Cerita Sex Jilatan Di Dapur Kontrakan
Dia berdiri di samping meja makan yang telah bersih dari peralatan makan, sambil mengurut perlahan batang penisnya.
Iyaaaaa aku datangdasar tikus hutan . Candaku sambil tertawa.
Aku letakkan piring dan gelas kotor di dapur, lalu aku kembali kearah ruang makan. Aku lepas cd yang membungkus memekku dan aku lempar ke atas tumpukan cucian kotorku. Cd itu adalah cd terakhirku, karena semua cd yang aku miliki belum sempat aku cuci. Sekarang, satusatunya baju yang masih menempel di tubuhku adalah daster batik berbelahan dada rendah yang menggantung sepanjang separuh pahaku.
Adalah suatu rutinitas, hampir setiap pagi aku harus melayani nafsu liar suamiku yang menggebugebu. Nafsu sex yang seolaholah tak pernah ada habishabisnya. Sepertinya, yang ada diotaknya ketika ada aku, hanyalah tentang seksngentotmake lovengewe. Hanya itu saja. Aku, sebagai istrinya hanya bisa tersenyum sambil menggelenggelengkan kepala saja melihat tingkat yang aku anggap lucu ini. Aku mendekat, sambil menurunkan tali pundak daster miniku.
Daster itu meluncur turun dengan cepat, dan langsung menampakkan kepolosan tubuh putih mulusku. Putingku telah ereksi, dan vaginaku juga mulai basah. Dikecupnya kening, pipi, hidung, leher dan bibirku. Karena aku mudah sekali terbakar nafsu birahi, tak perlu menunggu terlalu lama untuk pemanasan. Langsung saja lidah kami bergulat. Tangan kiri mas Bagas mulai memelintir dan meremas putting payudaraku, dan tangan kanannya merogoh vaginaku dari depan.
Aku pun tak mau tinggal diam, aku raih penisnya yang sudah menegang dengan kedua tanganku dan aku kocok penis mas Bagas, naik turun dengan cepat.
Memek kamu cepet sekali basah dek Kamu dah sange ya sayang? tanyanya sambil tersenyum.
Ya iyalah. Siapa coba yang ga sange klo jari mas mengobokobok memek adek kayak gitu.. Mas Bagas tersenyum, ia menatap wajahku yang sudah mulai memerah sayu.
Mas Bagas mendadak menghentikan gulat lidahnya, dan mengarahkan mulutnya ke payudaraku. HAP. Dia langsung mencaplok dada kananku. Disedotnya kuatkuat, lidahnya menari lincah diatas putingku. Geli. Tak lama, mulutnya pun pindah ke payudaraku yang kiri. HOP.
Annnnggg kali ini giginya ikut bermain, dengan menggigit perlahan puttingku yang mulai mengeras.
Ouuuuwhh sssshhhhh Aku hanya bisa mendesis menerima semua perlakuannya.
Mas, sekarang ya. Bisikku lirih.
Aku sudah tak tahan. Mas Bagas menganggukanggukkan kepalanya.
Tubuh bugilku dibalik menghadap ke arah meja makan dan ia mendekap tubuh mungilku dari belakang.
Walau sudah berubah posisi, kedua tangannya masih saja menggerayangi tubuhku. Tangan kiri meremas perlahan payudaraku, dan tangan kanan mencolokkan beberapa jemari gemuknya ke dalam vaginaku. Aku merasakan penisnya berada tepat di belahan bokongku, digesekgesekkannya penis itu dengan penuh perasaan.
Mas.. ayo. Cepet Dimasukkin Adek udah nggak kuat lagi. rengekku memelas.
Mengerti akan hasratku yang tak bisa aku tahan lagi, mas Bagas lalu mendorong pundakku ke depan dan bertumpu pada meja makan.
Lebarin kakimu dikit dek. Nah gitu
Aku terperanjat ketika merasakan, tangan kanan suamiku mencoblos perlahan vaginaku dari arah pantat.
Pemanasan katanya menenangkanku.
Disodoksodokkan jemari gemuknya beberapa kali di vaginaku. Cairanku membanjir. Dengan perlahan, mas Bagas mulai mengarahkan kepala penisnya kearah vaginaku. filmbokepjepang.sex Digesekgesekkan batang penis itu diluar bibir kemaluanku. Ia berusaha melumasi seluruh batang penisnya dengan cairan vaginaku. Mas Bagas mengambil ancangancang. Kurasakan kepala penisnya di antara bulatan bokongku. Perlahan ia mulai mendorong batang penisnya dan mulai menyeruak masuk. Benda itu begitu hangat, kenyal namun keras.
Cerita Sex Terbaru Jilatan Di Dapur Kontrakan
Sambil tetap meremasremas kedua dadaku dengan satu tangan, mas Bagas mendorong sedikit demi sedikit kepala penisnya.
CLEP kepala penisnya telah masuk.
Uhh aku mendesah sambil memejamkan mataku rapatrapat. Walau aku sudah terbiasa dengan ukuran penis mas Bagas, namun tetap saja, ada sedikit rasa nyeri yang timbul.
Mas Bagas menggesergeser posisi tubuhku, mencoba membuatnya menjadi lebih mantap ketika kami bersetubuh. Perlahan, batang penisnya mulai ia dorong masuk ke vaginaku. Aku merasakan denyutdenyut pelan yang membuat organ kewanitaanku semakin membanjir basah. Sedikit demi sedikit, sampai batang sepanjang 16 cm itu benarbenar hilang ditelan organ kewanitaanku.
Mmmmmmas. Suaraku gemetar menahan nafsuku.
Kenapa dek? Enak? mas Bagas mengecup punggungku ketika melihat aku menganggukanggukkan kepalaku.
Saking nafsunya, cairan vaginaku menjadi tak terbendung, karena aku merasakannya mulai turun, mengalir ke arah pahaku.
CLEK CLEK CLEK mas Bagas mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, mengaduk dan menusukkan batang penisnya dalamdalam, semakin lama semakin cepat.
PLAK PLAK PLAK Suara tubuh kami ketika saling bertabrakan.
CREEKCREEKCREEK Meja makan yang aku buat sebagai tumpuan tubuhku juga perlahan mulai bergerak, tiap kali pinggul mas Bagas menabrak pantatku.
Kaki mejanya berderitderit, tergeser oleh gerakan liar kami berdua.
DUG DUG DUG Suara bibir meja ketika menabrak tembok dan desahan suara kami memenuhi ruang makan yang sempit ini.
Enak dek? tanyanya dari arah punggungku sambil terus meremas payudaraku.
Saking enaknya, aku hanya bisa menggigit bibir bawahku, tersenyum mendesis sambil menganggukanggukan kepalaku. Mulut mas Bagas tak hentihentinya mengucapkan kata
Aku sayang kamu dek tiap kali ia memompa penisnya diliang vaginaku.
Cerita Mesum Jilatan Di Dapur Kontrakan
Terkadang ia mengecup dan menjilat punggungku. Aku hanya bisa menundukkan kepala sambil melenguh keenakan, merasakan tusukantusukan tajam penis mas Bagas. Pagi hari yang berisik pikirku tiap kali kami bersetubuh.
Karena memang benar, kami adalah pasangan yang tidak bisa diam, selalu bercinta tiap kali ada kesempatan. Tak peduli akan waktu, tempat ataupun situasi. Oleh karenanya aku panggil suamiku tikus hutan, karena nafsunya mirip dengan aktivitas makhluk kecil itu, hanya bercinta dengan pasangannya sampai dia mati. Gelombang kenikmatan itupun perlahan datang. Jantungku bercetak semakin cepat, nafasku memberat, siap menyambut orgasme pertamaku di pagi hari ini.
Shhhh Aku mau keluar masayo tusuk memek adek lebih dalam kataku menyemangatinya.
Tanpa menunggu perintahku untuk yang kedua kalinya, mas Bagas semakin mempercepat sodokannya.
Tubuhku terhentakhentak dengan keras, tiap kali menerima sodokan penis mas Bagas. Penisnya terasa begitu cepat, keluar masuk dengan ritme yang semakin cepat. Meja makan tempat aku menyandarkan tubuhku pun sepertinya ikut merasakan dorongan brutal mas Bagas, berderit dengan keras dan menabrak tembok seiring desahan kenikmatan kami berdua.
Shhhayo mas aku sudah dekat.. aku mau keluar . Ssshhhh erangku kepada suamiku. Dengan tangan kiri yang masih menopang badanku, aku pegang pantatnya dengan tangan kanan.
