BY UNKNOWN SETENGAH BAYA
BY UNKNOWN SETENGAH BAYA
Ini adalah tahun ketiga aku tinggal di kota M. Sebenarnya aku berdomisili di kota J, hanya saja aku ditempatkan di kota M oleh perusahaan tempatku bekerja. Aku tinggal seorang diri dengan mengontrak sebuah rumah kecil yang tidak jauh dari kantor tempatku bekerja. Aku sangat beruntung sekali bisa bekerja di tempatku bekerja saat ini. Uang kontrakanku disubsidi sebesar setengah dari harga kontrakan. Selain itu aku juga mendapat fasilitas berupa sepeda motor sebagai alat transportasiku.
Padahal aku hanya seorang pegawai biasa. Memang sih perusahaan tempatku bekerja dikenal sebagai perusahaan yang sangat mementingkan kesejahteraan pegawainya. Hidup sendiri membuat aku jadi kesepian. Hingga detik ini aku belum memiliki pasangan hidup. Bukan berarti aku tidak laku, hanya saja aku adalah seseorang dengan sifat workaholic. Aku sangat suka bekerja dan mengumpulkan uang. Tak heran bila usiaku yang masih muda ini aku sudah mengumpulkan cukup banyak uang. Aku jadi jarang pulang ke kota J karena kesibukanku itu. Malah orangtuaku yang lebih sering mengunjungiku.
Malam itu aku pulang agak sedikit larut karena aku harus lembur. Aku lembur karena aku berencana untuk mengambil cuti selama 3 hari. Di kantorku diberi jatah cuti sebanyak 14 hari dalam setahun jadi aku harus memanfaatkan itu. Aku juga sudah capek bekerja makanya aku ingin mengambil cuti itu. Ketika tiba di rumah aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Pintu pagar rumahku dalam keadaan sedikit terbuka padahal seingatku aku sudah menguncinya dengan gembok. Aku pun buru – buru memeriksa gembok pagar rumahku dan ternyata gembok itu sudah dalam keadaan patah. Aku pun kaget bukan main karena aku yakin rumahku sudah dimasuki oleh maling. Aku pun berjalan berjingkat dan mengintip
melalui jendela yang ada di teras rumahku. Ternyata benar di rumahku ada maling karena lampu di ruang tengah dalam keadaan hidup. Aku pun mengambil sebuah kayu besar yang ada di samping rumahku sebagai senjataku. Aku coba masuk dari pintu depan rumahku dan ternyata sudah dalam keadaan terbuka. Engselnya juga sudah rusak. Aku buka perlahan pintunya dan aku berjalan berjingkat masuk ke dalam rumah. Aku pun langsung menuju dapur karena aku mendengar suara dari arah sana. Lalu aku melihat seseorang sedang mengutak – atik isi kulkasku. Aku pun berjalan perlahan menuju belakang tubuhnya. Bodohnya aku ketika kemeja kerjaku menyangkut di ujung meja makan dan membuat meja makan itu menjadi sedikit bergeser dan membuat suara. Orang itu pun menoleh ke belakang dan aku kaget ketika mengetahui ternyata orang tersebut adalah seorang wanita. Di mulutnya penuh dengan makanan yang ada di dalam kulkasku. Wanita itu pun mencoba untuk kabur namun aku berhasil menangkap tangannya. Aku mendekapnya dari belakang dan wanita itu mencoba untuk meronta. Aku menarik tubuh wanita itu dengan susah payah menuju lemari besar yang ada di dekat meja makan. Aku membuka laci yang ada di lemari itu dan mengambil sebuah tambang. Aku ingin mengikat pencuri wanita itu. Dengan susah payah aku mengikatnya karena meskipun ia bertubuh kurus tapi tenaganya cukup besar. Berkali – kali ia mencoba melawan dengan menginjak kakiku dan berusaha untuk menggigit tanganku yang sedang mendekap tubuhnya. Akhirnya tubuhnya berhasil aku ikat dan ia aku dudukkan di sudut dapur. Aku juga tak lupa mengikat kedua kakinya agar ia tidak lagi kabur.
“Ampun Mas…Ampun…Jangan bawa saya ke kantor polisi” kata wanita itu sambil menangis.
“DIIAAAMMMM !!!” Bentakku yang membuat wanita itu tersentak.
Aku pun memeriksa seluruh isi rumahku karena aku takut barang berhargaku ada yang dicurinya. Setelah memeriksa semuanya ternyata semua barang berhargaku seperti uang dan barang – barang elektronikku masih utuh. Bahkan terkesan wanita itu sama sekali tidak menyentuh barang – barangku. Ia juga sepertinya tidak masuk ke dalam kamarku.
“Ngapain anda di sini haahhhh ???” tanyaku dengan sedikit menjambak rambutnya karena ia terus menunduk.
“Sa…saya cuma numpang berlindung Mas…Saya tidak mencuri apapun” jawab wanita itu.
Aku pun tersadar ternyata wanita itu adalah seorang wanita setengah baya. Aku juga tersadar kalau wanita itu mengenanakan sebuah baju khusus narapidana. Aku jadi ketakutan sendiri karena rumahku dimasuki oleh seorang napi. Aku pun buru – buru mengambil handphoneku untuk menelepon polisi.
“Ja…Jangan telepon polisi. Aku mohon Mas…Aku mohonnnnnnn” wanita itu tiba – tiba saja bersujud di depanku sambil menangis.
Ntah kenapa perasaan hiba muncul dalam diriku. Melihatnya memohon sambil berlutut seperti itu membuat aku jadi tidak tega padanya. Akhirnya aku pun luluh dan memutuskan untuk mendengar alasan wanita itu melakukan semua ini. Aku pun membantunya untuk duduk di kursi makan namun masih dalam keadaan terikat. Aku tetap harus berjaga – jaga siapa tahu ia akan melarikan diri. Dan akhirnya ia pun mulai bercerita. Namanya adalah Bu Yati. Ia adalah seorang narapidana yang sudah divonis penjara selama tujuh tahun karena kasus pencurian emas milik majikannya serta penganiayaan. Ia mengaku terpaksa mencuri emas milik majikannya karena ingin menyekolahkan dua anak perempuannya yang
saat ini tinggal di kota pinggiran kota M. Tak hanya mencuri wanita itu juga terpaksa menganiaya majikannya itu. Akhirnya ia ditangkap polisi dan divonis masuk penjara. Ia kabur dari penjara karena mendengar saat ini anak bungsunya sedang sakit. Ia merasa khawatir dan memutuskan untuk kabur dari penjara. Dalam perjalanan menuju rumahnya dengan jalan kaki, ia merasa lelah dan akhirnya menemukan rumahku sebagai persembunyiannya. Setelah mendengar ceritanya aku merasa yakin 90% kalau ia berkata jujur. Aku jadi merasa kasihan dan ntah kenapa aku ingin membantunya bertemu dengan kedua anaknya. Apalagi di akhir ceritanya ia berjanji akan kembali ke penjara setelah bertemu dengan kedua anaknya.
“Kalau memang Ibu berkata jujur, aku akan membantu Ibu bertemu dengan anak Ibu” kataku dan raut wajahnya yang bahagia langsung terpancar.
Aku pun membuka ikatan tali itu. Karena melihatnya masih terlihat lapar, aku pun memutuskan untuk membuatkannya spaghetti dan menggorengkannya beberapa nugget. Setelah makanan siap, Bu Yati langsung menyantap makanan itu dengan lahapnya dan sedikit rakus. Ia terlihat begitu kelaparan hingga makannya pun begitu berantakan. Melihat wajahnya itu aku merasa Bu Yati terlihat cukup cantik. Wajahnya sangat ayu dan rambutnya yang panjang sepunggung itu terlihat seperti tipeku. Kulitnya juga putih dan tubuhnya cukup kurus. Aku jadi melamun karena memandang wajahnya. Lalu ia pun selesai makan. Semua yang aku masak untuknya habis tak bersisa. Ia pun jadi kekenyangan sambil memukul –
mukul perutnya.
“Sudah lama Aku tidak makan seenak ini” kata Bu Yati.
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Saat aku hendak mencuci piring Bu Yati mencegahnya. Ia ingin ia yang mencuci piringnya sebagai tanda terima kasih. Aku berdiri di sampingnya sambil melihatnya mencuci piring. Tiba – tiba saja gairah lelaki ku muncul ketika melihat sebuah pemandangan indah. Aku tak sadar kalau baju tahanan yang dipakainya sobek di bagian samping dadanya. Alhasil aku bisa melihat sedikit payudaranya dan juga putingnya dari situ. Ternyata ia sama sekali tidak mengenakan BH. Aku sampai menelan ludah karena aku menerka kalau payudara Bu Yati pasti lumayan besar dan padat. Selesai mencuci piring kami pun kembali mengobrol di ruang tamu. Ia ingin tahu kehidupanku dan ia tertawa ketika aku mengatakan kalau aku masih jomblo.
“Gak mungkin lah Mas yang seganteng ini masih jomblo” kata Bu Yati sambil tertawa.
