Akulah Istrinya
Heru dan Wina, sama-sama berusia 36 tahun, suami istri yang bahagia. Anak mereka satu, Riki, 16 tahun, baru awal kelas 2 SMU. Dahulu mereka kawin muda sekali, di usia 18 tahun. Cinta sejati, begitu istilahnya. Dari SMP mereka pacaran. Saat lulus SMA, daripada kebablasan, orangtua mereka menikahkan mereka. Lagipula kedua orangtua mereka berkecukupan. Jadilah mereka menikah, lalu melanjutkan kuliah. Heru juga akhirnya bekerja, dan kini sudah mapan, sebagai wakil dan orang kepercayaan Bosnya di sebuah Perusahaan Swasta. Kini 18 tahun sudah usia perkawinan mereka. Tadinya mereka berharap bisa mendapatkan anak lagi, namun Setelah tak kunjung berhasil, mereka menerima kondisi ini. Kata dokter yang memeriksa ada gangguan pada rahim Wina setelah melahirkan Riki.
Walau sudah kawin sekian lama, namun tak mengurangi kemesraan mereka, tentu ada pertengkaran-pertengkaran kecil sesekali, namun itu bukanlah masalah bagi mereka. Cuma masalah kecil, sebentar juga rukun lagi. Secara materi juga berkecukupan dan terjamin. Kehidupan seks mereka? Harus diakui, justru semakin bergairah di tahun-tahun belakangan ini. Memang kuncinya adalah mereka berdua selalu terbuka, mengungkapkan keinginan dan fantasinya, mendiskusikan hal ini dengan pasangannya.
Heru sendiri, menurut standartnya sendiri tentu, adalah lelaki yang setia, tak ada perselingkuhan, sesekali memang ia melakukan hubungan dengan wanita lain, namun itu murni terpaksa dan tak bisa ditolak (Nanti akan dijelaskan lebih lanjut). Wina sendiri, awalnya bekerja, dulu waktu Riki masih kecil, Riki dititipkan di orangtua mereka bergantian, pulang kerja dijemput, namun setelah Heru mapan dan sukses di karirnya, ia meminta Wina berhenti bekerja dan konsentrasi menjadi ibu rumah tangga. Dan Wina karena di rumah cuma ada Heru dan Riki, memutuskan tak memakai pembantu, dia sendiri bisa menghandle urusan rumah tangga, tak terlalu merepotkan. Bukan pelit, tapi memang tak perlu.
Heru sedang duduk sendirian di ruang tamu malam itu. Baru saja ia melewatkan satu ronde hubungan yang panas bersama Wina, istrinya tercinta. Istrinya baru saja terlelap dangan wajah puas. Karena belum mengantuk, Heru memutuskan merokok sebentar sambil minum air es. Sebelumnya ia membuka pintu kamar anaknya, Riki sudah tertidur pulas. Jam menunjukkan pukul 1 lewat sedikit. Heru duduk di kegelapan sambil menghisap rokoknya. Pikirannya sedang memikirkan suatu hal yang sedikit banyak sudah lama ia bayangkan.
Karirnya memang melesat cepat, karena ia memang bekerja dengan giat dan juga mencintai pekerjaannya yang memang sesuai dengan hatinya. Lagipula Bosnya, juga berjiwa sama dan satu visi dengannya. Usianya juga tak beda jauh, paling hanya beda 2 atau 3 tahun. Ayah Bosnya sendiri memang seorang pengusaha dan pejabat terkenal. Ia punya banyak Perusahaan, dibagi untuk dipegang oleh beberapa anaknya. Bosnya mendapat jatah Perusahaan ini dan 2 lagi.
Awalnya Heru hanya bekerja dan dipercaya di satu Perusahaan saja, namun karena ia terbukti mampu dan juga bisa menunjukkan potensi, ia akhirnya dipercaya menjadi wakil juga di Perusahaan lainnya. filmbokepjepang.com Pendeknya dari semua anak si Pengusaha sukses itu, Perusaahan yang dipegang sama Bosnyalah yang paling berkembang pesat. Namun bukan karena pengaruh ayahnya, tapi memang Bosnya juga punya otak encer dan kemampuan bisnis baik, maka Perusahaan itu makin maju dan berkembang.
