Bersama Kapten Heru
Tak pernah terbayangkan olehku bertemu dengan seseorang yang mengagumkan, baik hati, gagah, menyenangkan dan pasti handsome, dialah Kapten Heru. Malam itu aku merasa lapar sekali, sementara jam sudah menunjukkan pukul 07:30 WITA. Segera kupacu mobilku ke sebuah restaurant fast food terdekat. Kota ini memang tidak terlalu besar, sehingga tidak banyak tempat yang bisa dikunjungi, dan kalau malam yah tidak terlalu ramai. Beda sekali dengan kota kelahiranku, ibukota Jakarta. Aku sendiri baru beberapa bulan di kota ini untuk bekerja.
Malam itu aku memesan beberapa fried chicken dengan nasi dan soft drink. Aku pun duduk di sebuah bangku yang menghadap ke luar. Di sampingku sudah duduk seorang laki-laki, mungkin berumur sekitar 35 tahun. Dengan senyum aku pun duduk didekatnya.
“Ma’af Pak,” kataku sambil senyum dan meminta izin untuk duduk di sampingnya.
“Silakan, Mas,” jawabnya sambil juga tersenyum.
“Sepertinya bukan orang sini?”
Rupanya dia mendengar logat bicara saya, sehingga dia menarik kesimpulan seperti itu. Akhirnya kami pun saling memperkenalkan diri. Ternyata dia seorang anggota militer bernama Heru, ya dia kapten Heru. Dia pun ternyata juga bukan orang sini, dia bertugas di kota ini. Dan yang lebih mengagumkan, ternyata umurnya sudah 45 tahun. Benar-benar terlihat muda dan gagah dengan kumis yang tertata rapih.
Kami pun terus bicara dan Kapten Heru pun bercerita banyak mengenai pengalamannya, baik dalam penanganan keamanan di lingkungan, maupun cerita-cerita yang membuat hatiku deg-degan juga. Pengalamannya sudah banyak sekali, hampir seluruh pulau di Indonesia sudah dikunjungi dalam rangka tugas. Aku sangat tertarik dengan semua cerita-ceritanya termasuk cerita cintanya dengan beberapa wanita di kota ini.
“Begitulah pengalaman saya Mas..” katanya kemudian. Sebenarnya aku tidak hanya tertarik dengan semua ceritanya, tapi yang membuatku lebih tertarik lagi adalah gaya bicaranya yang jelas dan tegas, wajahnya yang ganteng dan penampilannya yang gagah. Beberapa kali ceritanya diiringi dengan senyuman yang membuatku tak berdaya memandangnya.
“Oh ya, kita baru kenal tapi sepertinya saya begitu dekat dengan Mas, sehingga saya cerita tanpa kendali, sampai cerita pribadi.. ha ha ha.. Mas sendiri punya pengalaman apa?”
Tiba-tiba saja kapten Heru mengejutkanku dengan pertanyaannya. Aku terkejut dan bingung apa yang harus kuceritakan.
“Wah, cerita apa ya?” kataku sambil berpikir.
“Anda ramah dan baik, sehingga saya pun merasa kita sudah kenal lama sekali. Tapi apa yang bisa saya ceritakan?”
“Masa tidak punya pengalaman?”
Aku hanya terdiam berpikir. Sementara kami pun selesai makan.
“Baiklah, saya akan ceritakan pengalaman pribadi saya, tapi baiknya tidak di sini,” kataku.
“Mari kita ke mobil saya.. nanti saya cerita pengalaman saya.”
Kapten Heru hanya terdiam, tapi aku melihat dia sepertinya tertarik dengan cerita yang akan aku ceritakan.
“Tapi nanti saya diantar kembali kesini, karena saya juga bawa mobil.”
“Tidak apa-apa,” kataku.
Kemudian kami pun berjalan ke arah mobilku dan segera kustater.
“Saya punya pengalaman agak pribadi sekali, Pak. Itulah sebabnya saya ingin cerita di luar, karena hal ini tidak umum sekali. Dan saya hanya cerita kepada Bapak, dan tolong jangan ceritakan pada orang lain.”
Kapten Heru makin penasaran tapi dia pun menyetujui dan berjanji untuk tidak menceritakan pada orang lain.
” Saya mempunyai seorang teman yang sangat special sekali di Jakarta. Kami selalu jalan bersama, makan bersama, nonton bioskop, olah raga, dan kadang tidur bersama. Kami juga sering ‘ML’, kami sering bercinta..”
Kapten Heru mendengarkan dengan penuh perhatian.
