Cerita Perawan Ku Tunjukkan Burung Ku Di Depan Gadis Belum Mengerti Apa-Apa

Aku punya murid les privat namanya Siska, maaf kalau ini nama beneranw, Siska itu anak pertama dari dua bersaudara, aku tidak dekat-dekat amat sama keluarganya yang lain, tapi kalau sama si Siska itu sebulan juga kami sudah dekat seperti “kakak beradik”.

 – Dia nggak sungkan-sungkan menyandarkan badannya ke aku, bahkan kepalanya aku elus-elus juga dianya tidak keberatan. Pokoknya seperti kata novel itulah, “Lha wong sama kakaknya sendiri…” Aku pikir, aku sudah belai-belai rambutnya, sun pipi, apa lagi yah…,
kayaknya masih ada yang kurang gitu. Soalnya si Siska itu lagi mekar-mekarnya, ranum-ranumnya, tapi soal cowok ya mungkin baru aku sendiri yang dia kenal, belum pas gitu kalau belum aku kasih tahu.
Aku baru mikir-mikir bagaimana ngomonginnya. Aku diam-diam suka tegang kalau dia duduk dekatku. Ya terang saja dia nggak tahu hal begitu, tiap pagi habis bangun tidur sering ngebayangin gimana rasanya kalau kemaluanku dilihat sama Siska, ya sambil masturbasi sendirian.
 Pucuk dicinta durian tiba, si Siska baru saja dapat pelajaran Biologi di sekolahnya. Tahu tidak pelajaran Biologi kelas 1 SMU, organ reproduksi manusia..! Akunya meledek, “Siska kamu menggambarnya (organ reproduksi pria) kok bagus banget, emang sudah pernah lihat yang benerannya?” Dia ketawa cekikSiskan saja.
“Oh iya… SMU Siska tuh muridnya cewek semua…, nggak ada cowoknya hehehe…”, terus dia cerita kalau dulu pernah ada cowok masuk ke sekolahnya dia langsung ditelanjangin sama cewek-cewek, tentu saja waktu itu Siska-nya belum di sana.
“Ah Siska… kamu jadi bikin Kak Eko (namaku) penasaran saja…”
“Penasaran apa… emang Kak Eko mau ditelanjangin…?”
“Asal di depannya Siska saja…”
Dia ketawa cekikikan…
“Boleh nggak Kak Eko telanjang di depan Siska…”
Siska nggak menjawab, cuma cekikSiskan saja, terus aku terusin, habis nggak tahan nih.
“Bolehkan yaa Kak Eko telanjang di depan Siska? …”
“Hihihi…”. Siska menjawab, “Ya entar pas ulang tahunnya Kak Eko saja…”
Aduh, aku nggak tahan benar deh…, pengen waktu itu juga aku keluarin burungku… tapi aku tahan-tahan juga. Itu kejadiannya Bulan Januari, padahal ulang tahunku bulan Februari, dari hari ke hari si Siska terus aku godain saja seperti “Ka…, entar Kak Eko telanjangnya (maksudnya di depan Siska) sampe Kak Eko ngeluarin hormon yaa…”.
Si Siska tuh tidak tahu apa itu sperma, apalagi istilah “orgasme” atau yang kayak gituan, makanya kubilang “hormon” gitu saja. Kalau sudah kugodain gitu paling-paling si Siskanya cuma “hihihihihi… ” saja. Kapan-kapan lagi saking tidak tahan kubilang… “Aduh Siska, Kak Eko sudah tidak tahan nih… sekarang saja ya Kak Eko telanjangnya…”. “Entar saja deh kalau pas ulang tahun… hihihi…”
Seminggu sebelum aku ulang tahun aku ngomong, “Eh Siska, kamu tinggal seminggu lagi deh bakal jadi cewek yang ngerti alat kelaminnya cowok…”, besoknya…, “Tinggal enam hari lagi kamu jadi cewek yang ngerti punyanya cowok…” seminggu itu rasanya jadi kaya seabad deh, akhirnya sambil terengah-engah tiba juga deh hari ulang tahunku.