Secara karir Heru amat baik dan tak beresiko. Track recordnya baik dan sudah dikenal oleh banyak pengusaha lainnya, bahkan beberapa secara terang-terangan berusaha membajak Heru dengan iming-iming posisi dan gaji yang lebih besar. Namun Heru tak mau, karirnya dibangun dari nol bersama Bosnya ini. Tak mungkin ia meninggalkan tempat yang sudah membuatnya nyaman dan banyak kenangan. Heru sangat menghargai loyalitas, kalaupun ada masalah toh ia tak akan sulit mencari pekerjaan.
Seiring karir, kepercayaan dan keakraban pun makin terjalin dengan Bosnya. Selain wakil, boleh dibilang Heru adalah tangan kanan, sahabat karib Bosnya. Banyak hal dan rahasia yang dipercaya padanya. Bosnya suka karena Heru tak banyak cakap dan bisa memegang rahasia. Setelah jam kantor, tentu tanpa sopir, kadang Heru, kadang Bosnya sendiri yang menyetir, sering mereka menghabiskan waktu bersama. Ke Klub, ke Pub, ke Cafe. Bosnya juga sudah berkeluarga, namun hiburan setelah kerja sifatnya mutlak, mengurangi stress. Kalau awalnya Bosnya hanya mengajaknya ke tempat-tempat biasa, suatu hari yang masih Heru ingat, Bosnya memanggil, menceritakan sesuatu, mengajak Heru dan meminta Heru berjanji tak akan membocorkan hal itu. Tentu saja Heru tak akan membocorkannya.
Maka dimulailah petualangan Heru ke tempat dan suasana rahasia yang gila-gilaan, sesuatu yang dulu hanya bisa ia baca di majalah khusus pria yang meliput secara eksklusif mengenai yang namanya klub para Bos yang di dalamnya penuh seks bebas. Sangat eksklusif dan rahasia. Heru sangat beruntung bisa masuk ke dalamnya, banyak pria pasti akan iri dengan keberuntungannya ini.
Memang tempatnya berpindah-pindah. Kadang di rumahan, kadang di apartment, terkadang dengan dekorasi tertentu. Tapi temanya sama seks bebas. Bebas di sini adalah sepuasnya, dengan siapa saja, dan di mana saja di ruangan itu, ganti pasangan juga sah. Pengelolanya selalu menyediakan cewek-cewek yang super hot dan sangat professional, baik lokal maupun luar. Cewek-ceweknya sungguh aduhai, sangat sensasional, seperti pemain sinetron dan film bokep. Seksnya luar biasa liar.
Kadang Heru mendapati beberapa pria dan wanita yang sedang memakai bubuk haram, namun ia dan Bosnya sendiri tidak. Mengenai tempat ini Bosnya bercerita, memang untuk seperti ini, harus menjadi member, biayanya besar, setiap member boleh membawa 1 teman setiap datang. Setiap datang, ada keamanan yang mengecek, jangan harap bisa masuk kalau bukan member atau kalau tidak diajak member. Lalu kalau sudah masuk, terserah, puaskan diri anda dengan wanita-wanita yang ada, yang nyaris tanpa pakaian atau memang tak berpakaian.
Awalnya tentu saja Heru kaget, tak mengira bisa masuk ke dunia seperti ini, yang hanya bisa ia fantasikan setelah membaca liputan dari majalah. Juga, Heru yakin, pria manapun, sekuat dan setegar apapun tekadnya, seperti dirinya saat itu, pasti akan jebol juga. Bagaimana tidak, apa yang akan anda lakukan bila wanita yang luar biasa cantik dan berbodi seksi sekali juga mulus, yang bugil atau nyaris bugil, bukan hanya seorang, menggoda anda, mengelus celana anda, membisikkan rayuan yang merangsang?
Dan Heru akhirnya juga melakukan hal itu. Di ruangan itu, di sofa, di lantai, di pojokan, sejauh mata memandang hanya ada orang yang sedang asik melampiaskan nafsu purbanya. Bahkan ada yang dengan 2 wanita sekaligus, atau seorang wanita dengan 2 pria. Kalau anda bosan, tinggal tukar saja pasangannya. Semua wanita di ruangan itu sepenuhnya bebas anda pakai.
Tapi untungnya Heru tak berminat dengan konsep menyetubuhi wanita bersama pria lain. Ia lebih suka bersamaan dengan 2 wanita sekaligus hehehe. Dan seiring makin seringnya ia mengunjungi tempat itu bersama Bosnya, juga semakin sering ia melihat adegan pasangan yang sedang bersetubuh, Heru mendapati dirinya menikmati hal itu.