Aku sama sekali tidak peduli dengan tawanya itu. Yang aku pedulikan saat itu adalah sobekan di bajunya itu. Aku jadi ingin sekali melihat bentuk payudaranya itu. Lalu malam pun semakin larut dan Bu Yati sudah mulai tampak mengantuk. Ia pun merebahkan tubuhnya di atas sofa namun aku melarangnya. Aku menyuruhnya untuk tidur di kamarku saja karena aku tidak tega membiarkan seorang wanita tidur di luar. Apalagi di ruang tamuku itu banyak nyamuk yang berkeliaran. Tapi Bu Yati menolak karena ia di sini sebagai tahanan yang sedang bersembunyi. Aku tetap melarangnya dan akhirnya ia pun mau tidur di kamarku. Sebelum tidur aku menyuruh Bu Yati untuk berganti pakaian. Aku meminjamkannya daster Ibuku yang memang sengaja ditinggalkan Ibuku untuk dipakainya bila ia datang mengunjungiku. Saat berganti pakaian ntah kenapa Bu Yati sama sekali tidak menutup pintu kamarku. Ia membiarkannya terbuka lebar dan membiarkan aku melihatnya berganti pakaian. Dengan santainya ia membuka baju dan celana tahanannya di depanku yang saat itu berdiri kaku sambil memperhatikannya. Ternyata benar dugaanku kalau dibalik pakaian tahanan itu ia sama sekali tidak mengenakan pakaian dalam apapun. Aku langsung tercengang melihat tubuh Bu Yati yang ternyata sangat seksi dan tidak menunjukkan kalau ia sebenarnya adalah seorang wanita setengah baya. Payudaranya ternyata lebih besar dari dugaanku dengan putingnya yang menonjol. Pandanganku terus turun ke bawah menuju perutnya yang langsing dan terus turun ke selangkangannya yang tertutupi
oleh bulu jembut tipis. Aku bisa melihat bibir memeknya yang terlihat masih segaris seperti milik gadis perawan. Aku hanya bisa melamun sambil membayangkan aku sedang menjamah tubuh Bu Yati yang seksi itu. Aku pun cepat tersadar ketika Bu Yati meminta kantongan plastik untuk meletakkan pakaian tahanannya itu. Bu Yati merebahkan tubuhnya di atas kasurku yang besar itu. Bu Yati malah memintaku untuk tidur di sampingnya. Padahal Kasurku termasuk sempit untuk ditiduri oleh dua orang. Namun Bu Yati terus memaksa dan aku pun mengiyakannya. Aku ikut rebahan di samping Bu Yati yang tidur di bersebelahan dengan dinding kamarku. Memang benar kasurku ini sangat sempit untuk ditiduri oleh dua orang. Tubuhku dan tubuh Bu Yati sampai berhimpitan namun Bu Yati tampak begitu nyaman dengan kondisi ini. Tak sampai 5 menit aku sudah mendengar suara dengkurannya yang halus itu. Kemudian gairahku kembali muncul dan otak mesumku perlahan menguasaiku. Setan pun mulai berbisik ditelingaku agar aku segera menjamah tubuhnya. Dengan sendirinya aku mengelus kedua betisnya yang padat. Kulitnya begitu halus ditelapak tanganku. Elusanku semakin naik menuju kedua pahanya yang tersingkap. Libidoku semakin membeludak ketika aku mengelus pahanya. Kontolku semakin berkedut di dalam celana pendekku. Aku yakin pelumasku sudah membasahi celana dalamku. Aku ragu ketika akan melanjutkan elusanku. Aku pun mulai sedikit tersadar kalau yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan dan tidak pantas aku lakukan. Namun setan dalam diriku kembali muncul dan memaksaku untuk menyingkap dasternya semakin ke atas agar aku bisa melihat bongkahan pantatnya itu. Lagi – lagi setan berhasil membujukku untuk melakukannya. Aku naikkan daster itu perlahan hingga bongkahan pantatnya terlihat jelas. Pantatnya seperti buah melon yang bulat. Dengan beraninya aku mencium kedua bongkahan pantatnya itu. Aku remas bongkahan pantat itu secara perlahan. Rasanya kenyal sekali seperti jelly. Aku semakin memberanikan diri dengan mengeluarkan kontolku. Lalu aku berbaring sambil mengelus kontolku di pantatnya. Itu terasa sangat nikmat dan orgasmeku terasa sudah berada di ujung. Lalu aku letakkan kontolku di belahan pantatnya. Agak sulitm melakukannya karena ia tidur sambil menyamping. Aku gerakkan kontolku turun dan naik sambil dijepit oleh bongkahan pantatnya itu. Aku semakin tak tahan untuk segera mengeluarkan orgasmeku. Saat akan keluar tiba – tiba saja Bu Yati terbangun. Aku jadi gelagapan dan aku tak mampu menahan spermaku untuk tidak keluar. Alhasil sedikit spermaku menyembur dan dilihat oleh Bu Yati.
“Loh Masnya ngapain ???” tanya Bu Yati dengan tatapan tajam. Ia tampaknya marah kepadaku.
“Anu…Sa…saya tadi gak sengaja, Bu” jawabku sambil menutup kontolku dengan bantal.
Bu Yati masih menatapku tajam. Lalu ia melihat spermaku yang jatuh di atas kasur. Tak disangka Bu Yati malah membersihkannya dengan daster yang dipakainya. Lalu ia menyingkirkan bantal itu dan melihat kontolku yang masih berdiri tegak. Di lubangnya tampak masih ada sisa spermaku yang masih menempel. Ehh Bu Yati malah menggenggam kontolku dan ia membungkuk kemudian memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang hangat. Aku memukul diriku sendiri apakah aku sedang bermimpi. Aku merasakan mulut Bu Yati tengah menyedot kontolku dengan kuat dan lidahnya sedang asik menggelitik lubang kontolku. Lagi – lagi aku merasakan orgasmeku yang tadi sempat tertunda. Aku tak mampu mengontrolnya dan akhirnya aku tumpahkan semua spermaku di dalam mulut Bu Yati. Aku lihat Bu Yati menutup matanya dan mengernyitkan dahinya. Bu Yati mengeluarkan kontolku dan ia menumpahkan semua spermaku yang kental dan banyak itu di telapak tangannya. Kemudian ia menumpahkannya di atas lantai.
“Udah puas kan Mas ???” tanya Bu Yati.
“U…Udah, Bu. Saya minta maaf” jawabku terbata.
Lalu Bu Yati kembali tidur dan ia membuatnya seakan tak terjadi kejadian apa – apa. Aku sendiri masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Bu Yati menghisap kontolku dan ia menganggap semua ini seperti tak terjadi. Aku jadi bingung dengan semua ini. Lalu aku ikut tidur bersamanya.
Keesokan paginya aku bangun agak siang. Aku biasa melakukannya bila sedang libur bekerja. Aku membuka mata dan sinar matahari langsung menusuk kedua mataku. Aku lihat jendela kamarku sudah terbuka lebar hingga sinar matahari yang hangat masuk ke dalam kamarku. Lalu aku raba ke samping dan tidak mendapati Bu Yati ada di sana. Aku langsung terperanjat karena takut Bu Yati akan kabur. Aku mencari ke seluruh ruangan dan tidak menemukan Bu Yati. Tapi ntah kenapa aku merasa rumahku seperti lebih bersih dari biasanya. Semua barang – barangku sudah tersusun rapi seperti kumpulan majalahku yang biasa aku serakkan di atas meja. Lantai rumahku juga tampak lebih kinclong dari biasanya. Kemudian aku mendengar suara dari kamar mandi. Aku langsung menuju ke sana dan melihat Bu Yati sedang mencuci. Lagi – lagi gairahku kembali muncul karena ia mencuci sambil menjongkok dengan daster yang sengaja disingkap ke atas. Hasilnya memeknya terlihat begitu jelas di depanku. Memeknya sangat tembem dan bibirnya terlihat begitu rapat.
“Udah bangun, Mas. Itu udah aku buatkan sarapan buat Mas di meja makan” katanya ketika melihatku.
“Iya, Bu. Tapi gak usah repot – repot mencuci baju saya, Bu. Jadi gak enak nih” kataku ketika melihat baju yang ia cuci semuanya adalah bajuku.
“Gak apa – apa kok Mas. Hitung – hitung ucapan terima kasih” jawabnya.
Aku tersenyum mendengarnya. Ternyata ia adalah seorang wanita yang tahu diri. Karena lapar aku pun segera menuju meja makan. Aku buka tutup saji dan sudah tersaji sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan juga segelas teh hangat. Sudah lama sekali aku tidak sarapan dengan nasi goreng. Biasanya aku sarapan hanya dengan roti dan teh hangat. Aku tidak sempat masak bila sedang bekerja. Untuk makan malam saja aku lebih memilih untuk beli lauk pauk saja dari pada memasak. Aku menyantap nasi goreng itu dengan lahapnya. Rasanya sungguh enak dan mengingatkan aku akan sebuah restoran mahal yang pernah aku kunjungi. Rasa nasi gorengnya benar – benar mirip. Tak kusangka Bu Yati sangat pintar memasak. Kalau begini lebih baik aku tidak mengembalikannya ke penjara dan menjadikannya sebagai pembantuku. Kebetulan meja makan itu berada tepat di depan kamar mandi. Sambil makan aku bisa melihat Bu Yati yang sedang sibuk mencuci pakaianku. Lagi – lagi mataku mengarah ke memeknya yang berada tepat di depan mataku. Saat itu Bu Yati mencuci sambil menghadapku. Selesai makan aku memanjakan kedua mataku ini untuk melihat memek Bu Yati. Aku sangat kagum sekali dengan memeknya. Bibir memeknya sangat rapat seperti memek perawan. Ia seakan sangat merawat sekali memeknya itu. Padahal katanya ia sudah punya dua anak tetapi memeknya tidak mengatakan kalau ia sudah punya dua anak. Lalu aku melihat ada air berwarna kuning yang keluar dari memeknya. Ternyata Bu Yati sedang buang air kecil dan itu membuat aku menjadi tidak nyaman. Baru kali ini aku melihat seorang wanita kencing tepat di hadapanku. Gairahku menjadi semakin menggebu – gebu untuk segera mencicipi memeknya. Selesai kencing Bu Yati membersihkan memeknya itu dengan air dan kembali melanjutkan mencuci. Sang setan pun kembali muncul dan membujukku untuk langsung memperkosanya. Ia pasti sudah memberikan kode dengan sengaja memamerkan memeknya itu kepadaku. Aku berusaha keras untuk menahan gairahku tapi sang setan kembali menang. Aku beranjak dari dudukku dan menghampiri Bu Yati.
“Udah selesai makannya Mas ???” tanya Bu Yati.
“Udah Bu. Rasanya enak banget” jawabku.
“Wah aku senang sekali kalau masakanku…..”
Belum ia selesai berbicara aku sudah mengangkat tubuhnya dan kemudian mendekapnya. Aku langsung mendaratkan bibirku di bibirnya dan kami pun berciuman. Aku menyadari kalau ia sama sekali tidak melakukan perlawanan. Ia malah membalas ciumanku dengan sangat ganas. Bahkan ia lebih agresif denganku. Kedua tangannya melingkar di kepalaku dan menekan kepalaku semakin dalam ke bibirnya. Lidahnya begitu lihai bermain di dalam mulutku. Aku yang baru pertama kali ini berciuman jadi bingung harus membalas ciumannya seperti apa. Tanganku yang dari tadi sudah gatal ingin menjamah memeknya pun mulai beraksi. Aku singkap dasternya ke atas dan langsung aku raba memeknya yang tembem itu. Sangat hangat dan lembab sekali. Aku gesekkan jariku di klitorisnya dan pantatnya mulai ikut bergoyang. Cairannya semakin banyak keluar ketika aku masukkan satu jariku ke dalam lubangnya yang terasa sempit sekali.
“Hmmpppfffhhhh…hmmpppfffhhhhh…lebih dalam lagi…hmmmppfffhhh” suruhnya sambil terus mencium bibirku.
Aku masukkan jariku lebih dalam lagi sampai mentok. Aku korek memeknya dan hal itu membuatnya merasa nikmat. Memeknya semakin menjepit jariku. Dinding memeknya terus berkedut kencang. Kemudian aku arahkan satu jariku lagi ke lubang anusnya. Aku masukkan juga jariku itu ke lubang anusnya. Hanya saja sangat sempit jadi aku kesulitan untuk memasukkannya. Kemudian seperti orang kerasukan. Ia menjadi lebih agresif dengan berjongkok di depan selangkanganku. Ia turunkan celanaku hingga dan menggenggam kontolku.
“Aku suka sama kontol kamu ini. Aku mau menghisapnya lagi”
Ia kembali memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Terlihat mulutnya cukup penuh oleh kontolku karena meski tidak terlalu panjang tapi ukurannya cukup besar. Kepala maju mundur menghisap kontolku. Tangannya tak henti – hentinya memijat buah pelirku dan itu sangat nikmat sekali. Aku sampai mendesis nikmat merasakannya. Hisapannya sungguh luar biasa sampai membuat kontolku menjadi ngilu. Bu Yati juga sangat menikmati batang kontolku karena ia terus menjilatinya.
“Bu, boleh aku menjilati memek Ibu ???” tanyaku seperti anak kecil yang ingin meminta sesuatu.
“Tentu saja boleh. Dari semalam aku sudah ingin dijilati memeknya sama kamu” jawabnya yang membuat aku tersenyum gembira.
