Cerita Dewasa : Dapat Jatah Dari Sekretaris Kelas Ku
Ketika itu, sekolahku
sedang mengikuti
persiapan untuk lomba
basket HEXOS Cup. Sebagai
pemain inti tentu saja aku
mengikuti program latihan yang diberikan oleh
pelatih. Kami diharuskan
menginap di sekolah untuk
suatu latihan. Yah,
terpaksa aku menginap
juga di sekolah. Ternyata yang menginap tidak
hanya tim basket putra
tetapi juga tim basket
putri. Dalam hati aku
bersorak gembira karena
di tim basket putri di sekolahku terdapat
banyak cewek cantik.
Apalagi pakaian tim cewek
memang sangat sexy.
Memang mereka bisa main
basket, cuma yang bisa bermain bagus hanya satu
atau dua orang saja. Aku
datang ke sekolah pukul
16:00 WIB. Setelah
menaruh tasku di kelas,
aku segera bergabung dengan teman-temanku. Saat itu langit masih agak
terang, sehingga aku
masih bisa bermain di
lapangan basket yang
outdoor. Latihan berjalan
seperti biasa. Pemanasan, latihan lay-up dan
permainan. Seperti biasa,
putra dan putri dicampur.
Jadi di satu tim terdapat
3 cowok dan 2 cewek. Aku
main seperti biasa tidak terlalu ngotot. Saat itu
tim lawan sedang menekan
timku. Vinna sedang
melakukan jump shoot,
aku berusaha
menghalanginya dengan melakukan blocking. Namun
usahaku gagal, tanganku
justru menyentuh bagian
terlarangnya. Aku benar-
benar tidak bermaksud
menyentuh dadanya. Memang dadanya tidak
terlalu besar namun
setelah menyentuhnya
kurasakan payudaranya
sangat kenyal. Lalu aku
meminta maaf kepadanya. Vinna pun menerima
maafku dengan wajah
agak merah. Setelah itu
giliran timku melakukan
serangan. Lagi-lagi aku
berhadapan dengan Vinna. Aku berusaha menerobos
defend dari Vinna. Namun
tak sengaja aku
menjatuhkan Vinna dan
aku dikenai personal foul.
Aku mencoba membantu Vinna berdiri. Kulihat
kakinya berdarah, lalu
kutawarkan untuk
mengantarkannya
membesihkan luka itu.
Vinna pun menerima ajakanku. Kami pun
berjalan menuju ke ruang
guru yang jaraknya
memang agak jauh dengan
lapangan basket. Vinna
berjalan tertatih-tatih, maka kubantu ia bejalan.
Saat itu sekolahku sudah
kosong semua, hanya
tinggal kami tim basket
dan karyawan sekolah. Sesampainya di ruang
guru, aku segera
mengambil peralatan P3K.
Kubasahi luka di paha kiri
Vinna dengan perlahan.
Sesekali Vinna mendesah kesakitan. Setelah kucuci
lukanya, kuberi obat
merah dan kuperban
kakinya. Saat menangani
lukanya, baru kusadari
bahwa Vinna juga memiliki kaki yang menurutku
sangat sexy. Kakinya
sangat panjang dan mulus.
Apalagi dia hanya
mengenakan celana
pendek. Kuarahkan pandanganku ke atas.
Dadanya tidak terlalu
besar, namun cukuplah
bagi cewek berusia 17
tahun. Oh ya.. Vinna
berusia 17 tahun, rambutnya lurus panjang
sebahu, kulitnya putih
mulus, dia Asli Indo
sepertiku. Tingginya 172
cm dan beratnya kira-kira
50 kg. Tiba-tiba kudengar
erangan Vinna yang
membangunkanku dari
lamunanku. “Ada apa Vin?” kutanya
dia dengan lembut. “Kakiku rasanya sakit
banget.” jawabnya. “Di mana Vin?” tanyaku
dengan agak panik. “Di sekitar lukaku..” Kupegang daerah di
sekitar lukanya dan mulai
memijatnya. Penisku lama-
lama bangun apalagi
mendengar desahan Vinna.
Tampaknya ini hanya taktik Vinna untuk
mendekatiku. Aku pun tak
bisa berpikir jernih lagi.
Segera saja kulumat bibir
Vinna yang indah itu. Vinna
pun tak mencoba melepaskan diri. Ia sangat
menikmati ciumanku.
Perlahan, Vinna pun
membalas ciumanku.
Tanganku mulai merambah
ke daerah dadanya. Kuraba dadanya dari luar
bajunya yang basah oleh
keringat. Vinna semakin
terangsang. Kucoba
membuka bajunya, namun
aku tidak ingin buru-buru. Kuhentikan seranganku.