Aku gerakgerakan pantat semok itu kearahku, berharap mas Bagas semakin mempercepat goyangannya.
Masayo. sodok aku dengan keras tusuk aku dengan tititmu aku mau keluar mas
Di tengahtengah pendakian kami ke puncak gunung kenikmatan. Tibatiba mas Bagas menghentikan sodokannya. Dia terdiam, menusukkan penisnya dalamdalam ke arah vaginaku, dan.
Aaahhhhhhkkkkk ahhhh ahhhh mas Bagas berteriak lirih.
Gumpalan cairan hangat langsung memenuhi rongga rahimku. Tak begitu banyak, namun cukup membuat liang rahimku agak sedikit penuh.
Mas Bagas mendorong tubuh gemuknya ke arahku dengan brutal tiap kali penisnya memuntahkan lahar panasnya. Sampai aku merasa sakit pada bagian paha depanku yang terkena bibir meja.
Cerita Sex 2016 Jilatan Di Dapur Kontrakan
6 kali sodokan keras aku terima pada vaginaku ketika suamiku ejakulasi, sebelum akhirnya ia merubuhkan tubuhnya ke arahku. Berat sekali. Nafasnya tersengalsengal.
Aku sayang kamu dek ucapnya sambil mengecup bagian belakang leherku.
Iya.. Aku juga sayang kamu mas jawabku lirih.
Sebenarnya ada rasa kesal karena aku masih belum mendapatkan orgasmeku. Sekali lagi, mas Bagas gagal memberiku kenikmatan yang telah lama aku inginkan. Tidak sampai 5 menit dia sudah terpuaskan, mas
Bagas selalu saja begitu, terlalu cepat ejakulasi.
Mas aku masih pingin ayo ngewe lagi ayo mas kataku.
Aduh mas dah terlambat dek ntar malem ya kita sambung lagi elaknya.
Selalu saja, katakata itu yang menjadi alesan. Mas Bagas memeluk tubuh telanjangku sambil tersenyum penuh kepuasan. Sebagai istri yang harus selalu patuh, aku harus menyembunyikan rasa ketidakpuasanku. Aku harus bisa ikut tersenyum melihat kepuasan yang terpancar dari wajahnya, dan membiarkan kehausan nafsuku hilang dengan sendirinya. PLOP Aku masih merasakan kedutan pelan di dinding vaginaku ketika batang penis mas Bagas yang telah lemas, jatuh keluar dengan sendirinya.
Sekarang penis itu menggelatung tak berdaya di luar bibir vaginaku. Meneteskan lendir kenikmatan kami berdua di belakang paha dan betisku.
Dek, aku berangkat dulu, khawatir ketinggalan angkutan dah siang nie kata mas Bagas sambil mengangkat badan lebarnya dari punggungku.
Dia menepuk pantat semokku dan balikkan badanku yang masih tengkurap diatas meja makan. Aku sekarang dalam posisi telentang, menatap langitlangit rumah kontrakanku. Dengan kaki yang menjuntai di tepi meja makan. Mas Bagas tibatiba mencium vaginaku dan menyeruput cairan yang keluar dari vaginaku.
Hayo kamu lupa ya dek? tanyanya sambil tertawa.
HahahaHAHA.. geli mas geliiya iyaadek inget. Jawabku berusaha menjauhkan mulutnya dari selangkanganku.
Memang sudah menjadi kebiasaan, jika setelah kami bersetubuh, aku selalu membersihkan seluruh batang penisnya dengan mulutku.
Aku segera bangun, turun dari meja makan dan langsung berjongkok di depan selangkangan suamiku. Akt raih batang penisnya yang menggelantung lemas itu, dan aku jilat perlahan. artikelbokep.com Kuhirup dalamdalam aroma kewanitaanku yang bercampur dengan spermanya.
Sejak pertama kali kami bersetubuh, aku memang suka sekali meminum sperma, teksturnya mirip dawet, minuman khas dari pulau jawa yang terbuat dari campuran gula merah dan santan kelapa, terlebih lagi aromanya, mirip aroma daun pandan. Kubuka mulutku lebarlebar, lalu aku masukkan seluruh batang penisnya. Aku kecap, hisap dan urut batang penis lemasnya dengan mulutku. Berharap penis itu bisa tegang kembali. Namun setelah beberapa menit aku oral, sama saja, penis itu tetap menggelayut lemas.
Nah..Dah bersih mas kataku. Dah sana berangkat kerja
Mas Bagas menyuruhku berdiri, dan sekali lagi, ia kecup keningku. Kamu yakin? Nggak mau menunggu besok Minggu buat mengerjakan semua pekerjaan rumah ini? Kamu mau mengerjakannya semua ini sendirian? Jangan terlalu capek ya istriku sayang tanyanya begitu mengkhawatirkanku.
Iye baweeeeel aku yakin dah ah jangan menganggap aku cewek manja seperti dulu aku dah berubah sana buruan berangkat kataku pada suamiku tercinta.
Dengan tubuh telanjang bulat dan vagina yang masih meneteskan cairan kenikmatan kami berdua, lalu aku antar mas Bagas ke pintu depan sambil bergelayutan manja dipundaknya.
Dah ah sana buruan pakai dasternya ntar ada orang yang ngliat loh kata suamiku.
Ah.. kagak ada yang bakalan ngeliat mas khan rumah kita paling tertutup
Berani yaaaa. Kata mas Bagas sambil mencubit pantatku..
He he he Iyeeeee.
Diciumnya kening dan bibirku tuk terakhir kali, dan tak lupa salam berangkat kerja andalannya. Meremas kedua belah dadaku, memelukku dari depan dan menepuk keraskeras kedua bongkahan pantat semokku.
Salam sayang buat mimi imutku jaga baikbaik ya dek katanya sambil tersenyum manja.
Jaga juga dedenya jangan diapaapain sampai ntar malam kamu pulang ya mas sambungku.
Mimi dan Dede adalah panggilan sayang kepada alat kelamin kami masingmasing.
Mas Bagas melambaikan tangan, dan melangkah menjauh meninggalkan aku sendirian di rumah kontrakan baruku ini.
Cerita Ngentot Jilatan Di Dapur Kontrakan
Mas Bagas, suamiku, berumur 32 tahun, berpostur agak gemuk, 170cm/90kg, dan berkulit putih mirip denganku. Dia baru saja diangkat jabatan menjadi seorang pengawas lapangan disebuah Perusahaan Pengeboran Minyak Internasional. Mas Bagas adalah seseorang yang bijaksana dalam pengambilan keputusan, pandai dan penuh dengan perhitungan.
Bukannya pelit dek tapi khan lumayan kita bisa menghemat uang jutaan rupiah perbulan loh kalo tinggal di rumah ini daripada aku harus menyewa rumah mewah dekat kantor toh beda jaraknya cuma 1 jam itulah kalimat yang selalu di ulangulang ketika aku sedikit ngambek karena keputusannya mengambil rumah yang
jauh dari peradaban ini.
Rumah kontrakanku adalah rumah petak, yang terbagi menjadi beberapa bagian, teras, ruang tamu, ruang tidur, dapur, kamar mandi dan halaman belakang untuk cuci dan jemur. Aku dan suamiku kebagian rumah paling ujung. Rumah yang paling jauh dari pintu masuk komplek kontrakan, namun memiliki ukuran paling besar diantara rumah kontrakan yang lain.
Hari yang cerah untuk memulai aktifitas kataku dalam hati.
Aku ambil daster kecilku yang teronggok di kaki meja makan lalu aku mulai mengenakannya lagi melalui atas kepalaku. Malas sekali rasanya ketika aku mulai mengenakan dasterku. Sepertinya sangat nyaman jika bisa hidup seperti kaum nudis yang tak perlu repotrepot menggunakan selembar bajupun ketika beraktifitas.
Kubawa piring dan gelas kotor ke dapur, aku letakkan di dalam bak pencucian. Aku pandang tumpukan cucian kotor yang sudah lama teronggok dan mulai mengeluarkan bau tak sedap di sudut kamar mandi.
Sabtu ini akan menjadi hari yang melelahkan. Ayo Liani, kamu pasti sanggup menjalani ini semua aku menyemangati diriku sendiri dan mulai mengerjakan pekerjaan rumahku itu.
