Cerita Panas Bergambar Memek Di Hajar Oleh Kakek
Cerita Panas Bergambar Memek Di Hajar Oleh Kakek – Aku mulai sadar,bahwa tidak lama lagi aku akan jatuh kedalam keinginan Pak Ali.Aku semakin bingung memikirkan yang akan menimpaku.Aku semakin takut jika saja ia memperkosa dan membunuhku saat itu.Aku kini sudah tak mampu berpikiran normal.Aku tahu yang diingini Pak Ali.Tangisku kembali meledak,aku seakan tak mampu bertahan dari serangan nafsu dan birahi yang ia hamparkan kepadaku.Kini hanya tangislah sebagai pelampiasanku.Aku lalu memandangi matanya yang mulai memerah karena nafsu.Tampak ia amat ingin sekali.Dalam sesengukan tangisku itu, aku usahan untuk melepas kan cincin kawin yang kukenakan.Sempat terbayang didiriku saat saat Bang Ardi suamiku memasangkannya di jariku di depan penghulu dulu.Aku merasa bersalah kepadanya, cincin ini adalah lambang cinta kami dan simbol ikatan aku dan suami.Aku merasa tak lagi mampu menahan ancaman yang akan merobohkan tiang perkawinan kami.Kini aku lepas cincin itu, dengan harapan aku tidak terlalu didera rasa bersalah yang amat dalam.Dalam lelehan air mata dan sesengukan tangis , cincin itu aku letakan di meja kecil samping ranjangku.Biarlah cincin itu seolah menyaksikan penyelewenganku saat ini.Dengan pandangan heran Pak Ali memperhatikan tingkahku itu. Kini semakin aku tahu, bahwa Pak Ali bukanlah orang baik-baik, sebab di saat aku melepas cincin itu tak ada upayanya untuk membatalkan niatnya padaku. Malah aku lihat ada kilatan rasa bangganya saat itu.Biasanya kalau orang baik baik akan tersentuh hatinya melihat tindakanku itu.Berarti selama ini hanya kebohongan saja jadi orang baik baik, namun mempunyai maksud maksud tertentu. Setelah meletakkan cincin itu, aku memandangnya dengan pandangan sinis dan marah.Dia masih berada di atas tubuhku saat itu.Aku lalu tidak lagi memandangnya.Kini tubuhku serasa kaku dan aku sudah pasrah akan apa yang terjadi pada tubuhku ini.Melihat aku melengoskan wajah dari pandangannya, malah Pak Ali semakin berupaya merangsangku. Oh…alangkah tidak tahu dirinya orangtua ini, bisik hatiku. Rupanya kebaikan orangtuaku selama ini telah dikhianatinya.
Kini dengan tangannya ia terus memilin dadaku hingga memerah.Bibirku di ciuminya meskipun aku berusaha mengatupkannya.Aku semakin tak berdaya menentang kemauan Pak Ali. Sehabis diciuminya, aku lagi melengoskan wajahku dan tak memandang matanya.Aku tahu ia akan menggauliku.Hingga tanpa aku inginkan kembali air mata ku meleleh dari sudut mataku yang sudah sembab karena tangisan.Pak Ali lalu berusaha membuka kedua pahaku yang telah terbuka.Aku seakan tak ada daya untuk mencegah.Dadaku semakin berdebar debar tidak karuan.Aku semakin bingung dan menahan nafas.Debar didadaku semakin keras menanti yang akan terjadi padaku.Lalu Pak Ali mulai membuka belahan bibir kewanitaanku dengan jari jarinya.Ia lalu mengarahkan kemaluannya.Aku sempat menahan nafas .Aku tahu aku akan kesakitan sebab ini adalah yang pertama bagiku.Dari cerita2 temanku disaat saat melakukan coitus pertama kalinya akan merasakan kesakitan.Apalagi, melihat panjang dan besarnya kemaluan pak Ali,aku semakin tak kuasa menghindarinya. Dengan perlahan ia berusaha memasuki pintu kemaluan aku.Namun selalu gagal, kadang terpeleset.Aku masih berdebar debar dan menahan nafas. Aku seakan tak kuat menahan bobot tubuhnya,meski tubuhnya kurus namun membuatku sulit bernafas,mungkin perasaan takut itu yang membuatku kuatir.Merasa usahanya selalau gagal memasuki diriku , ia lalu meraih bantal yang berada dekatnya.Dengan bantal itu ia ganjal di punggungku hingga posisiku kini menghadap dirinya dan liangku semakin terbuka.Ia semakin mudah memasuki diriku.
Dengan perlahan dan sedikit demi sedikit, kepala kemaluan Pak Ali yang lumayan panjang itu mulai meretas jalannya.Pertama ada rasa geli dan gatal di bibir kemaluan ku, lalu berganti rasa nyilu.Saat aku merasakan nyilu itu, ia menghentikan dorongannya.Lalu ia kembali menambah masuk, aku terpekik, sakit..sakit kataku berulang ulang.Ia berhenti, tapi sebentar lalu ia dorong masuk kelelakiannya ke dalam kewanitaanku.Aku berusaha menahan bahunya untuk tidak masuk lagi.Namun tidak berhasil.Tampaknya ia memang amat ingin merobek keperawananku. Tanpa memberiku waktu sedikitpun ia langsung menghujamkan kemaluannya hingga mentok didasar rahimku.Aku terpekik dan menangis.Ia lalu mendiamkan posisinya itu, tampaknya memang untuk menjebol keperawananku ia usahakan untuk berlama-lama disana. Aku menagis dan terus menangis seolah mengucapkan selamat tinggal pada keperawananku. Aku telah berhasil dijebol oleh penjaga rumahku ini. Kemudian ia menarik kelaminnya yang panjang dari liangku lalu memasukannya lagi berulang ulang.Aku masih merasa kan sakit yang amat sangat.Kini aku sudah menjadi taklukannya.Beberapa lama ia terus bergerak diatas tubuhku seolah aku adalah kuda pacuan yang sedang ditungganginya.Tubuh putihku beberapa kali bergerak mengikuti gerakannya. Buah dadaku yang montok inipun tidak luput dari remasan tangannya seolah tali untuk menarik kuda.Aku semakin sulit menahannya dan rasa sakit dan nyilu disekujur tubuhku. Keringatku di dahiku amat banyak juga leher dan dadaku. Semua sudah bercampur dengan air mataku.
Pak Ali terus melakukan gerakan maju mundur beberapa kali, yang awalnya perlahan, lalu semakin cepat dan beberapa menit kemudian ia memuncratkan spermanya di dalam rahimku.Ada rasa hangat didalam rahimku saat ia klimaks itu. Gerakannya semakin melemah lalu amruk di dadaku. Merasakan bobot badannya yang membuatku kesulitan bernafas, aku lalu mendorongnya ke sampingku. Ia pun rebah di sana.Kini aku berusaha bangun dari rebahan. Aku merasakan rasa sakit dan nyeri di selangkanganku.Benar yang dikatakan temanku bahwa jika telah di perawani untuk pertama kali, akan susah berjalan, aku hanya bisa duduk. Rasa nyeri mendera liang kelaminku.Saat itu aku melihat lelehan darah segar di pahaku, juga di sprey yang kusut itu.Kesedihan amat mendera sanubariku yang paling dalam.Aku menyesalinya kenapa aku menyerahkan diri pada lelaki lain dan bukan pada suamiku.Aku juga menyesali ketidak mampuan suamiku mengambil apa yang menjadi haknya padaku.Aku juga merasa bersalah, ini bukanlah semata mata kesalahan Pak Ali.Aku juga andil menyebabkan dia mengambil apa yang bukan haknya. Dalam kesedihanku setelah berhasil di renggutnya kehormatanku oleh Pak Ali. Aku hanya duduk terdiam di sandaran ranjangku.Dimataku masih ada jejak jejak tangis.Tubuh telanjangku aku tutup dengan selimut tebal.Selain kesadaranku sudah pulih ditambah hawa dingin yang masih terasa.Aku lihat disampingku tergolek tubuh hitamnya. Pak Ali yang baru saja merenggut kehormatanku.Ia terlihat sangat nyenyak, juga diwajahnya tersirat kepuasan. Di dalam hatiku aku serasa ingin marah dan mengusirnya yang masih tidur diranjangku.Aku pandangi wajah tuanya. Mulai dari kepalanya, hingga perutnya yang hitam juga benda panjang yang baru saja mengaduk aduk kewanitaanku.Dia masih terlelap dan saat itu tubuhnya hanya tidak tertutup apapun juga.Aku heran dia tidak merasakan dingin,sedangkan aku hampir saja menggigil.Aku berusaha untuk tidur,namun rasa nyeri dan agak linu di kemaluanku membuatku susah untuk memicingkan mata.
Disaat aku berusaha untuk memicingkan mata.Pak Ali terbangun.Ia lalu meraih selimut yang aku pakai.Tampak ia juga merasa kedinginan.Ia bertanya padaku,kenapa belum tidur, aku diam saja.Malah aku semakin membalikkan tubuh membelakanginya.Iapun berusaha,untuk masuk kedalam selimut yang aku pakai.Pak Ali lalu masuk kedalam selimut yang aku pakai.Ia pun berusaha menutupi tubuhnya karena dingin.Dalam posisiku yang membelakanginya.Tanpa bisa aku cegah lagi dia dengan seenaknya membelai bahuku dan menghembuskan nafasnya yang hangat.Aku sadar ia sepertinya ingin merangsangku kembali.Namun perbuatannya itu aku biarkan saja tanpa menggubrisnya. Ia semakin meningkatkan rabaanya di bahu dan tengkukku.Aku merinding saat itu, dan berusaha menghalangi tangannya yang mengelus tengkukku dengan tanganku.Usahaku tidak berhasil,malah dia yang semakin berusaha membalikan wajahku untuk berbalik kearah wajahnya.Dalam keadaan itu akupun terpaksa menghadap wajahnya. Lalu ia raih daguku dan ops…bibirku langsung di sapunya dengan lidahnya.Tangannya tak tinggal diam, meremas dan membelai buah dadaku.Aku semakin tersedu sedu merintuh menahan rasa geli dan hangatnya belaian tangan kasarnya.Lalu tangan kirinya turun ke bawah, kearah liang kewanitaanku.Jarinya begitu mahir masuk kedalam liang kewanitaanku yang kini sudah tidak perawan lagi.Beberapa saat kemudian ia membelai belai klitorisku.Aku semakin tak kuasa menahan setiap gerakan jarinya.Aku sudah mulai terbakar birahi lagi. Mukaku kembali memerah dan keringat ku kembali timbul,karena aku merasakan tubuhku tidak dingin ,kini sudah panas karena birahi.