Semakin lama ia semakin sering memikirkan hal itu dan makin terobsesi dengan hal itu. Heru memang pernah membaca artikel mengenai hal ini, entah di majalah atau koran atau saat browsing internet, entahlah, istilahnya juga ia lupa, yang pasti Heru menyadari, dirinya terangsang bila melihat orang lain bersetubuh. Secara fungsi dan kemampuan seksual, Heru tak ada masalah, hanya sekarang ia memang sangat merasa makin terangsang bila melihat orang lain bersetubuh. Beda sekali dengan nonton film bokep, ia terangsang bila melihat secara langsung, lebih nyata.
Heru menyalakan rokok baru, lalu kembali meneruskan berpikir. Belakangan ini dorongan itu semakin kuat, tentu saja Bosnya masih sering mengajaknya ke sana, tapi tidak tentu dan setiap hari. Kadang seminggu sekali. Saat di sana Heru benar-benar terpuaskan fantasinya. Tapi itu kalau ke sana. Kalau tidak? Jelas hal ini mulai mengganggu Heru. Malam ini pun ia kembali memikirkan hal itu.
Ada… ada satu ide dalam benak Heru. Namun entah Wina mau melaksanakannya atau tidak? Memang selama ini mereka saling terbuka satu sama lain dalam hal seks, namun kali ini tidak sama, Heru tidak yakin. Intinya Heru memikirkan ia dapat melihat atau mengintip Wina sedang berhubungan intim. Pokoknya yang melakukan harus Wina, istrinya. memekrapet.com Walau fantasinya sudah gila, namun Heru tidak sebegitu gilanya merelakan Wina berhubungan dengan lelaki lain. No Way! Satu-satunya yang terpikir dan Heru juga tidak keberatan adalah bila Wina melakukannya dengan… Riki, anak mereka.
Heru lalu mematikan rokoknya. Kayaknya ia harus mendiskusikan kemungkinan ini sama Wina, sedikit improvisasi tentunya, kalau Wina bertanya, bokis sedikitlah, tak mungkin dong ia cerita kalau ia mulai memikirkan fantasi ini karena ia suka diajak Bosnya ke tempat seperti itu.
Hampir jam 2. Heru masuk ke dalam kamar. Di dalam, Wina nampak tertidur, masih bertelanjang bulat, hanya berselimut saja. Biasanya memang Wina hanya mencuci memeknya saja sehabis berhubungan, lalu akan tidur telanjang, tahu suaminya kadang suka mau lagi, ia akan berpakaian kalau suaminya memang sudah lelah dan tidur.
Heru merasakan gairahnya naik kembali. Ia segera membuka bajunya. Perlahan ia singkapkan selimut Wina, tubuh istrinya sungguh mengagumkan. Di usia ke 36 masih menawan dan tak pernah membuatnya bosan. Teteknya besar, dengan pentil yang menggairahkan. Perut rata. Atas permintaan Heru, Wina tak mencukur keteknya. Lebih merangsang, kata Heru. Jembutnya lebat dan hitam.
Kontol Heru mulai keras. Ia segera mendekatkan mulutnya ke selangkangan Wina, mulutnya mulai menciumi jembut istrinya, menjilatinya sesekali. Diarahan lidahnya ke itil istrinya. Itil Wina sendiri cukup besar dan menonjol. Jarinya dengan gemas ikut memainkan itil tersebut, lalu lidahnya asik menjilati itil tersebut, sesekali dikulumnya lembut. Terasa nikmat bagai kacang polong di mulutnya. Jarinya dengan lincah mulai menyodok lobang memek Wina.
Wina yang sedang tertidur, mulai merasakan memeknya sedang mendapat serangan yang enak, perlahan tersenyum dan membuka matanya, tahu suaminya mulai jahil lagi, lalu ia segera berbicara manja pada suaminya. Seperti kebiasaan mereka, mereka hanya saling memanggil nama.
Aaw! Jahil kamu, Her. Oooohhh… padahal belum lama kamu ngewekin aku.
Heru tak menjawab, makin asik mengulum dan menjilati itil Wina. Sekian lama menikah, ia sudah hafal titik-titik sensitif milik Wina. Wina makin melebarkan kakinya, mulutnya mulai mendesah keenakan, tangannya sesekali meremas teteknya sendiri.
Uwwwaahhh… Ssshh… Terus, Herr… Oooohhh… Enaaakkk… Aaaahhhh… Wina mengangkat sedikit pantatnya, agak mengejan, dan memuntahkan orgasmenya, Heru tak pernah gagal dalam permainan lidahnya.
