CERITA SEX ” Dahsyatnya Penis Satpam “
CERITA SEX ” Dahsyatnya Penis Satpam ”
– CERITA SEX GAY,,,,,,,,
Udara dingin menyengat sekujur tubuhku. Jam dinding menunjukkan pukul 10 malam. Malam itu aku suntuk, kedua orang tuaku sedang dinas keluar kota. Pikiran kotor membawaku ke lamunan mesum, entahlah malam itu aku melamunkan seorang satpam dealer mobil di sebelah rumahku. Perawakannya tinggi, tubuhnya kekar, dan mukanya hitam manis. Setiap kali aku melewati dealer mobil itu, ia selalu tersenyum kepadaku.
Aku bermasturbasi sebentar, lalu terlintas dalam pikiranku untuk ‘menjenguknya’, hal itu memang sudah biasa kulakukan. Tanpa mengenakan sehelai kainpun aku melompat keluar lewat jendela kamarku. Dengan sangat berhati-hati aku berjalan menuju pekarangan belakang rumahku. Udara dingin semakin menusuk sekujur tubuhku. Dari belakang rumah dengan mudah kupanjat dinding menuju bagian belakang dealer mobil. Baru saja kuinjakkan kaki di sana, aku tersentak kaget saat melihat dia sedang buang air kecil, aku terdiam, mataku segera menuju bagian kemaluannya, ukuran penisnya yang begitu besar dan panjang membuatku terpana, belum pernah kulihat penis sebesar itu sebelumnya, membuatku horny banget.
Ia langsung menyadari keberadaan diriku, jantungku berdetak kencang, dapat kurasakan rasa malu bercampur hornyku yang sudah memuncak, aku membalikkan tubuhku memandang tembok, dan ingin rasanya segera memanjat tembok itu, namun kedua kakiku sudah terkulai lemas, rasanya tak sanggup lagi. Ia segera menghampiri diriku, kurasakan suara langkah kakinya semakin dekat.
“Loh kamu ngapain disini? Hayo tadi ngintipin Om yah?” rasanya mulutku tak sanggup membalas perkataannya.
“Kamu nggak kedinginan? Ck ck ck.. Mulus banget body kamu, sexy lagi..” kurasakan wajahku memanas.
“Mau nggak temenin Om malam ini, Om janji nggak kasih tau orang laen deh..” saat itu rasanya seperti disamber geledek, rasa gelisahku langsung memudar, kurasakan penisku mengeluarkan cairan yang mengalir ke paha kananku, aku semakin horny, entah kenapa aku menganggukkan kepalaku tanda setuju dengan permintaannya.
Aku terperanjat kaget saat mengetahui dirinya sudah mendekap diriku dari belakang. Kedua tangannya sudah melingkari perutku, kurasakan kedua tangannya yang besar dan sangat kasar, ia mulai menciumi leherku, kurasakan lidahnya bermain liar di sana, belum lagi saat lidahnya mulai bermain di telingaku.
“Emmh..” tak kusadari aku mengerang akibat kenikmatan yang mulai kuterima.
Mendengar eranganku, lidahnya semakin menggelitik lubang telinga kananku. Tangannya mulai menuju penisku lalu tanpa aba-aba lagi ia mulai mengocok lembut penisku yang saat itu sudah mengeras. Tangannya yang satu lagi terus memijat, mengelus dan kadang mencubit kasar kedua putingku. Kurasakan penisnya semakin menonjol dari dalam celananya, dan digesek-gesekkannya tepat di belahan pantatku.
Eranganku semakin menjadi-jadi, tangan kananku menjambak rambutnya, tanda baginya untuk terus memainkan lidahnya, sedang tangan kiriku meraba penisnya. Ia tahu tak lama lagi aku akan ejakulasi, dengan segera ia menghentikan permainannya, ia berbisik..
“Isep dong kontol Om, udah keras nih..”