“Aduh Siska…, sebentar lagi kamu bakal ngeliat alat kelaminnya Kak Eko deh… Kak Eko sudah nggak punya apa-apa lagi buat Kak Eko sembunyiin…” Eh tuh mukanya si Siska jadi merah padam gitu, maluu…, aku juga nervous banget tiduran di tempat tidurnya, dia sudah ketawa cekikSiskan gitu…, aku pakai pakaiannya juga agar aku mudah terangsang gitu.., wahh…, nggak tahan deh kalau mesti lepas baju sama kaos oblong dulu, sehingga kuputuskan…, kukeluarkan saja deh alat kelaminku yang sudah meronta-ronta tidak karuan itu.
Aku lepas sabuk, kancing celana, aku turunin perlahan-lahan sampai tinggal celana dalam…, aduh…, nggak tahan banget, habisnya si Siskanya ketawanya semakin keras, mukanya semakin merah dan lucu apalagi matanya yang mungil itu. Jadi membelalak sambil muter-muterin bola matanya, aku usap-usap kemaluanku yang masih kebungkus celana dalam sampai besar banget seperti rudal Scud, tegak lurus siap-siap diluncurkan.
Terus celana dalamku aku turunin pelan-pelan, aduh nikmat banget…, nikmat…, nikmat… “Siskaa… ketawain terus dong…” teriakku, “… bentar lagi Siska ngeliat nih alat kelaminnya Kak Eko…”, sampai lepas deh celana dalamku keluar menantang alat kelaminku, batangnya tegak lurus dan… dan…
“Huahahaa…”, keras banget teriaknya si Siska, mukanya kocak banget, matanya membelalak, mulutnya kebuka lebar, lucu banget… hahh… Seumur-umur baru kali ini dia melihat alat kelamin pria dewasa, aaduh… belum pernah aku merasakan kenikmatan yang kaya gitu. “Siska… ini alat kelaminnya Kak Eko…” teriakku. Aduh… aku berusaha menunjukkan batang kelaminku ke mukanya, biar dia bisa melihat sebesar-besarnya sampai mengerti.
Aku kocok-kocokan alat kelaminku sendiri. “Siska seumur-umur baru sekali ini deh melihat alat kelamin cowok.. hahaha hihihi…” kepingkel-pingkel dan cekikikan jadi satu. Aku menggelinjang-gelinjang keenakan, menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan.
Sepuluh menit kemudian aku nggak tahan lagi, “Aduh Kak Eko sudah nggak tahan lagi Siskaa…” teriakku sampai akhirnya… “Cruutt… cruutt… cruutt…” bagaSiskan lahar merapi tumpah semua air kejantananku. “Oohh… aduh… nikmat… nikmat… ohh…”.

Si Siska masih cekikikan waktu aku selesai orgasme. www.filmbokepjepang.net  Aduh… aku merasa “habis”, rada menyesal dan bersalah juga, aku melap kakiku yang ketumpahan mani dan aku bersihkan batang kelamin yang sudah rada lemas sampai bersih dan kering. Akhirnya kupakai lagi celanaku, kututupi alat kelaminku sebagaimana mestinya. Si Siska ketawa-ketawa kecil dan mukanya masih merah waktu semua itu “berakhir”.

Sudah deh… Siska sudah jadi cewek yang “mengerti” alat kelamin cowok, dalam hal ini alat kelaminku. Setelah cuci tangan kukasih sun manis di pipinya yang masih kemerahan menggeser ke depan sedikit yaa…, sedikit lagi…, sedikit lagi…, sampai bibirku tepat berada di ujung bibirnya, terus dia menundukan kepalanya, artinya tidak boleh aku lanjutkan.
Ya sudah nggak apa-apa. Aku juga sudah puas banget kok ngeliatin alat kelaminku sampai kamu “mengerti”, kataku dalam hati. www.filmbokepjepang.net

Related posts