Aku harus bisa menjadi istri yang bisa diandalkan oleh suamiku. Menyapu, mengepel dan mencuci piring bisa aku lakukan dengan cepat. Namun ketika aku akan memulai mencuci tumpukan baju kotor, langsung terbayang betapa lelahnya tubuhku nanti malam. Ternyata menyeret bak cucian basah itu begitu susah, berat, dan licin. Perlu tenaga ekstra untuk bisa memindahkannya ke dari kamar mandi ke halaman belakang.
Lagi mau nyuci mbak? Tibatiba aku dikagetkan oleh suara seorang pria.
Celingukan aku mencari asal suara itu.
Banyak juga cuciannya mbak dah berapa minggu tuh bajubaju nggak dicuci? tambahnya lagi.
Ternyata suara itu berasal dari penghuni rumah kontrakan di samping tempat aku tinggal. Mas Manto, begitu tetanggaku biasa memanggilnya, adalah seorang satpam yang bekerja di perumahan dekat komplek kontrakan tempat aku tinggal. Selama aku tinggal disini, baru pertama kali ini aku melihat seperti apa bentuk suami mbak Narti sebenarnya. Mas Manto berumur sekitar 40 tahunan. Posturnya mirip dengan suamiku namun agak kurus 170cm/60kg dengan kumis tipis yang dipotong rapi diatas bibir tebalnya.
Kulitnya coklat kehitaman dengan rambut kriting pendek. Sedangkan istrinya, Mbak narti, berusia 35 tahunan, berperawakan gemuk dengan payudara yang meluapluap, khas badan ibuibu, adalah seorang pelayan toko yang juga bekerja pasar dekat komplek rumah kontrakan kami.
Iya jawabku sekenanya. filmbokepjepang.sex Dah hampir 2 minggu nie belum diapaapain. tambahku lagi.
Sebenarnya aku sudah mengenal siapa mas Manto, karena hampir setiap hari aku melihatnya berangkat kerja, tapi selama aku dan suamiku tinggal di rumah kontrakan ini, belum pernah sekalipun aku bercakapcakap. Hanya kenal sebatas sapa dan cerita saja.
Saya Manto mbaksuami si Narti.. katanya lagi sambil menjulurkan tangan.
Mmm Nama saya Liani jawabku sambil menyalami tangannya.
Langsung saja tubuhku merinding begitu menyentuh tangan mas Manto. Tangan itu begitu dingin, hitam, dan keriput, sangat kontras dengan tanganku, putih, mulus. Entah kenapa, begitu aku melihat wajah dan postur tubuhnya, aku langsung terbayang akan ceritacerita pemerkosaan sadis yang menimpa kepada para perantau di tanah orang. Apalagi saat itu aku hanya mengenakan daster pendek tanpa baju dalam sama sekali. Memamerkan kaki panjang dan belahan dadaku.Mas Bagas kerja mbak? tanyanya lagi, membuyarkan lamunanku.
I Iya baru saja berangkat Oooowwwh.. saya permisi ya mbak gerah habis mencucimau mandi dulu jawabnya sambil tersenyum.
Iya.silakan kataku sambil melihat deretan cucian mas Manto yang masih meneteskan air sabun.
Sopan juga dia ternyata aku salah pikir terhadap mas Manto.
Walau hanya dari perkenalan singkat tadi, aku merasa kalau mas Manto tak seperti orangorang kebanyakan. Sopan, tak seperti orang yang berpandangan jahil terhadap wanita berbusana seksi sepertiku barusan. Aku berpostur badan sedang dan terbilang langsing, 165cm/45kg, berkulit putih dengan ukuran buah dada yang cukup besar.
Yang membedakan aku dengan wanita lain adalah pinggangku sangat kecil dan kakiku agak lebih panjang dari kebanyakan temantemanku. Mata bulat lebar, bibir merah dan rambut panjang hitamkulah yang selalu aku banggakan. Sebenarnya aku kurang begitu suka dengan baju seksi, tapi aku lebih memilih baju yang berukuran kecil, karena merasa nyaman aja ketika digunakan untuk beraktifitas.
PRAK. Bak cucianku pecah, ketika aku mencoba menggesernya kehalaman belakang.
Pecah karena tak kuat menahan beban rendaman baju kotor kami. Air cucian kotorpun langsung keluar dari selasela bak cuci pecahku, menggenang, disertai bau apek yang cukup menyengat.
Sialan belum juga mencuci emosiku langsung meninggi sabar Liani sabar
Aku diam sejenak, memikirkan apa yang harus aku lakukan.
Daripada beli, mungkin lebih baik aku pinjam saja sebentar. Pikirku
Mas Manto.. Walau pintu halaman belakang rumahnya terbuka begitu saja, tapi aku berusaha tuk sopan.
Aku ketuk pintu rumahnya beberapa kali.
Mas Manto
Tak ada jawaban.
Mas Manto.. aku panggil namanya lagi dengan suara lebih lantang.
Iya sebentar jawabnya dari dalam rumah. maaf tadi saya masih mandi ada apa ya mbak?? tanyanya sambil mengikatkan handuk kecil berwarna hijau yang sudah lusuh dan sedikit berlubang di pinggangnya yang ramping. Badannya basah kuyup, dengan rambut yang juga masih meneteskan air..
Ada apa ya mbak? Kok kayaknya kebingungan gitu? tanyanya.
Aku tak menjawab, aku masih terkesima melihat postur tubuhnya, badannya begitu hitam, kekar, dengan bongkahan dada dan lengan yang menonjol disanasini.
Mbak? tanyanya lagi.
Ada yang bisa saya bantu?
Eehmaafanu.. bak cuci aku pecah kataku terbatabata.
Apa boleh aku pinjem bak cucinya? Ntar begitu sel..
Bolehboleh bentar ya saya ambilin dulu potongnya sebelum aku menyelesaikan kalimat.
Mas Manto buruburu masuk, dan mengambil bak mandi yang tergeletak di sudut lantai kamar mandinya. Ketika dia membalikkan badan, kembali aku terkesima melihat otototot kekar badannya. Punggungnya lebar dan pantat yang hanya ditutupi handuk merah lusuh itu begitu semok. Aku sedikit tertawa ketika melihat kaki mas Manto. Pahanya besar tapi betisnya kecil. Mirip badan tokoh film kartun yang memang hanya badan bagian atasnya saja yang besar, namun bagian bawahnya kecil. Dan dari disinilah cerita itu dimulai. Ketika dia membungkuk tuk mengambil bak cuci miliknya, bagian belakang handuk itu otomatis meninggi, mengikuti gerak badannya.
Dan dari selasela paha belakang mas Manto, aku melihat barang yang tak seharusnya tak liat. Hitam, panjang menjuntai, dengan ujung besar berwarna merah kehitaman. DEG.Detak jantungku terasa berhenti sejenak. Langsung saja aku tinggalkan pintu rumahnya dan masuk kedalam rumahku. Aku tutup pintu dapur, dan langsung saja aku duduk terjatuh. Lututku lemas dan dadaku berdebardebar mengingat hal yang baru saja aku lihat.
Aku melihat barang yang seharusnya tidak boleh aku lihat, barang yang menjadi simbol kejantanan dan kebanggaan kaum pria. Ya, barang itu biasa disebut penis, titit, atau kontol. Walau sekilas, seumurumur, baru saja aku melihat barang yang bukan milik suami aku sendiri. Walau sekilas, tapi aku bisa membayangkan bagaimana bentuk keseluruhan dari barang milik mas Manto itu. Hitam, besar, dengan uraturat yang mengelilingi sekujur batangnya, berkepala merah kehitaman dengan mulut kemaluan yang lebar menganga, bau amis asam selangkangan yang menusuk hidung dan rambut kemaluan yang lebat.
Mbak loh kemana orangnya.? Suaranya terdengar pelan dari sebelah rumah.
Mbakini bak cucinya panggilnya dari samping rumahku.
Mas Manto pun akhirnya mengantarkan bak cuci miliknya ke halaman rumahku. Karena melihat aku yang tak langsung keluar, mas Manto mendekat kearah pintu dapur, mengintip kedalam dari jendela dapur, dan mengetuknya perlahan.
Mbak Liani ini bak cucinya panggilnya.
Andai saja mas Manto agak menunduk dan melihat kebawah, mungkin saja ia bisa melihatku yang meringkuk di balik pintu dapur rumahku. Meringkuk menahan malu yang seharusnya tak aku rasakan. toh yang terlihat adalah bukan aurat tubuhku. Detak jantungku masih berdetak begitu kencangnya sampai aku sama sekali tak berani untuk bergerak.
