Antara Aku, Kamu, dan Para Pengejarmu
“..Ennaak….ssh…”, samar terdengar berbisik dari mulut Elsa, istriku, ketika gerakan tubuhnya perlahan naik turun dipangkuan Rudi Sahputra yang duduk bersender pada dipan ranjang, mulut pria itu sibuk meciumi kedua payudara yang berukuran tidak besar, milik istriku. Lelaki yang berprofesi sebagai pengusaha tambang timah itu seakan juga menikmati sajian tubuh Elsa Likantari yang naik turun dan meliuk2 memaksa bergerak erotis, walau sedikit kaku.
Kedua pinggul mereka menempel rapat, dan tentunya kedua kemaluan mereka pasti sedang menyatu. Kemaluan yang satu masuk dan kemaluan yang satunya lagi dimasuki.
Sial…Elsa ternyata menikmati persetubuhan terpaksa itu, ya…terpaksa karena ini merupakan sebuah kesepakatan antara aku dan Rudi. Dan sialnya lagi, gerakan tubuh naik turun Elsa semakin cepat, semakin meliuk, dan semakin mempesona. Kadang ia tahan ketika posisi turun, sekian detik dan aku paham apa yang istirku lakoni. Biasanya ketika ia diam dan menengadahkan wajahnya ke atas, Elsa menjepit benda yang ada didalam lubang miliknya, lubang yang seharunya hanya aku, suaminya, yang berhak menikmatinya.
“Gerak lagi…El..”, perintah Rudi, “tapi jangan kamu kendorin jepitannya..” lanjutnya.
Istriku tidak serta merata mengikuti perintah pria itu, malah kedua tangannya yang tadi menopang bahu tubuh kekar itu, melingkar di leher si pria, memeluk..dan wajah Rudi semakin terbenam didada istriku.
Kedua telapak tangan Rudi mendarat di kedua bongkahan pantat Elsa, mulai meremas keduanya, dan terlihat memaksa mengangkatnya. Namun Elsa masih bertahan diposisinya, memberi isyarat apa yang ia rasakan, dan benar saja….
“Waaaa…..!”, Elsa setengah teriak, setengah desah. Kemerduan suara Elsa seolah memberi tahu lawan persetubuhannya bahwa ia sedang mengeluarkan hasratnya.
“Hangat El, di dalam sana hangat, keluarin yang banyak”, ujar Rudi sedikit terengah-engah karena wajahnya didekap paksa oleh tangan lembut istriku.
Sadar akan Rudi yang terengah-engah, Elsa mengendurkan dekapannya dan terlihat mulai nafsu mencium bibir pria itu, ia yang tadinya bersikap malu-malu, kini melumat bibir berkumis tipis dengan penuh hasrat. Dia yang tadinya kaku, kini menaik turunkan tubuhnya, awalnya lambat laun dan kemudian semakin cepat, semakin erotis, semakin mempesona pantat yang montok itu beradu dengan paha kekar pria yang tidak lain adalah teman SMA nya.
Sang pria dengan tangan di punggung tentu saja merasa senang, dan aku yakin dia pun dipicu hasratnya sendiri untuk mencapai apa yang dirasa Elsa. Dan istriku, semakin memberikan pancingan-pancingan kenikmatan, mungkin kenikmatan itu sudah diraihnya, tinggal memberikan kenikmatan bagi lawan persetubuhannya. Entah, apakah istriku ingin buru-buru menuntaskan, atau mungkin ia juga ingin meraih puncak hasrat yang berikutnya.
“Ahhh….hheemm, enak banget”, ujar istriku ditengah gerakannya.
“..hhmm….apa yang enaak?”, tanya Rudi yang tubuhnya sama sekali tak digerakan, hanya tangannya masih bertengger di punggung Elsa, dan sesekali turun untuk mencengkram bongkahan pantat itu.
“Kamu dan itu kamu…”, kata istriku, kembali terdengar terengah-engah, dan ini suatu kewajaran, karena di persetubuhan itu, istrikulah yang aktif, memberikan hasrat ke pria yang dahulu ditolak cintanya, yang pasif bergerak.
“Kalo milik dia?”, tanya Rudi sambil melirikku yang duduk terpukau di kursi yang menghadap ke sisi sebelah kanan tempat tidur itu. Dan ia sunggingkan senyuman, lalu memberikan isyarat jempolnya sambil berkata, “luar biasa Elsa mu, mas Luk….!”.
Posisi dudukku yang menghadap ke persetubuhan mereka, dengan celana pendek yang sudah ada di betisku, sementara tangan kanan mengelus kemaluanku sendiri. Batang kemaluan yang lubang pipisnya sudah meluber cairan halus lengket, dan perasaan cemburu yang sulit untuk diungkapkan, serta sensasi aneh, menyatu kala itu. Tangan kiriku masih menggenggam smartphone untuk mengambil gambar mereka, mereka yang bergumul, melakuan yang seharusnya tak mereka lakukan dan seharunya pula tak pantas pula aku izinkan. Dan sialnya aku terpaksa menyaksikan.
Dan limabelas menitan mereka melalkukan gerakan-gerakan persetubuhan cepat, mulailah istriku merancu, “enaak….sama enaknya dengan Mas Luki..uwaaaaaaaa….!”, dan istriku diam diposisi turun, mencengkram erat belakang kepala Rudi, membenamkan wajah pria itu di dadanya, kepala menengadah ke atas, “lebih gemuk, akh kamu lebih gemuk, sesak di lubangku…”
“Aku tuntasin ya, El…”
“Ayo, tunatasin, Rud…
“terimaaaaaaaaa…”, kini teman SMA istriku itu yang teriak, mengangkat pantat machonya sehingga tubuh Elsa ikut terangkat, dan tampak sekali Elsa malah menurunkan tubuhnya, agar semakin melekat kemaluan-kemaluan mereka.
Kedua tubuh itu mengejang, menikmati apa yang mereka raih. Hasrat itu seperti terasa didirku. Dan aku sangat menikmati tontonan di depanku. Mereka saling mengerang, mendesah dan teriak kecil. Bersahutan namun tak lama, karena mulut mereka saling memagut. Hingga sekian detik ketegangan tubuh mereka mengendur, dan sampailah mereka menikmati sisa-sisa hasrat mereka yang baru dituntaskan.
Dan akupun “ aaaaakkkhhh….”, mendesakh pelan, kurasakan hangat di jari-jariku yang bergerak naik turun di kemaluanku.
“Luar biasa kamu, el..”
“hmm…sama”, lirih istriku. Ia beringsut ke sisi tubuh rudi, melepaskan diri dari pelukan sang pria. Dan Rudi pun seolah tak rela melepas tubuh Elsa, membiarkan tubuh itu ke tepi ranjang dan merebah dengan posisi membelakangi ku, Rudi menyunggingkan senyuman ke Elsa, dan aku yakin istriku membalasnya.
“Istirahat..??”, tanya Rudi, tapi tak ada jawaban dari tubuh telanjang itu. Namun Rudi malah ikutan merebahkan diri disisi tubuh Elsa dan kulihat ia memeluk tubuh itu.
Kupakai celana pendekku, dan beranjak dari tempat yang aku duduki sedari awal. Dan melangkah menuju mereka, menuju ranjang dimana tempat aku dan Elsa sering melakuan persetubuhan sebagai suami istri.
Aku mengelus punggung dan bahu istriku, yang sekilas matanya sudah kulihat terpejam.
“aku keluar dulu, sayang…”, Elsa terdiam.
Rudi Sahputra, yang menurut istriku dahulu ketika mereka putih abu-abu, mengejarnya, menginginkan Istriku yang saat itu berpenampilan menarik, cantik, dan baik, untuk dijadikan kekasih, akhirnya berkesempatan juga bisa menikmati tubuh wanita yang dulu pujaannya. Dan aku yakin ini tidak diduga olehnya. Karena, menurut istriku juga, ketika dengan halus ditolaknya cinta pria ini akibat tidak disetujui oleh mertuaku, Rudi pergi entah ke mana, dan belakangan baru diketahui ia merantau ke seberang pulau Jawa. Sekian tahun lamanya sampai kini ketika dia sudah mendapatkan kekayaan dari hasil tambangnya, sang pemuja istriku ini membuka kantor baru untuk urusan birokrasi dan administrasi usahanya di kotaku. Dan…Rudi Sahputra adalah BOSS ku. (Bersambung…)
Mohon arahan dan komen, biar semakin berpengalaman..