Vinna yang sudah
terangsang agak kaget
dengan sikapku. Namun
aku menjelaskan bahwa
aku tak ingin terburu- buru dan Vinna pun dapat
memahami alasanku
walaupun ia merasa
sangat kecewa. Kemudian
aku membantunya kembali
ke lapangan. Sebelum kembali ke lapangan aku
mencium mulutnya sekali
lagi. Kami pun berjanji
untuk bertemu di ruang
kelas IB setelah latihan
selesai. Dalam hati aku berjanji bahwa aku harus
merasakan kenikmatan
tubuhnya. Sisa latihan
malam itu pun kulakukan
dengan separuh hati. Setelah latihan, kami
semua mandi dan
beristirahat. Kesempatan
bebas itulah yang kami
gunakan untuk bertemu.
Di ruang kelas itu kami saling mengobrol dengan
bebas. Aku pun tahu
bahwa Vinna belum pernah
memiliki pacar sebelumnya
dan kurasa dia menaruh
hati padaku. Perasaanku padanya biasa-biasa saja.
Namun mendapat
kesempatan ini aku pun
tak ingin melewatkannya.
Kami pun mengobrol
dengan santai. Vinna pun bermanja-manja denganku.
Kepalanya disandarkan ke
bahuku dan aku pun
membelai rambutnya yang
wangi itu. Entah siapa
yang memulai, kami saling berpagutan satu sama
lain. Bibirnya yang hangat
telah menempel dengan
bibirku. Lidah kami pun
saling beradu.Kuarahkan
ciumanku ke bawah. Kupagut lehernya dengan
lembut sehingga Vinna
mendesah. Tanganku mulai
aktif melancarkan
serangan ke dada Vinna.
Kurasakan payudara Vinna mulai mengeras. Kusingkap
T-Shirt pink miliknya dan
terlihatlah payudara Vinna
terbungkus Triumph 32B.
Ketika aku akan
melancarkan seranganku, Vinna tiba-tiba melarang.
Kali ini dia yang belum siap.
Rupanya ia ingin
melakukannya secara utuh
denganku di suatu tempat
yang pantas. Aku pun memahami maksudnya.
Akhirnya kami hanya
berciuman saja. Keesokan harinya, kami
kembali melakukan latihan
basket. Namun Vinna
hanya melakukan latihan
ringan saja. Pukul 13:00
kami boleh pulang ke rumah masing-masing.
Kutawarkan tumpangan
kepada Vinna. Aku memang
membawa mobil sendiri ke
sekolah. Kuantarkan ke
rumahnya di sebuah jalan besar. Sesampainya di
sana, aku diajaknya masuk
ke rumahnya. Aku tahu
bahwa Vinna tidak tinggal
bersama orang tuanya.
Orang tuanya terlalu sibuk mengurus bisnis mereka.
Vinna memang anak orang
kaya. Pertama-tama aku
minta ijin memakai kamar
mandinya untuk mandi
sejenak. Setelah selesai, aku menunggu di
kamarnya. Kamarnya
cukup luas. Suasananya
pun cukup enak. Aku kini
mengerti mengapa Vinna
tak ingin melakukannya di kelas. Vinna juga sedang
mandi rupanya. Memang
cewek kalau mandi itu
agak lama. Tak lama, Vinna keluar
dari kamar mandi dengan
mengenakan T-Shirt Hello
Kitty berwarna biru muda
dengan celana pendek.
Lalu kami pun berbincang- bincang. Aku pun memuji
kecantikannya. Setelah
agak lama berbincang,
kami saling memandang
dan kami pun mulai
berciuman.Ciuman kali ini sangat kunikmati. Kuraba
dengan lembut payudara
Vinna. Kemudian kubuka
baju Vinna dan terlihatlah
BH hitam membungkus
payudara yang sangat indah. Aku termenung
sejenak lalu mulai melepas
pakaianku dan pakaiannya.
Aku sudah telanjang
sedangkan Vinna masih
mengenakan pakaian dalam berwarna hitam.
Kulanjutkan ciumanku di
dada Vinna. Vinna
melenguh perlahan
menikmati perlakuanku. Perlahan-lahan kuarahkan
mulutku di antara dua
belahan pahanya yang
mulus. Lalu kusentuh
permukaan celana
dalamnya yang sexy dengan ujung lidahku.
Badan Vinna seperti
mengejang perlahan.
Kuliarkan lidahku di celana
dalamnya. Vinna pun
mendesah nikmat karena lidahku mengenai
klistorisnya. Kulepas BH
dan CD-nya hingga
tampaklah sesosok tubuh
yang sangat indah dan
proporsional. Kembali aku mempermainkan buah
dadanya. Buah dadanya
sudah mulai menegang dan
bentuknya pun menjadi
sangat indah walaupun
tidak besar. Kugigit-gigit lembut putingnya yang
menegang keras.