Susah rasanya aku berdiri dengan kedua kakiku. Lemas, tak bertenaga. Dengan gerak super pelan, aku mencoba berdiri, memasang telinga, untuk mendengarkan, mungkin saja ia masih ada di dekat jendela. Tenagaku perlahan pulih, setelah melihatnya berdiri tak jauh dari pintu dapur. Membelakangiku sambil berkacak pinggang. putri77.net Dari balik korden tipis jendela dapur, aku amati gerakgeriknya.
Dengan muka kebingungan, mas Manto hanya bisa celingukan ke arah rumah kontrakanku lalu mengamati banyaknya cucian kotor yang terhampar di depannya. Karena mungkin merasa iba, diapun membantu memindahkan cucian kotor yang ada di bak cuciku yang telah pecah, ke bak cuci miliknya. Sekali lagi, ketika mas Manto memindahkan bajubaju kotorku, aku pun kembali melihat barang hitam miliknya.
Handuk kecilnya naik turun. Memperlihatkan barang yang ada dibaliknya setiap kali ia membungkukkan badan untuk memindahkan cucian kotorku. Ketika sedang dalam posisi membungkukkan badan tuk mengambil bajubajuku, tibatiba mas Manto terdiam. Masih dalam posisi menungging. Lama sekali. Dan selama itu pula aku menatap tajam ke arah benda yang bergelatungan di balik handuk kecilnya. Bergoyang goyang seiring gerakan pantat mas Manto.
Apa yang dia lakukan tanyaku dalam hati.
Ternyata hal yang membuatnya terdiam adalah. Tumpukan baju dalam kotor milikku. Iya, benar sekali, mas Manto mengamati baju dalam kotorku.Tibatiba mas Manto berdiri, membalikkan badannya dan melihat ke arah rumahku, matanya celingkuan mencari dimana aku gerangan. Dia berpindah posisi, memutari bak cucian kotorku, mengawasi segala gerakan dari dalam rumah. Matanya sangat tajam, mengamati setiap sudut rumahku dengan seksama.
Namun aku yakin dia tak bisa mengetahui posisiku, karena terhalang oleh korden tipis jendela dapurku. Karena menurutnya aman, diapun membungkukkan badannya kembali dan dengan tangan kirinya, dia mengambil salah satu cd kotorku. Cd putih dengan pinggiran berenda. Dengan mata yang masih celingukan penuh rasa waswas, dia mengamati dalamdalam cd kotorku itu. Diamati bercak lendir lengket berwarna putih yang menepel di bagian depan cdku. Dan dengan jemari tangan kanannya, disentuhlah bercak lendir itu, dikorekkorek. Lalu, apa yang sama sekali tak pernah aku bayangkan terjadi.
Mas Manto, tanpa rasa jijik sedikitpun, menjilat jemari tangan bekas mengkorek cd kotorku. Karena kurang puas, dia menghirup, menjilat dan mengecapnya, seolaholah itu adalah makanan paling enak sedunia. Gila. Dia lakukan itu semua dengan tanpa rasa jijik sedikitpun. Tiba tiba, perlahan namun pasti, ada sesuatu yang bergerak dari dalam handuk kecilnya. Penisnya mulai ereksi. Naik, sedikit demi sedikit, semakin menggembung, mengembung dan mengeras. Ereksi dengan diiringi kedutan denyut nadi yang ada di batang penisnya.
Handuk kecilnya tersingkap, terdorong ke atas, oleh batang kejantanan seseorang yang sama sekali belum aku kenal dekat. Penis hitam yang sempurna, keras, berurat, dengan ujung berwarna merah pekat. Buah zakarnya mengelantung pasrah, ukuran zakarnya pun tak kalah hebohnya, sebesar jeruk nipis. Penis itu terlihat begitu gagahnya, mulai meninggi keatas disertai dengan kedutan yang berirama. Naik, naik, naik dan terus naik. Berkedut naik, sampai melewati pusarnya.
Sekarang yang ia lakukan sungguh nekat. Sama sekali tak khawatir akan adanya orang yang melihat. Dia berdiri di halaman belakang rumahku, menghadap tepat ke arahku dengan penis yang tegak mengacung sambil menjilat dan mengecap cd kotorku dengan rakus. Merasa tak cukup hanya mengecap satu cd kotorku, dengan tangan kanannya yang masih bebas, diapun kembali mengambil cd kotorku. Kali ini yang berwarna hijau muda dengan gambar bunga bunga di bagian vagina. Sekarang di kedua tangannya, ia memegang cd kotorku.
Tapi kali ini ada yang berbeda. Cd hijau yang ada di tangan kanannya tak hanya ia cium dan jilat saja. Melainkania pakai sebagai sarana masturbasinya. Ia lilitkan cd hijauku ke batang penisnya dan ia mulai menggerakkan tangan kanannya maju mundur. Makin lama makin cepat, main cepat dan makin cepat. Dia mengocokkan penis yang terbungkus cd hijauku dengan kecepatan tinggi. Dengan sangat bernafsu dan brutal.
Melihat tingkah laku mas Manto, detak jantungku pun semakin berdebardebar tak karuan. Tubuhku menghangat, nafasku memberat, putingku mengeras dan yang paling tak aku sadari, kemaluanku mulai membasah. Secara reflek, aku sentuh cd yang aku pakai, dan aku raba belahan bibir kemaluanku. Aku basah, aku horny, aku terhanyut akan tingkah laku kurang wajar yang telah dipertontonkan oleh mas Manto.
Bagian depan cdku terasa sangat hangat dan basah oleh cairan kewanitaanku. Astaga, aku benarbenar dibuatnya mabuk kepayang. Mas Manto, seseorang yang sama sekali belum aku kenal dengan dekat, berani berbuat hal yang begitu nekat. Begitu gila, yang sama sekali tak pernah aku bayangkan.
Dengan tanpa rasa malu sama sekali ia masturbasi dengan menggunakan cd kotorku di halaman belakang rumahku. Badan kekar berotot, kulit hitam yang basah oleh air bekasnya mandi, ditambah sinar matahari yang menerangi halaman belakangku, membuat apa yang ia lakukan terlihat begitu seksi. Entah kenapa, tibatiba aku merasakan perasan yang berbeda kepadanya. Perasan yang tak bisa aku lukiskan dengan katakata. Hanya ada rasa penasaran dan ingin tahu yang begitu menggebu.
Mas Manto semakin mempercepat kocokannya. Badannya membungkuk dan membusur. Otototot tangan dan lehernya mengejang. Ia merem melek, pupil matanya tak terlihat, hanya putih. Ia terlihat begitu menikmati semua yang sedang ia lakukan. Melihatnya begitu menikmati akan apa yang sedang ia perbuat, aku jadi ikut merasakan kenikmatan.
Tibatiba, muncul perasaan aneh dari dalam diriku. Perasaan nakal, binal, liarku sepertinya muncul. Ingin rasanya aku membuka pintu dapurku dan mendekap tubuhnya, mencium bibirnya dan meraih penisnya. Ingin rasanya aku membantu menuntaskan semua hasrat nafsunya. Menjilat batang penis yang begitu besar, hitam, panjang. Ingin sekali aku merasakan tusukan dan sodokan penis dahsyatnya di liang vaginaku. Dan Aku ingin mas Manto menumpahkan semua spermanya di dalam rahimku.
Liani..mbak Liani.terima persembahanku untukmu.. mbak Lianiku.. bisiknya lirih sembari dia mempercepat kocokannya.
Mbak Lianiku.? Tanyaku dalam hati. Heran.
Ooooooohhhhh..mbak Liani!!!
Mas Manto tibatiba menghentikan kocokan tangan kanannya dan dengan cd di tangan kiri, ia berusaha menampung semua tumpahan cairan kenikmatannya.
Crut crut crut crut
Mas Manto orgasme. 8 tembakan sperma menabrak cd putih di tangan kirinya. Semburan benihbenih kejantanan seorang lelaki menyemprot keluar dari mulut penisnya yang lebar. Begitu banyak. Sampaisampai cd putihku yang ia gunakan untuk menampung tumpahan cairan nafsu mas Manto, tak mampu membendung itu semua.
