BERCINTA DENGAN MR INGGRIS

Dalam bergaul aqu cukup ramah sehingga tak mengherankan bila di sekolah aqu mempunyai banyak kawan baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aqu sendiri saat itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul dgnku. Di kelaspun aqu termasuk salah satu murid yg mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

Karena kepandaianku bergaul dan pandai berkawan tak jarang pula para guru senang padaqu dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yg lain. Salah satu guru yg aqu sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dgn bekas cukuran brewok yg aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aqu) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yg aqu dengar-dengar umurnya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yg sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aqu duduk-duduk istirahat di kantin bersama kawan-kawanku yg lain, termasuk lelaki-lelakinya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yg perempuan-perempuan masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ perempuan-perempuannya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaqu yg cukup indah dan putih.

Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Martin (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang,

“Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.

“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”. Aqu menjawab,

“Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”.

“Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”.

Aqu dan kawan-kawan mengajak,

“Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.

“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tak keberatan”!Aqu dan kawan-kawan bilang,

“Tidak, Pak.”, lalu aqu menimpali lagi,

“Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu kawan-kawan yg lain,

“Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.

Ketika Pak Martin mengambil posisi untuk duduk langsung aqu mendekat karena memang aqu senang akan kegantengannya dan kontan kawan-kawan ngatain aqu.

“Alaa.., Etty, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.Pak Martin menjawab,

“Ah! Ya, ndak apa-apa”.

Kemudian sengaja aqu menggoda sedikit pandangannya dgn menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaqu dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaqu. Tampak Pak Martin tersenyum dan aqu berpura-pura minta maaf.

“Sorry, Siirr”. Dia menjawab,

“That’s OK”. Di dalam hati aqu tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Martin.

Di suatu hari Minggu aqu berniat pergi ke rumah Pak Martin dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah kawan dan pulang agak sore dgn alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaqu mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yg paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Martin, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.

“Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.

Aqu menjawab, “Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”. Lalu dia mengajak masuk ke dalam,

“Ooo, begitu. Ayolah masuk. www.filmbokepjepang.net   Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu”. Memang tampak Pak Martin hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aqu sekedar menjelaskan,

“Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya” Dia tersenyum,

“Saya kost di sini. Sendirian.”

Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba saat makan siang dan Pak Martin tanya,

“Udah laper, Et?” Aqu jawab,

“Lumayan, Pak”.Lalu dia berdiri dari duduknya,

“Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”. Langsung kujawab,

“Ok-ok aja, Pak.”.

Sesaat Pak Martin pergi, aqu di rumahnya sendirian dan aqu jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aqu melihat kamar Pak Martin pintunya terbuka dan aqu masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Lelaki dan perempuan yg sedang bersetubuh dgn berbagai posisi dan entah kenapa yg paling menarik bagiku adalah gambar di mana lelaki dgn asyiknya menjilati kemaluan perempuan dan perempuan sedang mengisap kemaluan lelaki yg besar, panjang dan kekar.

Tak disangka-sangka suara Pak Martin tiba-tiba terdengar di belakangku,

“Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.

Astaga! Betapa kagetnya aqu sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aqu segera keluar dgn berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.

Pak Martin hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tak apa-apa. Kamar saya berantakan. tak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.

Syukurlah Pak Martin tak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dgn segera.

Pada saat makan aqu bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.

Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.

Lalu aqu memancing, “Kok, tadi ada yg begituan”.

Dia bertanya lagi, “Yg begituan yg mana”.

Aqu bertanya dgn agak malu dan tersenyum, “Emm.., Ya, yg begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.

Kemudian dia tertawa, “Oh, yg itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari kawan saya saat dia ke Eropa”.

Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Martin menawarkan aqu untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.

Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.

Aqupun langsung beranjak ke sana. Aqu segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yg tergeletak di atas tempat tidurnya.

Begitu tiba di dalam kamar, Pak Martin bertanya lagi, “Betul kamu tak malu?”, aqu hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Martin dgn santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yg besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh kemaluanqu. Aqu ingin merintih tetapi kutahan.