Bu Yati menarik tanganku keluar dari kamar mandi. Kemudian ia duduk di atas meja makan sambil melebarkan kedua kakinya. Memeknya terlihat menggairahkan sekali dengan cairan putih yang menempel di bibir memeknya. Tanpa pikir panjang lagi aku langsung menjilati memeknya. Rasanya asin namun gurih dan ini merupakan pengalaman pertama bagiku menjilati memek seorang wanita. Aku buka belahan memeknya dan menemukan sebuah daging kecil di tengahnya. Aku gelitik daging itu dengan lidahku dan membuat tubuhnya menggelinjang.
“NIKMAAATTTT !!!! Terus jilat memekku…terus jilaaaatttt” jerit Bu Yati.
Aku memasukkan lidahku ke dalam lubang memeknya yang sempit itu. Ada cairan kental yang kudapat di dalam memeknya dan terasa semakin asin. Tiba – tiba Bu Yati menggelinjang tak karuan. Tubuhnya bergerak kesana kemari hingga membuat aku sulit untuk menjilat memeknya. Kemudian ia menahan kepalaku dan menggoyangkan pantatnya dengan cepat. Tiba – tiba ia mengeluarkan sedikit air kencingnya dan mengenai tepat di wajahku. Aku kaget bukan main karena semprotan kencingnya itu. Wajahku jadi basah kuyup karenanya. Tubuh Bu Yati bergetar hebat dan ia menggigit jari – jari tangannya sendiri. Aku segera mengambil handuk dan membersihkan wajahku yang basah itu. Kemudian aku membersihkan memek Bu Yati yang juga sangat basah.
“Maaf ya Mas. Aku kalau orgasme suka ngeluarin kencing” katanya.
“Gak apa – apa kok Bu. Itu namanya squirt. Itu lumrah terjadi pada wanita” jawabku memberi penjelasan.
Aku sebenarnya suka dengan wanita yang orgasme dengan cara squirt. Kalau aku ingin menonton film porno, pasti aku akan mencari film dengan kategori squirt. Bagiku wanita yang orgasme dengan cara squirt terlihat lebih menggairahkan. Hanya saja karena hari ini aku kaget jadi aku tidak sempat menikmati orgasme Bu Yati. Aku membiarkannya untuk beristirahat sejenak. Ketika aku hendak membelai memeknya lagi Bu Yati langsung melarangku. Katanya memeknya ngilu dan terasa geli karena orgasmenya itu. Aku pun ingin mengambil kesempatan lainnya. Aku buka dasternya hingga ia telanjang bulat. Ia pun tiduran di atas meja makan sementara aku sibuk memainkan kedua payudaranya yang montok itu. Aku hisap kedua putingnya seperti bayi yang sedang menyusui. Aku hisap kuat hingga putingnya tertarik. Siapa tahu ada ASI yang bisa aku nikmati. Aku jilat putingnya yang keras itu dan sesekali menggigitnya. Lalu tak lama kemudian gairah Bu Yati sudah muncul kembali. Ia kini merengek agar aku segera menggenjot memeknya.
“Entot aku sekarang Mas. Aku pengen ngerasain kontolmu di dalam memekku” rengek Bu Yati sambil memukul dadaku.
Ntah kenapa aku sangat gugup sekali. Mungkin karena saat itu aku akan merasakan yang namanya seks untuk pertama kali. Ada rasa takut dalam diriku ketika akan memasukkan kontolku ke lubang memeknya. Aku takut ia nanti hamil dan aku pun berencana untuk membeli kondom dulu di minimarket.
“Loh kok jadi ngentotnya Mas ???” tanya Bu Yati yang heran karena aku malah mengenakan celanaku.
“Aku mau beli kondom dulu Bu. Aku takut nanti Ibu hamil” jawabku dengan lugunya.
“Gak perlu Mas. Aku gak akan hamil dan takkan pernah hamil lagi” jawab Bu Yati menjelaskan.
“Kok gitu Bu ???” tanyaku lagi.
“Aku udah terkena kanker rahim. Jadi aku tidak akan bisa hamil lagi” jawabnya dengan nada sedikit lesu.
Lalu Bu Yati pun menceritakan kalau dulu ia sempat menjadi seorang pelacur. Karena profesinya itulah yang membuatnya akhirnya terkena kanker rahim. Anak bungsunya juga lahir karena hasil profesinya sebagai seorang pelacur dulu. Aku jadi sempat ragu untuk bercinta dengannya. Jangan – jangan Bu Yati saat ini sudah terkena penyakit HIV. Tapi kembali setan dalam diriku membisikkan kata – kata yang memaksaku untuk bercinta dengannya. Aku kembali membuka celanaku dan Bu Yati membimbing kontolku untuk masuk ke dalam lubangnya.
“Tekan di situ Mas” suruh Bu Yati ketika kontolku sudah berada tepat di depan lubang kenikmatannya.
Aku tekan perlahan namun tidak bisa. Kontolku terus menerus meleset dari lubangnya. Ntah karena ukuran kontolku yang kebesaran atau karena lubang memek Bu Yati yang sempit. Tapi aku tidak menyerah dan terus berusaha. Setelah beberapa kali percobaan akhirnya kontolku berhasil masuk ke dalam lubangnya. Sangat sempit dan hangat sekali. Meski memeknya sudah mengeluarkan banyak cairan tetap saja rasanya sangat peret sekali. Bu Yati meringis kesakitan ketika kontolku berusaha masuk ke dalam lubangnya. Jari – jari tangannya mencengkram erat lenganku hingga kukunya menancap di kulitku dan itu sangat perih sekali. Karena aku tidak sabar, aku melakukan gerakan dorongan sedikit kasar dan membuatnya menjerit kesakitan.
“ADUUUHHHH MEMEKKUUUUU SAKIIITTTTT !!!!” Jerit Bu Yati memenuhi seluruh ruangan.
Aku cepat – cepat mencium bibirnya agar ia tidak menjerit lagi. Aku takut suara jeritannya terdengar hingga ke luar rumah. Kami berciuman beberapa saat dan membiarkan kontolku beradaptasi dengan lubang memeknya.
“Goyang yang pelan ya Mas” suruh Bu Yati.
Aku melebarkan kedua kakinya dan menggoyangkan kontolku secara perlahan. Aku merasakan nikmatnya surga dunia itu. Jika kontolku bisa berbicara, ia pasti akan menjerit bahagia karena bertemu dengan memek yang sempit dan nikmat seperti milik Bu Yati. Kontolku terasa seperti dimasukkan ke dalam botol yang sempit. Dinding memek Bu Yati juga ikut berkedut seperti tengah memijat kontolku.
“Sekarang entot yang kuat Mas. Aku sudah tidak tahan” suruh Bu Yati.
Aku pun mengikuti perintahnya. Aku menggenjot memenya dengan sedikit cepat. Plek…plek…plek suara kontolku yang sedang beradu dengan memeknya. Kepala Bu Yati bergeleng ke kiri dan ke kanan. Tubuhnya menggeliat seperti cacing dan ia sangat seksi sekali saat itu.
“Ahhh…Ooohhh…Entot lebih cepat…Memekku terasa nikmat sayang…Ooohhhh” rintih Bu Yati.
Mendengar rintihannya yang vulgar itu membuat aku semakin bergairah. Aku mengangkat tubuhnya dan sekarang aku menggenjotnya sambil menggendongnya. Agak sedikit sulit namun gaya ini cukup nikmat bagiku. Setelah puas kami pun melakukan gaya standing doggy. Bu Yati tampak menyukai gaya ini. Aku juga sangat suka karena kontolku bisa semakin dijepit dengan gaya ini. Aku menggenjot memeknya super cepat hingga kontolku terasa panas sambil menjambak rambutnya yang panjang itu. Aku juga sudah kerasukan kenikmatan hingga aku bisa berbuat seperti itu.
“Aduuhhh keluarrr…Cabut kontolnya…Memekku mau muncraaattt…aduuhhhh”
Aku cabut kontolku dan ia kembali orgasme dengan cara squirt. Kali ini air kencingnya sangat banyak keluar menyiram kontolku. Kakinya sampai lemas hingga ia sudah tidak bisa berdiri lagi. Lantaiku pun basah oleh kencingnya itu. Aku yang masih bergairah kembali menidurkannya di atas meja makan. Aku masukkan kembali kontolku meski ia berusaha menahannya.
“Jangan dulu Mas. Memekku masih geli nih…ahhhh…aaahhhhh…aahhhh”
Aku tidak peduli dengan kata – katanya itu. Aku terus menggenjot memeknya dan kurasakan ada cairan yang mendesak ingin keluar dari dalam memeknya.
“Ahhhh memekkuuuuu muncraaattt lagiiiiiiii…aaaahhhhhh !!!!” jerit Bu Yati.
Aku cabut lagi dan air kencingnya kembali keluar. Tubuhnya bergetar begitu hebat dan ia menjepit memeknya dengan kedua pahanya. Kali ini aku beranikan diri untuk menjilati memeknya yang basah oleh kencingnya. Rasanya sedikit pahit namun cukup nikmat. Aku jilat seluruh permukaan memeknya dan kemudian kembali menggenjotnya. Kali ini aku yang mulai merasakan orgasmeku akan keluar. Aku genjot dengan sangat cepat hingga seluruh tenagaku habis.
“Aku keluaaarrrr !!!!” erangku dengan sedikit kuat.
“Aduuuuhhh kontooollllll !!!!” jerit Bu Yati semakin vulgar.
Aku cabut kontolku lagi dan air kencingnya kembali muncrat. Aku kocok kontolku dan aku orgasme tepat di atas bibir memeknya. Aku orgasme banyak sekali sampai spermaku meleleh ke sela memeknya. Aku lemas dan terduduk di atas lantai yang basah. Nafasku naik dan turun dengan cepat seperti orang yang baru habis lari beratus kilometer. Dari bawah aku melihat lubang memek Bu Yati yang sedikit terbuka dan sangat menggairahkan. Aku kembali menjilati memeknya yang rasanya aku sendiri tidak bisa mendeskripsikannya. Bu Yati tampak lemas sekali. Ia hanya memejamkan matanya sambil menggigit bagian bawah bibirnya. Lalu aku mencium bibirnya yang seksi itu dan ia juga membalas ciumanku.
“Aku senang bisa ngerasain ngentot lagi” kata Bu Yati sambil mengelap wajahku dengan tisu.
“Aku juga senang bisa ngentot sama Ibu” jawabku.
Kami pun saling berpelukan sejenak. Kemudian kami mandi bersama dan sempat melakukan seks sekali lagi. Bu Yati memang tidak tahan bila memeknya dijilat atau digenjot. Ia pasti akan terkencing – kencing dan itu membuatnya lemas. Tapi aku bilang padanya kalau aku suka sekali dengan wanita yang seperti Bu Yati. Rasanya aku benar – benar tidak akan mengizinkan Bu Yati untuk kembali ke penjara.