Segera kubalikkan tubuhku menghadap dirinya dan kukulum bibirnya yang memerah, lidah kami terus beradu di dalam, sambil mulai kulepaskan kancing bajunya satu per satu, kuraba kedua dadanya yang berbulu lebat, kujilat dan kugigit lembut kedua putingnya, ia mulai mendesah, “Aahh.. Ahh”.
Aku mulai berlutut, kulepaskan celananya, saat itu tercium bau pesing yang menyengat dari cawat putihnya, bulunya yang sangat lebat banyak keluar dari cawatnya. Saat itu, rasa hornyku telah menguasai seluruh pikiranku, tanpa merasa jijik lagi kujilat ujung penisnya yang masih di dalam cawatnya yang basah, entah karena air seninya atau cairan precum.
Ia kembali mendesah. Saat kuperosotkan cawatnya, penisnya yang sudah tegang segera menyembul keluar mengenai bibirku. Aku kembali terpana melihat ukurannya yang sangat besar, entah apakah bisa masuk ke dalam mulutku, tanganku mulai mengocok lembut, kulihat kepala penisnya memerah akibat permainan tanganku. Selang beberapa detik, ia kembali memintaku untuk mengoral penisnya, sejujurnya aku belum pernah melakukan oral seks, hanya seringkali kusaksikan di film-film porno, oleh sebab itu aku sangat tertarik untuk mencobanya.
Aku mulai mendekatkan bibirku, kusentuhkan sekali lagi dengan kepala penisnya, lalu kujilat lubang kencingnya, kudengar desahan kenikmatan. Kubuka mulutku, dan mulai kucoba memasukkan batang kemaluannya, saat itu rasanya tidak ada ruang yang kosong lagi di rongga mulutku. Saat kucoba untuk memasukkan seluruh bagian penisnya, kurasakan ujung penisnya telah mentok di saluran kerongkonganku yang paling dalam, padahal masih ada kira-kira 1/4 bagian penisnya di luar mulutku, kubayangkan betapa panjangnya ukuran penisnya itu.
Bulu-bulunya yang lebat membuatku kesulitan untuk bernafas. Kulakukan gerakan maju mundur, penisnya terus menggesek rongga mulutku, lidahku terus merasakan urat-urat penisnya yang semakin menonjol, terkadang kubantu dengan kocokan tanganku. Kukulum buah pelirnya, selama itu ia terus menjambak kasar rambutku, dan terus mendesah, kudengar desahannya semakin kencang, kupercepat tempo permainanku, hingga akhirnya kurasakan ia memuncak, tubuhnya kaku, dan penisnya menegang keras lalu menyemburkan cairan hangat yang membanjiri rongga mulutku, saking banyaknya ada yang menetes keluar dari mulutku.
Aku kaget saat jari tangannya mulai menjepit hidungku, dipaksanya aku untuk menelan habis seluruh air maninya. Setelah itu, dibantunya aku berdiri, didekapnya erat tubuhku, kami kembali bercumbu mesra, dikulumnya kedua bibirku, kubalas mengulum bibirnya. Lidah kami terus mengadu lincah. Keringat kami bercampur menjadi satu, tubuh kami terus menempel erat, dan penisku terus kugesekkan dengan penisnya, sambil diterangi cahaya bulan.
Kami bercumbu cukup lama. Setelah itu, ia menggenggam tanganku mengajakku ke pos satpamnya, karena situasi sangat sepi, kami berani berjalan lambat melintasi bagian depan dealer. Karena kedua tubuh kami masih belum dilapisi sehelai kainpun. Sesampainya di sana ia mengambil sebotol pil, yang kutebak adalah Viagra, kami meminumnya masing-masing 2 butir. Kami kembali bercumbu liar di sana. Diangkatnya tubuhku dan didudukkannya di atas meja.
Mulai kurasakan efek Viagra, yang rasanya seperti membakar sekujur tubuhku, kulihat iapun merasakan hal yang sama. Kedua putingku menjadi sangat tegang, dan dengan cepat penis kamipun mengeras, sambil terus bercumbu kukaitkan kedua kakiku ke belakang tubuhnya, tangannya yang nakal kembali memijat, mencubit kasar kedua putingku. Setelah cukup lama kami bercumbu, ia kembali berkata..