Tanpa menunggu aba aba lagi, Pak Ali beranjak bangun dari posisinya yang menyamping dariku saat itu.Ia lalu menyingkirkan selimut yang menutupi kami saat itu.Kini tubuhku dan Pak Ali sudah sama terbuka.Ia berusaha membuka kedua pahaku kembali dan memposisikan tubuhnya tepat diantara pahaku.Aku tahu ia kembali ingin menghabiskan malam itu denganku dengan melakukan hubungan badan kembali.Aku yang kini sudah merasakan tidak ada lagi yang akan aku pertahankan dan semua sudah terlanjur basah. Kini aku cenderung menurut apa yang akan ia lakukan. Malah kini aku juga membantunya untuk lebih membuka kedua pahaku untuk di masukinya.Meski rasa perih dan nyilu masih terasa,namun aku sudah tidak memperdulikannya. Kini kami sudah berhadap-hadapan, siap untuk melakukan persenggamaan.Bertahap dan penuh kehati-hatian Pak Ali mulai mengarahkan kemaluannya ke dalam rahimku.Aku kini merasakan sensasinya amat dalam.Kini aku sudah tidak terpaksa lagi.Awalnya hanya kepala kemaluannya yang menyentuh bibir liang sanggamanku,lalu berangsur semuanya.Aku kini merasakan sentuhan kemaluan pak Ali masuk kedalam rahimku.Gerakannya maju mundur dan teratur.Ia kini tidak terlalu tergesa-gesa seperti saat ia pertama kali menjebol rahimku.Kali ini begitu penuh perasaan dan kelembutan.Ia terus memandangi mataku, aku jadi malu sehingga kupejamkan mataku ini. Lalu gerakannya kembali berangsur cepat dan cepat. Aku merasakan ada sesuatu yang akan meledak di dalam kewanitaanku. Aku berusaha menahan rasa itu hingga tanpa bisa aku halangi, kini malah tubuhku serasa mengejang dan otot-oto diseluruh persendianku mengeras.Aku mendapatkan orgasmeku,namun Pak ali masih saja tetap masih dalam gerakan memompa semakin cepat.Tangannya tak tinggal diam sambil meremas kedua payudaraku.Aku semakin tak bisa mengendalikan diri lagi.Aku raih bahunya, dan aku jepitkan kedua kakiku di pinggangnya.Hingga beberapa menit kemudian tubuh Pak Ali langsung mengejang dan gerakannya pinggulnya seakan mendorong kemaluannya kedalam rahimku. Ia seakan ingin memasukan kemaluannya lebih dalam lagi. Tanpa bisa aku cegah lagi, ia pun menumpahkan air spermanya dalam rahimku. Ia lalu memelukku amat erat, seakan tak mau terpisah dari tubuhku.Masih dalam keadaan berdempetan dengan tubuhku Pak Ali pun terjerembab di sampingku, juga kelamin kami terlepas.Kini kedua tubuh kami, sudah basah oleh keringat dan lendir sisa sisa persenggamaan ini.
Aku pun akhirnya tertidur bersama Pak Ali sambil berpelukan di ranjangku. Paginya aku terbangun dan sudah tidak melihat Pak Ali lagi di sampingku. Ia ternyata telah menyiapkan sarapan pagi. Pagi itu tampaknya masih turun hujan, malah tambah deras.Hingga di luar jendela aku tidak dapat melihat indahnya sawah dan pemandangan danau. Aku berusaha bangkit dari ranjang, baru saja akan menginjakkan kaki di lantai, oh…aku kembali merasakan nyilu di kemaluanku. Dengan tertatih aku berjalan keluar kamar.Lalu aku duduk di jendela ruang tengah.Dan Pak Ali datang dengan membawa nasi goreng juga dengan telur setengah matang. Ia lalu menyuruhku makan, untuk memulihkan tenagaku yang terporsir malam tadi.Dengan lahap aku santap makanan yang di masaknya itu. Memang aku sangat lapar dan lalu aku di beri susu yang di bawa dari Padang. Sehabis makan, aku lalu ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku dari sisa sisa persebadanan malam tadi. Semua lendir dan jejak jejak yang menempel di tubuhku aku bersihkan dengan sabun. Kemudian aku masuk kamar untuk mengambil pakaian.Aku agak kaget, soalnya Pak Ali,sudah berada di dalam kamarku. Ia tampak baru saja mengganti kain sprey yang sudah kotor dan ternoda darah kehormatanku. Ia kemudian membawa sprey itu ke luar kamar dan merendamnya. Tidak lama kemudian ia masuk lagi ke dalam kamarku. Saat itu aku sedang duduk di depan cermin sambil memoles wajahku.Ia pun dengan berani memegang bahuku.Aku kaget dan agak kesal padanya yang seenaknya masuk kamarku dan meraih bahuku. Ia diam dan malah memandang mataku dalam-dalam. Dan dengan sedikit gerakan saja, aku sudah berhasil di baringkannya di ranjangku. Ia lalu menciumi rambutku yang masih basah karena keramas. Iapun sedang berusaha untuk melepaskan busana ku.Aku seakan tak berdaya, menolaknya.Dan akhirnya di pagi hari itu, kami kembali mengayuh kebersamaan ragawi bersama.Aku beberapa kali mengalami orgasme. Tubuhku seakan semakin mampu membalas perlakuannya. Kini tak ada lagi rasa sakit di kewanitaanku saat bersebadan.Aku pun tak malu malu lagi memegang alat kelaminnya yang masih kokoh itu.
Hingga selama dua hari aku di kampungku, aku tak melewatkan kesempatan bersenggama dengan Pak Ali. Dan selama itu juga,aku tidak sempat memakai celana dalam dan hanya rebahan di ranjang. Sepulang ke Padang, aku mengantarnya kerumah orangtuaku.Aku lalu terus ke rumahku. Siang itu, aku memeriksa laporan anak buahku.Aku lalu mandi dan tidur siang itu.Setelah beberapa hari lamanya, aku tetap menjalankan rutinitas pekerjaan seperti biasanya.Juga aku menghubungi suamiku yang masih tiga minggu lagi pulang.Aku juga sempat menghubungi kedua orangtuaku, rupanya orangtuaku rencananya akan terus ke Bali tempat kakakku yang perempuan.Aku semakin didera rasa kesepian.Terkadang dimalam hari,aku ingat kejadian saat bersama Pak Ali.Aku mengaku sejak merasakan hubungan terlarang bersamanya aku seakan merindukan saat-saat seperti itu dan akupun mencari jalan cara agar dapat mengulangnya.Aku tentunya tidak mungkin melakukannya di rumah orangtuaku sebab ada istrinya.Lalu aku mendapatkan cara, yaitu menelpon ke rumah orangtuaku,minta ia besoknya datang,karena ada yang akan di perbaiki. Besoknya ia datang ke rumahku sendirian. Ia pun bertanya apa yang akan ia kerjakan.Dengan pura-pura aku bilang saja,atap di ruang dapur ada yang bocor kataku.Lalu Pak Ali memeriksanya dan membetulkan atap yang memang sedikit bocor. Selesai dengan pekerjaannya ia lalu memberitahuku.Saat itu aku tidak kekantor dan di rumah saja.Pak Ali seakan tahu yang aku inginkan darinya.Saat aku sedang di meja makan, ia tiba-tiba merangkulku dan menciumi bibirku.Aku yang seperti seorang musafir kehausan membalas perlakuannya itu, lidah kami seakan saling memilin.Dan kamipun berjalan kearah kamarku.Aku merebahan tubuhku di ranjang menunggunya yang sedang menutup pintui rumah dan kamar, tak lama memang,ia pun masuk kamarku.Semua pakaiannya ia lepas,lalu menaiki ranjangku.Ia lalu berusaha melepaskan semua busanaku.Kemudian kami pun saling meraba dan memberi rangsangan.Hingga aku pun bersiap siap membuka kedua pahaku dan memberinya jalan untuk menyenggamaiku.Aku kini dengan suka rela menerima hujaman kemaluan pak Ali di rahimku.Kurang lebih 10 menit ia mengayuh dan mendorong kemaluannya,barulah ia memuntahkan air kelakiannya di rahimku.Aku amat merasa puas, sebab aku juga sudah mendapatkan orgasme.seharian itu,ia memuaskan dahagaku.Dan setelah aku merasakan capai disana sini di setiap persendian tubuhku barulah kami menghentikan persenggamaan itu.
Hingga saatnya, aku telah mendapatkan apa yang tidak aku dapatkan dari suamiku.Pak Ali amat mengerti keinginanku.Ia kini rutin memberiku jatah seks dan akupun berusaha untuk memuaskannya.Namun saat yang membuatku jadi heran,kenapa saat bersama Pak Ali aku tidak sampai hamil, padahal aku tidak melakukan proteksi atau apapun juga. Kini aku terus melakukan kehidupanku dengan dua orang suami yang memang aneh jika diketahui dan lihat orang lain. Terkadang aku sering pulang ke Maninjau hanya berdua dengan Pak Ali. Dan sudah bisa ditebak,bahwa selama di Maninjau kami mereguk sepuasnya kenikmatan badani dan aku merasakan amat puas. Aku semakin larut akan belaian dan haus akan hujaman kemaluan Pak Ali yang cukup membuat liang kewanitaanku terasa penuh. Setiap setelah bersenggama aku merasakan tubuhku kembali segar dan segala beban pikiranku seakan musnah. Kini aku semakin tak mau melepaskan saat saat bersama Pak Ali. Aku sudah memiliki orang yang bisa menutupi kekurangan suamiku. Ia bukanlah orang lain dan juga aku yakin akan terjaga kerahasiaanya. Aku semakin tidak malu lagi untuk mengajak pak Ali untuk tidur di rumahku. Aku semakin tidak peduli terhadap statusku yang seorang istri dan Pak Ali yang adalah pembantu keluargaku. Kini kehidupanku semakin tak beraturan. Disaat suamiku berada di tempat kerjapun aku masih mencuri curi waktu untuk mereguk kenikmatan ragawi bersama pak Ali. Memang hampir masuk 4 bulan ini, aku dan pak Ali selalu melakukan hubungan badan paling kurang 2 kali seminggu.Hingga perbuatan kami itu akhirnya membuahkan hasil. Aku tidak menyangka diriku hamil, memang selama ini selama bersebadan pak Ali selalu menumpahkan spermanya didalam rahimku. Saat itu aku merasakan tamu bulananku tidak kunjung datang padahal biasanya teratur.Akupun merasa akhir-akhir ini sering merasa malas-malasan dan terkadang mual-mual.Dengan alat test kehamilan yang aku beli di sebuah apotik, aku mencoba mengetahuinya. Dan…aduh alangkah kagetnya, memang aku positif hamil.Besoknya tanpa sepengetahuan suamiku aku periksakan diri ke dokter kandungan sekedar mengetahui keadaanku.Dan lagi lagi dokter membenarkan aku sudah mengandung 1 bulan, lebih gawatnya lagi itu benar benih Pak Ali. Aku khawatir bagaimana cara memberitahukannya pada suamiku.Alangkah hancur hatinya jika mengetahui aku hamil oleh pembantuku itu. Suamiku pasti akan marah besar dan amat menyalahkan aku.Aku semakin tersudut saat itu.Apa alasanku padanya untuk membela diri dan yang pasti aku telah secara terang-terangan mengkhianatinya.Juga aku telah melanggar janjiku disaat malam pengantin kami dulu bahwa aku tak akan meninggalkannya apapun alasannya.