“Dia seorang teman yang baik, berumur hampir 50 tahun, selisih umur dengan saya 20 tahun. Tapi.. dia sudah punya anak dan sudah beristri.”
“Beristri?” kapten Heru bertanya dengan heran.
“Maksudnya?”
Aku terdiam sejenak.
“Yah.. saya bercinta dengan sesama jenis..” kataku pelan, saat itu pula Kapten Heru hanya terdiam tapi kemudian dia tersenyum.
“Saya senang dengan Bapak,” kataku tiba-tiba dan tak terasa tanganku sudah berada di pahanya. Kapten Heru hanya tersenyum dan membiarkan tanganku menjelajah di pahanya.
“Saya lihat Mas biasa saja.. dan sama sekali tidak terlihat kalau Mas menyenangi sesamaihat kalau Mas menyenangi sesamaan, smart, pandai dan ramah. Saya tidak percaya itu.”
“Tapi itulah yang terjadi saat ini,” kataku sambil terus tanganku mengelus menjelajahi paha Kapten Heru sambil sesekali saya memegang perutnya yang terasa begitu keras.
Kapten Heru terus bicara pada saya, sementara saya sudah tidak tertarik dan sepertinya saya sudah tidak tahu lagi apa yang dibicarakannya mengenai diri saya. Saya lebih tertarik dengan senyumnya, wajahnya, suaranya dan entah kenapa tangan saya sudah jauh menjelajah memasuki daerah terlarang. Tangan saya sudah mulai mengelus sesuatu yang agak menonjol dari celana Kapten Heru. Dan tanganku pun mulai menarik resleting celananya, hingga Kapten Heru memegang tanganku.
“Oh, ma’af..” kataku ketakutan.
Aku.. oh, aku tidak bisa lagi mengendalikan diri. Aku begitu bernafsu, sehingga lupa siapa yang kuhadapi saat ini. Aku terdiam ketakutan, sementara keringat dingin mulai mengucur dari keningku. Badanku gemetar, aku takut sekali.
“Saya bukan seperti itu..” kata Kapten Heru dengan melontarkan senyum.
Aku pun makin bingung dengan sikap dan tindakanku, aku tidak mengerti dengan senyumnya.
“Saya tertarik dengan semua ceritamu, tapi saya sendiri sebenarnya tidak seperti itu,” kata Kapten Heru.
“Tapi saya dapat mengerti perasaanmu.”
Mengerti? Oh aku benar-benar bertambah bingung. Sementara tanganku masih dipegangnya. Pegangannya begitu kuat sehingga menusuk jantungku.
“Ma’afkan saya Pak Heru..” kataku pelan.
“Saya menyukai Bapak.”
Kapten Heru hanya kembali tersenyum, lama kami terdiam.
“Baiklah, kita coba..”
Ohh meledak sudah perasaanku, kata-kata yang membuatku terkejut, kukira dia akan marah besar padaku, ternyata!
“Tapi jangan di sini.. tidak baik dilihat orang..” kata Kapten Heru kembali.
Langsung saja kupacu mobil mengarah ke rumahku. Tak banyak lagi yang kami bicarakan, hingga tiba di rumahku. kemudian kuajak Kapten Herui masuk dan kukunci rumah dengan rapat.
Sementara Kapten Heru duduk di sofa, akupun pergi mengambil air minum. Di rumah ini aku hanya tinggal sendiri. Kapten Heru pun minum air yang kuberikan, saat itu pun aku sudah tak tahan lagi, segera kuberlutut dan kupeluk perutnya dan kuciumi kedua belah pipinya. Kapten Heru hanya diam sambil sesekali meringis kegelian dan terus senyum sambil tanganya memegang bahuku. Dengan perlahan kubuka kancing bajunya satu persatu hingga terlihatlah bentuk tubuhnya didalam kaos ketatnya. Langsung kubuka kaos tentaranya dan ohh bagus sekali tubuhnya, dadanya yang bidang ditumbuhi oleh bulu-bulu yang tipis dan terus sampai ke bawah dan mungkin sampai ke daerah vitalnya.
Kemudian aku pun membuka pakaianku. Kubuka celana panjangnya sambil terus kunikmati aroma kejantanan Kapten Heru. Ohh betapa nikmatnya, aromanya begitu khas masculin. Bulunya begitu lebat sekali disekitar senjatanya terus memenuhi hingga paha dan kakinya, segera kuhisap dan kunikmati senjatanya yang berukuran normal. Ohh nikmat sekali, beberapa kali Kapten Heru mengerang, menikmati hisapanku.
“Ohh teruuss.. enak sekali.. teruss..”