“Sekarang Om mau cobain punya kamu, boleh yah?” kembali kuanggukkan kepalaku.
Ia mulai berlutut, diletakkannya kakiku di atas meja, aku mengangkang kubuka lebar-lebar kedua kakiku, ia terdiam mungkin terpana melihat penisku yang tanpa jembut itu, karena belum lama baru saja kucukur habis. Tanpa aba-aba lagi ia mulai menjilati penisku, dengan mudah ia melahap habis seluruh bagian penisku sepanjang 13 cm. Dengan mulutnya yang sangat terampil ia mulai mengocok penisku, layaknya sedang menikmati es mambo.
Tak tahan aku menerima kenikmatan yang tiada tara itu, aku terus mengerang tertahan, giliran kedua tanganku terus menjambak kasar rambutnya. Tak selang berapa lama aku tahu akan segera ejakulasi, ia pun langsung melambatkan tempo permainannya, dikulumnya kedua pelirku, dan terkadang dijilatnya lubang anusku. Tak tahan rasanya menerima rasa geli yang terus menggelitik bibir anusku.
Saat ia kembali memijat penisku dengan mulutnya, tiba-tiba sekujur tubuhku menegang kaku, akupun segera memuntahkan lahar panas ke dalam mulutnya, kurasakan cairan spermaku cukup memenuhi rongga mulutnya, saat itu anehnya aku tidak merasa letih sedikitpun, malah rasanya aku semakin horny. Mungkin akibat Viagra yang telah kutenggak. Ia kembali bangkit berdiri, dengan segera ia mendekap dan menyambar kedua bibirku.
Entah kenapa ia sangat menyukai bercumbu denganku, aku kaget saat ternyata di dalam mulutnya masih tersimpan cairan spermaku, kujilat habis spermaku sendiri dari dalam mulutnya, terkadang ia kembali mencumbui leherku dengan penuh nafsu. Saat itu keringat kami kembali bercucuran, baunya sampai memenuhi ruangan pos. Sebenarnya aku ingin segera pulang, tubuhku telah lengket dengan keringat, namun aku belum mampu menahan nafsu yang masih membara. Kulihat ia mengambil kunci, lalu berkata..
“Kita cobain mobil di dalam yuk..” sambil terus menarik tanganku keluar dari pos satpam.
Kami berlari kecil dan masuk ke ruangan showroom mobil. Kulihat di sana terpajang 7 buah mobil berlainan jenis, ia mengajakku masuk ke salah satu mobil, yakni BMW 318, ia duduk dia jok belakang, dan memintaku untuk menduduki dirinya, tanpa menunggu lagi aku langsung masuk ke dalam, duduk mengangkang dengan tubuh berhadapan dengannya, dengan kedua pantatku di atas pahanya. Kami kembali bercumbu mesra disana, sambil tangannya terus mengelus kedua paha dan kakiku, kurasakan AC yang telah dinyalakannya tepat menyembur punggungku yang basah. Kedua tanganku terus memijat lembut kedua putingnya, terkadang aku kembali menggigit dan menjilati kedua putingnya, ia pun terus mengerang. Lalu, tak lama kemudian ia kembali berkata..
“Om horny banget liatin pantat kamu tadi, sekarang Om mau anal, boleh yah”, saat itu sebenarnya aku ingin menolak mengingat besar penisnya yang kurasa tak mungkin bisa masuk ke dalam anusku, namun entahlah mungkin karena birahiku atau karena olesan ujung penisnya yang sudah basah di bibir anusku saat itu, aku mengijinkannya.
Kucoba perlahan memasukan batang kemaluannya dibantu dorongan tangannya yang terkesan memaksa. Aku menjerit tertahan saat ia terus mencoba memasukkan penisnya, kusadari lubang anusku terlalu kecil untuk ukuran penis sebesar itu. Dengan cukup kesal ia kembali berkata..
“Kamu masih perawan, lobangnya masih sempit banget, Om bantu yah”.
