Berburu Sup Sayur Lima Unsur yang Dipercaya Mampu Obati Kanker

Sejak beberapa pekan terakhir, rumah Hendra Gunawan di Jalan Kantil 9, Purwosari, Solo, ramai didatangi para pencari obat alternatif. Sejak selepas subuh, orang-orang sudah berkerumun menunggu pembagian nomor antrean, meskipun Hendra baru akan melayani mereka pukul 8.00.

“Kalau kesiangan sering nggak kebagian jatah, soalnya terbatas. Saya dapat nomor 70, padahal datang sebelum jam enam,” kata Budi, warga Solo yang ikut mengantri.

Mereka datang untuk membeli Sup Sayur Lima Unsur yang dipercaya mampu menyembuhkan kanker, tumor, dan berbagai penyakit degeneratif. Kebanyakan adalah orang-orang yang ingin sembuh dari penyakit dan ingin mencoba pengobatan lain di luar medis seperti operasi.

Tetapi untuk mendapatkan sup itu, mereka harus sabar mengantre. Hendra hanya membuat sup sebanyak 50 panci untuk sekitar 250 botol dari pagi hingga sore hari dan membagikan nomor antrean yang bisa diambil setiap pagi. Tak sedikit yang kecele karena datang kesiangan.

“Saya baru kali ini ke sini, anak saya menderita tumor mata. Saya mendengar banyak yang sembuh karena sup ini, tapi ternyata sudah habis,” ujar pasangan muda dari Wonogiri sambil mengantre dan menggendong anaknya usia empat tahun dengan benjolan pada matanya.

Sementara, yang mendapat nomor antrean juga belum tentu bisa membeli sesuai jumlah yang diinginkan. Hendra Tanamas dari Jakarta, misalnya, rela terbang ke Solo dan berniat membeli 30 botol, tetapi hanya bisa membawa pulang 10 botol saja karena hari itu antreannya penuh.

Hendra Gunawan sebenarnya ingin membuat sup lebih banyak agar semua orang yang membutuhkan bisa mendapatkannya, tetapi ia sendiri terkendala bahan sayuran impor, metode pengolahan manual, serta jumlah tenaga produksi yang terbatas.

“Kami kewalahan dengan permintaan sup yang terus meningkat ini, jadi harus dibagi-bagi agar sebisa mungkin yang mendapat nomor antrean mendapat jatah,” kata Hendra Gunawan.

Resep dari Jepang

Sebenarnya Sup Sayur Lima Unsur bukan metode pengobatan alternatif yang baru di Indonesia. Bahkan, sudah banyak sup semacam ini yang dijual secara online di beberapa marketplace. Formula sup ini diracik pertama kali oleh Tateishi Kazu, penulis buku Ganso Yasai Supu Kenko Ho (The Original Vegetable Soup Health Law), dan diklaim ampuh menyembuhkan berbagai penyakit dari kanker, AIDS, hingga mengobati cedera.

Kazu sendiri merupakan sosok yang kontroversial. Diberitakan sejumlah media pada Juni 1994, seperti Associated Press, The Sydney Morning Herald, Los Angeles Times, dan Independent, pria asal Gifu, Jepang, yang berprofesi sebagai sopir taksi itu ditahan polisi karena praktik pengobatan yang dianggap ilegal dan melabeli dirinya dokter meski tak memiliki latar belakang pendidikan akademis kedokteran. Namun, tak sedikit pula pesohor di Negeri Sakura itu yang mengaku merasakan khasiat sup Kazu.

Sementara itu, Hendra sudah membuat sup ini sejak 2009 tetapi hanya dijual ke teman dan kerabat dekatnya saja. Setelah tersiar kabar dan testimoni orang-orang yang sembuh dari kanker tanpa operasi hanya dengan minum sup ini dua hingga empat botol per hari, Sup Sayur Lima Unsur buatan Hendra menjadi buruan orang, termasuk dari luar kota seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan luar Jawa.

Hendra bukan dokter maupun tabib, namun punya minat terhadap pengobatan herbal. Ia sering membaca artikel resep-resep herbal Tiongkok dan mencoba membuatnya. Resep Sup Sayur Lima Unsur itu ia peroleh dari salah satu media berbahasa Mandarin yang mengupas sup ajaib dari Jepang yang bisa membunuh kanker dan mengobati berbagai penyakit seperti diabetes, jantung, kolesterol, hipertensi, dan asam urat.