Kemudian siang pun tiba. Aku menepati janjiku untuk mengantar Bu Yati untuk bertemu dengan anaknya. Aku datang ke kantor untuk meminjam mobil dan kembali lagi ke rumah. Sebelum pergi aku mendandani Bu Yati terlebih dahulu agar tidak ada yang mengetahui identitasnya. Bisa bahaya bila ada yang mengetahui siapa Bu Yati sebenarnya. Apalagi kalau ketemu polisi. Bisa – bisa aku juga ikut ditangkap nantinya. Aku berencana untuk mendandani Bu Yati seperti pria. Aku menyuruhnya untuk menggunakan pakaianku dan menyuruhnya menggunakan topi. Tak lupa pula aku menyuruhnya mengenakan kacamata hitam agar. Meski tidak terlalu sempurna tapi setidaknya ini bisa menutupi identitasnya. Kami pun segera menuju alamat rumah Bu Yati yang ada di pinggiran kota M. Daerah itu terkenal dengan daerah kumuh dan banyak sekali pendatang. Karena Bu Yati sudah lama tidak pulang ke rumahnya, ia sampai kesulitan menemui rumahnya karena daerah itu sudah banyak berubah semenjak ia dipenjara. Setelah setengah jam berkeliling akhirnya rumah Bu Yati ketemu. Rumahnya berada di dalam sebuah gang yang padat penduduk. Kami pun masuk ke dalam gang itu dengan berjalan kaki. Untunglah orang – orang yang ada di dalam gang itu tidak menyadari keberadaan Bu Yati. Lalu kami tiba di sebuah rumah semi permanen yang tertutup rapat. Rumah itu tampak tidak layak lagi untuk ditinggali karena apabila diterpa angin pasti akan rubuh. Bu Yati mengetuk pintu rumah itu dan tak lama muncul seorang gadis remaja yang menurutku cukup cantik. Wajahnya hampir mirip dengan Bu Yati. Kami berdua langsung nyelonong masuk dan membuat gadis itu terheran – heran.
“Hei, kalian ini siapa. Seenaknya saja masuk ke rumah orang tanpa izin” ketus gadis itu dan sempat akan mengusir kami.
Bu Yati dengan cepat membuka topi dan kacamata hitam itu. Gadis itu langsung melotot dan memeluk Bu Yati. Ia menangis terharu karena Ibunya datang mengunjunginya. Aku sampai meneteskan air mata melihat pertemuan Ibu dan anak itu.
“Ibu kok bisa keluar dari penjara ??? Ibu udah bebas ya ???” tanya gadis itu.
“Belum sayang. Ibu kabur dari penjara karena ingin melihat adikmu. Tapi nanti Ibu bakalan kembali lagi ke penjara” jawab Bu Yati.
Tiba – tiba gadis itu marah dan mengamuk. Ia sangat menyesali perbuatan Ibunya yang keluar dari penjara. Ia takut hukuman Ibunya akan diperberat karena sudah kabur dari penjara. Bu Yati pun langsung berlutut dan memeluk kaki anaknya itu. Ia memohon ampun karena ia hanya ingin melihat keadaan anak bungsunya yang sedang sakit keras itu. Aku mulai menangis terharu. Betapa beratnya perjuangan Bu Yati sebagai seorang Ibu. Ia rela kabur dari penjara hanya untuk melihat keadaan anak bungsunya. Lalu gadis itu pun luluh. Ia mengajak Bu Yati untuk masuk ke dalam kamar di mana adiknya berada. Aku yang ikut masuk menjadi kaget bukan kepalang melihat kondisi anak bungsu Bu Yati. Seorang perempuan yang kutaksir usianya mungkin sekitar 6 – 7 tahun sedang terbaring lemah di tempat tidur. Di lehernya ada sebuah bejolan kecil yang ku duga itu adalah tumor ganas. Bisa kubilang kondisi anak Bu Yati sangat memperihatinkan. Bu Yati langsung menangis dan memeluk anaknya itu. Anaknya mencoba untuk berbicara tapi tidak bisa.
“Maafkan Ibu, Nak. Gara – gara Ibu kamu jadi seperti ini” kata Bu Yati sambil memeluk anaknya itu.
Aku pun langsung mengambil inisiatif untuk membawanya ke rumah sakit. Tapi Bu Yati menolaknya karena ia tidak memiliki uang untuk biaya berobat. Aku mengajukan diri sebagai pembiayanya. Aku tidak ingin tumor itu semakin merambah ke seluruh tubuh anak Bu Yati. Lalu kami berempat menuju rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan tempatku bekerja. Setelah diperiksa oleh dokter ternyata benar kalau anak Bu Yati menderita tumor dan harus segera diangkat karena tumor itu masih berukuran kecil. Kalau tidak diangkat tumor itu akan semakin membesar dan bisa membahayakan nyawa anak Bu Yati. Tanpa persetujuan Bu Yati aku pun langsung mengiyakan operasi pengangkatan itu. Bu
Yati langsung menatapku tajam namun ia tidak berani untuk menolaknya. Hari itu juga operasi dilakukan. Aku, Bu Yati, dan anak sulungnya menunggu di depan ruang operasi.
“Ehhh kenalin dulu. Ini namanya Mas Devan. Dia itu malaikat kita” kata Bu Yati yang membuat aku tersipu malu.
“Nama aku Ayu Mas. Makasih ya udah membiayai operasi adikku” kata gadis itu yang ternyata bernama Ayu.
“Iya sama – sama. Aku hanya merasa kasihan melihat adik kamu. Lagi pula kita kan harus saling membantu” jawabku.
Bu Yati pun menceritakan siapa aku yang sebenarnya kepada Ayu. Ayu kaget ketika Bu Yati bercerita kalau ia masuk ke dalam rumahku tanpa ijin seperti maling. Lagi – lagi Ayu terlihat kesal kepada Ibunya itu dan meminta maaf kepadaku karena tingkah Ibunya itu. Aku hanya tersenyum karena bagiku itu bukanlah masalah. Sekitar tiga jam kemudian operasi selesai. Anak Bu Yati sudah dipindahkan ke ruang inap. Tumor ganas itu sudah tidak ada lagi di leher anaknya. Aku lega akhirnya anak Bu Yati bisa selamat dari tumor mematikan itu. Aku tidak perlu repot memikirkan biaya rumah sakit karena biaya operasi akan ditanggung oleh kantorku dan aku hanya perlu membiayai ruang inapnya saja. Untung saja ruang inapnya berada di kelas tiga jadi lumayan murah. Selama berada di rumah sakit Ayu lah yang menjaga adiknya itu. Tidak mungkin Bu Yati yang menjaganya. Bisa – bisa ada yang mencurigai keberadaan Bu Yati nantinya. Selama berada di rumahku, Bu Yati menjadi pemuas nafsuku. Setiap hari kami melakukan seks dan tidak ada batas waktu. Aku jadi ketagihan akan yang namanya seks. Kadang bila sedang bekerja di kantor, aku sering nyengar – nyengir sendiri membayangkan tubuh seksi Bu Yati yang kini menjadi pujaan hatiku. Bu Yati juga tidak pernah bosan melakukan seks denganku. Ia juga mengakui kalau ia adalah seorang wanita yang hyperseks dan ia sangat menderita sekali selama di penjara karena tidak bisa melakukan seks.
Malam itu aku dan Bu Yati sedang bersantai di tempat tidur setelah melakukan seks. Ia berbaring di atas dadaku dengan tubuh yang masih berkeringat. Tempat tidurku juga basah kuyup karena orgasmenya itu.
“Oh iya, Bu. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan” kataku dengan nada serius.
“Apa itu ???” tanya Bu Yati.
“Bu Yati benar ingin kembali ke penjara ???” tanyaku. Ia pun terdiam sejenak baru menjawab pertanyaanku.
“Tentu saja benar. Aku harus kembali ke penjara kareena jika tidak aku pasti akan terus dikejar oleh polisi” jawabnya.
“Kalau begitu aku ingin membawa kedua anak Ibu untuk tinggal bersamaku di sini” kataku. Hal itu pun membuatnya terperanjat dan tersenyum lebar.
“Benarkah itu ??? apa itu tidak merepotkanmu nantinya ???” tanya Bu Yati lagi memastikan.
“Iya itu benar. Aku berencana untuk menjadikan Ayu sebagai pembantuku. Itu pun kalau ia mau” jawabku.
Bu Yati pun berteriak kegirangan. Ia mengucapkan terima kasih banyak karena sudah banyak membantu keluarganya. Ia mencium bibirku dengan mesra dan mengajakku untuk bercinta lagi. Aku menerima ajakannya dan kami kembali bercinta dengan lebih hot malam itu.
Dua hari kemudian Ayu dan anak bungsu Bu Yati yaitu Irma resmi tinggal di rumahku. Sebelumnya aku sudah izin kepada kedua orangtuaku dan mereka setuju dan tidak terlalu mempedulikan kehadiran Irma yang menjadi adik Ayu. Ayu juga sangat senang bisa tinggal di rumahku dan juga bekerja di rumahku. Aku juga senang karena akhirnya aku bisa punya teman tinggal. Aku meminta Ayu untuk bekerja membersihkan rumah alakadarnya saja karena meskipun ia aku minta untuk menjadi pembantu, tapi sebenarnya tujuanku yang sebenarnya hanya untuk menjadikannya sebagai teman tinggal ku saja. Aku juga baru sadar kalau ternyata Irma adalah seorang yang bisu. Ia sudah sejak kecil menderita cacat tersebut. Aku kesulitan untuk menterjemahkan kata – katanya dan aku selalu meminta Ayu yang menterjemahkannya. Tapi semenjak kedatang Ayu, frekuensi seks ku dengan Bu Yati menjadi sedikit berkurang. Aku jadi jarang ngeseks dengannya karena ia lebih memilih tidur bersama dengan kedua anaknya itu. Aku sih maklum karena ia harus kembali ke penjara dan ia ingin menghabiskan waktunya bersama dengan kedua anaknya. Tapi tidak untuk malam itu. Saat itu hujan turun dengan derasnya dan aku baru tiba di rumah. Aku harus berteduh di kantor sampai jam 11 malam karena hujannya sangat deras sekali. Tubuhku basah kuyup karena aku tidak mengenakan jas hujan. Ketika aku masuk ke dalam rumah, aku sudah disambut oleh Bu Yati yang sudah menungguku sambil membawa handuk. Tapi ada yang beda dengan penampilannya saat itu. Ia hanya mengenakan kemeja putih milikku dengan panjang sepinggang. Sementara bagian bawahnya ia hanya mengenakan celana dalam berwarna krim. Ia membuka pakaian kerjaku dan mengelap tubuhku yang basah. Aku memeluknya dengan manja sambil kedua tanganku meremas bongkahan pantatnya itu. Setelah tubuhku kering, Bu Yati mengajakku untuk masuk ke dalam kamarku. Lalu kami pun berciuman dan saling meraba. Kami berdua seperti pasangan muda – mudi yang haus seks karena kami sudah lama tidak bercinta. Bu Yati turun ke bawah dan membuka celana dalamku. Ia melahap kontolku dengan penuh nafsu seperti melahap sebatang lollipop. Aku hanya bisa mendesis keenakan merasakan sepongannya itu. Aku sangat suka sekali ketika Bu Yati memijat kedua biji pelirku. Agak sedikit nyeri namun mampu membuat kontolku semakin keras seperti tongkat. Tanganku mulai beraksi dengan meremas payudaranya dari luar kemejanya itu. Ia sangat pintar sekali memanjakan kontolku. Lidahnya itu begitu hebat menari di batang kontolku. Ia meludahi kontolku dan kembali menjilati ludahnya itu. Ia sangat binal sekali sebagai seorang wanita setengah baya. Setelah puas bermain dengan kontolku kini ia yang merengek minta jatah. Ia membuka kemejanya dan menarik kepalaku ke kedua payudaranya. Wajahku tenggelam di antara belahan payudaranya itu sampai aku tidak bisa bernafas. Kemudian aku menjilati putingnya yang keras itu. Aku angkat payudaranya agar kami bisa menjilati putingnya secara bersama – sama. Sangat menggairahkan sekali ketika melihatnya menjilati putingnya sendiri. Lalu ia mengarahkan tanganku masuk ke dalam celana dalamnya. Waw memeknya sudah sangat basah dan jariku sudah lengket oleh cairannya yang berwarna putih.