Segera ia keluar dari mobil, tak tahu apa yang sedang ia perbuat, tiba-tiba ia sudah masuk lagi dengan borgol dan tongkat besi miliknya, entah kenapa ada rasa takut yang muncul saat kulihat benda-benda itu, sehingga kuturuti semua perintahnya, ia minta aku berlutut di kedua jok depan (masing-masing kaki pada jok berlainan), dan kedua tangan di dashboard bawah mobil, lalu dengan tiba-tiba ia memborgol kedua tanganku dengan salah satu kaitan di sana, entah dengan apa itu aku tak jelas melihatnya. Dengan kengerian, aku berkata..
“Om mau ngapain, jangan gini dong, pegel nih”, karena posisi tubuhku yang mirip posisi anjing, sementara semburan AC tepat di depan mukaku.
Aku berusaha melepaskan diri namun ikatannya membuat tubuhku tak berdaya, apa lagi dengan kedua kakiku yang diikat dengan seatbelt mobil. Tiba-tiba kurasakan ada yang menyentuh bibir anusku dari belakang, pandanganku cukup terbatas saat itu, benda itu terus mengolesi anusku dengan cairan mungkin air liur, sampai akhirnya kusadari kalau itu adalah tongkat besi. Rasa ngeriku memuncak seraya aku pun berteriak..
“Jangan dong.. Jangan Om.. Jangan pake gituan.. Ampun Om..”
Nampaknya ia tidak mengindahkan seruanku, jari tangannya yang satu terus melebarkan bibir anusku, sedang yang satunya terus mendorong tongkat untuk masuk. Kurasakan tongkat mulai merobek perlahan bibir anusku. Aku pun menjerit sampai akhirnya kusadari aku menangis karena rasa sakit yang kuterima, kulihat dari anusku mulai mengeluarkan darah segar mengalir di kedua pahaku. Aku terus memohon untuk berhenti, namun ia terus acuh. Sampai akhirnya tongkat berhasil menembus masuk, rasa sakitku serentak mereda, perlahan tongkat terus menggesek lubang anusku masuk ke dalam, sesaat 1/2 tongkat lebih telah masuk dan terasa mentok di ujung usus besarku, penisku kembali menegang, iapun mulai menggerakkan tongkat maju mundur, terus menggesek dinding usus besarku, semakin lama gerakan semakin cepat, saat itulah rasa nyeriku hilang, berganti rasa panas bercampur horny yang tiba-tiba bergejolak dari anusku. Entah kenapa aku mulai mengerang..
“Emmh.. Oohh.. Errghh”
Mendengar eranganku ia semakin menjadi-jadi, diputarnya tongkat sambil terus digesekkan ke langit-langit lubang anusku, kurasakan lubang anusku mulai dipenuhi cairan akibat rangsangan tongkatnya di dalam anusku. Mendadak permainannya dihentikan, dicabutnya tongkat dari dalam anusku. Kurasakan anusku telah melebar, ia kembali menjilati anusku, sambil terkadang mencocol-cocol lidahnya ke dalam lubang anusku, lidahnya terus menggelitik di sana, akupun terus mendesah.
Hingga akhirnya, untuk kedua kalinya ia mencoba memasukkan batang kemaluan raksasanya ke dalam lubang anusku, seraya aku kaget merasakan sesuatu yang ‘lebih besar’ dari tongkat tadi menyentuh bibir anusku, penisnya mulai menerobos masuk, kurasakan kepala penisnya sudah berhasil masuk, aku kembali menahan rasa sakit yang sangat.
Aku menjerit tertahan, ketika penisnya telah seluruhnya masuk kedalam anusku, iapun mulai menghunjam anusku bertubi-tubi, tanpa ampun gesekan demi gesekan terus kuterima, dapat kurasakan urat-urat penisnya disana, lubang anusku semakin panas, akupun semakin horny. Kusesuaikan irama gerakan tubuhku dengan gerakan penisnya. Tangannya mulai menggerayangi sekujur tubuhku, dipijat dan dielusnya kedua putingku, saat itu rasanya aku semakin ‘terbang’.