Cairan itu merembes keluar dari cd hijauku yang ia gunakan untuk melilit penisnya, dan menetes jatuh ke atas cucian kotorku. Sungguh menakjubkan melihat ekspresi wajahnya. Semua terjadi seperti dalam gerakan slow motion. Andai aku punya handycam, pasti aku kan merekam semua kejadian barusan. Penisnya berkedut dengan hebatnya. Berkedut sambil memuntahkan semua cairan spermanya.
tiiiiiiiiitt.. tiiiiiiiiitt.. tiiiiiiiiitt.. tiiiiiiiiitt.. kami berdua dikejutkan oleh suara SMS dari HP milikku.
Suara yang walau lirih, tapi terdengar begitu lantangnya. Memecah kesunyian yang terjadi selama beberapa menit ini. Mas Manto terlihat begitu panik, dia bingung, celingukan, mengkirakira, kapan aku bakal menampakkan diriku dari dalam rumah. Dia juga bingung dengan benda yang sekarang masih ada di kedua telapak tangannya. Cd putih yang ia gunakan tuk menampung tumpahan sperma dan cd hijau yang ia gunakan tuk membungkus batang penisnya, semua basah karena sperma. Dibuang sayang, di letakkan di bak cucian pun khawatir aku akan curiga.
Karena kehabisan akal, mas Manto akhirnya melepas handuk kecil yang melilit pinggang dan meletakkannya di pundak. Astaga, sekarang aku dapat melihat keseluruhan tubuh telanjang beserta penis raksasa mas Manto yang masih menggelatung lemas setelah dikocoknya habishabisan. Penis itu telihat seperti buah terong, panjang, besar, berwarna hitam kemerahan dengan ujung kepala yang menggelembung. Dan anehnya lagi, penis itupun masih berkedut dan mengeluarkan sperma.
Ga ada habisnya tuh peju pikirku kagum.
Dengan cepat, mas Manto langsung mengenakan cd putihku yang penuh dengan spermanya. Cd tersebut dipaksa untuk dapat masuk, karena mas Manto tak dapat menemukan lokasi tuk menyembunyikan cd tersebut. Janggal sekali aku melihatnya mengenakan cd wanita. Ujung kepala penisnya tak dapat sepenuhnya tertampung. Masih menjulang keatas, melawati karet kolor cdku.
Sampaisampai ia harus bersusah payah tuk menekuk batang penisnya ke bawah, kearah pantat, supaya tak terlihat lagi. Biji testisnya pun terlihat tak nyaman, menggelambir keluar dari masingmasing celah celana dalamku. Dan cd hijau, yang juga terciprat spermanya, ia sembunyikan di dalam tumpukan baju kotorku. Setelah itu, ia segera melilitkan kembali handuk kecilnya, dan bertingkah seperti tak ada apaapa..
Mbak Liani panggilnya. MbakIni bak cucinya
Eeh iya sebentar mas. Jawabku. Aku mencoba mengatur nafas, menyembunyikan deru nafsuku yang juga masih menggebugebu ini..
Maaf mas tadi mas Bagas telpon, jadi mas Manto langsung saya tinggal deh
Oh gapapa mbakini baju kotornya sudah saya pindahkan ke bak cuci saya jadi mbak Liani tinggal meneruskan saja mas Manto berkata sambil menguruturut telapak tangannya di depan selangkangan, mencoba menutupi gundukan penis yang aku kira mulai menggeliat lagi.
I.iyama kasih mas jadi ngerepotin nie ceritanya. Kataku.
Ah.. gapapa kali mbak. Lagian aku kasian kalau melihat cewek secantik mbak Liani harus bercapekcapek sendirian gini. Katanya tersenyum meringis.
Wah sepertinya dia mulai merayuku batinku. Aku hanya bisa tersenyumsenyum mendengar kalimat mas Manto.
Hhmmm anu mas kalau boleh apa saya bisa..
Boleh bolehmo apa ya? potongnya.
Anu apa bisa saya minta tolong buat ..sekalian penuhin bak cuci dengan..?
Wah bisa banget mbak.. tenang aja potongnya lagi. bahkan kalau mau saya bisa bantu mbak liani nyuciin bajunya
Dengan sigap, mas Manto memindahkan air dari bak penampungan ke bak cucinya. Dia terlihat sama sekali tak merasa terbebani dengan segala perintahku. Dan tak lama, semua bak cucinya penuh dengan air bersih.
Yup.semua bak cuci sudah saya penuhi .apa ada hal lain yang bisa saya kerjakan??. Matanya berbinarbinar penuh harap.
Terlihat seperti anjing yang haus akan perintah dari majikannya.
Hmmmm sepertinya itu saja deh mas. Kataku sambil tersenyum.
Mbak Liani tuh orangnya murah senyum ya? Jadi seneng saya mbantuinnya jadi ga ada capekcapeknya dah candanya.
Langsung saja aku duduk di bangku kecil yang ada disisi bak cuciku, mulai mengucek dan membilas semua baju kotorku. Tapi begitu aku duduk di bangku kecil itu, aku baru sadar. Aku tak mengenakan cd dan bra sama sekali, dan di depanku, ada mas Manto, suami tetanggaku. Aku merasakan hal yang sangat kurang nyaman.
Bangku itu terasa begitu pendek, hanya 15 cm dari lantai. Jadi, mau tidak mau, aku harus duduk dalam posisi jongkok. Paha, betis, lengan dan belahan dadaku terpampang jelas di depan mata mas Manto. Dan yang paling parah, daster kecilku ini sama sekali tak mampu untuk menutupi selangkanganku. Walau vaginaku bersih dan aku bisa dengan santai berbugil ria di hadapan mas Bagas, tapi tetap saja, mas Manto adalah orang lain, orang yang baru aku kenal sekitar 30 menit yang lalu. Pasrahhanya itu yang dapat kulakukan. Aku hanya jongkok, merapatkan kedua lututku, dan menempelkan dada montokku kearah paha. Berusaha sebisa mungkin tak memperlihatkan vagina dan belahan dadaku sama sekali.
Melihat aku yang kebingungan mencari posisi paling aman tuk menyembunyikan auratku, Mas Manto pun ikut sedikit menjauh. Dia mengambil posisi di seberang halaman, dan duduk di bangku kayu panjang, yang berjarak sekitar 2m dari tempatku duduk mencuci. Bangku itu hanya setinggi lutut orang dewasa, yang jika mas Manto duduk menghadapku, lutut dan pantatnya berada dalam posisi yang sejajar. Sehingga membuatku dapat dengan leluasa menerawang kedalam handuk kecilnya dan melihat perjuangan cd putih kecilku menyembunyikan penis besar mas Manto.
Jadi samasama tau aurat masingmasing lah pikirku gampang.
Mas Manto ternyata orang yang mudah bergaul, ramah, dan suka memuji. Tak heran, aku yang biasanya tertutup akan adanya orang baru, merasa begitu nyaman dan bisa ngobrol lama dengannya. Apalagi dia bukan orang yang mata keranjang. Karena walau aku berbaju begitu minim, mas Manto mampu menahan keinginannya tuk menatap tubuhku lamalama, hanya sekilas saja ia melihat, lalu melengos ke arah lain, seolaholah tak peduli sama sekali.
Situasi tegang diantara kamipun lamalama mencair, karena mas Manto tahu sekali bagaimana berbicara denganku. Sering becanda dan pintar merayu orang. Diapun tak segan tuk tertawa terbahakbahak ketika aku bercerita lucu. Bahkan tak jarang selangkangannya dapat aku lihat dengan jelas ketika dia tertawa. Ketika tertawa, kadang ia mengangkat kaki dan memegang perut sehingga penis yang terbungkus cd putihku sering terpampang dengan jelas. Sama sekali tak berusaha tuk menutupinya.
Penis hitam mas Manto berusaha menampakkan dirinya penis itu bersembunyi di dalam cd putihku yesss. aku bisa melihat penisnya lagi. penis besarnya hanya itu pikirku ketika melihatnya tertawa puas.
Kadang aku berpikir, apakah mas Manto adalah seorang ekhibisionis. Seorang yang memiliki penyakit psikologis, suka memamerkan penisnya kepada orang lain.
Iya aku yakin dia adalah seorang ekshibisionis.. tapi,ah masa bodoh yang jelas mas Manto adalah teman yang enak diajak ngobrol. toh aku sudah merasa begitu nyaman dengannya pikirku, berusaha untuk tak memperdulikan kekurangannya.
