CERITA MASA LALU ISTRI
PERKENALAN
Sebelumnya, untuk diketahui bahwa cerita ini hanyalah karangan semata. Cerita ini murni imajinasi si penulis. Penulis buat untuk agan-agan di forum ini yang selalu rindu dengan cerita-cerita dewasa.
.
Hai, perkenalkan namaku Faris. Aku berumur 32 tahun dan bekerja sebagai seorang teknisi di pabrik. Istriku bernama Ajeng, seorang ibu rumah tangga yang punya usaha menjahit. Umur istriku selisih tiga tahun lebih muda. Aku sudah dikaruniai seorang anak.
Aku dan istriku bertemu di salah satu komunitas. Kami sama-sama tergabung di dalamnya. Dari pertemuan itu, kami sepakat pacaran dan kemudian menikah.
Kehidupan kami terbilang cukup harmonis. Tentu saja ada satu dua pertengkaran dan aku rasa itu hal yang biasa. Kehidupan seks kami juga harmonis. Itu karena kami lakukan atas prinsip keterbukaan. Kami tak boleh segan untuk mengatakan apa yang kurang dari masing-masing. Bahkan kami juga tak pernah malu menceritakan kehidupan seks kami sebelum menikah.
Kami sudah sama-sama pernah menceritakan kisah kami. Ajeng bisa menerima. Begitu juga denganku atas ceritanya. Kali ini, aku akan membagikan kisah kehidupan seks istriku di masa lalu. Cerita ini sesuai dengan apa yang disampaikan istriku.
***
Menurut pengakuan istriku, dia punya kehidupan seks dengan tiga mantan kekasihnya. Mantan pertama, dengan teman KKN-nya. Kedua, dengan teman kuliahnya. Tiga, dengan teman kerjanya. Mantan ketiga inilah yang mengambil keperawanan Ajeng. Ya, ketika menikah denganku, dia sudah tidak perawan. Dan, aku sudah mengetahuinya. Kenapa aku menerimanya? Aku berpikir, kenapa menilai kesucian wanita hanya dari keperawanan semata? Lagipula, aku juga pernah memerawani mantanku juga.
Mari simak kisahnya. (Penceritaan dibuat seolah-oleh Ajeng sedang bercerita kepadaku.
…
Begini, Mas. Saat itu aku berada di semester 6. Saat itu aku tengah menempuh mata kuliah KKN. Universitasku menempatkanku di salah satu desa di kabupaten tetangga. Desa itu berjarak 30 KM dari pusat kota dan berada di kaki gunung. Aku bersama 11 teman lainnya yang berasal dari jurusan yang berbeda-beda.
Kami tinggal di sebuah rumah yang disediakan oleh Kades setempat. Rumah itu hanya saja tak punya kamar mandi. Kamar mandi hanya terbuat dari anyaman bambu biasa sebagai dindingnya. Namun airnya langsung berasal dari mata air setempat.
Dari sebelas teman itu, Mas, ada satu yan memikat hatiku. Namanya Niko dari jurusan matematika. Wajahnya tampan. Dia tidak tinggi mungkin hanya 165 cm saja. Badannya juga ideal. Dia sangat baik dan supel.
Singkat cerita, Mas, aku dan Niko mulai dekat. Kami mulai sering bercanda bersama dan kadang juga saling cerita. Mulai dari urusan kuliah sampai asmara.
Oh ya, Mas, saat itu aku juga sedang dekat dengan teman kuliahku. Namanya Aldi (mantan keduanya nanti). Namun karena KKN, kami jadi jarang berhubungan dan jadi renggang.
Aku merasa mulai ada getaran lain pada Niko, Mas. Baru setelah kurang lebih tiga minggu di tempat KKN, aku mulai merasa yakin. Dan kurasa Niko juga demikian.
Saat itu sore hari, aku pergi jalan-jalan bersama Niko ke sebuah bukit. Kami menaiki motor ke sana. Suasana bukit saat itu sedang sepi. Hanya kami berdua. Kami memilih duduk di bawah sebuah pohon, Mas. Saat itu Niko memintaku duduk sambil menyandar ke dadanya. Semantara dia memelukku. Kemudian, yang membuatku terkejut, dia memalingkan wajahku untuk menghadapanya. Sedetik kemudian, bibirnya sudah menempel di bibirku.
Aku kaget, Mas. Aku menarik bibirku. Tapi sorot mata Niko membuatku luluh. Dia kembali menggapai bibirku dan mulai menciumnya. Awalnya aku hanya diam saja, Mas. Tetapi libidoku memaksaku untuk ikut menikmatinya. Aku pun membalas ciuman Niko. Kami lalu mulai melumat satu sama lain.