Ia memanjakan anusku dengan pola gerakan penisnya yang berubah-ubah dan penetrasinya yang cepat. Aku terus mengerang, gerakannya semakin cepat, hingga akhirnya mendadak cengkeraman tangannya di pinggangku mengeras, begitu pula dengan penisnya di dalam anusku. Ia berteriak, dan untuk kedua kalinya ia ereksi, semburan cairan hangat terasa hingga ke ulu hatiku, kurasakan cairan spermanya menggenangi lubang anusku.
Tak lama ia mencabut penisnya, seraya sebagian spermanya mengalir keluar, kulihat cairan merah muda, mungkin spermanya bercampur darahku, kembali mengalir di kedua pahaku. Ia segera melepaskan ikatan di kedua tangan dan kakiku, lalu jatuh duduk lemas di jok belakang. Akupun segera duduk di atas dirinya di jok belakang. Dengan cekatan ia mendekap tubuhku dari belakang, tangannya kembali melingkari perutku. Saat itu kami berdua kembali bercumbu secara menyamping. Tak lama ia berkata..
“Om puas malem ini, kamu mau yah jadi pacar Om”.
“Saya juga puas banget Om, bisa muasin horny Om, tapi kalo mo jadi pacar saya, Om musti muasin saya sekali lagi”.
Ia tampak terkejut, “Hah? Sekali lagi.. OK siapa takut”, kami berdua tersenyum gembira.
Segera kusesuaikan posisi lubang anusku dengan penisnya yang sudah kembali menegang, dan “Bless..”, dengan mudah penisnya masuk kedalam anusku yang sudah membesar. Kedua tanganku mencengkeram pegangan tangan di kedua sisi mobil. Tangannya segera kembali menggerayangi kedua putingku, yang satu lagi mengocok lembut penisku.
Dengan posisi seperti seorang ibu yang sedang memangku anaknya duduk itu, mulai kugerakkan tubuhku naik turun, semakin lama semakin cepat, sementara lidah kami kembali beradu lincah di dalam mulut kami yang menyatu. Kocokan tangannya di penisku pun semakin cepat seraya gesekan penisnya di dalam anusku. Kami berdua terus mengerang, hingga akhirnya ia mendesah..
“Om mau keluar say..”
“Saya juga mo keluar Oom, bareng yah..”
Tak lama tubuh kami berdua kembali menegang keras, aku kembali ejakulasi, kusemburkan spermaku di telapak tangannya yang sudah siap menadah, secara bersamaan ia menyemburkan lahar panasnya untuk kedua kalinya di dalam anusku, kini semprotannya semakin terasa di dalam usus besarku. Desah nafas kami terus menderu, detak jantungnya terasa di punggungku. Tiba-tiba ia mendekap mulutku dengan telapak tangannya yang penuh dengan spermaku. Kujilat habis seluruh cairan di situ, namun tak segera kutelan, kusimpan didalam mulutku, setelah itu segera kusambar bibirnya, kami kembali bercumbu, dengan mesra kami berbagi sperma di dalam mulut kami yang menyatu, sementara penisnya masih terus tertanam di dalam anusku.
Jam mobil menunjukkan pukul 1, tak terasa kami telah bercinta selama 3 jam, kami tertidur kelelahan di dalam mobil, masih dengan posisi seperti itu. Pukul tiga kami terbangun, akibat efek Viagra yang masih mengalir di dalam tubuh, kami kembali bercinta “dua kali” berturut-turut dalam posisi seperti itu. Sungguh perkasa pria itu, aku berkata dalam hati kecilku. Setelah itu aku segera ‘pamitan’ dan pulang.
Semenjak kejadian malam itu, aku semakin rajin datang berkunjung kesana, apalagi saat aku sedang sendirian. Sungguh takkan pernah terlupakan kencan pertamaku dengan lelaki yang sangat perkasa itu. Pengalaman oral sex dan anal sex bersamanya adalah kenikmatan yang tiada duanya.
,,,,,,,,,,,,