Karena aku sangat yakin akan tingkah mas Manto, yang terkadang dengan sengaja membuka lulutnya lebarlebar, seolah mempersilakan mataku tuk mengagumi batang penisnya yang hitam, membuatku pelanpelan, juga mulai membuka diri, melemaskan semua pertahanan tubuhku. Semula aku yang hanya duduk jongkok, menutup semua aurat, sekarang sudah mulai melebarkan lututku, sedikit mengkangkang.
Selain aku merasa capek dengan posisi jongkok yang rapat itu, aku juga ingin mempernyaman posisi mencuciku. Mas Manto bersandar di dinding pagar halaman belakang rumah kami, sambil menatap ramah kearahku. Sesekali ia beranjak, memindahkan air dari bak penampungan, dan menuangkannya ke bak cuci yang aku pinjam darinya. Ia tampak begitu tenang, walau aku tau, saat ini penisnya dah mengeliat karena melihat kemolekan tubuhku.
Tapi wajah itu, begitu santai, seperti tak ada kejadian apaapa. Aku terhanyut oleh auranya. Iya. Aku hanyut olehnya. Terbukti, walau tak beberapa lama kami bercakapcakap, tapi aku sudah merasa kalau mas Manto tuh seperti orang yang benarbenar dekat denganku. Bahkan tak jarang kami mulai melontarkan ejekan dan gurauan jorok.
Mas Manto jorok deh.. dah gede gitu masih ngompol kataku diselasela percakapan seru kami..
Ngompol. Idih nggak lah?
Lalu itu apa hayoo? kok ada yang ngalir dari dalem handuknya? Ah pasti ngompol tuh? godaku lagi..
Ohh ini? mas Manto menunduk, mencari tau apa yang aku maksud, diusapnya cairan yang merembet turun dari dalam handuknya, dia pun mencium, dan merasakan cairan yang ada di tangannya.
Dia melirik kearahku. Lalu berkata
Cuihini mah sabun bekas aku mandi tadi.
Sabun? tanyaku heran.
Sebenarnya aku tahu kalau yang mengalir turun dari dalam pahanya tuh bukan sabun, melainkan spermanya sendiri yang tak tertampung di cd putihku yang ia kenakan. Hahahaha bisa aja
Cucian demi cucian telah selesai dibilas, sampai akhirnya aku temukan cd hijauku. Cd yang bekas digunakan mas Manto untuk melilit batang penisnya ketika ia onani. filmbokepjepang.sex Onani brutal yang membayangkan dan menyebut namaku. Cd hijau bergambar bungabungan dibagian vagina, yang berlumur sperma mas Manto. Kuraih cd hijauku dan kurasakan lendir yang menempel di permukaannya. Hangat, licin, dan bertekstur. Detak jantungku kembali berdetak dengan cepat.
Aku memegang peju mas Manto batinku.
Aku merasakan benihbenih yang dimuntahkan oleh penis mas Manto
Ingin aku rasanya mendekatkan cd hijauku yang berlumuran sperma itu kehidungku. Menghirup aroma anyir spermanya, menjulurkan lidahku, menyentuh dan merasakan tekstrur sperma mas Manto. Mengecapnya, penis mas Manto, oh, mas Manto.
Mbak? Kok diem aja ?. Hayo ngelamunin apa? suara mas Manto membuyarkan lamunanku.
Eh anu ini jawabku bingung, mencoba mengembalikan pikiranku dari imajinasi yang tak jelas.
Waduh itu bekas pejunya mas Bagas ya mbak? celetuknya, langsung, to the point.
Eh.. kenapa mas? Tanyaku, kaget.
Iya itu pejunya mas Bagas khan?banyak juga ya mbak pasti tadi pagi habis jawabnya lagi.
Memperjelas kalimat yang tadi ia tanyakan sambil tertawa cengengesan.
Aku merasa mukaku seperti kepiting rebus, merah padam, menahan malu. Sepertinya mas Manto mengetahui apa yang terjadi antara aku dan suamiku tadi pagi. Sepertinya suara desahan kami terlalu keras sehingga terdengar sampai rumahnya. Sepertinya itu alasan kenapa tadi ketika onani, mas Manto memanggilmanggil namaku. Ia pasti membayangkan bersetubuh denganku.
Mas Bagas pasti seorang yang sangat beruntung ya mbak mas Manto beranjak dari tempat duduknya, dan berjalan kearahku.
Tiap malam bisa hmmm anu ia tak meneruskan kalimatnya dan menantikan jawabanku.
Anu apa???.. tanyaku lagi.
Anu itu tuh jawabnya sambil memajukan bibirnya, menunjuk kearah dada dan selangkanganku .pokoknya puas deh mas Bagas sepertinya.punya istri cantik dan bahenol kayak mbak Liani Hahahahahaha kelakarnya.
Idih ngaco jawabku tersipu. Aku ambil air dengan gayung, lalu aku lemparkan air itu ke badannya. Dasar otak mesum. Aku tertawa.
Omongomong, mas Manto tau cd putihku nggak? pancingku.
Cd putih? tanyanya sambil mengaruk rambut kepalanya yang tak gatal.
Iya cd putih yang ada rendanya kali aja mas tau soalnya khan mas yang mindahin semua baju kotor aku pancingku.
Aku tatap wajahnya, mencari tau, apa akan yang ia lakukan setelah mendengar pertanyaanku barusan.
Terlihat ada sedikit keterkejutan yang tersirat di wajah mas Manto namun langsung saja hilang, dan berganti lagi dengan raut wajah yang tenang.
Hmmm yang mana ya? jawabnya purapura tidak tahu.
Cd putih yang ada rendarendanya.. ulangku lagi. Kembali aku tatap wajahnya, tapi kali ini aku alihkan tatapanku.
Dari wajahnya yang tenang ke arah selangkangannya yang melompong. Sebenarnya aku tahu bahwa cd putihku tak hilang, melainkan dipakainya sebagai bahan onani. Dan sekarang cd itu ia kenakan untuk menahan konaknya agar tak muncul dan terlihat olehku.
Waduh saya kurang tahu tuh mbak mungkin terselip kali di tumpukan cucian tadi jawabnya
Eh tapi ntar klo saya temuin, saya dapet apa? bisa dapet isinya nggak?
Idih ngawur aja deh.
Yaaa kali aja bisa dapet. Pasti masih kenceng deh. ga memble kayak punya si Narti gitu . jawabnya enteng.
Kenceng mobil balap kali mas?
Iyalah itu buktinya ada di cd mbak Lianipejunya mas Bagas bisa tumpah ruah seperti itu. berarti isi cd itu masih kenceng khan? Klo Narti kayak gitu, saya bisa punya banyak anak nih hahahahaha
Entah kenapa, mendengar kelakar mas Manto, seharusnya aku marah, tapi yang aku rasakan beda. Aku merasa malu tapi sekaligus bangga.
Punya banyak anak?
Aku tatap cd hijau itu yang belepotan sperma mas Manto dalamdalam. Andai yang ia dikatakan itu benar, betapa bahagianya aku. Aku dan mas Bagas sebenarnya telah menikah selama 3 tahun, namun selama itu, kami masih belum dikaruniai seorang anak. Suamiku bukannya mandul, melainkan ada ganfguan pada testisnya, sehingga benih sperma yang dikeluarkan, banyak yang tidak lengkap.
Selain itu, volumenya juga tidak begitu banyak. Konsultasi dan terapi kesehatan sudah kami lakukan, namun belum juga membuahkan hasil. Aku sisihkan cd hijauku itu, tak aku campur dengan cucianku yang sudah bersih. Mas Manto hanya tersenyumsenyum melihat tingkah lakuku dalam memperlakukan cd hijau yang terkena spermanya. Dan aku pun membalas senyumannya. Segera aku selesaikan cucianku, dan aku jemur. Mas Manto pun tak mau tinggal diam. Dia ikut membantuku menjemur semua bajubajuku. Tak jarang kami saling pandang, dan tersenyum. Bahkan terkadang tangan kamipun bersentuhan ketika mengambil baju yang akan dijemur.
Tibatiba aku merasa seperti kembali ke masa lalu. Masa dimana aku dan mas Bagas sedang kasmaran. Saling lirik, saling senyum dan saling sentuh. Namun kali ini orang yang membuatku kasmaran bukanlah mas Bagas, melainkan mas Manto, tetangga baru kenal yang aku rasa begitu nyaman jika dekat dengannya.
Kamu cantik banget mbak. Mas Manto merayuku. Seksi..
Aku hanya bisa tersenyum sambil tersipu malu. Pujiannya sungguh membuatku melayang ke awangawang.
Makasie ya mas.. buat pinjaman ..
