku dan bangkit dari pangkuanku.

Kami pun segera memakai pakaian kami masing-masing, aku pun segera pamit pulang ke kamarku. Aku pulang ke kamarku dengan perasaan yang sulit kupercaya. Setelah itu aku dan Mbak Ayu sering melakukan hubungan badan berdua, hampir setiap hari. Aku pun semakin hari semakin bisa menahan agar tidak terlalu cepat keluar dan sanggup bertahan hingga Mbak Ayu keluar sampai 2-3 kali.

Dua minggu setelah itu Mbak Ayu datang ke kamarku, aku kira dia mau ngajak bercinta seperti biasanya namun kali ini Mbak Ayu datang bersama Mbak Widya.

“Lagi sibuk ga A Dadan?” Tanya Mbak Ayu setelah kubukakan pintu kamarku.
“Ga juga sih Mbak lagi nyantai aja?” Jawabku.
“Jalan yuk A..” Ajak Mbak Ayu.
“Mumpung malam minggu nih..” Mbak Widya ikut bicara.
“Mang mau jalan ke mana?” Tanyaku.
“Ya jalan-jalan aja lah, nyari makan atau apalah.” Jawab Mbak Ayu.
“Ya udah tuh Mbak, bentar yah aku ganti baju dulu.”

Kami bertiga pun pergi jalan-jalan, tak jauh-jauh sih hanya jalan-jalan melihat-lihat pedagang emperan sambil ngobrol becanda ke sana ke mari. Aku agak kikuk juga saat berbincang-bincang aku takut kalau sampai keceplosan dan Mbak Widya sampai tahu apa yang selam ini aku lakukan dengan Mbak Ayu. Jam sembilan setelah kami makan pun kami beranjak pulang. Ketika sampai tempat kost-an Mbak Ayu mengajakku ke kamar Mbak Widya yang berada di lantai atas, untuk ngelanjutin ngobrol katanya. Sebenarnya aku inginnya sih berduaan dengan Mbak Ayu namun aku pun tak bisa menolak ajakan Mbak Ayu.

Di lantai atas hanya ada 2 kamar, kamar Mbak Widya dan kamar bekas Mbak Ayu yang sekarang kosong belum ada penghuninya.. Kamar yang 2 petak yang terdiri dari kamar tidur dan ruang tamu serta satu kamar mandi kecil di belakang kamar tidur. Mbak Widya langsung membuatkan minum sedangkan aku dan Mbak Ayu menunggu berdua di ruang tamu. Saat itu aku sempat memberikan isyarak ke Mbak Ayu, namun dia hanya menjawab “ntar aja” sambil tersenyum. Tak lama kemudian Mbak Widya datang dengan membawa minumannya dan kami pun langsung terlarut dalam obrolan yang penuh canda.

Hampir setengah jam berlalu dalam obrolan tiba-tiba Mbak Widya memeluk Mbak Ayu dari belakang, tangannya meremas toket Mbak Ayu. Mbak Ayu pun membalas dengan mencium bibir Mbak Widya dan mereka pun saling bercumbu. Adegan yang mengagetkan bagiku dan aku hanya terdiam menyaksikannya. Kemudian mereka berhenti bercumbu dan Mbak Ayu menghapiriku.

“Ayo A, katanya mau main…” Kata Mbak Ayu.
“Tapi Mbak..” Kulirik Mbak Widya.
“Ga keberatan kan main bertiga?” Tanya Mbak Ayu padaku.
“Hmm, ya kalau aku nya sih gapapa… tapi Mbak WIdya nya??” Kataku
“Emang si Widya nya juga yang mau sih…” Kata Mbak Ayu.
“Katanya punya A Dadan gede yah..?” Mbak Widya ikut bicara.
“Ih, Mbak Ayu ko’ bilang-bilang sih..?” Mbak Ayu hanya tersenyum. “Ngga juga ko’ Mbak Wid, biasa aja” Lanjutku lagi.
“Masa sih, mana aku lihat.” Kata Mbak Widya.

Tiba-tiba Mbak Widya membuka kancing dan resleting celanku, dikeluarkannya kontolku.

“Gila Yu, gede banget..” Mbak Widya kaget melihat kontolku yang gede dan keras.

Mbak Widya langsung melahap kontolku dengan penuh nafsu sedangkan Mbak Ayu menciumi bibirku. Sensasi yang luarbisa kurasakan, saat bibirku mengulum lidah Mbak Ayu secara bersamaan kontolku dikulum Mbak Widya. Tanganku ku pun mulai meremas-remas toket Mbak Ayu, kubuka juga tali BH nya. Lalu Mbak Ayu mulai membuka kaos dan celananya sampai bugil dan dibukakannya juga kaosku juga.

Mbak Ayu menempelkan toketnya padaku, aku pun langsung menghisap puting Mbak Ayu dan tanganku tak berhenti meremas toket Mbak Ayu yang satunya lagi. Mbak Widya sendiri masih asik dengan kontolku dan celanku sudah dipelorotkan semua hingga aku kini telanjang bulat.