Kuturunkan ciumanku ke
arah rambut-rambut halus
yang tertata rapi di
bagian bawah tubuhnya. Kucium harum khas
kemaluan Vinna. Kujulurkan
lidahku masuk ke dalam
belahan kemaluannya dan
berusaha menemukan
klistorisnya. Ketika kutemukan daging kecil
itu, Vinna mengeluarkan
desahan-desahan yang
sangat merangsang diriku.
Aku semakin bergairah
untuk merasakan sempitnya kemaluannya.
Kemaluannya terus
kulumat dengan lidahku.
Tak lama kemudian,
kurasakan kepalaku dijepit
oleh kedua belah paha Vinna. Badan Vinna mulai
mengejang, melonjak dan melengkungkan tubuhnya
sesaat. Vinna telah
mencapai orgasme
pertamanya bersamaku.
Kubiarkan ia menikmati
gelombang orgasme pertamanya selama
beberapa menit dengan
terus memainkan lidahku
dengan lembut di daerah
sensitifnya. Kemudian
Vinna terbaring lemas karena gelombang
orgasme yang telah
melandanya tadi. Ia sangat
menikmati orgasme nya
tadi. Memahami kebutuhanku,
Vinna kembali aktif. Vinna
meraih batang kemaluanku
dan menyentuhkan
lidahnya ke kepala
penisku. Kurasakan hisapannya masih malu-
malu. Tapi terus
kumotivasi dia dengan
ucapan-ucapan kotor. Dan
usahaku berhasil. Lama-
lama Vinna tidak lagi merasa canggung.
Hisapannya mulai
membuatku mendesah.
Ukuran mulut Vinna pas
sekali dengan lebar
penisku. Jadi kenikmatan yang kudapat sangatlah
nikmat. Aku pun tak mau
diam. Kuraih kedua paha
Vinna dan kubenamkan
kepalaku diantaranya.
Sehingga kami membentuk sikap 69. Rangsangan-
rangsangan yang telah
menjalari tubuh kami
berdua rupanya sudah
semakin hebat dan tak
dapat ditahan lagi. Vinna bergulir ke sampingku,
memutar posisi tubuhnya
sehingga kami dapat
berciuman sejenak. Aku bertanya, “Vin, aku
masukkan ya?” Dengan
lemah, Vinna pun
menganggukkan kepala.
Kubaringkan tubuhnya ke
ranjang, kuangkat kedua belah tungkainya yang
muluh ke bahuku.
Kuarahkan kepala
kemaluanku menuju ke
arah kemaluannya. Lalu
kumasukkan kepalanya dahulu ke dalam milik
Vinna. Rupanya kemaluan
Vinna sangat sempit. Tidak
dapat kumasuki. Vinna
mendesah kesakitan sambil
melonjak ketika aku mencoba menekannya.
Sebenarnya aku senang
mendapat vagina yang
begitu sempit. Namun aku
sangat kesulitan
memasukkannya. Aku sudah sangat bersusah
payah melakukannya. Aku
sangat berhati-hati dalam
melakukannya, karena aku
tak mau menyakiti Vinna.
Aku merasa kasihan pada Vinna. Vinna terpaksa
harus menahan gejolak
nafsu dalam dirinya
karena hal ini. Wajahnya
terlihat sangat menderita.
Terpaksa kuambil jalan pintas. Kumasukkan sekali
lagi kepala kemaluanku ke
dalam lubang kemaluan
Vinna dan kudorong
sekuat tenaga, namun
gagal. Justru aku kesakitan sendiri. Vinna
pun menjerit kesakitan.
Kucoba menenangkannya
sebentar. Lalu kucoba lagi. Setelah 5 menit akhirnya
berhasil. Penisku ternyata
dapat masuk seluruhnya
ke dalam milik Vinna. Dapat
dikatakan sangat pas.
Kurasa milik Vinna sangat dalam, karena dari semua
cewek yang pernah ML
denganku, vaginanya tak
ada yang dapat
menampung milikku. Paling-
paling hanya 3/4-nya. Mungkin karena Vinna itu
tinggi sehingga vaginanya
juga dalam. Setelah masuk
semua, kudiamkan
beberapa saat agar Vinna
terbiasa. Lalu penisku mulai kutekan-tekankan
perlahan-lahan. Vinna
masih mendesah kesakitan.
Walau penisku dapat
masuk semuanya tapi ini
sangat terasa sempit. Lama-lama kugerakkan
agak cepat. Vinna sudah
dapat mengikuti
permainanku. Ia sudah
dapat mendesah nikmat.
Klistorisnya tergesek terus oleh milikku. Setelah
agak lama, kuganti posisi.