Dan saat tiba dirumah,aku mencoba merenungkan apa yang akan terjadi pada kehidupan perkawinanku ini.Senja itu suamiku pulang dari kantor dan dengan hangat aku bukakan pintu rumah.Dengan sedikit memberiku sun sayang ia lalu berlalu ke kamar untuk mengganti baju kerjanya, sedang aku mengikutinya dari belakang kekamar.Lalu iapun masuk kamar mandi untuk mandi sore karena tubuhnya terasa amat penat.Sedang aku menyiapkan baju ganti untuknya senja itu.dan setelah mandi kamipun beranjak ke ruang makan dan aku telah menyiapakan makan malam untuknya.Dengan sedikit bincang-bincang seperti biasanya, kamipun makan berdua. Namun tiba-tiba rasa mual mengganggu aku. Aku berlari ke wastafel yang berada di dekat dapur lalu muntah-muntah dan merasa tidak kuat aku lalu masuk kamar mandi.Merasa sudah agak baikan,aku lalu keluar kamar mandi dan kembali ke ruang makan.Suamiku amat mengkuatirkan kesehatanku.Dia menyangka aku masuk angin saja.Lalu ia dengan cepat mengakhiri makannya.Ia lalu membopong aku kekamar dan membaringkan tubuhku yang agak lemah ini. Setelah aku rebahan di ranjang, suamiku berusaha untuk memijiti tengkukku dengan minyak angin.Ia mencari cari minyak angin, namun aku beri tahu ada di dalam tas aku.Ia lalu berusaha mencarinya, namun sebelum mendapatkan minyak angin ia malah membaca hasil diagnosa dokter yang menerangkan kehamilan ku ini.Dan dengan amat kaget ia menanyakan padaku tentang surat dokter itu.
“Ri…!ini surat siapa!� katanya sinis.
Aku hanya diam membisu,dan tak berani menatap matanya.Ia lalu membentakku, “Hei, Ri!ini hasil diagnosa siapa?!� Aku lalu menangis dan berusaha memeluknya.Namun ia dengan cepat menghindar.Dengan marah yang amat sangat ia mencerca aku malam itu dengan berbagai pertanyaan tentang kehamilanku, juga dengan siapa aku berbuat itu semua. Dengan terpaksa aku pun mengakui dan minta maaf padanya.Aku juga menerangkan dengan siapa aku bersebadan hingga membuatku hamil. Suamiku lalu terduduk lesu di atas ranjang. Dengan amat sedih ia amat menyesali pengkhianatanku ini dan amat menyalahkan aku.
Dalam situasi saat itu, meskipun ia amat marah besar padaku, ia masih bisa menahan amarahnya.Aku tidak di apa apakannya, dia tidak melakukan tindak kekerasan padaku.Ia bisa mengontrol kemarahannya.Dengan terduduk lesu,ia lalu mengakui semua itu memang andil kesalahannya juga.
Aku serasa tidak kuat melihat penderitaannya dalam kesedihan saat itu.Aku lalu memintanya untuk menceraikan aku.Namun ia menggeleng dan memberikan alasan yang amat kuat.Jika ia menceraikan aku,maka ia kuatir rahasianya akan terbongkar,baik kepada orangtuanya dan orangtuaku,itu akan dapat membuatnya semakin hancur.Itulah alasan suamiku disaat aku minta agar ia rela menceraikan aku yang telah berbuat kesalahan ini.Ia lalu memberiku kesempatan untuk bersama sama dengannya untuk membesarkan janin yang aku kandung saat itu.Suamiku pun sempat bertanya padaku apakah Pak Ali sudah aku beri tahu.Aku memang belum sempat memberitahu Pak ali saat itu.Suamiku berharap agar Aku bisa menyimpan rahasia itu agar jangan sampai diketahui orang lain dan iapun minta agar aku mengatur pertemuannya dengan Pak Ali yang merupakan ayah dari janin yang aku kandung ini. Aku sedikit lega mendengar penuturan suamiku yang bersedia menerima anak yang bukan dari benihnya ini,kini tinggal bagiku untuk memberitahu Pak Ali tentang berita ini.Besoknya, sepulang dari kantor aku menelpon Pak Ali untuk datang kerumah karena di panggil suamiku.Dalam pembicaraan telpon Pak Ali sempat bertanya-tanya kenapa dia tiba tiba di panggil suamiku.Aku lalu menerangkan seperlunya bahwa ada yang akan dibicarakan suamiku padanya.Terdengar suara Pak Ali yang agak gugup saat aku bilang suamiku ingin bicara empat mata dengannya besok sore kataku.Dengan sedikit agak kaku ia menyanggupinya.Aku tahu Pak Ali merasa bersalah telah menggauliku selama ini dan ia belum tahu tentang kehamilanku ini.
Besok sorenya sebelum aku pulang dari kantor, Pak Ali sudah berada di depan pintu rumahku.Melihat aku datang ,ia membuka pagar rumah dan akupun memberikan kunci garase padanya untuk membukanya, sebab aku ingin memasukkan mobilku kedalam.Dia lalu memberi aba aba kepadaku untuk memasukan mobilku.Beberapa saat kemudian aku sudah membuka pintu rumah dan mempersilahkan ia masuk, meski saat itu aku lihat ada rasa canggung di sikapnya, aku juga mulai agak kaku.Kemudian sesampai didalam rumah ia sempat menanyakan padaku akan hal dipanggil suamiku.Dengan berat hati aku terangkan pada Pak Ali tentang kehamilanku ini,juga tentang terbongkarnya kisah kami itu.Saat itu aku tidak berani menatapnya,iapun demikian.Lalu ia pun memandangiku dan dengan amat menyesal menyakan bagaimana sikap suamiku.Aku menjawab seadanya, dan menyerahkan semuanya pada keputusan suamiku nantinya. Tidak lama kemudian suamiku pulang dan langsung masuk kerumah.Ia langsung masuk kamar dan mandi.Beberapa saat kemudian kamipun makan malam bertiga dengan suasana yang amat kaku.Sehabis makan dan beristirahat sejenak.Suamiku mengajak Pak Ali ke halaman belakang untuk berbicara dengannya.Aku tidak diajak untuk ikut dalam pembicaraannya itu.Sempat aku lihat mereka berdua bertengkar dan saling berargumen. Namun yang aku takutkan terjadinya tindak kekerasan diantara mereka.Syukurlah akhirnya semua kekuatiranku tidak terjadi. Mereka berdua lalu berjalan kearahku dan suamiku berjalan kedalam kamar.Suamiku sempat bilang,agar aku mengantar pak Ali pulang kerumah orangtuaku.Dengan sedikit berdandan ala kadarnya akupun mengantar pak Ali dengan mobilku kerumah orangtuaku.
Selama di perjalanan aku bertanya pada pak Ali apa saja yang dia dan suamiku bicarakan tadi.Dengan gamblang Pak Ali menerangkan semua yang dibilang suamiku.Ia berkata bahwa, memang suamiku amat kecewa pada kami berdua,namun ia juga mengakui bahwa ia tidak mampu memberikan aku nafkah bathin.Pak Alipun diberi tahu bahwa aku sudah mengandung anaknya.Sempat Pak Ali merasa gembira sebab diusianya yang sudah tua itu masih mampu membuahi seorang wanita,dan iapun juga kuatir kejadian ini akan diketahui oleh orangtuaku dan juga istri juga anak menantunya.Ia amat takut akan membuat berantakan semua yang telah terjalin selama ini.Namun sesuai kesepakatan dengan suamiku, Pak Ali tidak boleh mengambil anak itu kelak jika sudah dewasa,biarlah anak ini menjadi anakku dan suamiku. Selain itu suamiku memberi kebebasan pada Pak Ali untuk menggauliku kapan aku inginkan.Suamiku berjanji tidak akan memarahinya dan akan memberikan waktu pada kami berdua untuk berdua duaan asal jangan diketahui orang lain selain kami bertiga. Suamikupun rela jika aku disetubuhi Pak Ali,asal Pak Ali bisa menjaga rahasia suamiku itu.Mendengar penuturan Pak Ali tentang kesepakatan suamiku dan Pak Ali malam itu aku sedikit lega juga sedih.Aku lega karena suamiku tidak akan menceraikan aku sehingga kedua orangtuaku dan keluarga besar kami tidak mengetahuinya.Aku sedih,karena aku tahu suamiku akan berkorban perasaan padaku,karena akan memberi kesempatan kepada kami berdua untuk selanjutnya melakukan hubungan terlarang ini.