Sekarang tinggal Mbak Widya yang belum telanjang. Aku menghentikan memainkan toket Mbak Ayu lalu kugapai Mbak Widya kubuka baju dan celana pendeknya. Nampak toket putih dan gede, hampir tiga kali lipat gedenya dibanding toket Mbak Ayu. Mbak Widya memang lebih montok dari Mbak Ayu, badannya pun lebih besar juga lebih putih. Mbak Widya lalu mengangkang dan nampak memek yang tembeb tanpa bulu sedikit pun.

“Jilatin A…” Pinta Mbak Widya.

Aku sebelumnya belum pernah menjilati memek, sebenarnya waktu dengan Mbak Ayu aku juga pengen rasain jilatin memeknya namun Mbak Ayu tidak pernah mintanya. Melihat Mbak Widya yang sudah mengangkang seperti itu aku pun langsung menjilati memek Mbak Widya yang nampaknya sudah basah dan berlendir. Mbak Widya terlentang dengan memegang kakinya sendiri sampai menngangkang sedangkan aku sendiri dengan posisi merangkak.

Tiba-tiba dari belakang Mbak Ayu menjilati kontolku, dihisapnya kontolku juga dijilatinya juga lubang pantatku. Aku merasa geli dan risih namun tak sebanding dengan kenikmatan yang kurasakan. Lalu Mbak Ayu menghentikan jilatannya, sekarang dia mencumbu bibir Mbak Widya sambil meremas-remas toketnya yang gede sedangkan aku sendiri masih menjilati memek Mbak Widya. Mbak Widya menggelinjang, kakinya menjepit kepalaku lalu kurasakan cairan hangat di lidahku. Nampaknya Mbak Widya telah mencapai orgasmenya.

“Dah keluar WId..?” Tanya Mbak Ayu ke Mbak Widya.
“Hu uh..” Mbak Widya menganggukan kepalanya sambil mengatur nafanya.

Sekarang Mbak Ayu berpindah kepadaku. Disuruhnya aku terlentang, lalu Mbak Ayu menaiki kepalaku sehingga memeknya menempel di wajahku. Kujilati memek Mbak Ayu, nampaknya memek Mbak Ayu aromanya lebih sedap dibanding Mbak Widya. Bulu-bulunya pun lebat serta pada bagian bibirnya bergelambir.

Pada saat itu kurasakn tangan menyentuh kontolku. Ternyata tangan Mbak Widya yang menuntunnya untuk masuk ke memeknya. Mbak Widya pun bergoyang dan Mbak Ayu pun ikut-ikutan bergoyang menggosok-gosokan memeknya ke wajahku. Tangan Mbak Widya memainkan toket Mbak Ayu yang membelakanginya. Hampir lima menit kami dalam posisi itu sampai akhirnya aku rasakan Mbak Ayu sudah mencapai orgasmenya.

Mbak Widya masih bergoyang diatasku dan sekarang Mbak Ayu memainkan toket Mbak Widya. Mbak Ayu ikut juga naik ke tubuhku, mereka saling berhadapan.

“Yu mau keluar lagi…” Ucap Mbak Widya.” AAaaaaaaahhhhhhhhh….” Nampaknya Mbak Widya sudah mencapai orgasmenya yang ke dua.

Mbak Ayu kemudian menatapku memberikan isyarat, dan aku balas dengan senyuman. Mbak Ayu kemudian terlentang dengan mengangkankan kaki, memeknya sudah menunggu untuk dimasuki kontolku. Aku pun langsung bangkit dan memasukan kontolku ke dalam memek Mbak Ayu sedangkan Mbak Widya hanya tiduran terlentang sambil mengatur nafasnya. Kurasakan lebih rapat memek Mbak Ayu ini dibanding dengan memek Mbak Widya.

Kugenjot Mbak Ayu, sedangkan Mbak Ayu sendiri menaikan kakinya kepundaku. Setelah hampir 7 menit kurasakan memek Mbak Ayu berdenyut menjepit-jepit kontolku. Aku pun semakin mempercepat genjotanku sambil kupeluk dan kuciumi lehernya. Memek Mbak Ayu menjepit semakin kencang dan saat itu juga aku tak sanggup lagi menahan spermaku untuk keluar.

“Mbak… Aku mau keluaaaaaaaaaarrrrrrrr,….”
“Aku juga A… Eeehhhmmmm….”

Pada saat itu juga aku memuncratkan spermaku ke dalam memek Mbak Ayu. Memak Mbak Ayu pun berdenyut-denyut, dan kami keluar berbarengan. Kupeluk Mbak Ayu dan ku kecup bibirnya. Lalu aku merebahkan diri di samping Mbak Ayu sambil mengatur nafas dan keringat bercucuran. Pada saat itu kulihat Mbak Widya sedang menjilati spermaku yang keluar dari memek Mbak Ayu. Nampaknya mereka berdua mau melanjukan ronde berikutnya sedangkan aku sendiri merasa lelah dan akhirnya ketiduran.

Malam itu Aku dan Mbak Ayu tidur di kamar Mbak Widya. Semalaman kami terus bermain, aku sampai 3 kali keluar tapi tak tau sampai berapa kali keluar yang pasti lebih banyak dariku. Malam yang indah aku habiskan bersama mereka berdua namun sangat melelahkan juga. Hari-hari berikutnya aku digilir mereka berdua secara bergantian dan puncaknya pada setiap malam minggu kami bermain bertiga.

***

  • ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts