Barang Baru Minta di Colmek

 Kisah ini terjadi dua tahun yg lalu yaitu ketika masih umur 22 tahun & masih kuliah di tahun ke-tiga.

Liburan bulan desember tahun lalu saudaraku dari anak mama, bermain ke rumahku serta menghadiri acara resepsi yang mana juga ada saudarku nikahan selain itu dia juga mau jalan jalan di kota atlas, namanya Yesi, sudah lama saya tak berjumpa dengannya mungkin ada 5 tahunan terakhir bertemu waktu aku masih kelas 3 SMP, dan sekarang dia sudah menjelma gadis yang berparas anggun dan cantik.

Ia yg dulunya pemalu & konservatif sekarang sudah menjadi seorang gadis belia yg modis & mempesona setiap lelaki, tubuhnya putih langsing dgn perut rata, rambutnya juga hitam panjang seperti gadis Sunsilk.


Ia tiba di sini sekitar pukul tujuh malam, dari bandara saya langsung mengajaknya makan malam di sebuah kafe. Rupanya ia enak juga diajak ngobrol karna kami sama-sama cewek gaul, padahal waktu kecil dulu kami tak terlalu cocok karna waktu itu ia agak tertutup.

Keesokan harinya saya mengajaknya jalan-jalan menikmati kota Jakarta serta sempat berkenalan dgn Ratna & cowoknya yg kebetulan bertemu waktu lagi shopping di TA. Royal juga saudarsaya yg satu ini, belanjaannya banyak & semuanya bermerk, saya saja sampai geleng-geleng kepala melihatnya.

Malamnya sepulang dari undangan yg diadakan di sebuah restoran mewah di ibukota, saya langsung menjatuhkan diri ke kasur sesudah melepaskan gaun pestsaya & menyisakan celana dalam pink saja. Saya rebahan bugil di ranjang merenggangkan otot-ototku sambil menunggu Yesi yg sedang memakai kamar mandi, ia tadi minum alkohol kamumayan banyak, kemungkinan ia muntah-muntah di dalam sana kali pikirku.

“Yes, sekalian ambilin kaos saya di gantungan baju di dalam dong,” pinta saya ketika ia keluar limabelas menit kemudian, matanya nampak sayu karna pengaruh alkohol & kelelahan.

Ia memberikan kaos itu padsaya lalu memintsaya membantu melepaskan kait belakang gaun malamnya. Sesudah memakai kaos, saya membuka kait & menurunkan resleting gaunnya. Yesi pun memeloroti gaunnya sehingga nampaklah dadanya yg montok, ukurannya tak beda jauh dgn milikku, cuma putingnya lebih kecil sedikit dari punyaku. Hanya dgn bercelana dalam G-string ia berjongkok di depan kopornya mencari pakaian tidur.

“Kenapa Ci? Kok ngeliatin saya terus, jangan-jangan kamu..?” katanya nyengir karna merasa kulihat terus tubuhnya sambil membanding-bandingkan dgn tubuhku.

“Yee.. Nggak lah yaw!! Dasar negative thinking aja lo ah!” ujarku sambil tertawa.

Malam itu, sambil berbaring kami ngobrol-ngobrol, pembicaraan kami cukup seru dari masalah fashion, kuliah, cinta & sex sehingga bukannya tertidur, kami malah larut dalam obrolan & canda-tawa. Terlebih lagi ketika memasuki topik seks & saya menceritakan secara gamblang kehidupan seksku yg liar, ia terkagum-kagum akan keliaranku & kelihatannya ia juga terangsang.

Namun ketika gilirannya bercerita, suasana jadi serius, di sini ia menceritakan dirinya sedang ribut besar dgn pacarnya yg selingkuh dgn cewek lain, saya dgn penuh perhatian mendengarnya curhat padaku. Nampak matanya berkaca-kaca & setetes air mata menetes dari matanya yg sipit, ia memeluk bantal lalu menangis tersedu-sedu dibaliknya.

Sebagai wanita yg sama-sama pernah dikhianati lelaki, saya juga mengerti perasaannya, maka kurangkul ia & kuelus-elus punggungnya untuk menenangkannya. Saya berusaha keras menghiburnya agar tak terlalu larut dalam kesedihan & memberikan air putih padanya.

Beberapa saat kemudian tangisnya mulai mereda, dgn masih sesegukan ia memanggil namaku.

“Hh-mm.. Apa?”

“Ci, tadi kamu bilang kamu pernah bikin film bokep pribadi kan

“Mm.. Iya, so what?” jawabku sambil mengangguk.

“Boleh saya liat nggak, hitung-hitung penghilang stress.. Boleh ya?”

“Ehh.. Eh.. Gimana ya? Sekarang?” saya bingung karna risih juga kalau film pribadiku dilihat orang lain.