Aku berada terlentang di
ranjang dan Vinna berada
di atasku menghadap ke
arahku. Dengan posisi ini, Vinna dapat mengatur
sendiri kecepatan penisku.
Vinna menggerakkan
sendiri pantatnya. Aku pun
menaikkan pantatku saat
Vinna menurunkan pantatnya. Tanganku pun
berada di kedua bukit
kembarnya. Sensasi ini
sungguh luar biasa. Vinna sangat menikmati
permainan ini. Vinna
mendesah lantang dan ia
bergerak semakin seru
setiap kali kejantananku
menghantam ujung rahimnya. Gerakan kami
berdua semakin cepat dan
semakin melelahkan,
sampai akhirnya Vinna
mengejang dan
membusurkan badannya kembali. Gelombang
orgasme kedua telah
melandanya. Ia tampak
masih berusaha
meneruskan gerakan-
gerakan naik turunnya untuk memperlama waktu
orgasmenya yang kedua
sebelum akhirnya
merebahkan tubuhnya
yang lemas di atas
tubuhku dan terdiam untuk beberapa saat.
Tubuhnya bermandikan
keringat. Aku menatap
wajahnya yang
menunjukan rasa bahagia. Setelah memulihkan
tenaga sesaat. Kembali
aku melakukan permainan.
Kali ini doggy style.
Kubimbing ia pada posisi
itu. Aku berdiri di belakangnya dan
menusukkan penisku ke
dalam miliknya.
Kugerakkan penisku
perlahan, namun lama-
lama semakin cepat. Vinna berulangkali mendesah
sambil mengucapkan kata-
kata kotor yang tak
dapat kubayangkan
mampu keluar dari mulut
gadis cantik seperti dia. Sampai akhirnya aku
merasakan spermaku
sudah mengumpul di
penisku. Kukatakan
padanya aku hampir
orgasme. Dia pun hampir orgasme. Kupercepat laju
penisku di dalam
vaginanya. Kubuat agar
Vinna keluar terlebih
dahulu. Vinna pun meraih
orgasmenya yang ketiga. Kubiarkan penisku di dalam
vaginanya untuk
menambah sensasi
baginya, walau aku harus
mati-matian menahan laju
spermaku agar tidak muntah di dalam.
Kemudian, kucabut penisku
dan kumasukkan dalam
mulutnya. Spermaku
ternyata tidak mau
keluar. Vinna pun berinisiatif mengulum
penisku. Tak lama
kemudian, spermaku
muncrat di dalam
mulutnya. Spermaku
keluar banyak sekali. Vinna kaget, namun ia segera
menelannya. Kami diam
sesaat. “Vin, kamu masih
kuat untuk main lagi?”
tanyaku nakal. “Tentu
donk..” jawabnya mesra. Vinna memang memiliki
stamina yang kuat.
Walaupun tubuhnya telah
basah oleh peluh keringat,
ia masih belum capai. Setelah penisku kembali
tegang, aku duduk dan
Vinna duduk di atasku.
Kumasukkan kembali
penisku ke dalam
vaginanya. Kali ini sudah tidak sesulit tadi walaupun
masih agak rapat.
Kugoyangkan pantatnya
untuk meraih kenikmatan.
Kugesek-gesek
klistorisnya dengan penisku. Vinna kembali
bergairah menyambutnya.
Lalu kucoba menusukkan
penisku keras-keras.
Rasanya sungguh luar
biasa. Vinna sangat menyukai tusukan itu.
Ketika spermaku sudah
mengumpul lagi, aku
berganti posisi. Vinna
kutidurkan terlentang lalu
aku tengkurap di atasnya. Kugerakkan pantatku naik
turun dengan cepat.
Namun Vinna kurang
menyukai posisi ini.
Kuanjurkan dia untuk
tengkurap di atas ranjang dan aku di atasnya.
Seperti kura-kura saling
menumpang. Kumasukkan
penisku ke dalam liang
kenikmatannya. Vinna
kembali merasakan rasa puas. Kugerakkan penisku
dengan cepat. Vinna
akhirnya keluar juga
untuk yang keempat
kalinya. Aku pun
mengeluarkan spermaku lagi di kedua belah
dadanya. Kami pun
tertidur selama beberapa
jam. Ketika aku bangun,
jam sudah menunjukkan
pukul 19:30. Aku pun mencoba bangkit dari
ranjang. Vinna pun
terbangun. Saat itulah
Vinna mengungkapkan
perasaannya padaku.
Kuterima cintanya dengan tulus. Kami pun
berpacaran. Setelah 5
bulan berpacaran, kami
pun putus dengan baik-
baik. Tapi aku tetap
menyukainya. Vin, di mana pun kamu,
kalau kau membaca cerita
ini. Ingatlah selalu
kepadaku! ,,,,,,,,,,,,,,