Kami pun sudah telanjang tanpa busana di sofa ruang tamu. Kapten Heru sudah tak tahan, nafsunya telah sampai ke ujung kepalanya, mendidih, dan dia langsung merebahkan tubuhku di sofa panjang menaiki tubuhku dan segera menggenjot senjatanya di antara kedua belah pahaku, aku pun sangat menikmatinya. Ohh.. nikmat sekali.
“Teruuss.. Pak Heru.. Ohh.. enak sekali..”
Kami pun berpelukan dan aku pun berusaha mencium bibirnya. Ohh nikmat sekali bibirnya, nikmat sekali. Terus kuraba tubuh Kapten Heru yang kekar berisi sambil terus raba pantatnya yang keras berisi. Dengan nafas yang memburu, kapten Heru terus memainkan senjatanya di atas tubuhku, “Teruss.. menggenjot.. teruss..”
Dia sudah tidak dapat mengontrol diri, dia sudah lupa siapa yang dihadapi dalam “ML”, dia menikmati permainan ini, makin dia bernafsu, aku pun bertambah nafsu pula. Dia bagaikan banteng liar, benar-benar jantan. Gayanya yang begitu hebat, permainan yang begitu kunikmati, dan belum pernah kutemui permainan seganas itu, makin liar, makin keras, otot-ototnya yang kencang, keras sekali, mengagumkan.
“Aku mau keluar.. aku mau keluar..”
“Saya juga.. saya mau keluar Pak..”
“Croot.. croot.. croot..”
Tumpahlah sperma Kapten Heru bersatu bersama sperma milikku di tubuhku. Dia pun kelelahan dan tidur sebentar memeluk tubuhku hingga kuajak dia ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh.
Kami pun mandi bersama dan saling menyabuni, tak banyak yang kami bicarakan kecuali lontaran senyum yang memuaskan, terus kusabuni tubuh kapten Heru sambil sesekali kupeluk dan kuciumi tubuhnya. Begitu juga dengan Kapten Heru, dia juga melakukan hal yang sama. Kulihat senjatanya sudah mulai bereaksi, terus naik dan terus menegang hingga akhirnya benar-benar tegang maksimal, langsung saja kembali kuhisap, dia pun menikamtinya. Senjataku pun menegang dengan keras. Rupanya Kapten Heru juga ingin melakukan hal yang sama, dia pun segera menghisap burungku yang sudah menegang maksimal. Ohh nikmat sekali.
Kemudian kuajak Kapten Heru ke kamar tidurku dan dengan nafsu yang membara terus dia memeluk dan menggenjot tubuhku, tekanannya makin keras, makin kunikmati, kemudian kuangkat kedua kakinya dan kuciumi sekitar buah zakar dan lubangnya. Kumainkan lidahku keluar masuk ke dalam lubangnya dan dia pun mengerang nikmat dan sambil kuhisap kumasukkan jari-jariku ke dalam lubangnya, dia begitu menikmatinya hingga tak tersa kalau bukan lagi jariku yang masuk ke dalam lubangnya, tapi sudah senjataku berada di dalamnya. Kemudian terus kugenjot naik turun sambil kuciumi kedua pipi dan lehernya.
Naik turun pantatku menggenjot senjataku untuk keluar masuk ke dalam lubang. Ohh lubang itu begitu rapat dan belum pernah ada yang memasukinya, aku menikmatinya, aku pun berteriak. Sambil tangan kananku terus mengocok senjatanya yang sudah tegang maksimal. Terus kukocok sesuai irama pantatku. Begitu juga dengan Kapten Heru, dia juga tak tahan dengan permainan senjataku di dalam lubangnya naik dan turun, keluar masuk dengan pelan kemudian keras, pelan, dan Ohh kami puas, kami puas.
“Ohh.. aku mau keluar..” kataku.
“Teruss.. lebih keras lagi.. teruss.. masukkan lebih dalam lagi.. aku menikmatinya.. teruss..”
“Croot.. croot.. croot..”
Kami pun keluar lagi bersamaan, banyak sekali sperma yang muncrat dari senjata Kapten Heru, putih dan kental sekali. Kami pun tidur berpelukan beberapa saat. Betapa indahnya hari ini. Ohh.. terima kasih Kapten Heru. Kami pun beberapa kali bertemu dan kami bersahabat saling berkunjung ke kantor dan terus bermain bila bertemu. Sampai akhirnya pindah tugas ke daerah lain. Saya tidak akan melupakan. Terima Kasih Kapten Heru. Saya yakin kita pasti bertemu lagi. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
TAMAT