BODY MULUS SI CEWEK CANTIK YANG MEMBUATKU JADI TERPESONA
Pada suatu hari, waktu itu sabtu pagi aku akan berangkat senam di kantor, aku mengendarai motorku dengan agak tergesa-gesa, maklum sudah agak terlambat. Sesampainya di jalan Ahmad Yani aku terperanjat hebat karena ada mobil yang memotong di depanku,
Tanpa dapat aku kuasai akhirnya akupun menabraknya dan terjatuh dengan luka yang lumayan parah, kemudian aku pingsan. Aku sadar saat aku sudah di rumah sakit AL di dekat kawasan itu, aku membuka mataku pelan-pelan dan seorang cewek cantik sudah tersenyum kepadaku.
“Mas, maafkan saya”, dia mengucapkan kata dengan penuh pesona.
“Nggak pa-pa..”, kataku lirih.
“Nama saya Rani”, kata cewek itu.
“Saya Santo”, jawabku singkat.
Setelah seminggu dirawat aku diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Semua biaya ditanggung oleh keluarga Rani termasuk motorku yang rusak. Aku diberi motor baru sebagai gantinya dengan harapan aku akan lebih baik, aku selalu dianggap sebagai keluarga Rani sehingga aku diminta tinggal di rumahnya. Akupun sangat berterima kasih sebab akan banyak mengurangi biayaku. Rani di rumah itu adalah anak tunggal dan selalu dimanja.
“Mas, sudah saya bikinkan kopi cream di meja belajarku”, teriak Rani.
“Ya…”, aku turun dan mengetuk kamar Rani.
“Masuk saja tidak dikunci, aku lagi mandi”, jawab Rani.
Dadaku berdebar kencang ketika aku lihat di sudut ruangan ada bayangan body mulus Rani yang seksi itu diguyur air dan hanya terhalang partisi plastik tipis (seperti di hotel-hotel). Aku duduk di meja belajar Rani dan menikmati kopi buatannya.
“Mas, udah mandi belum”, tanya Rani.
“Udah, emang kenapa?, tanyaku balik.
“Mau mandi lagi?”, kata Rani.
“Nggak”, jawabku singkat.
Aku membuka majalah di meja Rani, ketika tiba-tiba Rani berteriak, “Mas, tolong ada kecoak”, dengan tanpa pikir panjang aku melompat ke kamar mandi itu. Jantungku berdegub kencang ketika aku melihat Rani hanya tertutup daster kecil jauh di atas lutut.
“Kecoaknya udah pergi”, Rani berkata sambil tersenyum.
Aku semakin turun dan melihat Rani juga tidak mengenakan celana dalam, darah laki-lakiku memuncak, tanpa kami sadari kami berpelukan dan aku mencium serta mengulum bibir Rani yang merah dan seksi itu, Rani sangat menikmatinya, tangankupun mulai meraba daerah sensitif Rani, Rani semakin menggeliat-geliat dan daster kecil itupun luruh ke lantai kamar mandi, aku sangat terpesona melihat body mulus Rani tanpa sehelai benang pun, Rani semakin menantang, akupun mulai mencumbuinya.
Sedikit demi sedikit pakaiankupun dilucuti Rani dengan tangan halusnya. Aku bopong body mulus Rani ke tempat tidur, Rani memamerkan vaginanya yang kelihatan rapat dan cekung memerah. Aku semakin tidak sabar, aku lepas celana dalamku cepat-cepat. Aku mulai menjilati paha Rani yang mulih halus itu. Rani menggeliat-geliat menahan nafsu birahi.
Saat lidahku menjilati vagina Rani, Rani berteriak-teriak menahan kenikmatan. Aku semakin ke atas dan mengulum payudaranya serta menindihnya, semakin ke atas aku mengulum bibirnya dan aku rasakan penisku menyentuk benda lembut tapi panas.
Aku coba menekan tapi susah sekali. Rani semakin meregangkan selangkangannya, aku menekan pinggangku dan aku rasakan penisku mulai panas (karena penisku menyeruak masuk ke dalam vagina Rani), semakin panas saat aku menekannya dengan keras dan Rani menjerit sembari mendekapku erat. Sesaat kami terasa tidak sadar, kemudian aku mulai memainkan pinggulku, kami sangat menikmatinya hingga sesaat lamanya penisku mengejang dan cairan menyeruak di dalam vagina Rani, Rani memelukku erat sekali.
Setelah bangun aku merasa penisku sakit dan panas sekali, akan tetapi saat aku mau mencabut penisku, Rani kembali memelukku. Rani sungguh hebat, kamipun melakukan lagi. Setelah itu Rani melangkah ke kamar mandi, aku mengikutinya dari belakang. Rani mencuci vaginanya dan aku mencuci penisku.
“Mas, aku lapar”, kata Rani.
“Aku juga”, jawabku samabil kucium bibir Rani.
Rani mengenakan pakaian seperti saat mandi tadi, tanpa BH dan celana dalam, aku membalut tubuhku dengan handuk. Kami melangkah ke dapur untuk masak, kami bercanda dan tanpa aku sadari penisku telah menegang, Rani pun begitu.
Rani duduk di meja dapur dan mengangkat kakinya, vaginanya kelihatan begitu indah dan kecil. Aku pegang penisku dan memasukkannya ke dalam vaginanya, gesekan-gesekan lembut kami lakukan dengan tenang dan mesra. Setelah beberapa lama cairan spermaku menyemprot di dalam vagina Rani. Rani tersenyum puas.
Kami melanjutkan lagi masak dan makan malam. Mulai saat itu setiap pagi penisku menegang, aku turun dan melakukan perbuatan itu dengan Rani, ya hampir setiap pagi. Kami sangat menikmatinya dan aku bicara kepada orang tua Rani untuk meminangnya, mereka setuju.
Kami sangat bahagia dan semakin gila-gilaan melakukan perbuatan mesum tersebut tanpa kenal waktu dan ruang. END filmbokepjepang.com