“Elusin dong itil aku. Ayo dong Mas aku udah gak kuat nih. Jangan siksa aku” rengeknya dengan manja.
Mendengar suaranya yang manja itu membuat aku menjadi semakin gila. Aku robek celana dalamnya dan ia terlihat kaget dengan kelakuanku.
“Pelan aja dong Mas. Masak celana dalamku di robek” kata Bu Yati.
“Aku tidak kuat dengan wanita binal sepertimu” kataku dengan diikuti ciuman mesra di bibirnya.
Lalu aku berjongkok dan aku angkat satu kakinya. Aku belai memeknya yang basah itu dan aku lahap memeknya dengan lidahku. Aku jilat dan aku hisap klitorisnya yang merah menantang itu. Tubuh Bu Yati bergetar dan aku tahu sebentar lagi air kencingnya pasti akan keluar. Dan benar saja, semakin aku jilat klitorisnya ia pun terkencing – kencing di atas wajahku. Tapi aku tidak berhenti dan terus menjilati memeknya dan ia pun kembali orgasme.
“Udah cukup. Memek aku geli nih” kata Bu Yati.
Aku sebenarnya masih ingin menjilatinya tapi aku kasihan melihat Bu Yati yang sudah tidak kuat lagi untuk orgasme. Tapi aku tidak kehilangan akal. Kini giliran anusnya yang menjadi sasaranku. Aku balikkan tubuhnya dan aku suruh ia untuk sedikit membungkuk. Aku buka belahan pantatnya dan anusnya yang hitam itu tampak begitu menggoda. Aku jilat meski rasanya sangat pahit. Aku bisa merasakan anusnya kembang kempis ketika lidahku berusaha untuk masuk ke dalam anusnya.
“Aku mau ngentot anusmu” bisikku di telinganya.
Ia hanya tersenyum dan mengangguk tanda memperbolehkan. Karena anusnya sangat kering, aku harus melicinkan dulu dengan cairan memeknya. Aku masukkan kontolku ke dalam memeknya agar kontolku basah oleh cairannya. Lalu aku arahkan kontolku ke dalam anusnya dan sangat sulit sekali untuk memasukkannya. Berkali – kali ia meringis kesakitan karena aku memaksakan kontolku untuk masuk ke dalamnya. Tapi aku tidak mau menyerah dan aku terus berusaha untuk melakukan anal dengannya. Akhirnya setelah berkali – kali mencoba kepala kontolku bisa masuk ke dalam anusnya. Aku biarkan sejenak untuk merasakan jepitan anusnya yang lebih sempit ketimbang memeknya. Lalu secara perlahan aku dorong
kontolku dan itu membuatnya semakin meringis.
“Aduuhhh anusku panas nih. Pelan – pelan aja” pinta Bu Yati.
Aku berusaha keras untuk melakukan dorongan yang lembut. Beberapa menit kemudian akhirnya kontolku bisa amblas di dalam anusnya. kedutan anusnya sangat terasa sekali. Aku mulai menggenjot anusnya perlahan dan rasanya lebih nikmat. Aku bisa ketagihan ngentot dengan anusnya ketimbang memeknya. Dinding anusnya tampak ikut tertarik keluar ketika kontolku tertarik keluar. Bu Yati hanya bisa memejamkan matanya antara sakit dan nikmat.
“Gimana Bu ??? Ini enak kan ??? ahhhh ahhhhh” desahku di telinganya.
“Iya ini lebih enak dari pada ngentot di memek. Terus lakukan dengan sedikit keras” suruh Bu Yati.
Aku lakukan genjotan sedikit cepat. Aku tusuk anusnya dengan cepat. Tangan Bu Yati tampak sedang menggesek klitorisnya sendiri. Lalu tak lama kemudian Bu Yati kembali orgasme dengan air kencingnya yang keluar. Ternyata hanya dengan menggenjot anusnya ia masih bisa orgasme squirt. Setelah lelah berdiri aku pun berbaring di atas tempat tidur. Bu yati naik ke atas tubuhku dan ia kembali memasukkan kontolku ke dalam anusnya. Dengan posisi ini aku bisa puas menggenjot anusnya. Ia terus mengeluarkan air kencingnya yang sangat deras seperti air mancur. Sebagian air kencingnya mengenai dinding kamarku.
“Ahhhh…ahhhhh…ini nikmat sekali…aku suka ngentot di anus…ooohhhhhh….teruuussss” desah Bu Yati.
Saat masih asik menggenjot anusnya tiba – tiba saja kamarku terbuka. Kami berdua terkejut ketika Ayu tiba – tiba saja muncul dengan mata melotot tajam melihat kami berdua. Kami berdua langsung bangun dan aku segera menutupi kontolku dengan bantal. Bu Yati juga langsung menghampiri Ayu yang berdiri kaku sambil terus melihat kami. Bu Yati menarik tangan Ayu untuk masuk ke kamar mereka. Jantungku berdegup kencang sekali. Aku sangat yakin Ayu pasti bakalan marah melihat aku dan Bu Yati yang lagi ngentot. Aku menunggu di kamar dengan harap – harap cemas. Lalu tak lama kemudian Bu Ayu muncul.
“Bagaimana ??? Apa si Ayu marah ???” tanyaku.
“Tidak. Aku sudah memberikannya pengertian. Lagi pula ia sudah sering melihatku ngentot ketika aku masih menjadi pelacur dulu” jawabnya yang membuat aku sedikit lega.
Lalu aku melihat Ayu yang kembali muncul dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Kebetulan pintu kamarku menghadap ruang tamu sehingga Ayu bisa melihat kami berdua.
“Ayo kita ngentot lagi. Nanti anusku bisa mengecil lagi” ajak Bu Yati.
“Tapi ada Ayu di situ” bisikku sambil menunjuk ke luar kamar.
Bu Ayu pun menoleh dan mengatakan untuk membiarkannya. Ia sudah biasa melihat dirinya ngentot dengan para pria hidung belang dulu. Bu Yati menyuruhku untuk tiduran lagi sementara ia kembali berada di atas dan kembali memasukkan kontolku ke dalam anusnya. Giliran Bu Yati yang menggenjot kontolku dengan anusnya. Aku hanya bisa memperhatikan Ayu yang begitu serius melihat kami berdua. Ia hanya duduk diam sambil memperhatikan Ibunya yang sedang sibuk menggenjot kontolku. Karena aku merasa malu, akhirnya orgasmeku pun tiba dengan cukup cepat. Aku orgasme di dalam anusnya dan ketika ia mencabut kontolku, spermaku meleleh keluar dari dalam anusnya. Tanpa rasa jijik, Bu Yati menjilati
kontolku yang lengket oleh spermaku. Setelah selesai ngentot aku dan Bu Yati keluar untuk menemui Ayu yang masih duduk diam di ruang tamu. Aku sudah berpakaian lengkap sementara Bu Yati menemui Ayu dalam keadaan telanjang. Bu Yati duduk di samping Ayu dan mengelus rambut Ayu.
“Jangan pikir Ibu kembali menjadi seorang pelacur. Ibu melakukan ini atas dasar suka sama suka dengan Mas Devan” kata Bu Yati.
“Iya Bu aku mengerti. Lagi pula Mas Devan juga sudah sangat baik sekali pada kita” jawab Ayu.
Setelah berbincang sejenak, kami pun masuk ke dalam kamar masing – masing. Hanya saja kali ini Bu Yati tidur denganku dan kami sempatkan untuk bercinta sekali lagi.
Lalu keesokan paginya aku memilih untuk cuti satu hari karena sangat lelah setelah bercinta dengan Bu Yati yang kami lakukan hingga subuh menjelang. Paginya aku bangun terlalu siang sekitar pukul 11. Aku mungkin tidak akan bangun kalau Ayu tidak masuk ke dalam kamarku untuk membersihkan kamarku. Pagi itu Ayu mengenakan daster yang sedikit transparan. Karena terkena sinar matahari yang masuk dari jendela kamarku, daster Ayu sedikit menerawang dan aku bisa melihat seluruh pakaian dalamnya yang berwarna putih. Tubuh Ayu memang berbeda jauh dengan Ibunya. Bila Ibunya bertubuh sedikit montok, tubuh Ayu bisa dibilang cukup kurus dan semuanya terlihat kecil termasuk payudara dan
pantatnya. Aku sengaja masih memejamkan mataku agar aku bisa melihat Ayu yang sedang mengepel lantai kamarku. Ketika ia membungkuk, garis celana dalamnya tercetak jelas di balik dasternya. Hal itu membuat aku jadi gelisah dan perlahan kontolku mulai ereksi. Ingin sekali aku meraba pantat Ayu. Tapi aku harus bisa menahan nafsunya karena pasti Bu Yati takkan mengizinkan ku untuk bercinta dengan Ayu. Setelah Ayu membersihkan kamarku barulah aku bangun. Bu Yati dan Irma tampak sedang bermain bersama di ruang tengah. Sangat senang sekali melihat Bu Yati yang begitu perhatian dengan anak – anaknya. Ia harus menghabiskan banyak waktu dengan anak – anaknya karena hari minggu besok atau dua hari lagi ia berencana untuk kembali ke penjara dan menjalani sisa hukumannya. Aku pun ikut nimbrung bermain bersama Bu Yati dan juga Irma. Ketika bermain denganku, samar – samar aku mendengar Irma menyebutku dengan sebutan ayah meski itu tidak terlalu jelas karena Irma adalah seorang yang bisu. Aku hanya tersenyum mendengarnya karena bagiku Irma adalah anak yang lucu. Pipinya tembem seperti Bu Yati dan aku sangat suka mencubitnya.
Siang pun tiba dan saat itu sangat panas sekali. Aku sedang duduk santai di teras rumahku sambil membaca majalah. Bu Yati sedang tidur bersama Irma di kamar. Lalu Ayu datang membawakanku segelas es teh manis. Ia pun ikut nimbrung bersama denganku dan kami mengobrol. Ia menceritakan kisah hidupnya selama Ibunya berada di penjara. Ia hanyalah seorang gadis tamatan SMP. Ia hanya merasakan pendidikan SMA selama 6 bulan karena tidak mampu membayar uang sekolah. Akhirnya ia dikeluarkan dan ia pun hanya bisa pasrah. Ia bercita – cita ingin menjadi seorang dokter dan cita – cita itu pun harus lenyap. Ketika Ibunya mendekam di penjara, ia bekerja banting tulang demi membiayai kehidupannya
dan adiknya. Ia bekerja apapun yang bisa dikerjakan. Ia pernah menjadi seorang pengamen, penjual koran, buruh cuci, penjaga toilet di terminal, bahkan ia sempat mencuri lauk pauk yang ada di warteg untuk mereka makan. Hingga akhirnya ia bertemu denganku dan dari awal ia sudah merasa aku adalah malaikat penolongnya. Semenjak adiknya sakit ia sudah tidak bisa berbuat apa – apa lagi. Ia hanya bisa pasrah karena ia tidak memiliki uang. Untuk makan saja ia diberi sedikit nasi dan lauk dari tetangganya. Mendengar kisahnya itu aku jadi terharu. Sungguh berat perjuangannya sebagai pengganti Ibunya yang mendekam di penjara.