Pak Martin bertanya lagi, “Sakit, Et”.

Aqu hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aqu mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Martin semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aqu hanya bisa mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.

Akhirnya aqu lemas dan kurebahkan badanku di atas tempat tidur. Pak Martin pun naik dan bertanya.

“Enak, Et?”

“Lumayan, Pak”.

Tanpa bertanya lagi langsung Pak Martin mencium mulutku dgn ganasnya, begitupun aqu melayaninya dgn nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus kemaluan yg perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting buah dadaqu. Praktis kami berdua sudah tak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yg buta. Pak Martin berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yg masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaqu sembari salah satu tangannya menunjuk gambar lelaki memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan seorang perempuan yg tampak pasrah di bawahnya.

“Boleh saya seperti ini, Et?”.

Aqu tak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataqu perlahan. Mungkin Pak Martin menganggap aqu setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan kemaluanqu. Tangan kirinya berusaha membuka belahan kemaluanqu yg rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam kemaluannya dan mengarahkan ke kemaluanqu.

Kelihatan Pak Martin agak susah untuk memasukan kemaluannya ke dalam kemaluanqu yg masih rapat, dan aqu merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar kemaluanqu masih kaqu. Pak Martin memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Et”. Aqu tak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, “Akhh.., bukan main perihnya ketika batang kemaluan Pak Martin sudah mulai masuk, aqu hanya meringis tetapi Pak Martin tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus kemaluannya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan badannya di atas badanku. Kedua buah dadaqu agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di kemaluanqu.

Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dgn gerakan kemaluan Pak Martin mengocok kemaluanqu. Aqu terengah-engah, “Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Martin semakin erat ke badanku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan kemaluan Pak Martin semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam kemaluanqu menggeliat-geliat dan berputar-putar.

Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Martin kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dgn keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Martin semakin memperkuat dan mempercepat kocokan kemaluannya dan di wajahnya kulihat raut yg gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga badanku bergerinjal dan kepalaqu menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Martin agak merintih bersamaan dgn rasa cairan hangat di dalam kemaluanqu.

Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan kemaluannya dan merebahkan badannya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.

Setelah semuanya tenang dia bertanya padaqu, “Gimana, Et? Kamu tak apa-apa? Maaf, ya”.

Sembari tersenyum aqu menjawab dgn lirih, “tak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.

Dia berkata lagi, “Sama, saya juga”.

Kemudian aqu agak tersenyum dan tertidur karena memang aqu lelah, tetapi aqu tak tahu apakah Pak Martin juga tertidur.

Sekitar pukul 17:00 aqu dibangunkan oleh Pak Martin dan rupanya sesaat aqu tidur dia menutupi sekujur badanku dgn selimut. Tampak olehku Pak Martin hanya menggunakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.

Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dgn tetap dalam keadaan telanjang bulat aqu masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Martin masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan badan dan aqupun tak canggung lagi ketika Pak Martin menyabuni kemaluanqu yg memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yg mungkin luka dari selaput daraqu yg robek. Begitu juga aqu, www.filmbokepjepang.net   tak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan kemaluannya yg perkasa itu.

Setelah semua selesai, Pak Martin membuatkan aqu teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa badanku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aqu pamit untuk pulang dan Pak Martin memberi ciuman yg cukup mesra di bibirku. Ketika aqu mengemudikan mobilku, terbayg bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yg menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aqu cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.

Semenjak itulah, bila ada saat luang aqu bertandang ke rumah Pak Martin untuk menikmati keperkasaannya dan aqu bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aqu masih tetap menikmati genjotan Pak Martin walaupun aqu sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Martin menawarkan padaqu untuk mengawiniku bila aqu sudah selesai kuliah nanti, tetapi aqu belum pernah menjawab. Yg penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan kemaluan guru bahasa Inggrisku itu. www.filmbokepjepang.net

Related posts