“Dari resep itu, saya mencoba membuat untuk istri saya yang sakit lutut (osteoarthritis). Saya cobakan beberapa kali, ternyata sembuh dan bisa jalan sampai sekarang. Teman-teman saya yang punya masalah dengan sakit persendian lalu minta dibuatkan,” kata Hendra.

“Ada teman yang kena tumor payudara, beratnya sudah delapan kilo, pesan sup saya setiap hari. Dalam waktu empat bulan, tumornya mengering dan lepas sendiri. Lalu saya rekomendasikan ke dokter kenalan saya agar tumor yang mati itu segera diambil.”

Sejak saat itu, teman-temannya yang merasakan khasiat dari Sup Sayur Lima Unsur menganjurkan Hendra memproduksi sup dalam jumlah banyak untuk dijual umum.

Lima unsur

Sup Sayur Lima Unsur bukanlah jenis kuliner sup dengan berbagai bahan dan bumbu rempah yang sedap, melainkan berupa air kaldu berwarna kuning kecokelatan yang diperoleh dari proses perebusan empat bahan tanaman yang terdiri dari akar, umbi, dan jamur. Sup ini merupakan kombinasi dari lobak putih, daun lobak, wortel, gobo (akar ketela Jepang), dan jamur hioko (shiitake).

Hendra memperoleh gobo dan jamur hioko dari suplier sayuran impor karena tanaman tersebut tidak dibudidayakan di Indonesia, sedangkan sisanya merupakan bahan lokal. Kelima bahan itu melambangkan lima elemen berbeda yang dipercaya dapat memulihkan keseimbangan asam-basa tubuh, yakni air (jamur hioko), api (wortel), tanah (gobo), logam (lobak), dan kayu (daun lobak). Sup ini juga memadukan lima warna bahan, yakni hitam, merah, kuning, putih, dan hijau.

Sesuai dengan resep yang didapat Hendra, semua bahan dipotong kasar dan direbus dengan air dalam panci berbahan kaca tanpa tambahan bahan lain maupun bumbu. Sup direbus menggunakan anglo atau tungku api yang terbuat dari tanah liat dengan bahan bakar arang kayu, bukan kompor gas.

“Dimasak sekitar satu jam, agar sari patinya keluar dan terserap ke air rebusan, panci kaca harus tertutup, enggak boleh dibuka selama perebusan. Enggak boleh memakai panci logam dan gas LPG, karena bisa menyebabkan reaksi kimia dengan zat-zat dalam bahan sup,” ujar Hendra.

Setelah matang, air sup dipisahkan dari sayuran kemudian disaring ke dalam botol-botol kaca. Air kaldu inilah yang dikonsumsi sebagai obat herbal. Sup ini rasanya tawar dengan aroma sayuran pekat.

Karena tanpa bahan pengawet, sup tanpa ampas ini hanya akan bertahan di suhu ruangan selama empat jam. Setelah itu, sup akan berangsur basi dan tidak layak dikonsumsi. Namun, jika didinginkan di lemari es, sup bisa bertahan hingga sepuluh hari.

Harga per botol 550 ml Rp 24,000, tetapi jika membawa botol kaca sendiri dari rumah, harganya Rp 20,000. Jika minum di tempat, harga per gelas Rp 10,000.

Dosisnya minumnya beragam sesuai keluhan konsumen rata-rata lebih dari satu botol setiap hari. Penderita kanker dan tumor disarankan setiap hari minum tiga sampai empat botol yang harus habis dalam waktu maksimal empat jam. Artinya, mereka menghabiskan Rp 60,000-Rp 80,000 per hari.

Selain itu, penderita kanker wajib menghindari semua pantangan, yakni makanan yang dibakar, ikan asin, sayur asin, vetsin, pewarna, pengawet, makanan kalengan, mi instan, kerupuk, ikan laut, udang, kepiting, cumi, ayam negeri, telur, susu, kopi, teh, gorengan, tahu, tempe, dan roti yang mengandung pengembang.

