Cerita Ngentot Malam Jum’at

 

Sebuah cerita pendek tapi lucu tentang kehidupan Zuck dan Linn pasca pernikahan. Semoga teman-teman pembaca setia blog ini bisa terhibur, bisa tertawa terbahak-bahak, atau paling tidak bisa senyum-senyum sendiri. Jangan lupa tutup pintu dan jendela, karena kalau ke-gap orang lain kita sedang senyum-senyum sendiri, akibatnya kita bisa dikira tidak sehat. Kalau sudah yakin aman, selamat membaca.
Ruang tamu sebuah rumah kecil yang sederhana. Malam itu malam jum’at, yang bertepatan dengan peringatan 40 hari menikahnya mereka. Linn terlihat sedang menyetrika pakaian, sementara Zuck yang melipat dan menyusunnya ke dalam lemari.
Begitulah mereka sehari-harinya, berusaha kompak di setiap kesempatan dan kegiatan. Kalau Linn belanja ke pasar, Zuck yang bertugas membawa barang belanjaan. Saat masak, Linn yang mengulek bumbu, Zuck yang bagian mengirisi sayuran atau marut kelapa. Begitu juga ketika makan, Linn yang mengunyah makanan, sementara Zuck yang menelan. filmbokepjepang.com

“Ternyata semua tetek bengek rumah tangga, kalau dilakukan bersama-sama terasa ringan dan menyenangkan ya, Mas?”

“Yaiyalah, Sayang. Tapi menurutku kamu jangan terlalu sibuk deh…

“Lho memangnya kenapa?”

“Nanti kamunya capek. Aku saja males mikirin tetek bengek rumah tangga, mending mikirin tetek kam…

“Heh!” Linn mendelik. Menodongkan setrikaan panas.

Zuck tertawa tanpa suara. “Udah deh, yuk. Nyetrikanya dilanjutin bulan depan aja. Capek…”

“Tinggal dikit lagi lho ini, Mas.”

“Mangkanya jangan dihabisin. Udah tau tinggal dikit. Pengiritan, Sayang, pengiritan…” Zuck mencabut colokan setrika. Lalu menarik tangan Linn, dibawanya duduk di sofa.

“Apaan sih?” Linn akhirnya hanya pasrah saja menuruti kemauan Zuck.

“Pinjam handphonenya bentar dong, Sayang. Mau update status facebook: ‘Mau bobo sama istri’, hihihii…”

Tanpa menunggu persetujuan, Zuck langsung mengambil ponsel Linn dan segera log in akun facebooknya, tapi ternyata tidak bisa. Dicoba sekali lagi. Masih juga tidak bisa. Entah kenapa. filmbokepjepang.com

“Duh. Susah banget, Beb, masuknya..

“Coba diludahin, Mas,” usul Linn sambil mengedip genit.

“Cuih!” Zuck meludahi ponsel Linn.

“Ya Alloh, hapekuu! Hapekuu!” Linn meratapi hapenya. Diraihnya bantal sofa, dilemparkan ke arah Zuck.

“Haha!” Zuck menghindar, sambil tertawa ia berlari ke kamar. Ia berharap Linn akan mengejar. Tapi apa, sudah hampir 10 menit ternyata Linn belum juga menyusul.

“Sayang…” Zuck memanggil-manggil.

Tak ada sahutan. Hening. Zuck yang penasaran akhirnya keluar kamar. Dicarinya Linn di ruang tamu, dapur, kamar mandi, di atas genteng, tapi Linn tidak ada.

“Sayang, kamu dimana? Tadi tuh ngeludahnya nggak beneran. Cuma suara doang. Duh, kamu ini. Ayo dong keluar. Gak lucu tau udah suami istri gini masih main petak umpet?”

Tetap hening.

“Okay, kuhitung sampai tiga nih, kalau masih nggak mau keluar juga, kuhitung sampai seribu!” Zuck mengeluarkan ancaman serius.

“1, 2, 3, 4, 5….” Zuck mulai menghitung.

Linn yang bersembunyi di belakang lemari ngikik dalam hati. Hihihi. Rasain!

“993, 994, 995, 996, 997….” Zuck mulai lelah mengitung, tapi Linn belum juga mau menampakkan diri.

Zuck tidak kehabisan akal. Dengan gesit dia mematikan seluruh lampu. Seisi rumah tiba-tiba gelap gulita. Dan taktik itu cukup berhasil.

“Maass!” Linn berteriak ketakutan.

“Hahaha..” Zuck buru-buru kembali menyalakan lampu. Terlihat Linn berdiri merengut di sudut ruangan. Sambil tersenyum, Zuck melangkah menghampiri istrinya itu.

“Jahat banget,” Linn merajuk.

“Jahat kenapa sih?”

“Masih nanya lagi. Gelap tau nggak sih Mas. Mana malam jum’at..”

Kedua tangan Zuck memegang kepala Linn. Ditatapnya dalam-dalam. “Seperti itu juga rasanya kalo kamu jauh dariku, Sayang. Gelap.”

“Gombal!” Linn buang muka.

“Duarius, Sayang, haha” goda Zuck mengacak-ngacak rambut lurus Linn.

Linn tergadah, menatap wajah Zuck yang 7 centi lebih tinggi dari dirinya. Disentuhnya wajah itu penuh perasaan. Zuck mendorong tubuh Linn, dipepetkannya ke dinding. Pelan tapi pasti wajahnya mendekati wajah Linn, yang sudah menanti berdebar sekaligus tak sabar. Semua titik diserangnya, kening, kuping, bibir, semuanya. Tangan kiri memegang kepala belakang Linn, sementara tangan kanan sudah seperti lagunya Ayu Ting Ting, kemana kemana kemaana.

“Kok rambutnya kamu jadi enggak lurus gini sih, Sayang?”

“Aduh, Mas. Kayaknya kamu salah pegang rambut deh ah. Rambut ketek atau rambut apa?” rintih Linn.

“Ah sudahlah…” Zuck sebodo amat dan meneruskan kegiatannya.

Linn menggeliat.

“Kenyal…” Zuck berbisik lembut.

Linn merangkul erat. “Kurawat Mas, biar Mas-nya sayang terus sama Linn…

“Oh yah?”

“Iyah. Kan pribahasa bilang ‘tak kenyal maka tak sayang’?”

“Hsshahh..”

Related posts