“Sudahlah gak perlu disesali. Yang penting sekarang kamu tinggal di rumahku dan kalau kamu butuh sesuatu bilang aja” jawabku.
“Iya Mas makasih banyak ya. Mas Devan orang yang baik dan sangat berjasa untuk kami” katanya.
“Ahhh biasa aja kok. Oh iya aku mau minta maaf atas kelakuanku dengan Ibumu tadi malam” kataku. Aku masih merasa bersalah setelah ia memergoki kami semalam.
“Gak apa – apa kok Mas. Aku sih maklum aja karena Ibu kan lama di penjara. Pasti dia juga kepengan begituan” jawabnya. Aku mulai lega setelah ia memaafkanku.
“Oh iya Mas Devan, aku boleh minta sesuatu gak ???” tanya Ayu lagi dan kelihatannya cukup serius.
“Minta apa ??? Gak usah malu – malu gitu ah” jawabku.
“Tapi aku yakin Mas Devan pasti gak mau menuruti permintaanku ini” katanya lagi yang membuat aku semakin penasaran.
“Ya bilang dong. Bagaimana aku bisa menyanggupinya kalau kamu belum memberitahunya” jawabku. Lalu ia bangkit dari duduknya dan ia berbisik padaku.
“Aku pengen dientot seperti Ibuku tadi malam”
Jedeeerrrrr. Rasanya seperti jantungku ini seperti disambar oleh petir dan membuat aku mati suri. Aku terdiam membisu tidak mampu menjawab apapun. Aku cubit lenganku mana tahu aku sedang bermimpi. Ada seorang gadis cantik yang ingin ngentot denganku. Pasti ia hanya bercanda mengatakan hal itu.
“Hahahaha kamu ini becandanya boleh juga” kataku sambil tertawa. Ku lihat ia hanya diam dengan tatapan serius.
“Aku serius Mas Devan. Melihat Ibuku ngentot tadi malam, aku jadi ingin ngentot juga” jawabnya sambil menggenggam kedua tanganku.
Tak kusangka Ayu menuntun kedua tanganku menuju payudaranya. Ia menuntun telapak tanganku untuk meremas kedua payudaranya yang walaupun kecil terasa kenyal dan padat sekali. Aku pun langsung menarik kedua tanganku.
“Yang benar saja. Kamu kan masih perawan. Aku tidak mungkin mengambil keperawanan kamu” kataku dan Ayu hanya menggeleng.
“Aku sudah tidak perawan lagi. Aku juga pernah menjadi pelacur demi mendapatkan uang” jawabnya dengan penuh kejujuran.
Saat itu situasinya terasa aneh sekali. Aku bingung harus berbuat apa. Seorang gadis tiba – tiba saja ingin mengajakku bercinta. Apakah ia benar – benar serius atau hanya ingin mempermainkanku. Sejujurnya dalam hati kecilku aku sangat senang sekali Ayu mengajakku bercinta karena aku juga ingin mencicipi tubuhnya itu. Tapi disisi lain aku pasti akan merasa bersalah pada Bu Yati karena aku bercinta dengan anak gadisnya. Kemudian belum lagi aku menjawab, Ayu menarik tanganku menuju kamarku dan mengunci pintunya. Ayu mendorong tubuhku hingga aku tergeletak di tempat tidur. Ayu membuka dasternya dan terlihat tubuh Ayu yang hampir bugil masih ditutupi oleh pakaian dalamnya yang serba
putih itu. Lalu Ayu naik ke atas tubuhku menggoyangkan pantatnya tepat di atas kontolku yang sudah ereksi maksimal. Kemudian Ayu membuka kaitan BH nya dan membiarkan payudaranya itu terlihat olehku. Tak kusangka payudara Ayu benar – benar menggiurkan. Meski ukurannya kecil tapi sangat kenyal dan padat. Ditambah putingnya yang berwarna pink itu sangat mungil seperti belum dijamah. Lalu Ayu mengangkat kepalaku dan mengarahkannya ke payudara kirinya. Setan dalam diriku kembali muncul dan menyuruhku untuk menghisap puting itu. Aku yang sudah dirasuki birahi pun mengikuti bisikan setan itu. Aku hisap putingnya dengan lembut. Aku jilat dan perlahan putingnya pun mengeras.
“Hisap terus pentilnya Mas. Rasanya sungguh nikmat dan geli” Kata Ayu.
Aku berpindah ke payudara kanannya. Kali ini aku hisap agak sedikit kuat dan ku lihat putingnya mulai menonjol keluar. Bentuk putingnya sangat lucu dan menggemaskan. Aku tak henti – hentinya menjilati kedua putingnya itu. Tanganku pun mulai aktif dengan meremasnya payudaranya. Ayu ikut membantu tanganku untuk meremas payudaranya. Tampaknya Ayu juga sudah dirasuki oleh birahinya. Lalu Ayu berbaring di sampingku dan membuka celana dalamnya. Aku sangat terpana melihat memeknya yang bersih tanpa bulu. Memeknya sangat lucu dan imut meski tidak terlalu tembem. Bibir memeknya berwarna coklat muda dan tampak nikmat untuk segera dijamah oleh lidahku. Aku mengelus tubuhnya mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut.
“Apa kamu yakin ingin melakukan ini ???” tanyaku memastikan.
“Iya Mas Devan. Entot aku seperti kamu mengentot Ibuku. Tubuhku ini milikmu Mas Devan” kata Ayu dengan lirihnya.
Kemudian aku menelanjangi diriku sendiri dan berbaring kembali di samping Ayu. Aku memanjang wajahnya yang sangat Ayu seperti namanya. Aku kecup kening dan kedua pipinya dan berakhir di bibirnya. Aku kecup lembut dan ia pun juga membalasnya. Lidahku pun mulai keluar untuk menyeruak masuk ke dalam mulutnya. Ayu membuka mulutnya dengan lebar dan membiarkan lidahku menari di langit mulutnya. Lidah Ayu pun ikut membalasnya dengan masuk ke dalam mulutku. Tampak Ayu masih belum terlalu mahir dalam berciuman. Ia masih malu dan ragu untuk memainkan lidahnya itu. Tanganku turun ke bawah untuk melebarkan selangkangannya. Aku belai memeknya dan sontak membuat tubuh Ayu bergetar hebat. Ayu pun mulai sedikit agresif dengan menjilati bagian dadaku yang agak bidang. Ia menjilati puting payudaraku dan itu sangat geli sekali. Aku berkali – kali tertawa dan mencoba menghindar ketika Ayu ingin menjilati putingku. Aku memang sangat sensitif bila ada yang menyentuh putingku. Perlahan memek Ayu pun mulai basah. Aku masukkan jariku yang basah oleh cairan memeknya ke dalam mulut Ayu. Dengan senang hati Ayu menjilati jariku yang lengket oleh cairannya. Kemudian aku masukkan satu jariku ke dalam lubang memeknya. Kepala Ayu langsung mendongak ke atas dan lidahnya bermain di bibirnya sendiri. Tampaknya ia sangat menikmati tusukan jariku. Tangan Ayu mulai mencari – cari keberadaan kontolku. Setelah didapatinya ia langsung menggenggamnya dengan sangat kuat. Itu membuat kontolku jadi ngilu dan nyeri.
“Pelan – pelan dong. Sakit nih” kataku sambil meringis.
“Maaf Mas. Aku gak biasa pegang kontol” jawab Ayu sambil mengelus kontolku.
Aku pun mengajari Ayu bagaimana cara memegang kontol yang baik dan benar. Aku menyuruhnya menggenggam kontolku dengan sedikit lembut. Lalu aku suruh tangannya bergerak naik dan turun. Lama kelamaan ia pun mulai terbiasa. Ia tertawa sekaligus ngeri melihat kontolku yang berukuran besar itu.
“Mana mungkin cukup memekku dimasuki kontol sebesar ini” kata Ayu.
“Buktinya memek Ibumu bisa muat menampung kontolku ini” jawabku yang diikuti tawa Ayu.
“Hahahaha. Mas ajari aku cara nyepong kontol dong” pinta Ayu.
Lalu Ayu membungkuk tepat di depan kontolku. Aku suruh ia untuk menjilati kontolku dulu. Jilatannya terasa hangat dan kontolku pun mulai basah. Kemudian aku suruh ia untuk menjilat biji pelirku sambil tangannya mengocok kontolku. Lalu aku menyuruhnya untuk menjilati lubang kontolku. Wajahnya pun mulai terlihat masam. Mungkin karena cairan kontolku yang terasa asin di lidahnya. Kemudian barulah aku menyuruhnya untuk memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Giginya masih sesekali mengenai batang kontolku. Aku katakan padanya untuk menghisap kontolku seperti sedang menghisap permen. Perlahan tapi pasti ia pun mulai mahir menghisap kontolku meski aku belum begitu menikmatinya. Aku biarkan sejenak dirinya bereksperimen dengan kontolku. Sementara aku sibuk meremas kedua payudaranya yang menggemaskan itu.
“Ayo kita ngentot Mas Devan” ajak Ayu. Ia pun kembali berbaring di sampingku.
“Kamu yakin mau melakukan ini kan ???” tanyaku lagi.
“Aku yakin Mas Devan sayang. Tubuhku ini milikmu” jawabnya sambil mencubit pipiku.
Aku mulai mengarahkan kontolku ke lubang memeknya. Aku gesek terlebih dahulu kontolku di bibir memeknya agar memeknya semakin basah. Ia sangat gelisah seperti cacing ketika aku melakukan itu. Tangannya mencengkram tempat tidur dengan begitu kuat. Kemudian aku tekan kontolku perlahan di lubang memeknya. Sangat sempit sekali dan lebih sempit dari milik Bu Yati.
“Sakit sekali Mas” rintih Ayu.
“Iya cuma sebentar kok. Sebentar lagi kamu akan merasakan nikmat” kataku.
Perlahan demi perlahan batang kontolku mulai masuk ke dalam memeknya. Aku harus bersusah payah untuk memasukkannya. Dan akhirnya kontolku bisa masuk seluruhnya. Ayu hanya bisa memejamkan mata dengan wajah kesakitan. Lalu aku cium bibirnya agar ia melupakan rasa perih di memeknya. Dengan sangat pelan dan lembut aku mulai menggenjot memeknya. Sangat sulit sekali menggenjot memeknya karena sangat sempit. Aku jadi kasihan mendengar rintihan yang keluar dari mulut Ayu. Tapi karena sudah kepalang tanggung dan aku juga sudah merasa nikmat, aku lanjutkan saja menggenjotnya. Sedikit demi sedikit kecepatan genjotanku mulai aku tambah. Ayu juga tampaknya sudah beradaptasi dengan kontolku. Sesekali ia mengerang nikmat. Ia tidak seperti Bu Ayu yang sangat binal. Ia tampak masih malu – malu untuk menunjukkan kebinalannya. Sambil meremas payudaranya aku terus menggenjot memeknya. Tiba – tiba tubuh Ayu bergetar hebat dan aku merasakan ada cairan panas yang mengalir dari dalam memeknya. Tampaknya Ayu sudah mendapati orgasmenya yang pertama.