Melihat secara ilmiah

Namun, benarkah sup ini punya khasiat “ajaib” menyembuhkan kanker dan sejumlah penyakit generatif? Rappler meminta pendapat dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang memiliki reputasi dalam riset fitofarmaka.

Menurut peneliti zat-zat alam anti-kanker, Prof Dr Edy Meiyanto MSi Apt, semua sayur yang digunakan dalam sup merupakan golongan edible atau bahan pangan yang bisa dikonsumsi sehari-hari. Pada dasarnya, sayuran menyehatkan selama dikonsumsi dalam jumlah yang wajar.

“Kebetulan saya pernah sekolah di Jepang, dan jenis sayuran itu memang sangat populer. Lobak, ketela, dan jamur shiitake mudah ditemukan dalam menu sehari-hari di sana, dan sudah lama diyakini punya khasiat menyehatkan,” kata Direktur Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) UGM itu.

Klaim terhadap khasiat Sup Sayur Lima Unsur bermanfaat bagi kesehatan, kata Edy, secara teoretis bisa diterima. Kelima bahan tersebut memiliki  berbagai jenis kandungan vitamin dan antioksidan, seperti senyawa polifenol pada lobak, wortel, dan gobo, serta lentinan pada shiitake, yang semuanya punya potensi menurunkan risiko kanker dan penyakit degeneratif.

Meski demikian, khasiat sayuran tersebut sifatnya hanya protektif dan suportif, tidak langsung melawan atau membunuh kanker atau tumor yang ada. Zat-zat pada sayuran membantu menjaga kebugaran, meningkatkan sistem imunitas tubuh, menjaga sel dari kerusakan, melawan radikal bebas, dan mencegah penuaan dini.

Jamur shiitake misalnya, dikenal bermanfaat untuk menaikkan sistem imunitas tubuh. Daya tahan tubuh yang meningkat akan menurunkan risiko berbagai penyakit atau menghentikan penyakit berkembang, termasuk kanker dan tumor.

“Tidak bisa diklaim bersifat kuratif, tidak spesifik untuk mengobati tetapi membantu menyembuhkan, meskipun pada kasus tertentu bisa saja menyembuhkan. Kalau menjadi praktek pengobatan, itu tidak pas, karena sudah masuk ranah medikolegal yang wajib memenuhi standar dan prosedur pelayanan tertentu,” papar guru besar Farmasi UGM itu.

Sejauh ini, sayuran dan segala jenis tanaman edible hanya dikatagorikan sebagai jamu atau herbal. Untuk menjadi obat, dibutuhkan riset mendalam dan prosedur standarisasi produksi, seperti uji praklinis, uji klinis, uji toksisitas, takaran dosis, dan lainnya. Jamu bisa ditingkatkan statusnya menjadi obat herbal terstandar (OHT), kemudian bisa naik lagi menjadi fitofarmaka.

“Jika zat dalam bahan alam secara kimiawi bisa diidentifikasi dan kemudian diisolasi, serta mekanisme kerjanya spesifik, bisa disebut obat,” ujar Edy.

Ia mencontohkan, vinkristin merupakan obat untuk beberapa jenis kanker yang diisolasi dari tanaman tapak dara (Catharanthus roseus).  Melalui riset, mekanisme kerjanya bisa diidentifikasi dengan jelas, misalnya menghentikan pembelahan sel, mencegah pembentukan sel baru, sehingga sel kanker mati.

Karenanya, Sup Sayur Lima Unsur tidak mungkin digolongkan sebagai obat atau untuk mengobati. Jika ada klaim demikian, menurut Edy, hal itu tak lebih hanya merupakan bisnis semata, apalagi jika harga produknya dijual cukup mahal.

“Segala bisnis yang menyangkut kesehatan dan kesembuhan itu kan sangat menarik dan laris. Jadi konsumen harus pintar-pintar menyikapinya,” kata Edy.

Sebenarnya, lanjut dia, masyarakat bisa meracik sup itu sendiri, karena semua bahan-bahannya tersedia di Indonesia–termasuk yang diimpor. Soal komposisinya, bisa ditentukan sendiri dan tak perlu khawatir akan berdampak bahaya. Selama semuanya dikonsumsi tak berlebihan, sayuran sangat aman dan menyehatkan. Tertarik mencoba?

Related posts