Akhirnya karna didesak terus & mengingat sama-sama cewek ini, akupun menyerah. Kunyalakan komputer di seberang ranjangku & mengambil VCD-nya yg kusimpan di lemari. Yesi adalah orang pertama di kamuar geng-ku yg pernah menonton vcd ini.

Gambar di layar komputer memperlihatkan diriku sedang dikerjai para tukang bangunan, serta adegan seks massal dimana Verna juga belakangan ambil bagian didalamnya membuat jantung kami berdebar-debar. Yesi nyengir-nyengir ketika melihatku yg tadinya berontak akhirnya takluk & menikmati diperkosa oleh empat kuli bangunan itu.

“Hi… hi… hi… Malu-malu mau nih yee!” godanya yg kutanggapi dgn mencubit pahanya.

Saya merasakan vaginsaya becek sesudah menonton film yg kubintangi sendiri itu, kurasa hal yg sama juga dialami oleh Yesi karna waktu nonton tadi ia sering menggesek-gesekkan pahanya.

“Ci, saya juga mau dong bikin bokep pribadi kaya kamu” pintanya yg membuatku kaget.

“Ngaco kamu, jangan yg nggak-nggak ah, nanti saya dibilang ngerusak anak orang lagi, nambah-nambah dosa saya aja!” saya menolaknya.

“Aahh.. Ayolah Ci, lagian saya juga sudah nggak perawan ini, sudah basah jadi tanggung sekalian aja mandi”

“Jangan Yes, saya nggak enak ke kamu”

“Ayolah, saya cuma mau ngebales aja kok, Napoleon juga membalas berselingkuh waktu tahu istrinya selingkuh, itu baru adil, ya kan” katanya sok sejarah.

“Ya.. illah.. Napoleon aja sampai dibawa-bawa, kalaupun saya mau, bikinnya sama siapa, cowoknya mana?”

“Di villa aja Ci, penjaga villa kamu masih kerja di sana kan? Sekali-kali saya mau coba gimana rasanya penis kampung nih, please”

Karna didesak terus & ia sendiri yg minta, maka akupun terpaksa menyetujuinya, lagian saya sendiri sudah lama tak berkunjung ke sana, pasti Pak Tomo & Mupit  senang apalagi saya ke sana membawa ‘barang baru’.

Kami tidur sekitar jam duabelas & bangun jam delapan pagi. Sesudah sarapan, kami mengemasi barang bawaan, lalu pamit pada mamsaya memberitahukan bahwa kami akan ke villa. Saya memakai baju untuk suasana rileks berupa halter neck merah yg memperlihatkan punggungku dipadu dgn celana pendek jeans yg ketat.

Yesi memakai gaun terusan mini yg menggantung sejengkal di atas kamutut, rambutnya yg panjang diikat ke belakang dgn jepit rambut Tare Panda. Kami berangkat dari Jakarta sekitar jam sepuluh & tiba di tujuan jam satu lebih, gara-gara liburan yg menyebabkan jalan agak macet.

“Sudah siap kamu Yes? Kalau mau berubah pikiran belum telat sekarang, tapi kalau mereka sudah ngerjain kamu, saya nggak bisa apa-apa lagi” tanysaya ketika sudah mau dekat.

“I’m ready for it, lagian saya juga mau tahu rasanya diperkosa itu kaya apa” katanya yakin.

Kamipun sampai ke villaku, Pak Tomo membuka pintu garasi beberapa saat sesudah kubunyikan klakson.

“Waduh Neng, sudah lama kok nggak ke sini.. Bapak kangen nih!” sapanya menyambut kami.

“Iya Pak.. habis Citra sibuk banget sih di Jakarta, kalau libur baru bisa main,” kataku, “O.. Iya Pak, kenalin itu sepupu Citra, namanya Yesi”

Pak Tomo terkagum-kagum memandang Yesi yg baru saja turun dari mobil, Yesi juga mengangguk & tersenyum padanya. Kusuruh Yesi meletakkan dulu tasnya di kamar sementara kami mengeluarkan barang, sesudah ia masuk, Pak Tomo berbicara dgn suara pelan padaku.

“Eh.. Neng, Neng Yesi itu boleh dientot apa nggak, habis nge-gemesin banget sih, ayunya itu loh”

“Idih, Bapak jorok ah.. Dateng-dateng langsung mikirnya gitu”

“Duh, maaf-maaf Neng kalau nggak boleh, Bapak khilaf Neng”

“Nggak kok Pak, Bapak nggak salah, justru ia yg ngajak ke sini minta digituin, malah minta disyuting lagi Pak, Bapak mau kan disyuting, tenang aja Pak buat koleksi pribadi kok”

Lelaki setengah baya itu menunjukkan ekspresi senang mendengar jawabanku, ia langsung bergegas mau menemui Yesi untuk langsung mulai. Tapi buru-buru kutahan dgn menarik lengannya.