Tidak jauh menjelang masuk kekediaman orangtuaku, Pak Ali,meraih tanganku dan bilang agar aku bias menerima keputusan itu.Pak Ali juga sempat mengecup bibirku beberapa saat menjelang ia turun mobil.Syukurlah kaca mobilku bewarna gelap, sehingga tidak kelihatan apa yang terjadi didalam mobilku ini.Aku lalu pulang kerumah dan sambil mengarahkan stir ke jalan lain.Pak Ali sengaja tidak aku antar ke pekarangan rumah karena , aku kuatir nantinya akan di suruh ibu dan juga istri Pak Ali untuk singgah.Aku hanya titip salam saja padanya, lewat Pak Ali. Selama dalam perjalanan aku merenungkan kata kata Pak Ali tadi.Aku amat bersalah pada suamiku,dan aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menyenangkan hati suamiku. Terus terang saja aku memang amat masih mencintainya dengan seluruh hatiku,namun aku tidak dapat menghindar dari tuntutan kebutuhan batiniah yang tidak aku dapatkan dari suamiku itu.Aku merasa amat membutuhkan pemberian nafkah batin dari Pak Ali itu.Meskipun aku sadar, ia tidaklah sebanding denganku baik usia,latar belakang juga wajahnya yang kalau jujur aku akui dibawah rata-rata.Aku tidak mencintainya apapun alasannya.Cintaku telah aku serahkan pada suamiku.Semua ini hanyalah wujud keinginan bathin yang sering menderaku. Beberapa hari kemudian kehidupan aku dan suami berjalan seperti sedia kala. Dia mulai bisa menerima aku apa adanya, malah ia minta agar aku menjaga kesehatan janin yang aku kandung ini.Kehidupan seksualnya pun sering aku bantu untuk memberinya kepuasan meski tidak melalui coitus.Dan suatu malam sehabis kami melakukan itu. Suamiku bertanya padaku,apa aku ingin agar Pak Ali memberiku nafkah bathin.Aku menggelengkan kepala,sebab aku takut akan melukainya.Suamiku minta aku agar jangan kuatir lagi,ia hanya minta agar aku tetap mencintainya.Ia secara terang-terangan bilang padaku, jika aku akan bersama Pak Ali ia akan nginap di luar atau di hotel.Aku tak sadar jika suatu hari suamiku membawa Pak Ali ke rumah.Aku sempat kaget melihatnya.Lalu suamiku beralasan ada urusan keluar rumah, dan paling besok pagi ia pulang katanya.Aku tidak bisa menolak permintaan tulus suamiku itu yang akan memberiku kesempatan berdua Pak Ali.Tidak lama lalu suamiku pergi dengan mobilnya dan tinggallah aku dan Pak Ali dirumah.Ia sempat berpesan padaku agar menjaga janin yang aku kandung agar jgn sampai terganggu oleh aktifitas seks nantinya.Aku semakin terenyuh melihat perhatian suamiku yang amat dalam padaku.
Memang tidak ada lagi yang harus aku sembunyikan dari Pak Ali. Malam itu, sehabis mandi aku langsung kekamar dan mengenakan kimono tidur.Pak Ali masih di ruang tengah sambil menonton televisi.Kini sudah tidak ada lagi yang harus kami takutkan.Suamiku telah memberi lampu hijau padaku.Setelah berpakaian sepatutnya,aku belum berani keluar kamar.Ada rasa jengah dan malu saat itu.Beberapa saat kemudian,aku mendengar Pak Ali mengunci pintu depan dan mengetuk pintu kamarku.Aku lalu membukanya dari dalam,dan menyilahkan ia masuk.Aku berpikir saat itu,aku seperti penganten yang akan melaksanakan malam pertama.Masih aku lihat wajah Pak Ali yang sedikit tegang saat itu.Aku juga merasa sedikit tegang dan agak gugup sebab ini adalah saat pertama kali kami akan berhubungan dengan izin suamiku. Kemudian aku pun duduk di pinggir ranjangku. Pak Ali berusaha menutupkan pintu dan menguncinya. Ia berjalan kearahku dan duduk disampingku.Tanganku diraihnya dan diciuminya.Tampak keringat dingin muncul di kerutan keningnya yang mulai keriput itu.Sesaat kemudian ia raih daguku dan di ciuminya bibirku beberapa saat. Aku menerima semua itu, meski ada bau nafasnya yang beraroma rokok .Namun aku berusaha mendiamkannya.Aku menerima kuluman bibirnya di mulutku beberapa saat. Tanpa disuruh lagi tangannya mulai melakukan usaha melepaskan kancing kimono tidurku.Mulai dari atasannya yang terlepas hingga bra ku yang berwarna krem mulai meninggalkan tubuhku.Aku hanya merasa jengah dengan pandangan mesra Pak Ali pada titik sensitifku ini.Aku lalu berusaha menutupinya dengan kedua tanganku sambil menyilangkan kedua lenganku.Meskipun aku dan Pak Ali sudah berkali kali melakukan hubungan badan namun saat aku melakukan dengan izin suamiku ini membuatku serasa malu sekali.
Masih dalam keadaan bertelanjang dada aku hanya mampu menundukkan mukaku tidak berani memandang mata Pak Ali yang saat itu sedang memilin dan mengelus kedua bukit payudaraku.Rasa geli,nikmat dan sedikit hangat membuatku semakin tak tahan.Tanganku lalu meraih kepalanya yang sudah memutih itu.Aku menekan kepalanya agar mencekoki payudaraku seakan jangan lepas.Sambil melepaskan kepalanya dari belahan payudaraku Pak Ali lalu menuju kearah bibirku.Dengan sedikit ragu aku terima kuluman bibirnya yang kasar itu.Aku memicingkan mataku disaat kedua mulut kami bertaut.Dengan hati hati aku lalu direbahkan Pak Ali di ranjang.Aku menurut saja saat direbahkannya di bantal yang berada dibawah kepalaku.Ia lalu berjalan menjauh dan mematikan lampu yang menerangi kamarku dan menghidupkan lampu tidur yang berada di samping ranjangku.Kini redupnya cahaya lampu telah menimbulkan suasana romantis diantara kami.Kemudian Pak Ali melepaskan bajunya juga celana panjang yang melekat di tubuhnya. Dengan hati yang berdebar aku menunggunya melepaskan penutup terakhir yang berada di bawah perutnya itu. Tampak olehku kemaluannya menggantung loyo namun panjangnya melebihi milik suamiku.Aku baru kali ini sempat memperhatikannya disaat loyo, sebab selama ini aku tahunya hanya pada saat ia akan memasuki tubuhku.Padahal semua itu telah berulang ulang kami lakukan. Kemudian Pak Ali menaiki ranjang yang aku tempati ini.Ia pun membelai rambutku,bahuku, dan lalu buah dadaku yang terbuka.Mukanya lalu merunduk dan menjilati lingkaran payudaraku dan sesekali mengigitnya dengan lembut.Aku tersedak merasakan dibakar birahi yang mulai naik.Kemudian ia berusaha melepas celana tidurku.Tanpa kesulitan karena kubantu melepasnya,celana itu pun jatuh ke bawah lantai kamarku. Kini aku hanya tertutup celana dalam putih saja.tanpa menunggu lama iapun melepaskan penutup terakhir di daerah sensitifku itu.Kini aku sudah tidak mengenakan apa apa lagi kecuali, seuntai kalung mas putih dan gelang rantai juga cincin perkawinan yang masih melekat di tubuhku.
Aku meraih selimut yang ada di ranjangku untuk menutupi ketelanjanganku.Kini tubuhku telah tertutup selimut dan lalu Pak Alipun masuk kedalam selimut itu.Ia lalu meraba bawah perutku dan memasukan jari tangannya kedalam liang kelaminku.Aku kegeliandan mencoba menahan geraklaju jarinya itu,namun usaha tanganku itu di tangkap tangan Pak Ali.Aku semakin kegelian dan mendesah.Aku tidak bisa berbuat apapun, tahu-tahu ia menjilati permukaan kulit leherku, lalu turun ke buah dadaku dan diam beberapa saat.Dengus nafasku semakin berat dengan beban nafsu yang semakin menjadi jadi, ditambah rasa geli disetiap permukaan pori-pori tubuhku.Bibirnya terus turun dan sampai di perutku hingga pangkal pahaku.Beberapa saat lidahnya masuk kecelah sempit di liang kemaluan aku.Aku semakin menghentak dan merapatkan pahaku,namun tak bias karena terganjal kepala Pak Ali.Aku semakin tak tau apa yang akan aku lakukan, gairah birahiku semakin menggila hingga sampailah aku orgasme.Aku menarik kain sprey tempat tidurku dan menariknya.Kepalaku aku tengadahkan keatas seakan tidak ingin orgasme ini berhenti.Lalu tubuhku melemah dan semua pori pori kulitku mengeluarkan keringat yang cukup banyak hingga kulitku yang putih seakan mengkilap.Pak Ali menelan semua sisa sisa air cintaku yang merembes di liang kemaluanku tanpa jijik sedikitpun.Sedangkan selimut yang menutupi tubuh telanjang kami telah terjatuh kelantai.Aku hanya bisa menutupkan kelopak mataku dan beberapa saat hanya nafasku yang berat meresapi saat saat kepuasan yang sempurna yang aku dapatkan dari Pak Ali untuk kesekian kalinya. Pak Ali lalu turun dari ranjang, dan duduk di kursi yang berada didepan kaca hiasku.Sambil melihat kerahku ia bertanya padaku apakah aku merasa puas malam itu.Aku hanya mengangguk saja dan hanya menutupkan bantal di selakanganku.Pak Ali lalu berdiri dan duduk di samping ranjangku.Ia membelai belay rambutku yang sudah kusut dan dengan tangannya ia hapus keringat yang berada di dahi dan pipiku.Setelah itu, ia bangkit dan naik lagi keatas ranjang.
Dengan bersuara setengah berbisik ia bertanya padaku apakah aku bersedia untuk bersebadan dengannya malam itu.Dan dengan bisikan pula aku bilang aku siap namun kuminta agar ia jangan terlalu bernafsu karena kasian janin dalam rahimku akan terganggu pintaku.Dan tanpa aku minta lagi Pak Ali mulai membelai-belai dadaku ingin memancing gairahku lagi. Tak lama kemudian, akupun sudah merasa siap untuk melakukan persetubuhan dengannya.Aku sadar ia sudah naik juga birahinya terlihat dari tegaknya dengan jantan kemaluannya siap masuk kedalam rahimku. Perlahan ia sibakkan kedua pahaku agar terbuka, lalu memposisikan kemaluannya sejajar dengan liangku. Dengan perlahan dan pasti,tiang kokoh milik Pak Ali mulai memasuki gerbang kenikmatanku. Gerakan menusuk dan menarik ia lakukan perlahan lahan hingga birahiku semakin naik. Gerakannya lambat namun amat terasa pergeseran alat kelamin kami.Agak lama memang dan tiba-tiba aku seakan merasa ada yang membuatku histeris dan menarik kepala Pak Ali di sela-sela dadaku.Aku juga melingkarkan kedua kakiku di pinggulnya.Dan tibalah saat aku orgasme untuk yang kedua kalinya malam itu.Pak Ali masih belum mencapai klimaks,ia terus saja menghujamkan kemaluannya kedalam liang kelaminku.Tidak lama kemudian barulah ia menumpahkan spermanya didalam rahimku.gerakannya semakin cepat dan rasa hangat spermanya seakan menambah penuh liang kemaluanku.Tidak mulai melambat dan berhenti diatas tubuhku.Pelukannya semakin melemah dan mengelosor kesampingku.beberapa saat kemudian Pak Alipun tertidur dan tangannya masih berada diatas dadaku.Malam ini adalah malam pertama kami berhubungan badan seizing suamiku.Dan disaat subuhpun Pak Ali terbangun dan kembali menggauliku dan selanjutnya ia minta izin tidur di kamar lain di rumahku ini.