“Aku sudah keluar Mas Devan” lirih Ayu.
“Iya nikmati aja dulu. Enak kan ???” tanyaku.
“Enak banget Mas. Habis ini aku mau gaya nungging” pinta Ayu.
Setelah 5 menit aku beri waktu istirahat, kami pun kembali melanjutkan percintaan kami. Ayu sudah mengambil posisi nungging di atas tempat tidur. Aku sudah bersiap menyodok
memek Ayu dari belakang. Kali ini dengan sedikit mudah kontolku bisa masuk ke dalam memek Ayu. Ayu pun mulai sedikit agresif. Ia ikut menggoyangkan pantatnya maju mundur
seirama dengan genjotanku.
“Ahhhh…Ahhhhh…Ini nikmat sekali Mas Devan…Kontolmu terasa penuh di memekku…ooohhhhh” Desah Ayu.
“Iya ayu…uuuuhhhh…Aku sebentar lagi udah mau keluar nih” balasku.
Aku semakin mempercepat genjotanku. Suara denyitan ranjangku sangat keras seperti mau roboh. Kemudian aku melihat adanya bayangan dari celah di bawah pintu kamarku. Bayangan itu terus bergerak dan aku menduga itu adalah bayangan Bu Yati. Aku yakin Bu Yati pasti sedang mengintip kami berdua. Tapi aku tidak peduli dan terus menggenjot memek Ayu. Kali ini giliran orgasmeku yang hampir tiba.
“Aku mau muncrat nih” erangku sambil terus menggenjot memek Ayu.
“Aku juga Mas Devan. Entot yang cepat Mas” suruh Ayu.
Aku keluarkan seluruh tenagaku dan saat spermaku sudah berada di ujung cepat – cepat aku keluarkan kontolku. Aku tumpahkan semua spermaku di atas punggung Ayu yang putih mulus itu. Aku pun ambruk dengan nafas yang menderu. Memek Ayu sangat luar biasa hingga membuat aku keluar secepat ini. Terhitung aku hanya bercinta selama setengah jam saja. Ayu mengambil dasternya dan membersihkan spermaku yang menggenang di punggungnya. Kemudian ia berbaring di atas tubuhku.
“Kamu puas kan Ayu ???” tanyaku sambil membelai rambutnya yang panjang sebahu itu.
“Sangat puas Mas. Lebih enak memekku atau memek Ibuku Mas ???” tanya Ayu. aku bingung harus menjawab apa karena jepitan memek keduanya hampir sama.
“Mungkin lebih nikmat punya kamu. Tapi secara permainan aku masih lebih suka ngentot dengan Ibumu” jawabku.
“Ya iya lah Mas. Ibuku kan ngentotnya lebih mahir dari pada aku” kata Ayu yang diikuti tawaku.
Setelah puas beristirahat Ayu pun kembali berpakaian. Ia membuka pintu perlahan dan melihat ke kiri dan ke kanan. Setelah aman barulah ia keluar dari kamarku. Sementara aku masih terbaring lemas sambil membayangkan kontolku berada di memek Ayu yang sungguh legit.
Kemudian malam hari pun tiba. Kami berempat duduk bersama di ruang tamu. Ayu dan Irma tampak bermanja – manja dengan Ibu mereka. Ini adalah malam terakhir Bu Yati menikmati udara bebas. Besok siang ia akan kembali menikmati kehidupannya di penjara. Melihat kebersamaan itu membuat aku menyuruh Bu Yati untuk mengurungkan niatnya kembali ke penjara.
“Sebaiknya Bu Yati tidak usah kembali ke penjara. Kasihan anak – anak Bu Yati nanti kesepian” kataku.
“Tidak bisa Mas. Bagaimanapun juga aku ini adalah narapidana. Aku harus kembali ke penjara untuk melanjutkan sisa hukumanku” jawabnya.
“Iya Mas Devan. Aku tidak masalah kalau Ibu harus kembali ke penjara. Karena sekarang sudah ada yang menjaga aku dan Irma” tambah Ayu.
Aku tersenyum mendengar perkataan Ayu. Gadis cantik itu benar – benar tegar sekali menjalani kehidupannya. Aku bertekad akan menjaga Ayu dan Irma sebaik mungkin hingga Bu Yati keluar dari penjara nanti. Malam pun semakin larut dan Irma tampak sudah tertidur di paha Bu Yati. Kami pun memutuskan untuk tidur.
“Aku aja yang tidur sama Irma, Bu. Ibu tidur sama Mas Devan aja” kata Ayu sambil mengerlingkan matanya kepada Ibunya.
Bu Yati mengacungkan jempolnya tanda mengerti. Kemudian Bu Yati mengajakku untuk segera ke kamar. Setibanya di kamar Bu Yati langsung menelanjangi dirinya sendiri.
“Malam ini aku mau kita ngentot sampai puas ya Mas Devan” kata Bu Yati sambil memelukku erat.
“Iya Bu Yati. Aku mau malam ini kita habis dengan ngentot sampai puas” kataku.
Bu Yati dengan tergesa – gesa melepaskan seluruh pakaianku. Seperti biasa hal pertama yang ia lakukan adalah menyepong kontolku. Ia sangat tergila – gila sekali dengan kontolku. Ia melahapnya dengan penuh nafsu yang membuat aku sampai keenakan. Aku hanya bisa mendesis dan mengerang sambil meremas rambutnya. Aku ingin menikmati malam ini dengan bercinta bersama Bu Yati. Setelah puas bermain dengan kontolku, Bu Yati menyuruhku untuk berbaring di kasur. Bu Yati naik ke tempat tidur dan berjongkok tepat di atas wajahku. Dengan jarinya Bu Yati membuka belahan memeknya. sangat merekah dan menggairahkan sekali memeknya yang berwarna pink itu. Klitorisnya yang menonjol tampak siap untuk aku jilat.
“Jilatin itilku Mas. Buat aku sampai terkencing – kencing” kata Bu Yati.
Aku langsung melahap memek Bu Yati. Aku melahapnya dengan buas seperti binatang yang akan menerkam mangsanya. Seluruh isi memeknya tak luput dari sapuan lidahku. Lubang memeknya terbuka dan menutup dan cairannya sangat banyak keluar. Tak lama kemudian orgasme pertama pun di dapat oleh Bu Yati. Air kencingnya mengalir deras masuk ke dalam mulutku. Karena aku jijik untuk menelannya, air kencing itu aku keluarkan lagi dengan cara menyemburnya ke memek Bu Yati. Aku jilat lagi memeknya dan ia kembali orgasme dan kali ini air kencingnya membasahi seluruh wajahku. Aku seperti orang yang sedang mandi dengan air kencing. Lalu Bu Yati berbalik dan kali ini ia memintaku untuk menjilati anusnya. Aku memang tergila – gila dengan anus Bu Yati. Aku ingin segera menancapkan kontolku di dalamnya. Setelah puas menjilati dua lubang kenikmatan milik Bu Yati, sekarang waktunya acara utama dimulai. Bu Yati ingin melakukan anal terlebih dahulu. Karena sudah sering melakukan anal, anus Bu Yati jadi sedikit melebar dan sangat mudah memasukkan kontolku ke dalamnya. Aku genjot anus Bu Yati dengan posisi doggy style. Ntah kenapa aku sangat menikmati anal seks malam itu. Mungkin karena ini akan menjadi malam terakhir ku dengan Bu Yati dan aku tidak ingin menyianyiakannya. Bu Yati hanya bisa mendesah dan mengerang kencang. Ia seakan tak peduli suara desahannya di dengar oleh Ayu yang mungkin sekarang sedang tidur. Puas dengan posisi doggu style, aku kembali berbaring dan melakukan posisi WOT. Dengan posisi ini Bu Yati menggenjot kontolku seperti orang yang kerasukan. Kontolku terasa panas karena Bu Yati menggenjot kontolku dengan cepat sekali. Payudaranya yang besar itu bergerak naik turun dan aku pun meremas sambil memelintir kedua putingnya. Tiba – tiba aku melihat kehadiran Ayu dari balik pintu kamarku yang tidak tertutup. Ayu tampak tersenyum melihat permainan kami berdua. Aku juga tersenyum melihat kehadiran Ayu. Lalu Ayu berdiri di depan pintu dan mengangkat dasternya. Ia mengelus memeknya sambil melihat kami yang sedang ngentot. Melihat Ayu yang sedang bermasturbasi membuat aku jadi semakin bergairah. Aku ikut menggenjot kontolku dan itu membuat Bu Yati semakin keenakan.
“Ahhh…Ahhh…Anusku enak banget nih dientot sama kontol gede…Uuuuhhh…uuuuhhhh” desah Bu Yati tak karuan.
Kemudian Bu Yati mencabut kontolku dan ia orgasme di atas wajahku. Aku menjilati memeknya hingga bersih dan kali ini aku ingin menggenjot memek Bu Yati. Aku suruh Bu Yati memasukkan kontolku ke dalam memeknya dan ia kembali menggenjot kontolku. Ayu terlihat memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamarku. Ia merangkul pundak Ibunya dari belakang yang membuat Bu Yati kaget.
“Loh kamu belum tidur sayang ???” tanya Bu Yati yang langsung berhenti menggenjot kontolku.
“Belum, Bu. Aku mau ikut ngentot sama Ibu” kata Ayu.
Bu Yati hanya tersenyum dan mengangguk tanda memperbolehkan Ayu ikut dalam acara kami. Bu Yati mencabut kontolku dan menyuruh Ayu untuk menjilati kontolku. Ayu menjilati batang kontolku yang basah oleh cairan memek Ibunya. Ayu menjilatinya tanpa rasa jijik dan kali ini ia mulai mahir menjilati kontolku. Sementara Bu Yati naik ke atas wajahku dan memintaku untuk menjilati memeknya. Ayu tertawa melihat Ibunya yang terus terkencing – kencing ketika aku menjilati memek Ibunya.
“Ibu kok kencing terus sih. Kasian tuh Mas Devan dikencingi terus” kata Ayu.
“Ibu paling gak kuat kalau memek Ibu dijilat begini. Makanya Ibu kencing – kencing terus” jawab Bu Yati.
“Bu, aku bolehkan ngentot kontol Mas Devan ???” tanya Ayu.
“Boleh sayang. Kamu kan tadi siang ngentot sama Mas Devan kan ???”
Kami berdua pun terdiam. Ternyata benar kalau bayangan yang aku lihat tadi siang adalah bayangan Bu Yati. Tapi aku tidak terlalu mempedulikannya. Lalu aku menyuruh Ayu untuk melepas semua pakaiannya dan naik ke atas ranjang. Ayu mengambil posisi dengan berjongkok di atas kontolku. Ia menggesek kontolku lebih dahulu di bibir memeknya baru mencobloskannya ke dalam kontolku. Kini aku sedang bercinta dengan dua wanita dan terlebih lagi keduanya adalah Ibu dan anak. Ini adalah pengalaman berharga bagiku yang tidak akan pernah aku lupakan. Melakukan threesome dengan Ibu dan anak mungkin jarang terjadi di dunia ini. Dengan penuh nafsu Ayu menggenjot kontolku. Bu Yati pun berbalik dan kembali menyodorkan anusnya kepadaku untuk aku jilat. Kini Bu Yati dan Ayu saling berhadapan. Aku melihat Ayu memandang Ibunya dengan tatapan mesum. Kemudian secara tak terduga Ayu menjilati memek Ibunya.