Wina mendesah puas, lalu memutar tubuhnya, saatnya dia yang memberikan service balasan. Heru sudah berbaring pasrah. Tangan Wina mulai menggenggam kontol Heru. Cukup besar. Dibelainya penuh sayang kontol dan biji peler suaminya. Sedikit dikocoknya dengan lembut. Mulutnya mulai mendekat, lidahnya menari dengan lincah menjilati kontol Heru, diemutnya dan dihisapnya dengan lembut dan sesekali dengan kuat. Mulutnya naik turun menjelajah kontol Heru.
Heru mendesah tertahan, merem melek, dalam hal ini Wina sangat ahli, tahu kapan harus cepat kapan harus pelan. Kepala kontolnya kini mendapat perhatian lebih, diemut dan dihisap, sesekali dirasakannya lidah Wina menggelitik lobang pipisnya, lalu kembali Wina melumat seluruh kontolnya. Mantaaap, pikir Heru.
Oke… cukuplah, saatnya beraksi. Dengan lembut Heru menahan gerakan kepala Wina. Wina paham maunya Heru, iapun segera berbaring sambil mengangkangkan kakinya selebar mungkin, menunggu Heru yang sedang bersiap di atasnya. Blesss… terasa nikmat saat kontol Heru menyodok memeknya.
Heru mulai memompa dengan santai, tangannya mulai meremas dan memainkan pentil Wina yang besar dan mengacung. Kontolnya keluar masuk, menggelitik bibir memek Wina. Sesekali ia menghujamkan sedalam mungkin, membuat Wina mendesah tertahan. Ia mulai menciumi dan menghisap pentil Wina, enak, terasa banget di mulut, sangat menggelitik. Wina sesekali menggoyangkan pantatnya, menambah rasa nikmat pada kontolnya. Dengan gemas Heru mulai menciumi ketek istrinya, lebat dan harumnya menggoda, memberikan rangsangan tersendiri pada naluri seksnya. Habis ia ciumi dan jilati, lalu ia mulai menjilati dan menggelitik leher mulus istrinya, Wina kegelian, geli-geli nikmat.
Heru makin mempercepat sodokannya, memek istrinya sudah sangat basah. Kontolnya bergerak bebas dan mantap. Wina makin mendesah, lalu kembali mengalami orgasmenya. Heru terus beraksi, tak mengurangi kecepatannya. Sudah lumayan lama ia menyodok memek Wina, kali ini puas dengan posisi ini saja. Tak lama ia merasakan desiran hangat di kontolnya, ia segera mencium bibir Wina, dan memeluknya erat.
Crooottt… crooot… pejunya memancar, tak terlalu banyak, sudah banyak keluar saat main sebelumnya. Ah lega dan enak, Heru terkulai sesaat, diciumnya kembali bibir hangat Wina, lalu ia segera mencabut kontolnya, berbaring di samping Wina. Wina tersenyum, lalu menjilati kontol Heru, membersihkan dan merasakan sisa peju yang menempel.
Sudah? Kalau masih mau lagi, aku nggak pakai baju.
Kayaknya malam ini sudah, Win. Besok aku kerja kan.
Oke, aku ke kamar mandi dulu ya.
Heru berbaring, menunggu Wina kembali. Tak lama Wina kembali, sudah memakai baju tidurnya yang seksi dan menggairahkan. Dia naik ke atas tempat tidur, berbaring, mau tidur lagi. Heru memandangnya sebentar lalu memulai pembicaraan.
Win, dengerin aku bentar deh, tunda dulu tidurnya.
Duh, Her, aku ngantuk nih. Tadi kan lagi enak tidur, kamu jahilin aku, besok saja deh.
Sebentar deh, penting banget nih, sudah lama kepikiran sih.
Mau tak mau Wina agak meninggikan badannya kembali, bersiap mendengarkan omongan Heru. Ya sudah, kamu ngomong deh, aku dengerin.
Oke, gitu dong, jadi istri yang baik.
Gombal kamu, Her, ngomong apaan sih?
Ngg, anu soal… itu soal mm nggak jauh dari soal ngewek sih, Win.
Duh, Her, kirain soal penting apa. Kalau kamu punya ide atau fantasi baru, kenapa tadi pas kita ngewek nggak kamu omongin dulu atau praktekin saja saat itu?
Habis yang ini lain, special.