Semenjak adanya izin dari suamiku untuk selalu bersama Pak Ali, aku semakin salut akan pengorbanan suamiku.Aku sangat mencintainya,namun kini rasa cintaku tetap utuh pada suamiku. Akupun sering membantunya untuk klimaks dengan tangan kadang dengan mulutku.Dan di hari-hari yang ditentukan Pak Ali selalu dibawa suamiku ke rumah. Ia berharap aku untuk dapat melakukannya hanya dengan Pak Ali sebab ia sudah tahu seluk-beluk dan asal-usul Pak Ali.Akupun diultimatum oleh suamiku untuk tidak berpaling dari dia dan Pak Ali. Dan selama aku hamil ini aku tetap melakukan hubungan badan dengannya hingga kehamilan memasuki bulan kelima. Saat itu barulah aku dilarang oleh suamiku, ia kuatir akan kandunganku akan terganggu. Kini anak itu telah lahir, seorang bocah laki-laki yang lucu, ia mewarisi mata dan mulutku, namun bentuk wajahnya mirip dengan ayah biologisnya, Pak Ali. Walau demikian Bang Ardi tetap menyayangi anak itu, terlebih orangtua kami.
“Aduh ini anak lucunya, tapi kok…gak ada yang mirip kamu Di!� demikian kata ibu mertuaku ketika pertama kali bertemu anak itu.
Kata-kata ibu mertuaku itu tentu hanya bercanda, tapi Bang Ardi sempat termenung sejenak lalu menjawab, “Hahaha…ibu ini bisa saja, nanti liat deh kalau sudah besar pasti yang ikut saya itu sifatnya!� aku dapat melihat senyum terpaksa di tengah kelakarnya sehingga kugenggam erat telapak tangannya. Hubungan gelapku dengan Pak Ali tetap berlanjut, namun ia hanyalah sebagai mesin untuk memenuhi kebutuhan biologisku yang direstui Bang Ardi, selebihnya aku tetap mencintai suamiku.,,,,,
Dengan perlahan dan sedikit demi sedikit, kepala kemaluan Pak Ali yang lumayan panjang itu mulai meretas jalannya.Pertama ada rasa geli dan gatal di bibir kemaluan ku, lalu berganti rasa nyilu.Saat aku merasakan nyilu itu, ia menghentikan dorongannya.Lalu ia kembali menambah masuk, aku terpekik, sakit..sakit kataku berulang ulang.Ia berhenti, tapi sebentar lalu ia dorong masuk kelelakiannya ke dalam kewanitaanku.Aku berusaha menahan bahunya untuk tidak masuk lagi.Namun tidak berhasil.Tampaknya ia memang amat ingin merobek keperawananku. Tanpa memberiku waktu sedikitpun ia langsung menghujamkan kemaluannya hingga mentok didasar rahimku.Aku terpekik dan menangis.Ia lalu mendiamkan posisinya itu, tampaknya memang untuk menjebol keperawananku ia usahakan untuk berlama-lama disana. Aku menagis dan terus menangis seolah mengucapkan selamat tinggal pada keperawananku. Aku telah berhasil dijebol oleh penjaga rumahku ini. Kemudian ia menarik kelaminnya yang panjang dari liangku lalu memasukannya lagi berulang ulang.Aku masih merasa kan sakit yang amat sangat.Kini aku sudah menjadi taklukannya.Beberapa lama ia terus bergerak diatas tubuhku seolah aku adalah kuda pacuan yang sedang ditungganginya.Tubuh putihku beberapa kali bergerak mengikuti gerakannya. Buah dadaku yang montok inipun tidak luput dari remasan tangannya seolah tali untuk menarik kuda.Aku semakin sulit menahannya dan rasa sakit dan nyilu disekujur tubuhku. Keringatku di dahiku amat banyak juga leher dan dadaku. Semua sudah bercampur dengan air mataku.
Pak Ali terus melakukan gerakan maju mundur beberapa kali, yang awalnya perlahan, lalu semakin cepat dan beberapa menit kemudian ia memuncratkan spermanya di dalam rahimku.Ada rasa hangat didalam rahimku saat ia klimaks itu. Gerakannya semakin melemah lalu amruk di dadaku. Merasakan bobot badannya yang membuatku kesulitan bernafas, aku lalu mendorongnya ke sampingku. Ia pun rebah di sana.Kini aku berusaha bangun dari rebahan. Aku merasakan rasa sakit dan nyeri di selangkanganku.Benar yang dikatakan temanku bahwa jika telah di perawani untuk pertama kali, akan susah berjalan, aku hanya bisa duduk. Rasa nyeri mendera liang kelaminku.Saat itu aku melihat lelehan darah segar di pahaku, juga di sprey yang kusut itu.Kesedihan amat mendera sanubariku yang paling dalam.Aku menyesalinya kenapa aku menyerahkan diri pada lelaki lain dan bukan pada suamiku.Aku juga menyesali ketidak mampuan suamiku mengambil apa yang menjadi haknya padaku.Aku juga merasa bersalah, ini bukanlah semata mata kesalahan Pak Ali.Aku juga andil menyebabkan dia mengambil apa yang bukan haknya. Dalam kesedihanku setelah berhasil di renggutnya kehormatanku oleh Pak Ali. Aku hanya duduk terdiam di sandaran ranjangku.Dimataku masih ada jejak jejak tangis.Tubuh telanjangku aku tutup dengan selimut tebal.Selain kesadaranku sudah pulih ditambah hawa dingin yang masih terasa.Aku lihat disampingku tergolek tubuh hitamnya. Pak Ali yang baru saja merenggut kehormatanku.Ia terlihat sangat nyenyak, juga diwajahnya tersirat kepuasan. Di dalam hatiku aku serasa ingin marah dan mengusirnya yang masih tidur diranjangku.Aku pandangi wajah tuanya. Mulai dari kepalanya, hingga perutnya yang hitam juga benda panjang yang baru saja mengaduk aduk kewanitaanku.Dia masih terlelap dan saat itu tubuhnya hanya tidak tertutup apapun juga.Aku heran dia tidak merasakan dingin,sedangkan aku hampir saja menggigil.Aku berusaha untuk tidur,namun rasa nyeri dan agak linu di kemaluanku membuatku susah untuk memicingkan mata.
Disaat aku berusaha untuk memicingkan mata.Pak Ali terbangun.Ia lalu meraih selimut yang aku pakai.Tampak ia juga merasa kedinginan.Ia bertanya padaku,kenapa belum tidur, aku diam saja.Malah aku semakin membalikkan tubuh membelakanginya.Iapun berusaha,untuk masuk kedalam selimut yang aku pakai.Pak Ali lalu masuk kedalam selimut yang aku pakai.Ia pun berusaha menutupi tubuhnya karena dingin.Dalam posisiku yang membelakanginya.Tanpa bisa aku cegah lagi dia dengan seenaknya membelai bahuku dan menghembuskan nafasnya yang hangat.Aku sadar ia sepertinya ingin merangsangku kembali.Namun perbuatannya itu aku biarkan saja tanpa menggubrisnya. Ia semakin meningkatkan rabaanya di bahu dan tengkukku.Aku merinding saat itu, dan berusaha menghalangi tangannya yang mengelus tengkukku dengan tanganku.Usahaku tidak berhasil,malah dia yang semakin berusaha membalikan wajahku untuk berbalik kearah wajahnya.Dalam keadaan itu akupun terpaksa menghadap wajahnya. Lalu ia raih daguku dan ops…bibirku langsung di sapunya dengan lidahnya.Tangannya tak tinggal diam, meremas dan membelai buah dadaku.Aku semakin tersedu sedu merintuh menahan rasa geli dan hangatnya belaian tangan kasarnya.Lalu tangan kirinya turun ke bawah, kearah liang kewanitaanku.Jarinya begitu mahir masuk kedalam liang kewanitaanku yang kini sudah tidak perawan lagi.Beberapa saat kemudian ia membelai belai klitorisku.Aku semakin tak kuasa menahan setiap gerakan jarinya.Aku sudah mulai terbakar birahi lagi. Mukaku kembali memerah dan keringat ku kembali timbul,karena aku merasakan tubuhku tidak dingin ,kini sudah panas karena birahi.
Tanpa menunggu aba aba lagi, Pak Ali beranjak bangun dari posisinya yang menyamping dariku saat itu.Ia lalu menyingkirkan selimut yang menutupi kami saat itu.Kini tubuhku dan Pak Ali sudah sama terbuka.Ia berusaha membuka kedua pahaku kembali dan memposisikan tubuhnya tepat diantara pahaku.Aku tahu ia kembali ingin menghabiskan malam itu denganku dengan melakukan hubungan badan kembali.Aku yang kini sudah merasakan tidak ada lagi yang akan aku pertahankan dan semua sudah terlanjur basah. Kini aku cenderung menurut apa yang akan ia lakukan. Malah kini aku juga membantunya untuk lebih membuka kedua pahaku untuk di masukinya.Meski rasa perih dan nyilu masih terasa,namun aku sudah tidak memperdulikannya. Kini kami sudah berhadap-hadapan, siap untuk melakukan persenggamaan.Bertahap dan penuh kehati-hatian Pak Ali mulai mengarahkan kemaluannya ke dalam rahimku.Aku kini merasakan sensasinya amat dalam.Kini aku sudah tidak terpaksa lagi.Awalnya hanya kepala kemaluannya yang menyentuh bibir liang sanggamanku,lalu berangsur semuanya.Aku kini merasakan sentuhan kemaluan pak Ali masuk kedalam rahimku.Gerakannya maju mundur dan teratur.Ia kini tidak terlalu tergesa-gesa seperti saat ia pertama kali menjebol rahimku.Kali ini begitu penuh perasaan dan kelembutan.Ia terus memandangi mataku, aku jadi malu sehingga kupejamkan mataku ini. Lalu gerakannya kembali berangsur cepat dan cepat. Aku merasakan ada sesuatu yang akan meledak di dalam kewanitaanku. Aku berusaha menahan rasa itu hingga tanpa bisa aku halangi, kini malah tubuhku serasa mengejang dan otot-oto diseluruh persendianku mengeras.Aku mendapatkan orgasmeku,namun Pak ali masih saja tetap masih dalam gerakan memompa semakin cepat.Tangannya tak tinggal diam sambil meremas kedua payudaraku.Aku semakin tak bisa mengendalikan diri lagi.Aku raih bahunya, dan aku jepitkan kedua kakiku di pinggangnya.Hingga beberapa menit kemudian tubuh Pak Ali langsung mengejang dan gerakannya pinggulnya seakan mendorong kemaluannya kedalam rahimku. Ia seakan ingin memasukan kemaluannya lebih dalam lagi. Tanpa bisa aku cegah lagi, ia pun menumpahkan air spermanya dalam rahimku. Ia lalu memelukku amat erat, seakan tak mau terpisah dari tubuhku.Masih dalam keadaan berdempetan dengan tubuhku Pak Ali pun terjerembab di sampingku, juga kelamin kami terlepas.Kini kedua tubuh kami, sudah basah oleh keringat dan lendir sisa sisa persenggamaan ini.
