Cerita Gay – Malam Yang Indah
CERITA SEX GAY,,,,,,,,,,
Kejadian tersebut betul-betul tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup.
Karena peristiwa itu adalah pertama kali saya merasakan betapa nikmatnya di setubuhi sekaligus dijadikan obyek seks oleh tiga pria sekaligus. Kondisi tempat kost saya yang sangat sederhana bahkan boleh dibilang sangat
tidak memadai membuat semua ini bisa terjadi. Walaupun begitu, saya sangat
menikmati tempat tinggal tersebut
karena selain usaha salon saya bisa
sedikit berkembang, para tetangga di
sekitar tempat saya tinggal juga dapat
menerima keberadaan saya apa adanya
tanpa ada rasa benci dan menganggap
saya sebagai makhluk yang aneh.
Mereka pada umunya sangat baik, saling
hormat menghormati dan saling harga
menghargai satu sama lain. Apa yang
bisa disumbangkan dari kepandaian yang
saya miliki, saya berikan kepada mereka
dengan cuma-cuma tanpa meminta uang
sepeserpun. Bagi saya, asal mereka
senang saya pun ikut senang. Misalnya
dalam hal merias pengantin yang sering
diadakan di tempat kami tinggal dan
juga kegiatan-kegiatan warga lainnya
seperti dalam HUT Kemerdekaan saya
pun ikut terlibat di dalamnya. Hal
tersebut membuat hubungan saya
dengan warga sekitar dapat terpelihara dengan baik.
Dengan kondisi seperti ini, saya juga
sangat bersyukur karena kebetulan
dikaruniai wajah yang cantik dan tubuh
yang seksi sehingga membuat para pria
yang pernah melihat saya akan
terkagum-kagum dibuatnya. Bahkan ada
beberapa di antara mereka yang belum
tahu kalau saya adalah waria. Namun
ada juga beberapa orang lainnya yang
terus terang ingin meminta saya untuk
mau menjadi istri atau pacarnya
walaupun mereka tahu kalau saya
adalah waria, sayangnya kebanyakan
dari mereka adalah bapak-bapak yang
sudah punya anak dan istri.
“Saya nggak mau bikin rusak rumah
tangga orang lain lho Mas…” ujar saya
suatu kali kepada Mas Kurdi yang masih
keturunan Arab itu.
Ia begitu memaksa saya untuk jadi
istrinya setelah selama dua hari
menginap di kamar saya dan merasakan
servis yang luar biasa dari saya.
“Soalnya bukan apa-apa Lin… cara kamu
melayani aku itu lho yang membuat aku
kesengsem sama kamu…” rayu Mas Kurdi
dengan nada gombalnya.
“Aku merasa jadi laki-laki yang
sesungguhnya dipelukanmu… karena
kamu sangat pandai dan sangat sabar
memberi perhatian buatku baik di
ranjang maupun tidak di ranjang…” kata
Mas Kurdi mencoba meyakinkanku.
“Iya Mas… tapi Mas Kurdi kan sudah
punya istri… nanti gimana kalau istri Mas
tahu suaminya kawin lagi… sama waria
lagi…” ujar saya meluruskan pikirannya.
“Iya betul… tapi saya nggak pernah dapat
kepuasan seperti yang saya dapatkan
dari kamu Lin…” kata Mas Kurdi dengan
terus memaksa.
Karena saya tidak mau dipaksa, akhirnya
Mas Kurdi menyerah juga. Dan sekarang
kalau libidonya sedang naik saja dia
datang mencari kepuasan birahi dari
tubuh saya ini.
Setelah menyelesaikan pekerjaan
memotong rambut dan merias wajah Bu
Henny pada pukul 18:00 sore, seperti
biasa saya langsung pergi mandi. Pada
saat masuk ke kamar mandi sebenarnya
saya tidak tahu kalau ada orang yang
sedang mengintip. Namun setelah
beberapa guyuran air saya tumpahkan
ke tubuh saya, ada suara yang
mencurigakan di atap kamar mandi.
Seketika saya kaget juga, tapi lama-lama
saya malah jadi senang karena ada yang
melihat saya mandi. Sengaja saya
melakukan gerakan-gerakan yang erotis
untuk membuat si pengintip jadi tambah
nafsu. “Ah.. ah… aaahhh…” saya
mendesah sambil memilin-milin puting
payudara saya. Kemudian saya juga
menjilati ketiak saya sendiri dan
mengangkat salah satu kaki saya ke atas
bak mandi untuk selanjutnya mulai
menusuk-nusukan jari tangan saya ke
lobang anus saya secara perlahan-lahan.
Gerakan memilin dan mengusap puting
payudara serta menusuk lobang anus itu
membuat saya jadi sangat keenakan.