Ciuman itu makin panas, Mas. Lidah kami saling terpaut. Kami terus saling memagut. Pelukan Niko juga makin erat, Mas. Tubuhku didorongnya makin menempel ke tubuhnya. Dadaku otomatis menempel di dadanya, Mas. Mungkin itu tujuan Niko.
Ciuman itu agak lama. Sebelum akhirnya, aku yang menghentikannya.
“Niko…” ucapku.
“Apa ini belum cukup untuk kita?” katanya.
Ya, semenjak itu aku tahu, Mas, bahwa kami saling jatuh cinta. Ciuman itulah yang mewakilkannya. Cersex Dewasa
Ciuman itu makin mempererat hubungan kami. Teman-teman yang lain juga ada yang menebak bahwa kami sudah pacaran. Namun, kami menanggapinya biasa saja.
Hubungan itu juga mengantarkan kami pada tindakan-tindakan seksual kami. Selain ciuman, kami juga mulai berani melakukan hal yang lain.
Siang itu, kami ada progam sosialisasi ke dusun-dusun. Kami dibagi dua kelompok, Mas. Aku dan Niko tergabung dalam satu kelompok yang sama. Saat sedang melakukan sosialisasi, tiba-tiba perutku sakit, Mas. Sepertinya aku telat makan waktu itu. Akhirnya, Niko mengantarku pulang setelah membeli obat dan makanan terlebih dahulu.
Aku lalu tidur di kamar. Sebelum kembali, Niko memastikan aku sudah makan dan minum obat.
“Nik, makasih ya.” Kataku.
Niko hanya mengangguk. Kami berdua lalu terdiam, saling memandang. Entah karena apa, Niko lalu menunduk dan mencium bibirku. Kami kembali berciuman.
Saat ciuman itu makin panas, tangan Niko kurasakan bergerak ke arah payudaraku. Namun aku menurunkannya. Tapi kemudian dia kembali lagi. Lalu, aku turunkan lagi. Itu bolak-balik kami lakukan sampai akhirnya Niko, dengan kekuatakannya menahan halauanku. Dia pun dengan leluasa meremas-remas payudaraku. Aku hanya biasa pasrah dengan keadaan itu.
Ciuman Niko lalu turun ke leherku. Dia mulai mengendus dan menciuminya. Namun, untung saja aku berhasil mencegahnya, Niko berusaha melakukan cupang. Aku tidak mau karena itu akan meninggalkan bekas merah.
Tapi, sebagai gantinya dia memaksa memasukkan tangannya ke dalam kaosku. Aku semula menolak, namun lagi-lagi dia berhasil. Ia lalu meraih payudarku, Mas, yang masih terbungkus BH. Dia mulai meremas-remas secara bergantian. Sementara bibirnya kembali mencium bibirku.
“Nik, sudah. Nanti ketahun.” Kataku setelah menarik bibirnya. Namun masih kubiarkan tangannya di balik kaosku.
“Sebentar lagi.”
“Sudah.”
Dia kembali memaksa menciumku, Mas. Namun aku menolak. Aku juga mengeluarkan tangannya dari balik bajuku. Niko akhirnya menurut. Ia pun kembali ke dusun bergabung dengan yang lain.
Kau tahu, Mas, setelah Niko pergi, aku meraba celana dalamku. Aku basah, Mas.
Kejadian serupa juga pernah terjadi di salah satu kebun warga. Saat itu, pagi-pagi sekali, aku dan Niko jalan pagi. Kami melewati kebun-kebun warga. Lalu saat melewati sebuah kebun yang sangat sepi (di kanan kiri pohon Sengon) Niko langsung menarik tanganku. Aku semula tak tahu dia akan melakukan apa.
Tapi dia membawaku bersandar pada salah satu pohon. Lalu dia pun mulai mencium bibirku. Aku seperti tersihir olehnya, Mas. Aku begitu saja menerima ciumannya dan bahkan membalasnya pula.
Ciuman itu terus saja berlangsung tanpa kami takut akan ketahuan. Barangkali nafsu telah membutakan semuanya, Mas. Kini tangan Niko kembali mencoba masuk ke dalam kaosku. Aku mencegahnya lagi. Namun cegahanku hanya sekali saja. Setelahnya aku biarkan saja tangannya masuk ke dalam payudaraku. Aku biarkan ia mulai meremas-remas kedua bukit dadaku. Ia juga mulai memainkan putingnya sambil ciumannya di bibirku tak terlepas.
Aku sudah tak bisa memungkiri bahwa vaginaku basah karena kejadian itu, Mas. Apalagi sesuatu yang keras di selangkangan Niko mengganjal di perutku. Aku tahu itu penis Niko, Mas.
Bersambung.