Aku pun akhirnya tertidur bersama Pak Ali sambil berpelukan di ranjangku. Paginya aku terbangun dan sudah tidak melihat Pak Ali lagi di sampingku. Ia ternyata telah menyiapkan sarapan pagi. Pagi itu tampaknya masih turun hujan, malah tambah deras.Hingga di luar jendela aku tidak dapat melihat indahnya sawah dan pemandangan danau. Aku berusaha bangkit dari ranjang, baru saja akan menginjakkan kaki di lantai, oh…aku kembali merasakan nyilu di kemaluanku. Dengan tertatih aku berjalan keluar kamar.Lalu aku duduk di jendela ruang tengah.Dan Pak Ali datang dengan membawa nasi goreng juga dengan telur setengah matang. Ia lalu menyuruhku makan, untuk memulihkan tenagaku yang terporsir malam tadi.Dengan lahap aku santap makanan yang di masaknya itu. Memang aku sangat lapar dan lalu aku di beri susu yang di bawa dari Padang. Sehabis makan, aku lalu ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku dari sisa sisa persebadanan malam tadi. Semua lendir dan jejak jejak yang menempel di tubuhku aku bersihkan dengan sabun. Kemudian aku masuk kamar untuk mengambil pakaian.Aku agak kaget, soalnya Pak Ali,sudah berada di dalam kamarku. Ia tampak baru saja mengganti kain sprey yang sudah kotor dan ternoda darah kehormatanku. Ia kemudian membawa sprey itu ke luar kamar dan merendamnya. Tidak lama kemudian ia masuk lagi ke dalam kamarku. Saat itu aku sedang duduk di depan cermin sambil memoles wajahku.Ia pun dengan berani memegang bahuku.Aku kaget dan agak kesal padanya yang seenaknya masuk kamarku dan meraih bahuku. Ia diam dan malah memandang mataku dalam-dalam. Dan dengan sedikit gerakan saja, aku sudah berhasil di baringkannya di ranjangku. Ia lalu menciumi rambutku yang masih basah karena keramas. Iapun sedang berusaha untuk melepaskan busana ku.Aku seakan tak berdaya, menolaknya.Dan akhirnya di pagi hari itu, kami kembali mengayuh kebersamaan ragawi bersama.Aku beberapa kali mengalami orgasme. Tubuhku seakan semakin mampu membalas perlakuannya. Kini tak ada lagi rasa sakit di kewanitaanku saat bersebadan.Aku pun tak malu malu lagi memegang alat kelaminnya yang masih kokoh itu.
Hingga selama dua hari aku di kampungku, aku tak melewatkan kesempatan bersenggama dengan Pak Ali. Dan selama itu juga,aku tidak sempat memakai celana dalam dan hanya rebahan di ranjang. Sepulang ke Padang, aku mengantarnya kerumah orangtuaku.Aku lalu terus ke rumahku. Siang itu, aku memeriksa laporan anak buahku.Aku lalu mandi dan tidur siang itu.Setelah beberapa hari lamanya, aku tetap menjalankan rutinitas pekerjaan seperti biasanya.Juga aku menghubungi suamiku yang masih tiga minggu lagi pulang.Aku juga sempat menghubungi kedua orangtuaku, rupanya orangtuaku rencananya akan terus ke Bali tempat kakakku yang perempuan.Aku semakin didera rasa kesepian.Terkadang dimalam hari,aku ingat kejadian saat bersama Pak Ali.Aku mengaku sejak merasakan hubungan terlarang bersamanya aku seakan merindukan saat-saat seperti itu dan akupun mencari jalan cara agar dapat mengulangnya.Aku tentunya tidak mungkin melakukannya di rumah orangtuaku sebab ada istrinya.Lalu aku mendapatkan cara, yaitu menelpon ke rumah orangtuaku,minta ia besoknya datang,karena ada yang akan di perbaiki. Besoknya ia datang ke rumahku sendirian. Ia pun bertanya apa yang akan ia kerjakan.Dengan pura-pura aku bilang saja,atap di ruang dapur ada yang bocor kataku.Lalu Pak Ali memeriksanya dan membetulkan atap yang memang sedikit bocor. Selesai dengan pekerjaannya ia lalu memberitahuku.Saat itu aku tidak kekantor dan di rumah saja.Pak Ali seakan tahu yang aku inginkan darinya.Saat aku sedang di meja makan, ia tiba-tiba merangkulku dan menciumi bibirku.Aku yang seperti seorang musafir kehausan membalas perlakuannya itu, lidah kami seakan saling memilin.Dan kamipun berjalan kearah kamarku.Aku merebahan tubuhku di ranjang menunggunya yang sedang menutup pintui rumah dan kamar, tak lama memang,ia pun masuk kamarku.Semua pakaiannya ia lepas,lalu menaiki ranjangku.Ia lalu berusaha melepaskan semua busanaku.Kemudian kami pun saling meraba dan memberi rangsangan.Hingga aku pun bersiap siap membuka kedua pahaku dan memberinya jalan untuk menyenggamaiku.Aku kini dengan suka rela menerima hujaman kemaluan pak Ali di rahimku.Kurang lebih 10 menit ia mengayuh dan mendorong kemaluannya,barulah ia memuntahkan air kelakiannya di rahimku.Aku amat merasa puas, sebab aku juga sudah mendapatkan orgasme.seharian itu,ia memuaskan dahagaku.Dan setelah aku merasakan capai disana sini di setiap persendian tubuhku barulah kami menghentikan persenggamaan itu.
Hingga saatnya, aku telah mendapatkan apa yang tidak aku dapatkan dari suamiku.Pak Ali amat mengerti keinginanku.Ia kini rutin memberiku jatah seks dan akupun berusaha untuk memuaskannya.Namun saat yang membuatku jadi heran,kenapa saat bersama Pak Ali aku tidak sampai hamil, padahal aku tidak melakukan proteksi atau apapun juga. Kini aku terus melakukan kehidupanku dengan dua orang suami yang memang aneh jika diketahui dan lihat orang lain. Terkadang aku sering pulang ke Maninjau hanya berdua dengan Pak Ali. Dan sudah bisa ditebak,bahwa selama di Maninjau kami mereguk sepuasnya kenikmatan badani dan aku merasakan amat puas. Aku semakin larut akan belaian dan haus akan hujaman kemaluan Pak Ali yang cukup membuat liang kewanitaanku terasa penuh. Setiap setelah bersenggama aku merasakan tubuhku kembali segar dan segala beban pikiranku seakan musnah. Kini aku semakin tak mau melepaskan saat saat bersama Pak Ali. Aku sudah memiliki orang yang bisa menutupi kekurangan suamiku. Ia bukanlah orang lain dan juga aku yakin akan terjaga kerahasiaanya. Aku semakin tidak malu lagi untuk mengajak pak Ali untuk tidur di rumahku. Aku semakin tidak peduli terhadap statusku yang seorang istri dan Pak Ali yang adalah pembantu keluargaku. Kini kehidupanku semakin tak beraturan. Disaat suamiku berada di tempat kerjapun aku masih mencuri curi waktu untuk mereguk kenikmatan ragawi bersama pak Ali. Memang hampir masuk 4 bulan ini, aku dan pak Ali selalu melakukan hubungan badan paling kurang 2 kali seminggu.Hingga perbuatan kami itu akhirnya membuahkan hasil. Aku tidak menyangka diriku hamil, memang selama ini selama bersebadan pak Ali selalu menumpahkan spermanya didalam rahimku. Saat itu aku merasakan tamu bulananku tidak kunjung datang padahal biasanya teratur.Akupun merasa akhir-akhir ini sering merasa malas-malasan dan terkadang mual-mual.Dengan alat test kehamilan yang aku beli di sebuah apotik, aku mencoba mengetahuinya. Dan…aduh alangkah kagetnya, memang aku positif hamil.Besoknya tanpa sepengetahuan suamiku aku periksakan diri ke dokter kandungan sekedar mengetahui keadaanku.Dan lagi lagi dokter membenarkan aku sudah mengandung 1 bulan, lebih gawatnya lagi itu benar benih Pak Ali. Aku khawatir bagaimana cara memberitahukannya pada suamiku.Alangkah hancur hatinya jika mengetahui aku hamil oleh pembantuku itu. Suamiku pasti akan marah besar dan amat menyalahkan aku.Aku semakin tersudut saat itu.Apa alasanku padanya untuk membela diri dan yang pasti aku telah secara terang-terangan mengkhianatinya.Juga aku telah melanggar janjiku disaat malam pengantin kami dulu bahwa aku tak akan meninggalkannya apapun alasannya.
Dan saat tiba dirumah,aku mencoba merenungkan apa yang akan terjadi pada kehidupan perkawinanku ini.Senja itu suamiku pulang dari kantor dan dengan hangat aku bukakan pintu rumah.Dengan sedikit memberiku sun sayang ia lalu berlalu ke kamar untuk mengganti baju kerjanya, sedang aku mengikutinya dari belakang kekamar.Lalu iapun masuk kamar mandi untuk mandi sore karena tubuhnya terasa amat penat.Sedang aku menyiapkan baju ganti untuknya senja itu.dan setelah mandi kamipun beranjak ke ruang makan dan aku telah menyiapakan makan malam untuknya.Dengan sedikit bincang-bincang seperti biasanya, kamipun makan berdua. Namun tiba-tiba rasa mual mengganggu aku. Aku berlari ke wastafel yang berada di dekat dapur lalu muntah-muntah dan merasa tidak kuat aku lalu masuk kamar mandi.Merasa sudah agak baikan,aku lalu keluar kamar mandi dan kembali ke ruang makan.Suamiku amat mengkuatirkan kesehatanku.Dia menyangka aku masuk angin saja.Lalu ia dengan cepat mengakhiri makannya.Ia lalu membopong aku kekamar dan membaringkan tubuhku yang agak lemah ini. Setelah aku rebahan di ranjang, suamiku berusaha untuk memijiti tengkukku dengan minyak angin.Ia mencari cari minyak angin, namun aku beri tahu ada di dalam tas aku.Ia lalu berusaha mencarinya, namun sebelum mendapatkan minyak angin ia malah membaca hasil diagnosa dokter yang menerangkan kehamilan ku ini.Dan dengan amat kaget ia menanyakan padaku tentang surat dokter itu.