Saya sendiri paling suka kalau
melakukan itu sambil mengkhayal
sedang diperkosa oleh pria yang gagah
dan ganteng serta punya kemaluan yang
agak besar. Setelah beberapa saat,
akhirnya saya tidak tahan untuk
melakukan masturbasi. Dengan nafas
yang terengah-engah karena menahan
nafsu dan kenikmatan, saya mulai
menjerit-jerit kecil “Aduh… enaaak
sekali… ahhh… aaahhh… ooohhh…
aaahh…” sampai-sampai rasa gelinya
terasa amat sangat di sekujur tubuh
yang
kemudian mengejang dan akhirnya
saya hanya dapat berteriak “Aaahh…
ssshhhssss…” dan cairan putih kental itu
pun muncrat dari kemaluan saya yang
beberapa cipratannya tampak menempel
di bulu kemaluan saya yang memang
lebat. Akhirnya saya hanya berharap si
pengintip bisa menikmati semua
pertunjukan ini.
Malam itu udara terasa sangat panas
sekali. Di luar rumah masih terdengar
beberapa orang sedang mengobrol dan
terkadang diselingi tawa dan nyanyi.
Sementara saya di dalam kamar yang
kecil ini sedang mendengarkan radio
yang sedang menyiarkan lagu-lagu
dangdut populer sambil merapikan
beberapa alat kencantikan yang telah
saya pergunakan kerja seharian. Setelah
semuanya rapi, sekaranglah waktunya
untuk merias diri sendiri pikir saya. Mulai
menata rambut saya yang panjang
sebahu, me-make-up wajah dan
memakai parfum yang bisa mengundang
birahi laki-laki. Biasanya kalau sedang
kepingin cari tambahan atau ingin cari
kemaluan buat dihisap, saya langsung
pilih baju yang seksi dan kemudian
panggil tukang becak minta diantarkan
ke lokasi mejeng. Tapi malam itu rasanya
kok malas. Mungkin karena sudah kerja
seharian jadi badan rasanya ingin
ditidurkan saja.
Ketika mencoba mau tidur, tiba-tiba pintu
ruang depan diketuk orang.
“Mbak Linda… Mbak Linda… malam
Mbak…”
“Ya malem… siapa diluar..” kata saya.
“Saya Anto Mbak… mau ngomong
sebentar boleh nggak…?” terdengar suara
Anto yang memang sudah saya kenal
memanggil saya.
“Ia Nto… sebentar ya… ada apa sih kok
malam-malam begini…” ujar saya sambil
membuka pintu.
Ternyata di luar Anto tidak sendirian. Ia
ditemani oleh dua orang laki-laki yang
belum saya kenal sebelumnya.
“Ini lho Mbak… teman saya… namanya
Giyono dan satunya lagi namanya Romli
katanya mau kenalan sama Mbak… Kalau
Mbak nggak keberatan boleh nggak
teman saya ini ngobrol-ngobrol sebentar
sama Mbak… Orangnya baik kok Mbak…”
kata Anto berpromosi sambil sedikit
merayu saya untuk segera dapat
menyilakan masuk ketiganya.
Walaupun masih lelah tapi hati saya
sebenarnya senang juga dengan
kedatangan tamu-tamu seperti mereka
ini. Selain cakap-cakap mereka juga
sangat menggairahkan. Setelah
dipersilakan masuk dan duduk tak
satupun di antara mereka yang mau
memulai bicara.
“Ayo sekarang mau ngobrol apa nih…”
kata saya.
Ditanya demikian Giyono baru berani
menjawab.
“Sebenarnya saya mau minta maaf
Mbak…”
“Lho memangnya kamu salah apa… kok
pake minta maaf segala…” jawab saya.
“Eh… eh… sebenernya gini Mbak… saya
mau minta maaf soalnya saya sama
Romli ini… tadi sore ngintip Mbak lagi
mandi…” katanya terus terang.
“Oh itu… nggak apa-apa kok… lebih dari
ngintip juga nggak apa-apa kok kalo
kamu mau…” balas saya tambah ngawur.
“Ah masa Mbak… misalnya apa Mbak…”
kata Romli yang tiba-tiba ngomong
padahal dari tadi dia cuma diam saja.
“Misalnya nih… ini misalnya ya… itu juga
kalo kamu mau lho… kamu bertiga tuh
memperkosa saya, gimana… mau
nggak…?” tawar saya kepada mereka.
“Wah kalo yang gituan sih nggak usah
ditawarin Mbak… kita ke sini emang mau
ngentot Mbak…” kata mereka hampir
bersamaan.
“Ya kalo begitu ditutup dulu ya pintunya…
dan kamu semua saya persilakan untuk
memperlihatkan kemampuan kamu
masing-masing…” ujar saya dengan
penuh semangat.
Akhirnya saya betul-betul dikerubuti oleh
tiga laki-laki itu sekaligus. Setelah dengan
paksa mereka mendudukkan saya di
sofa, mereka bertiga juga dengan
rakusnya membuka baju tidur saya
sehingga saya langsung telanjang bulat.
Karena setiap tidur saya memang tidak
pernah memakai BH dan celana dalam.