“Ayu kamu ngapain sayang” kata Bu Yati yang terkejut ketika anaknya itu menjilati memeknya sambil menggenjot kontolku.
Awalnya aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku sedikit bangkit dan melihat Ayu yang sedang sibuk melahap memek Ibunya. Bu Yati pun terlihat keenakan karena kedua lubangnya sedang diservice secara bersamaan. Ternyata benar artikel yang pernah aku baca kalau wanita sedang berada di puncak gairahnya, maka mereka akan berubah menjadi wanita yang biseksual. Ayu tampak menikmati sekali memek Ibunya.
“Ooohhh…Jilatanmu sungguh nikmat Ayu…Memek Ibu rasanya muncrat” kata Bu Yati.
Tak lama kemudian Bu Yati mengangkat pantatnya dan mengeluarkan orgasmenya tepat di depan wajah Ayu. Ayu tampak biasa saja dan kembali menjilati memek Ibunya. Ini pemandangan yang sangat luar biasa dan langka bagiku. Konsentrasi Ayu benar – benar terjaga. Pantatnya terus menggenjot kontolku sementara mulutnya sibuk melahap memek Ibunya sendiri. Aku semakin tidak tahan dengan gairahku sendiri. Aku meminta untuk tukar posisi dengan doggy style. Lalu kami merubah posisi kami. Bu Yati berbaring di tempat tidur sementara Yati menungging di atas tubuh Bu Yati. Dengan posisi ini aku bisa melihat dua memek sekaligus. Pertama aku menggenjot memek Ayu. Kemudian bergantian aku menggenjot memek Bu Yati dan begitu seterusnya. Bu Yati dan Ayu juga tak henti – hentinya melakukan hubungan lesbi dengan saling berciuman dan menghisap payudara.
“Bu, aku tak mau berhenti ngentot. Aku mau ngentot tiap hari sama Mas Devan” kata Ayu dihadapan Ibunya.
“Iya sayang setelah ini kamu bebas ngentot sama Mas Devan. Kontol Mas Devan akan menjadi milik kamu” kata Bu Yati dan kemudian mencium bibir anaknya itu.
Aku tak kuasa menahan orgasme pertamaku. Aku cabut kontolku dan kedua wanita itu berebut menuju kontolku. Mereka membuka mulut mereka lebar – lebar dan siap menunggu tumpahan spermaku. Aku kocok kontolku dan aku semburkan spermaku masing – masing di mulut Ayu dan Bu Yati. Setelah selesai Bu Yati dan Ayu saling berciuman bertukar sperma milikku. Kedua wanita itu sungguh binal dan membuat gairahku takkan pernah padam malam itu. Aku tak mau beristirahat karena meski aku sudah orgasme, tapi kontolku masih tegak berdiri seperti tongkat. Kali ini Ayu ingin merasakan anal seks. Bu Yati memperbolehkannya dan ia pun menjilati anus anaknya bersama denganku. Kami berdua saling menjilati anus Ayu yang putih bersih. Beda dengan milik Bu Yati yang hitam pekat. Setelah anusnya basah aku pun secara perlahan memasukkan kontolku dengan posisi doggy. Bu Yati membantu Ayu dengan mencium bibirnya agar Ayu lupa dengan rasa perih di anusnya. Setelah kontolku amblas barulah aku menggenjot anus Ayu. Ia tampak menikmatinya dengan mengerang hebat.
“Aku gak mau berhenti ngentot…ahhhh…ahhhhhh…Terus genjot anusku Mas Devann…lebih cepaaattt” erang Ayu.
Malam itu kami melakukan seks hingga pagi hari. Sekitar subuh barulah tenaga kami habis dan kami pun ambruk bersama. Bu Yati dan Ayu tidur di sampingku sambil memelukku. Aku merangkul keduanya dan aku seperti pria yang sangat beruntung bisa bercinta dengan Ibu dan anak.
Pagi harinya aku bangun cukup cepat. Aku tidak melihat Ayu dan Bu Yati di sampingku. Mungkin keduanya sudah bangun lebih dulu. Aku mencoba untuk bangkit namun sangat sulit. Tulangku rasanya sakit semua karena aku menguras seluruh tenagaku malam tadi. Aku keluar kamar dan melihat Irma yang sedang bermain dengan bonekanya sambil menonton TV. Aku ke dapur dan menjumpai Bu Yati yang sedang menyiapkan sarapan. Sementara Ayu sedang sibuk mencuci pakaian di kamar mandi. Gairahku kembali muncul ketika melihat Bu Yati tidak mengenakan celana dalam dan membiarkan pantatnya itu terbuka. Tanpa pikir panjang aku langsung menurunkan celanaku dan mendatangi Bu Yati. Aku tempelkan kontolku yang keras itu di belahan pantatnya.
“Mau ngentot lagi ???” tanya Bu Yati dengan manja.
“Iya dong. Aku tak mau melewatkan sedetik pun hari ini” jawabku.
Bu Yati sedikit membungkukkan tubuhnya agar aku dengan mudah menggenjot memeknya. Dengan puas aku menggenjot memek Bu Yati hingga ia terkencing – kencing. Hebatnya ia bisa ngentot sambil mengiris cabai. Lalu aku cabut kontolku dan aku mendatangi Ayu yang sedang sibuk mencuci. Aku sodorkan kontolku ke dalam mulutnya dan Ayu pun melahap kontolku sambil terus mencuci. Lalu aku menyuruh ayu untuk nungging di atas kloset duduk. Aku cobloskan saja kontolku ke dalam memeknya yang sempit itu. Ayu mendesah dengan sangat keras. Karena desahnya yang keras itu membuat Irma muncul dan melihat kami yang sedang ngentot. Aku tidak peduli Irma melihat kami karena toh dia juga masih kecil dan tidak tahu apa – apa. Setelah Ayu mendapati orgasmenya, aku pun berpindah ke Bu Yati yang masih sibuk dengan urusan iris – mengiris. Kali ini yang menjadi sasaranku adalah anusnya. Bu Yati kembali menungging dan langsung aku coblos kontolku ke dalam anusnya. Anusnya benar – benar nikmat dan pagi ini aku ingin merasakannya untuk terakhir kalinya. Lalu aku orgasme dan memuntahkan spermaku di dalam anus Bu Yati. Ketika aku keluarkan kontolku, lelehan spermaku juga ikut menetes keluar. Karena masih ereksi aku pun berpindah lagi ke Ayu yang kini sedang membilas pakaian. Kini anus Ayu yang menjadi sasaranku. Aku suruh Ayu berposisi doggy style di atas lantai. Aku masukkan dengan mudah ke dalam anusnya dan kembali aku genjot. Sempitnya anusnya pun membuat aku orgasme dengan cepat. Aku tarik keluar kontolku dan aku tumpahkan spermaku di atas wajah Ayu yang cantik itu. Pagi itu aku benar – benar puas sekali hingga kontolku loyo dan tidak bisa ereksi lagi.
Dan akhirnya waktu yang ditunggu pun tiba. Aku bersama dengan Ayu dan Irma pergi mengantar Bu Yati ke Lapas dengan meminjam mobil kantorku. Bu Yati duduk di kursi tengah sambil merangkul kedua anaknya. Ia tak henti – hentinya meneteskan air mata sepanjang perjalanan. Aku jadi tidak tega harus melepas kepergian Bu Yati kembali ke penjara. Lalu Bu Yati memintaku untuk menurunkannya di sebuah halte yang tidak jauh dari Lapas. Ia minta diturunkan disitu agar tidak ada yang mencurigaiku karena aku mengantar seorang narapidana kembali ke penjara. Sebelum turun dari mobil Bu Yati menasehati dan memberi pesan kepada kedua anaknya itu. Isak tangis pun kembali pecah dan aku juga ikut menangis. Meski Bu Yati adalah seorang narapidana tapi kasih sayangnya kepada kedua anaknya sangatlah besar. Kemudian Bu Yati memelukku dengan erat dan tak henti – hentinya mencium bibirku.
“Terima kasih atas semua bantuan Mas Devan. Aku titip kedua anakku ya Mas Devan. Tolong jaga mereka baik – baik” pesan Bu Yati kepadaku.
Untuk terakhir kalinya Bu Yati menyuruhku untuk meremas kedua payudaranya dari balik pakaian lapas yang dikenakannya. Aku meremasnya sepuasku karena aku mungkin tidak akan pernah lagi meremas payudaranya yang akan selalu aku rindukan itu. Setelah itu barulah ia turun dari mobil. Bu Yati jalan kaki menuju pintu gerbang yang letaknya tidak terlalu jauh dari halte. Aku menjalankan mobil perlahan menuju depan gerbang Lapas. Saat tiba di depan gerbang Lapas, seluruh sipir penjara yang melihat Bu Yati pun langsung menangkap Bu Yati. Mereka memborgol tangan Bu Yati sambil menyodorkan senjata api ke arah Bu Yati dan membawa Bu Yati dengan paksa ke dalam Lapas. Sebelum masuk ke dalam Lapas Bu Yati sempat melemparkan senyum kepada kami bertiga.
Setelah itu aku pun menjalani hari – hariku bertiga dengan Ayu dan Irma. Aku putuskan untuk menyekolahkan Irma di sebuah sekolah SLB karena aku juga ingin melihat Irma menjadi orang yang berhasil. Sementara kehidupanku dengan Ayu semakin hari semakin mesra. Yang ada di dalam pikiran kami hanya seks dan seks. Setiap hari setiap kali aku pulang bekerja Ayu selalu menyambutku dengan telanjang bulat dan langsung mengajakku untuk bercinta. Kini Ayu sudah berubah menjadi wanita yang binal seperti Ibunya. Aku tidak pernah bosan bercinta dengannya karena setiap hari kami selalu memperagakan posisi – posisi seks yang baru. Karena kemesraan itulah akhirnya terjadi kisah cinta antara aku dan Ayu. Aku memutuskan untuk menikahi Ayu. Kedua orangtuaku yang sudah bertemu dengan Ayu sangat setuju Ayu untuk menjadi istriku. Selain bisa memuaskanku di ranjang, Ayu juga sangat rajin dan cekatan. Ia pintar memasak dan sangat pintar menjaga situasi rumah. Saat akad pernikahan kami, Bu Yati ikut datang sambil didampingi beberapa sipir penjara. Aku sempat mengobrol dengan Bu Yati dan ia mengatakan hukumannya ditambah sebanyak tujuh bulan kurungan penjara. Bu Yati sama sekali tidak menyesal karena ia bahagia aku menikahi Ayu. Sejak saat itulah aku rajin mengunjungi Bu Yati di Lapas. Kami selalu melakukan seks saat bertemu. Pernah juga kami melakukan seks threesome bersama Ayu di dalam Lapas. Tapi sekarang aku sudah kembali ke kota J. Namun aku tetap rutin mengunjungi Bu Yati karena aku masih sering dipindahtugaskan ke kota
M. Hanya saja Ayu dan Irma sudah menetap di kota J.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
TAMAT !