“Ri…!ini surat siapa!� katanya sinis.
Aku hanya diam membisu,dan tak berani menatap matanya.Ia lalu membentakku, “Hei, Ri!ini hasil diagnosa siapa?!� Aku lalu menangis dan berusaha memeluknya.Namun ia dengan cepat menghindar.Dengan marah yang amat sangat ia mencerca aku malam itu dengan berbagai pertanyaan tentang kehamilanku, juga dengan siapa aku berbuat itu semua. Dengan terpaksa aku pun mengakui dan minta maaf padanya.Aku juga menerangkan dengan siapa aku bersebadan hingga membuatku hamil. Suamiku lalu terduduk lesu di atas ranjang. Dengan amat sedih ia amat menyesali pengkhianatanku ini dan amat menyalahkan aku.
Dalam situasi saat itu, meskipun ia amat marah besar padaku, ia masih bisa menahan amarahnya.Aku tidak di apa apakannya, dia tidak melakukan tindak kekerasan padaku.Ia bisa mengontrol kemarahannya.Dengan terduduk lesu,ia lalu mengakui semua itu memang andil kesalahannya juga.
Aku serasa tidak kuat melihat penderitaannya dalam kesedihan saat itu.Aku lalu memintanya untuk menceraikan aku.Namun ia menggeleng dan memberikan alasan yang amat kuat.Jika ia menceraikan aku,maka ia kuatir rahasianya akan terbongkar,baik kepada orangtuanya dan orangtuaku,itu akan dapat membuatnya semakin hancur.Itulah alasan suamiku disaat aku minta agar ia rela menceraikan aku yang telah berbuat kesalahan ini.Ia lalu memberiku kesempatan untuk bersama sama dengannya untuk membesarkan janin yang aku kandung saat itu.Suamiku pun sempat bertanya padaku apakah Pak Ali sudah aku beri tahu.Aku memang belum sempat memberitahu Pak ali saat itu.Suamiku berharap agar Aku bisa menyimpan rahasia itu agar jangan sampai diketahui orang lain dan iapun minta agar aku mengatur pertemuannya dengan Pak Ali yang merupakan ayah dari janin yang aku kandung ini. Aku sedikit lega mendengar penuturan suamiku yang bersedia menerima anak yang bukan dari benihnya ini,kini tinggal bagiku untuk memberitahu Pak Ali tentang berita ini.Besoknya, sepulang dari kantor aku menelpon Pak Ali untuk datang kerumah karena di panggil suamiku.Dalam pembicaraan telpon Pak Ali sempat bertanya-tanya kenapa dia tiba tiba di panggil suamiku.Aku lalu menerangkan seperlunya bahwa ada yang akan dibicarakan suamiku padanya.Terdengar suara Pak Ali yang agak gugup saat aku bilang suamiku ingin bicara empat mata dengannya besok sore kataku.Dengan sedikit agak kaku ia menyanggupinya.Aku tahu Pak Ali merasa bersalah telah menggauliku selama ini dan ia belum tahu tentang kehamilanku ini.
Besok sorenya sebelum aku pulang dari kantor, Pak Ali sudah berada di depan pintu rumahku.Melihat aku datang ,ia membuka pagar rumah dan akupun memberikan kunci garase padanya untuk membukanya, sebab aku ingin memasukkan mobilku kedalam.Dia lalu memberi aba aba kepadaku untuk memasukan mobilku.Beberapa saat kemudian aku sudah membuka pintu rumah dan mempersilahkan ia masuk, meski saat itu aku lihat ada rasa canggung di sikapnya, aku juga mulai agak kaku.Kemudian sesampai didalam rumah ia sempat menanyakan padaku akan hal dipanggil suamiku.Dengan berat hati aku terangkan pada Pak Ali tentang kehamilanku ini,juga tentang terbongkarnya kisah kami itu.Saat itu aku tidak berani menatapnya,iapun demikian.Lalu ia pun memandangiku dan dengan amat menyesal menyakan bagaimana sikap suamiku.Aku menjawab seadanya, dan menyerahkan semuanya pada keputusan suamiku nantinya. Tidak lama kemudian suamiku pulang dan langsung masuk kerumah.Ia langsung masuk kamar dan mandi.Beberapa saat kemudian kamipun makan malam bertiga dengan suasana yang amat kaku.Sehabis makan dan beristirahat sejenak.Suamiku mengajak Pak Ali ke halaman belakang untuk berbicara dengannya.Aku tidak diajak untuk ikut dalam pembicaraannya itu.Sempat aku lihat mereka berdua bertengkar dan saling berargumen. Namun yang aku takutkan terjadinya tindak kekerasan diantara mereka.Syukurlah akhirnya semua kekuatiranku tidak terjadi. Mereka berdua lalu berjalan kearahku dan suamiku berjalan kedalam kamar.Suamiku sempat bilang,agar aku mengantar pak Ali pulang kerumah orangtuaku.Dengan sedikit berdandan ala kadarnya akupun mengantar pak Ali dengan mobilku kerumah orangtuaku.
Selama di perjalanan aku bertanya pada pak Ali apa saja yang dia dan suamiku bicarakan tadi.Dengan gamblang Pak Ali menerangkan semua yang dibilang suamiku.Ia berkata bahwa, memang suamiku amat kecewa pada kami berdua,namun ia juga mengakui bahwa ia tidak mampu memberikan aku nafkah bathin.Pak Alipun diberi tahu bahwa aku sudah mengandung anaknya.Sempat Pak Ali merasa gembira sebab diusianya yang sudah tua itu masih mampu membuahi seorang wanita,dan iapun juga kuatir kejadian ini akan diketahui oleh orangtuaku dan juga istri juga anak menantunya.Ia amat takut akan membuat berantakan semua yang telah terjalin selama ini.Namun sesuai kesepakatan dengan suamiku, Pak Ali tidak boleh mengambil anak itu kelak jika sudah dewasa,biarlah anak ini menjadi anakku dan suamiku. Selain itu suamiku memberi kebebasan pada Pak Ali untuk menggauliku kapan aku inginkan.Suamiku berjanji tidak akan memarahinya dan akan memberikan waktu pada kami berdua untuk berdua duaan asal jangan diketahui orang lain selain kami bertiga. Suamikupun rela jika aku disetubuhi Pak Ali,asal Pak Ali bisa menjaga rahasia suamiku itu.Mendengar penuturan Pak Ali tentang kesepakatan suamiku dan Pak Ali malam itu aku sedikit lega juga sedih.Aku lega karena suamiku tidak akan menceraikan aku sehingga kedua orangtuaku dan keluarga besar kami tidak mengetahuinya.Aku sedih,karena aku tahu suamiku akan berkorban perasaan padaku,karena akan memberi kesempatan kepada kami berdua untuk selanjutnya melakukan hubungan terlarang ini.
Tidak jauh menjelang masuk kekediaman orangtuaku, Pak Ali,meraih tanganku dan bilang agar aku bias menerima keputusan itu.Pak Ali juga sempat mengecup bibirku beberapa saat menjelang ia turun mobil.Syukurlah kaca mobilku bewarna gelap, sehingga tidak kelihatan apa yang terjadi didalam mobilku ini.Aku lalu pulang kerumah dan sambil mengarahkan stir ke jalan lain.Pak Ali sengaja tidak aku antar ke pekarangan rumah karena , aku kuatir nantinya akan di suruh ibu dan juga istri Pak Ali untuk singgah.Aku hanya titip salam saja padanya, lewat Pak Ali. Selama dalam perjalanan aku merenungkan kata kata Pak Ali tadi.Aku amat bersalah pada suamiku,dan aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menyenangkan hati suamiku. Terus terang saja aku memang amat masih mencintainya dengan seluruh hatiku,namun aku tidak dapat menghindar dari tuntutan kebutuhan batiniah yang tidak aku dapatkan dari suamiku itu.Aku merasa amat membutuhkan pemberian nafkah batin dari Pak Ali itu.Meskipun aku sadar, ia tidaklah sebanding denganku baik usia,latar belakang juga wajahnya yang kalau jujur aku akui dibawah rata-rata.Aku tidak mencintainya apapun alasannya.Cintaku telah aku serahkan pada suamiku.Semua ini hanyalah wujud keinginan bathin yang sering menderaku. Beberapa hari kemudian kehidupan aku dan suami berjalan seperti sedia kala. Dia mulai bisa menerima aku apa adanya, malah ia minta agar aku menjaga kesehatan janin yang aku kandung ini.Kehidupan seksualnya pun sering aku bantu untuk memberinya kepuasan meski tidak melalui coitus.Dan suatu malam sehabis kami melakukan itu. Suamiku bertanya padaku,apa aku ingin agar Pak Ali memberiku nafkah bathin.Aku menggelengkan kepala,sebab aku takut akan melukainya.Suamiku minta aku agar jangan kuatir lagi,ia hanya minta agar aku tetap mencintainya.Ia secara terang-terangan bilang padaku, jika aku akan bersama Pak Ali ia akan nginap di luar atau di hotel.Aku tak sadar jika suatu hari suamiku membawa Pak Ali ke rumah.Aku sempat kaget melihatnya.Lalu suamiku beralasan ada urusan keluar rumah, dan paling besok pagi ia pulang katanya.Aku tidak bisa menolak permintaan tulus suamiku itu yang akan memberiku kesempatan berdua Pak Ali.Tidak lama lalu suamiku pergi dengan mobilnya dan tinggallah aku dan Pak Ali dirumah.Ia sempat berpesan padaku agar menjaga janin yang aku kandung agar jgn sampai terganggu oleh aktifitas seks nantinya.Aku semakin terenyuh melihat perhatian suamiku yang amat dalam padaku.