Ah biasa aja mbak potongnya. kalau mbak butuh yang lain saya misalnya langsung saja ya mbak ga usah sungkansungkan hehehehehe tambahnya lagi, tersenyum penuh harap.
Ketika tanganku hendak mengambil bak cuci mas Manto, dia langsung mencegahnya, memegang pundakku, dan meraih tanganku.
Gak usah repotrepot mbak biar saya saja yang membawa bak cucinya
Cukup lama tanganku berada didalam genggaman tangannya. Dan selama itu pula mas Manto memainkan jemari jangannya. Meraba, mengelus, dan meremasnya dengan perlahan. Melihat aku yang hanya diam saja, mas Manto pun mengangkat talapak tanganku dan dikecupnya perlahan.
Mukaku kembali memerah. Malu.
Kalau butuh saya ya mbak
Iya. Iya. Jawabku gugup. Aku langsung menarik tangan dan mengambil cd hijauku. Ma makasih banyak ya mas
Aku langsung masuk ke dalam rumah, dan menutup pintu dapurku rapatrapat, meninggalkan mas Manto sendirian di halaman belakang rumahku. Detak jantungku tak bisa diatur, nafasku berat, dan mukaku merah.
Gila Sangat gila Ini adalah awal mula sebuah perselingkuhan kataku dalam hati.
Aku tahu ini semua mulai berjalan kearah yang salah, namun jauh didalam hatiku, aku menginginkan semua kesalahan ini.
Aku dekap cd hijauku eraterat, aku tatap dalamdalam dan aku bayangkan semua kejadian barusan. Aku merasa terangsang. Cairan vaginaku terasa seperti mengucur keluar dengan derasnya. Aku kembali menatap keluar melalui jendela dapurku, mencari tau apa yang sedang dilakukan oleh mas Manto sekarang. Berharap dia masih ada di tempat semula.
Dia masih ada batinku.
Mulutku semakin lebar mengembangkan senyum. Apalagi setelah tahu yang ia lakukan sekarang. Jauh lebih nekat.
Mas Manto berada di belakang pintu dapurku. Berdiri agak membungkuk. Handuk hijau lusuhnya sudah tersampir di pundak kirinya. Cd putihku yang ia kenakan tadi, sudah ia turunkan sampai sebatas paha, tangan kirinya kedepan, menopang tubuhnya pada dinding pintu dapurku, dan tangan kanannya, menggenggam erat batang penis miliknya yang sudah berwarna sangat merah. Dikocoknya penis itu dengan cepat, sampai terdengar bunyi tek tek tek. Suara kulit penis yang terenggang dan tertarik oleh tangan kekarnya.
Mbak Liani.. ohhh. Mbak Liani.. erangnya tertahan.
Lututku kembali melemas. Aku langsung jatuh terduduk. Menyandarkan punggung dibawah jendela dapurku.
Mas Manto sedang beronani di balik pintu dapurku batinku girang.mas Manto sedang mengocok penis besarnya di belakang pintuku
Jantungku terasa seperti mau loncat melalui mulutku. Aku sudah sangat terangsang. Vaginaku gatal, berdenyut hebat, pengen sekali digaruk oleh kejantanan mas Manto. Aku tatap lembar pintu dapur yang ada disamping kananku. Aku tatap gagang pintu yang berada ditengahnya. Hanya sekali putar saja, aku bisa membuka pintu itu dan mempersilakan mas Manto tuk masuk ke rumahku. Aku sudah begitu terangsang, tanganku, entah sejak kapan juga sudah mengobokobok vagina dan klitorisku.
Cerita sex, cerita ngentot, cerita mesum
Aku benarbenar menginginkan mas Manto untuk masuk ke dalam rumahku, menciumku, menjilat payudaraku, menyodok vaginaku, dan menumpahkan seluruh spermanya yang kental kedalam rahimku. Seumur hidup, tak pernah aku merasakan nafsu seperti ini. Dengan lutut yang masih gemetar, aku memberanikan diriku tuk berdiri. Aku coba mengintip, apa yang mas Manto lalukan sekarang.
Dia masih dalam posisi yang sama.*Mengocok batang penisnya kuatkuat. Aku bulatkan tekad, memberanikan diri tuk membuka pintu dapurku. Aku tak peduli akan apa yang akan orang lain katakan jika mereka melihat kami selingkuh. Aku tak peduli akan resiko yang akan aku peroleh jika hubungan gelap yang akan aku mulai dengan mas Manto ini sampai diketahui oleh suamiku. Ya. Hanya itu. Aku ingin kenikmatan dan kepuasan. Aku ingin merasakan kenikmatan yang selalu gagal aku capai dengan mas Bagas, suamiku. Aku raih gagang pintu dapurku. aku tarik nafas dalamdalam, dan aku putar ke bawah.
Arrrrrgggggghhhhh.Mbak Liaaaaannnniiiiiiii.
Aku dikagetkan oleh suara erangan mas Manto. Enam semburan kencang ditembakkan ke arah pintu dapurku. Mas Manto telah orgasme duluan, sama seperti mas Bagas, aku kembali ditinggalkan terangsang seorang diri. Aku urungkan niatku. Gagang pintu itu tak sempat aku putar. Aku hanya bisa menyesali ketidak beranianku.
Mas Manto. Aku hanya bisa memanggil namanya lirih. aku merasa begitu kecewa dan mengutuk diriku yang tak berani mengambil resiko.
Masih dari balik korden jendela dapurku, aku lihat mas Manto berdiri tertegun. Menatap penis dan cipratan sperma yang membasahi pintu dapurku. dada bidangnya naik turun, dan nafasnya terengahengah. Mukanya berwarna merah. Dengan tangan yang masih menguruturut batang penisnya ia berusaha mengeluarkan semua cairan dari dalam kantong zakarnya. Tak lama kemudian, dengan kondisi masih tanpa mengenakan baju apapun, mas Manto melangkah mundur, pergi meninggalkanku, lalu masuk ke dalam rumahnya.
Mendadak, tak terdengar suara sedikitpun. Sunyi.
Plukplukpluk Saking sunyinya, sampai telingaku mampu mendengar suara tetesan air keran yang berada di halaman belakang rumahku.
Blak keblak.. keblak Suara kebatan baju basah milikku yang dihembus oleh semilir angin.
Sunyi.perlahan, aku putar gagang pintu dapurku dan kugeser perlahan pintu dapurku sampai terbuka semua. Aroma tajam sperma langsung menyengat hidungku. Aroma dari kejantanan seseorang yang baru saja menjadi idolaku.
GilaBanyak sekali. Pikirku.
Sperma itu membasahi pintu dapurku, setinggi perut. Terdapat sekitar enam lokasi cipratan sperma yang masih menempel dan merayap turun ke tanah. Rasa penasaran itu pun muncul kembali. Aku julurkan tanganku, menyentuh sperma yang masih mengalir turun itu. Aku usapusap, dan aku masukkan beberapa jemari tanganku ke dalam mulut.
Inikah rasanya? bibirku mengecap perlahan.
Merasa kurang puas merasakan sperma yang masih menempel itu, aku lalu jongkok. Memposisikan diriku dhhadapan lokasi cipratan sperma mas Manto yang masih menempel di pintu dapurku. Aku julurkan lidah, menutup kedua mata, dan memajukan kepalaku. Kutempelkan lidahku ke pintu kayu yang belepotan sprema itu.
Asin kataku dalam hati.
Mendadak, aku seperti merasa tak mengenali diriku lagi. Aku merasa tidak seperti Liani yang sopan, berpendidikan, dan bermoral baik. Sekarang aku merasa seperti pelacur yang haus akan kepuasan. filmbokepjepang.sex Aku bersihkan semua cipratan itu dengan tangan dan lidahku. Bahkan tak jarang, sperma yang belepotan ditangan, aku colokcolokkan di vaginaku, membayangkan kalau tangan kecil milikku itu adalah penis besar mas Manto. Aku tak peduli jika ada tetangga yang melihat aktivitas gak wajarku. Yang jelas, saat ini, aku begitu bernafsu untuk dapat menghabiskan semua sperma gurih yang menempel di pintu dapurku.
Dek liat deh yang sudah mas bawain buat kamu sambil tersenyum, suamiku mengangkat kantong kresek hitam yang ia bawa.