“Eh.. Sabar-sabar Pak nanti dulu dong, kita harus cari suasana dulu biar lebih hot, lagian kita lapar nih mau makan siang dulu, Bapak sekalian ikut makan aja yah” kata saya sambil menyerahkan sekotak ayam goreng KFC & menyuruhnya menyiapkan nasi.

“O iya Pak, si Mupit  ada nggak? Mau manggil ia juga nih” tanysaya pada Pak Tomo yg sedang beres-beres.

“Wah kurang tahu tuh Neng, telepon aja dulu”

Saya pun lalu menelepon vila sebelah, baru kujawab teleponnya sesudah beberapa kali di sana bilang ‘halo.. Halo.. Siapa ini?’ untuk mengenali suaranya. Sesudah yakin itu suara Mupit  saya lalu mengundangnya ke sini & mengutarakan maksudku.

Tentu ia senang sekali ditawari seperti itu, tapi ia cuma bisa menemani hari ini saja karna ia bilang besok siang majikannya mau datang berlibur. Ketika kututup telepon, dibelakangku Yesi baru saja turun dari tangga lantai atas.

“Ngapain aja kamu, lama amat beresin barang, yuk makan dulu, lapar nih!” kataku.

“Duh sori tadi sakit perut, kepaksa setor dulu ke WC deh”

Saya memberi usul bagaimana kalau kita makan di taman belakang dekat kolam renang saja, mumpung cuaca juga bagus, juga kusuruh Pak Tomo menggelar tikar seperti piknik. Ketika lagi beres-beres bel berbunyi, itu pasti Mupit  pikirku. Saya menyuruh Pak Tomo meneruskan beres-beres sementara saya ke depan membukakan pintu.

Taryo, si penjaga villa tetangga, muncul di depan pintu & langsung memelukku begitu pintu kututup. Kami berpelukan dgn bibir saling berpagutan, tangannya mengelusi punggungku turun hingga berhenti di pantat, di sana ia remas bokongku yg montok.

Serasa sepasang kekasih yg sudah lama tak bertemu & saling melepas rindu saja deh, what.. Mupit  jadi kekasihku? Nggak lah yaw.. Just as sex partner!

“Mmhh.. Jangan sekarang ah, mau makan dulu, yuk sekalian saya kenalin sama sepupu gua!” saya melepaskan pelukannya sebelum ia bertindak lebih jauh lagi mau memelorotkan celanaku.

“Ehehehe.. habis kangen banget sama neng sih, apalagi neng tambah cantik kalau rambutnya kaya sekarang” katanya sambil mengomentari rambutku yg sudah lebih panjang dari yg dulu (sekarang sudah menyentuh bahu) & kembali kuhitamkan.

Saya memberikan piring & sendok garpu padanya & mengajaknya ke taman. Disana Pak Tomo & Yesi juga baru menyendok nasi & fried chicken ke piringnya.

Kami mulai makan dalam suasana santai, obrolan nakal mereka meramaikan suasana, malah sekali saya hampir tersedak karna tertawa. Mupit  menenangkan dgn menepuk-nepuk punggungku & dadaku, ujung-ujungnya tetap meremas toketku.

“Apa sih pegang-pegang malah tambah kesedak tahu!” omelku sambil menepis tangannya.

Pelan-pelan Yesi mulai terbiasa dgn suasana seperti ini, dgn keudikan kedua orang ini, bahkan ia pun mulai berani jawab waktu ditanya aneh-aneh oleh mereka.

“Tuh, pahanya satu lagi, habisin aja Pak!” tawarku.

“Paha? Mana paha?” celoteh si Mupit  pura-pura bego sementara tangannya meraih pahaku.

Langsung kutampik lagi tangannya & disambut gelak-tawa. Sesudah semua selesai makan limabelas menit kemudian kusuruh Pak Tomo & Mupit  membersihkan perangkat makan & mencucinya dahulu sekalian menunggu makanan di perut turun.

“Dah nggak risih lagi kan, habis ini kita action nih, siap nggak?” tanysaya pada Yesi.

“Siapa takut, lagian saya seneng bisa ngebales si brengsek itu, biar ia tahu cewek juga bisa selingkuh, apalagi saya selingkuhnya sama orang yg nggak pernah ia duga” tegasnya.

“Tuh mereka sudah beres Yes, showtime” katsaya melihat kedua penjaga villa itu keluar, “Pak Joko, tolong handycamnya masih di meja dalam”

Pak Tomo pun masuk lagi & keluar membawa handycamnya

Related posts