“Gile cing seksi banget nih Mbak Linda…
pantatnya bahenol banget… toketnya
bener-bener bikin gua nafsu nih…” kata
Romli sambil mengisap dan menjilati
kedua payudara saya. Sementara itu
Anto sudah menjulurkan kemaluannya
ke mulut saya dan dia juga ingin dibuat
enak. “Ayo Mbak isep Mbak kontol ini
Mbak… jilatin deh Mbak… ayo Mbak
terrruuusss Mbak… bikin Anto keluar
Mbak…” Saya mendengar
desahannya makin bernafsu untuk
mengisap dan menjilat kemaluan Anto
sampai keujung-ujungnya termasuk ke
biji pelirnya. Dan yang tidak kalah asyik
adalah kelakuan Giyono yang dengan
beringasnya mengangkat sekaligus
merentangkan kedua kaki saya dan
menjilati paha sampai ke pangkal paha
serta sasaran akhirnya yaitu lubang
pantat saya yang seksi, katanya. Saya
betul-betul kegelian dibuatnya. Setelah
beberapa menit Romli menjilati payudara,
ketiak dan perut saya, Giyono melahap
habis tempik saya serta kemaluan Anto
yang kelihatannya mau keluar. Tiba-tiba
Giyono menyuruh saya untuk tidur
telentang. “Ayo Mbak sekarang telentang
deh biar saya embat tempik Mbak ya…”
Ketika kemaluan Giyono sudah benar-
benar masuk ke tempik saya, dia
menggenjotnya dengan lincah dan penuh
semangat. Saking semangatnya tubuh
saya pun ikut bergoyang-goyang keras.
Romli juga masih sibuk mempermainkan
kedua payudara saya. “Ayo angkat
kedua tangan Mbak… biar saya jilatin
sekalian ketiak Mbak yang baunya bikin
saya pingin ngentot Mbak ini…” ujarnya
makin kesetanan. Sedangkan kemaluan
Anto semakin cepat mulut saya
mengisap maka semakin mengeras dan
membesar batang kemaluan itu di mulut
saya. Saya jadi yakin ini pasti sudah mau
keluar.
“Ayo terus Mbak… terus Mbak…
terrruuusss Mbak… aaahhssshh…
aaahhssss…” dilepasnya batang kemaluan
itu dari mulut saya dan ketika sampai
puncaknya, maninya yang asin dan enak
itu dimuncratkan kepermukaan wajah
saya dan…
“Ccrrreet… crreet… crrreeet…”
“Ah… enak juga peju kamu Anto…” kata
saya sambil menelan sisa-sisa sperma
yang meleleh dibibir dan pipi saya.
Sementar itu permainan Giyono dan
Romli makin seru saja. Bahkan jadi
semakin menggairahkan ketika tangan
Romli sekarang mulai menjamah
kemaluan saya dan mengocoknya secara
perlahan-lahan. Dan yang lebih kurang
ajar lagi, dia duduki wajah saya dengan
pantanya dan ia minta agar batangannya
juga dihisap seperti punya Anto. Saya
betul-betul tidak berdaya ketika kedua
tangan saya direntangkan ke atas dan
dipegang kuat-kuat oleh Romli sambil
batangannya dimasukkan maju mundur
di mulut saya.
“Iya gitu dong… Mbak Linda pinter banget
deh… ssshhh… ennnaaakkk Mbak…
ennaakkk Mbak… aaahhh…” hanya itu
yang keluar dari mulutnya.
Kenikmatan itu bukan hanya dirasakan
oleh Romli, saking nikmatnya Giyono pun
makin cepat gerakannya dalam menusuk
lubang pantat saya. Sambil memegang
kedua paha saya ke atas dan kadang-
kadang mencubit pantat saya dengan
gemasnya dia berujar, “Aduuhhh Mbak…
tooloong Mbak… kontol saya udah nggak
kuuuaattt… mau keluuuaarrr…” dan…
“Creeet… creet… cret… creeet…” akhirnya
air sperma yang sangat banyak itu
membanjiri lubang pantat saya.
Ketika kedua temannya sudah duduk
lemas karena keenakan “gituan”. Romli
masih terus menggenjot pantat dan
batangannya di mulut saya. Menurut
saya dia ini mainnya sangat kasar. Tapi
justru itu yang paling saya suka. Setelah
puas di mulut saya, dia pindah posisi ke
lubang pantat saya. Gerakan-gerakannya
main liar saja. Sambil bersetubuh dia
mainkan juga kemaluan saya untuk
dikocoknya dan terkadang juga dia
menggigit puting kedua payudara saya.
“Ayo Mbak kita keluar sama-sama ya…”
ujarnya penuh harap.
Setelah beberapa menit saya memang
sudah tidak tahan untuk orgasme karena
rangsangan-rangsangan hebat yang
dibuat oleh Romli di seluruh tubuh saya.
“Mbak mau keluar ya… saya juga Mbak…
sebentar… sebentar Mbak… kita sama-
sama Mbak… tuuu kaaan Mbak… wah
enaaakkk sekaaliii Mbak… saya juga
nggak tahan nih… aduuuhhh…
ahhhhsshhh… Mbaaakk saya keluaaar
Mbaaakk…” teriaknya.
Bersamaan dengan itupun saya akhirnya
keluar juga, “Aaahhh… sshhh, gigit tetek
saya dong Mas…”
“Creeet… creet… creeet…”
Ah… wah benar-benar malam yang indah
buat kami berempat.,,,,,,,,,,,,,,,,