Aku bawain kamu sup dan sate kambing buat bekal kita menghabiskan malam minggu ini bersama hehehehe
Aduh kamu emang yang paling top deh mas
Setelah menyantap makan malam, tak lama kemudian aku dan mas Bagas pun memulai apa yang sudah kami rencanakan sebelumnya. Ya, kami bersetubuh. Aneh. Dalam persetubuhan kali ini, aku merasakan ada sesuatu yang berbeda muncul dari dalam diriku. Aku lebih bisa mengekspresikan diriku, lebih bebas, dan lebih agresif. Tak ada lagi rasa nyeri seperti yang tadi pagi aku rasakan ketika mas Bagas menusukkan batang penisnya kevaginaku.
Cerita sex, cerita ngentot, cerita mesum
Semua terasa begitu nikmat. Malah, sekarang aku tak malu lagi untuk melenguh, mendesis dan berteriak lebih lantang. Jauh lebih lantang daripada biasanya. Dan yang paling aku rasa aneh adalah, aku mampu dua kali orgasme. Sekali ketika disodok dari belakang oleh mas Bagas, di samping meja makan. Mirip seperti posisi tadi pagi. Dan sekali ketika aku dalam posisi telentang, diatas kasur tidur kami yang luas. Aku tak tau, perubahan dalam diriku ini dikarenakan sop dan sate kambing atau karena hal lain. Hal lain
Malam ini kamu benarbenar beda dek. lebih beringas mas suka itu hahahaha kata suamiku sambil mengacakacak poni rambutku.Apaan sie mas adek mah biasa aja kok. Mas aja kali yang yang dah nggak sabar pengen ngewe sama adek.
Bener dek kamu beda tatapan mata kamu senyum kamudan yang paling beda memek kamu lebih peret pujinya.
Aah mas bisa aja
Aku sayang kamu dek tangannya yang besar menelungkup diatas tubuhku, menyelimutiku dengan rasa sayangnya.
Adek juga sayang kamu, mas Masih dalam keadaan telanjang bulat, kamipun akhirnya tertidur.
Minggu pagi datang begitu cepat.
Met pagi ratu manjaku kecupan hangat dan basah mendarat di putting kananku.
Segera saja aku buka mataku dan membalas salam pagi suamiku.
Dasar tikus hutanku.. tawaku renyah.
Seharian itu kami merasa seperti penganten baru. Bersetubuh, bersetubuh, dan bersetubuh. Seolaholah kami mendapat kekuatan baru yang membuat badan kami selalu fit. Pintu dan jendela rumah sama sekali tak kami buka, karena kami bersetubuh di seluruh area rumah. Memasak, mencuci dan segala aktifitas rumah tangga pun, kami lakukan seperti kaum nudis. Tanpa menganakan baju sama sekali. Semua terasa seperti mimpi.
Masku sayang ayo ah bangun. kataku sambil memukulmukulkan batang penis lemasnya yang sudah bersih keperut buncit suamiku. dah bersih nih dedenya.
Cerita sex, cerita ngentot, cerita mesum
Mas Bagas yang masih dalam kondisi telanjang bulat, tetap saja berdiam diri, telentang di atas kasur dan membuka tangannya lebarlebar. Dadanya naek turun dan nafasnya masih terengahengah. Dia memutar kepalanya kebawah, menatap aku yang masih menungging setia di atas pahanya.
Aduuuh mas masih capek nih dek. 10 menit lagi ya jawabnya.
Gemas karena mendengar jawaban malas, aku gigit batang penisnya pelan.
Iyaiyaiya ampun. Mas bangun. Ampun dek
Hahahahaha nah gitu donkini udah siang ayo berangkat kerja katanya ntar ada meeting?
Astaga kamu bener
Tergopohgopoh mas Bagas bangun dan berlari ke kamar mandi. Tak menutup pintu kamar mandi, mas Bagas langsung mengguyur kepalanya.
Sayang tolong siapkan semua perlatan kantorku ya mas dah telat nih Sambil keramas, dia menginstruksikan padaku barang apa saja yang mau dibawanya meeting.
Syukurin biar aja telatmakanya jadi tikus hutan tuh liatliat waktu donk sini kalo masih mau nambah adek siap melayani hahahaha kataku sambil berdiri di depan pintu kamar mandi, meliukliukkan tubuhku bak penari erotis.
Comeon come to mama ejekku lagi
awas kamu ya kata mas Bagas sambil melempar air dengan gayung
Dek, mas berangkat dulu ya harus buruburu nih ntar malem kayaknya mas pulang agak telat deh jadi kamu jaga diri baikbaik ya nasehatnya sambil mengecup keningku.
Iyeiye.dasar baweeeeel sana gih buruan berangkat kataku pada suamiku tercinta.
Dengan gemas. Mas Bagas melakukan salam perpisahan khas kami. Meremas kedua belah dadaku, memelukku dari depan dan menepuk keraskeras kedua bongkahan pantat semokku. Ia lalu beranjak pergi sambil melambaikan tangan.
Kembali, aku seorang diri lagi rumah kontrakan baruku ini. Menjadi ibu rumah tangga. Menyapu, mengepel, mencuci piring dan mencuci baju. Tibatiba aku teringat akan kejadian kemarin lusa. Kejadian gila yang membuatku berubah menjadi Liani yang baru. Liani yang nakal, binal dan tak kenal malu ini. Kejadian awal perselingkuhanku dengan tetangga samping rumahku. Mas Manto. Kakiku melangkah ringan menuju belakang rumah, lalu kuputar gagang pintu dapurku. kubuka lebarlebar pintu itu dan mengamati keadaan di sekelilingku.
Cerita sex, cerita ngentot, cerita mesum
Masih tetap sepi seperti kemaren lusa. Hanya saja, aku tak melihat cucian mas Manto yang dijemur. Hari ini, hanya ada beberapa helai cucian kotor yang teronggok basah di bak cuciku. Tapi entah kenapa, aku sepertinya ingin segera mencuci lagi. Dengan hanya mengenakan daster pendek tanpa daleman sama sekali, kembali, aku menyeret bak cuciku kearah halaman belakang rumah kontrakanku.
Cburrr..cbuuurrrr aku mendengar suara air dan gayung.
Wah mas Manto sedang mandi nie pikirku.
Vaginaku yang masih basah karena baru saja disodoksodok mas Bagas tadi, mulai kembali berdenyut. Cairannya mulai membanjir turun kearah pahaku. Putting dadaku juga mulai mencuat, menampakkan keberadaannya dibalik daster tipisku. Dadaku berdebardebar dengan hebatnya dan lututku pun mulai melemas.
Tok tok tok aku ketuk pintu dapur mas Manto yang tertutup rapat.
Suara deburan air itupun sejenak terhenti. Mas Manto menutup keran airnya, dan berteriak lantang.
Yaaa sebentar. Syapa ya?
Sa saya mas kataku putusputus menahan nafsu yang sudah memuncak
Liani
Aku mendengar mas Manto membuka pintu kamar mandinya, berjalan kearah pintu dapur dan membukanya perlahan.
Yaa? Ada apa ya mbak.? Katanya tenang.
Pria idamanku sekarang berada di depan mataku. Pria yang selalu aku bayangkan ketika bersetubuh dengan mas Bagas, suamiku, sekarang benarbenar ada didepanku. Dia terlihat begiru segar, sama persis seperti saat aku meminjam bak cucinya sabtu kemaren. Badan dan rambut yang masih sama, basah terkena air mandi, namun kali ini agak berbeda.
Cerita sex, cerita ngentot, cerita mesum
Aku tak lagi melihat handuk lusuh berwarna hijau yang terikat di pinggang rampingnya. Saat ini, mas Manto dengan sangat percaya diri, berdiri dalam kondisi tanpa mengenakan penutup aurat sama sekali. Telanjang bulat, memamerkan batang penisnya yang menjulang tinggi melewati pusarnya. Cairan vaginaku sudah tak tertahankan lagi. Meleleh turun, membasahi paha dan betisku. Aku benarbenar terangsang.
Mas Manto bisa pinjem .. tanyaku lirih sambil menyunggingkan senyum selebar mungkin.
Bisa potongnya sambil memamerkan senyum paling indah sedunia.
Senyum tenang yang selalu menghanyutkan diriku. Diraihnya pergelangan tanganku, dikecupnya pelan, dan diletakkannya telapak tanganku tepat di kepala penisnya yang sudah berdenyut hebat.
Yukmbak
Aku terima ajakan mas Manto, melangkah masuk ke dalam rumah kontrakannya, dan menutup pintu dapur di belakangku rapatrapat.