Memang tidak ada lagi yang harus aku sembunyikan dari Pak Ali. Malam itu, sehabis mandi aku langsung kekamar dan mengenakan kimono tidur.Pak Ali masih di ruang tengah sambil menonton televisi.Kini sudah tidak ada lagi yang harus kami takutkan.Suamiku telah memberi lampu hijau padaku.Setelah berpakaian sepatutnya,aku belum berani keluar kamar.Ada rasa jengah dan malu saat itu.Beberapa saat kemudian,aku mendengar Pak Ali mengunci pintu depan dan mengetuk pintu kamarku.Aku lalu membukanya dari dalam,dan menyilahkan ia masuk.Aku berpikir saat itu,aku seperti penganten yang akan melaksanakan malam pertama.Masih aku lihat wajah Pak Ali yang sedikit tegang saat itu.Aku juga merasa sedikit tegang dan agak gugup sebab ini adalah saat pertama kali kami akan berhubungan dengan izin suamiku. Kemudian aku pun duduk di pinggir ranjangku. Pak Ali berusaha menutupkan pintu dan menguncinya. Ia berjalan kearahku dan duduk disampingku.Tanganku diraihnya dan diciuminya.Tampak keringat dingin muncul di kerutan keningnya yang mulai keriput itu.Sesaat kemudian ia raih daguku dan di ciuminya bibirku beberapa saat. Aku menerima semua itu, meski ada bau nafasnya yang beraroma rokok .Namun aku berusaha mendiamkannya.Aku menerima kuluman bibirnya di mulutku beberapa saat. Tanpa disuruh lagi tangannya mulai melakukan usaha melepaskan kancing kimono tidurku.Mulai dari atasannya yang terlepas hingga bra ku yang berwarna krem mulai meninggalkan tubuhku.Aku hanya merasa jengah dengan pandangan mesra Pak Ali pada titik sensitifku ini.Aku lalu berusaha menutupinya dengan kedua tanganku sambil menyilangkan kedua lenganku.Meskipun aku dan Pak Ali sudah berkali kali melakukan hubungan badan namun saat aku melakukan dengan izin suamiku ini membuatku serasa malu sekali.
Masih dalam keadaan bertelanjang dada aku hanya mampu menundukkan mukaku tidak berani memandang mata Pak Ali yang saat itu sedang memilin dan mengelus kedua bukit payudaraku.Rasa geli,nikmat dan sedikit hangat membuatku semakin tak tahan.Tanganku lalu meraih kepalanya yang sudah memutih itu.Aku menekan kepalanya agar mencekoki payudaraku seakan jangan lepas.Sambil melepaskan kepalanya dari belahan payudaraku Pak Ali lalu menuju kearah bibirku.Dengan sedikit ragu aku terima kuluman bibirnya yang kasar itu.Aku memicingkan mataku disaat kedua mulut kami bertaut.Dengan hati hati aku lalu direbahkan Pak Ali di ranjang.Aku menurut saja saat direbahkannya di bantal yang berada dibawah kepalaku.Ia lalu berjalan menjauh dan mematikan lampu yang menerangi kamarku dan menghidupkan lampu tidur yang berada di samping ranjangku.Kini redupnya cahaya lampu telah menimbulkan suasana romantis diantara kami.Kemudian Pak Ali melepaskan bajunya juga celana panjang yang melekat di tubuhnya. Dengan hati yang berdebar aku menunggunya melepaskan penutup terakhir yang berada di bawah perutnya itu. Tampak olehku kemaluannya menggantung loyo namun panjangnya melebihi milik suamiku.Aku baru kali ini sempat memperhatikannya disaat loyo, sebab selama ini aku tahunya hanya pada saat ia akan memasuki tubuhku.Padahal semua itu telah berulang ulang kami lakukan. Kemudian Pak Ali menaiki ranjang yang aku tempati ini.Ia pun membelai rambutku,bahuku, dan lalu buah dadaku yang terbuka.Mukanya lalu merunduk dan menjilati lingkaran payudaraku dan sesekali mengigitnya dengan lembut.Aku tersedak merasakan dibakar birahi yang mulai naik.Kemudian ia berusaha melepas celana tidurku.Tanpa kesulitan karena kubantu melepasnya,celana itu pun jatuh ke bawah lantai kamarku. Kini aku hanya tertutup celana dalam putih saja.tanpa menunggu lama iapun melepaskan penutup terakhir di daerah sensitifku itu.Kini aku sudah tidak mengenakan apa apa lagi kecuali, seuntai kalung mas putih dan gelang rantai juga cincin perkawinan yang masih melekat di tubuhku.
Aku meraih selimut yang ada di ranjangku untuk menutupi ketelanjanganku.Kini tubuhku telah tertutup selimut dan lalu Pak Alipun masuk kedalam selimut itu.Ia lalu meraba bawah perutku dan memasukan jari tangannya kedalam liang kelaminku.Aku kegeliandan mencoba menahan geraklaju jarinya itu,namun usaha tanganku itu di tangkap tangan Pak Ali.Aku semakin kegelian dan mendesah.Aku tidak bisa berbuat apapun, tahu-tahu ia menjilati permukaan kulit leherku, lalu turun ke buah dadaku dan diam beberapa saat.Dengus nafasku semakin berat dengan beban nafsu yang semakin menjadi jadi, ditambah rasa geli disetiap permukaan pori-pori tubuhku.Bibirnya terus turun dan sampai di perutku hingga pangkal pahaku.Beberapa saat lidahnya masuk kecelah sempit di liang kemaluan aku.Aku semakin menghentak dan merapatkan pahaku,namun tak bias karena terganjal kepala Pak Ali.Aku semakin tak tau apa yang akan aku lakukan, gairah birahiku semakin menggila hingga sampailah aku orgasme.Aku menarik kain sprey tempat tidurku dan menariknya.Kepalaku aku tengadahkan keatas seakan tidak ingin orgasme ini berhenti.Lalu tubuhku melemah dan semua pori pori kulitku mengeluarkan keringat yang cukup banyak hingga kulitku yang putih seakan mengkilap.Pak Ali menelan semua sisa sisa air cintaku yang merembes di liang kemaluanku tanpa jijik sedikitpun.Sedangkan selimut yang menutupi tubuh telanjang kami telah terjatuh kelantai.Aku hanya bisa menutupkan kelopak mataku dan beberapa saat hanya nafasku yang berat meresapi saat saat kepuasan yang sempurna yang aku dapatkan dari Pak Ali untuk kesekian kalinya. Pak Ali lalu turun dari ranjang, dan duduk di kursi yang berada didepan kaca hiasku.Sambil melihat kerahku ia bertanya padaku apakah aku merasa puas malam itu.Aku hanya mengangguk saja dan hanya menutupkan bantal di selakanganku.Pak Ali lalu berdiri dan duduk di samping ranjangku.Ia membelai belay rambutku yang sudah kusut dan dengan tangannya ia hapus keringat yang berada di dahi dan pipiku.Setelah itu, ia bangkit dan naik lagi keatas ranjang.
Dengan bersuara setengah berbisik ia bertanya padaku apakah aku bersedia untuk bersebadan dengannya malam itu.Dan dengan bisikan pula aku bilang aku siap namun kuminta agar ia jangan terlalu bernafsu karena kasian janin dalam rahimku akan terganggu pintaku.Dan tanpa aku minta lagi Pak Ali mulai membelai-belai dadaku ingin memancing gairahku lagi. Tak lama kemudian, akupun sudah merasa siap untuk melakukan persetubuhan dengannya.Aku sadar ia sudah naik juga birahinya terlihat dari tegaknya dengan jantan kemaluannya siap masuk kedalam rahimku. Perlahan ia sibakkan kedua pahaku agar terbuka, lalu memposisikan kemaluannya sejajar dengan liangku. Dengan perlahan dan pasti,tiang kokoh milik Pak Ali mulai memasuki gerbang kenikmatanku. Gerakan menusuk dan menarik ia lakukan perlahan lahan hingga birahiku semakin naik. Gerakannya lambat namun amat terasa pergeseran alat kelamin kami.Agak lama memang dan tiba-tiba aku seakan merasa ada yang membuatku histeris dan menarik kepala Pak Ali di sela-sela dadaku.Aku juga melingkarkan kedua kakiku di pinggulnya.Dan tibalah saat aku orgasme untuk yang kedua kalinya malam itu.Pak Ali masih belum mencapai klimaks,ia terus saja menghujamkan kemaluannya kedalam liang kelaminku.Tidak lama kemudian barulah ia menumpahkan spermanya didalam rahimku.gerakannya semakin cepat dan rasa hangat spermanya seakan menambah penuh liang kemaluanku.Tidak mulai melambat dan berhenti diatas tubuhku.Pelukannya semakin melemah dan mengelosor kesampingku.beberapa saat kemudian Pak Alipun tertidur dan tangannya masih berada diatas dadaku.Malam ini adalah malam pertama kami berhubungan badan seizing suamiku.Dan disaat subuhpun Pak Ali terbangun dan kembali menggauliku dan selanjutnya ia minta izin tidur di kamar lain di rumahku ini.
Semenjak adanya izin dari suamiku untuk selalu bersama Pak Ali, aku semakin salut akan pengorbanan suamiku.Aku sangat mencintainya,namun kini rasa cintaku tetap utuh pada suamiku. Akupun sering membantunya untuk klimaks dengan tangan kadang dengan mulutku.Dan di hari-hari yang ditentukan Pak Ali selalu dibawa suamiku ke rumah. Ia berharap aku untuk dapat melakukannya hanya dengan Pak Ali sebab ia sudah tahu seluk-beluk dan asal-usul Pak Ali.Akupun diultimatum oleh suamiku untuk tidak berpaling dari dia dan Pak Ali. Dan selama aku hamil ini aku tetap melakukan hubungan badan dengannya hingga kehamilan memasuki bulan kelima. Saat itu barulah aku dilarang oleh suamiku, ia kuatir akan kandunganku akan terganggu. Kini anak itu telah lahir, seorang bocah laki-laki yang lucu, ia mewarisi mata dan mulutku, namun bentuk wajahnya mirip dengan ayah biologisnya, Pak Ali. Walau demikian Bang Ardi tetap menyayangi anak itu, terlebih orangtua kami.
“Aduh ini anak lucunya, tapi kok…gak ada yang mirip kamu Di!� demikian kata ibu mertuaku ketika pertama kali bertemu anak itu.
Kata-kata ibu mertuaku itu tentu hanya bercanda, tapi Bang Ardi sempat termenung sejenak lalu menjawab, “Hahaha…ibu ini bisa saja, nanti liat deh kalau sudah besar pasti yang ikut saya itu sifatnya!� aku dapat melihat senyum terpaksa di tengah kelakarnya sehingga kugenggam erat telapak tangannya. Hubungan gelapku dengan Pak Ali tetap berlanjut, namun ia hanyalah sebagai mesin untuk memenuhi kebutuhan biologisku yang direstui Bang Ardi, selebihnya aku tetap mencintai suamiku.,,,,,