Wina rada BeTe, dipikirnya apa, ngomongin gini kan bisa besok pagi. Ya sudahlah, sudah terlanjur bangun dan mendengarkan, sekalian saja. Lalu apanya yang spesial? Omongin saja, biasanya juga kita selalu senang dan terbuka membahas ide-ide atau fantasi seks kita. Ya sudah, ngomongin saja, Her, masa malu sama istri sendiri.
Ba-baiklah, kamu dengarin ya, yang. Jangan sewot nih.
Iya, lama amat sih. Sok misterius deh kamu, Her. Hehehe.
Gi-gini, sebenarnya… belakangan aku mulai sering membayangkan kamu bersetubuh… eh, a-anu… dengan pria lain, dan aku melihatnya entah secara langsung atau bersembunyi dan jujur aku sangat terangsang sekali memikirkan hal itu. Bahkan kontolku bisa mengaceng sangat keras karenanya.
Wina hanya diam mendengar penuturan Heru, dahinya agak berkenyit, sedikit terperangah. Heru menatapnya agak berhati-hati. Kali ini Wina yang membuka percakapan kembali. Nada suaranya terdengar normal dan netral. Terus jadinya kamu mau aku ngewek sama laki-laki lain? Benar kamu mau aku seperti itu, disodok sama laki-laki lain sementara kamu asik melihat atau ngintipin?
Ya nggak dong, Win, mana mungkin aku rela. Gila, memek kamu ya punya aku seorang.
Nah, sudah. Kamu sudah menjawabnya sendiri kan, Her. Thanks sudah jujur dengan fantasi kamu. Sayangnya kali ini fantasi kamu tak mungkin bisa kita laksanakan, karena melibatkan pihak ketiga yang mana kamu sendiri keberatan. Dan aku jelas sekali tidak akan mau dan membiarkan memekku ini disodok oleh pria lain. Oke, aku tidur dulu, kamu juga sebaiknya tidur, besok kerja. Selamat tidur.
Heru bengong sendiri, jelas Wina benar dan dengan cerdas bisa mengetahui kalau Heru sendiri tak akan bersedia bila Wina digarap lelaki lain, itu pasti. Tapi Heru belum kelar. Win, tunggu dulu, aku belum kelar ngomongnya nih.
Duh, Her, apalagi sih soal angan kamu tadi. Lupain saja deh, impossible. Aku takkan mau. Kadang fantasi tak semuanya bisa dilaksanakan.
Justru aku mau nerusin ngomongin itu, yang.
Nih orang tengah malam gini malah yang aneh-aneh saja deh, ya sudah, ngomong deh Her, semuanya dan sejelasnya, aku dengarkan, tapi setelah itu jangan ada sambungannya lagi. Biarkan aku tidur. Kalau ada lanjutannya, tunda sampai besok pagi saja saat aku sudah segar dan nggak ngantuk lagi. Oke?
Iya. Nah, Win, memang tadi aku bilang aku nggak mungkin banget merelakan kamu digituin sama pria lain. Nggak banget deh.
Wina mau tak mau jadi sebel berat. Nih malam Heru suaminya, ngeselin banget, ngomongnya muter-muter, hal yang sama diomongin lagi, baru saja ia mau ngomong, Heru sudah kembali bicara.
Tapi ide ini amat sangat terlalu sering kupikirkan dan amat merangsangku. Aku sangat ingin mewujudkannya. Maka dari itu aku mempunyai satu solusi, aku bisa melihat kamu atau dalam kasus ini mengintip saat kamu berhubungan dengan pria lain itu.
HAH? AKU APA? Her, kamu waras nggak sih? Kamu mabok ya? Kamu menyuruh aku secara terang-terangan untuk ngewek sama pria lain? ARE YOU CRAZY?
Iya, dan aku tidak gila. Lebih tepatnya aku terobsesi, bukan gila. Nggak, kamu nggak salah dengar. Kamu boleh melakukannya dengan pria ini. Aku ijinkan, relakan dan hanya… ingat, hanya dengan pria ini saja aku relakan. Aku tak akan marah bila kamu melakukannya dengan dia.
Ah, aku rasa kamu memang sudah sinting, Her. Mana ada sih suami yang menyuruh istrinya untuk begituan sama pria lain. Bahkan merestui dan rela. Mana mungkin, siapapun pria itu.
Ada kok, Win. Aku… aku suami yang rela itu. Dan pria yang aku pilih itu juga kamu kenal kok, bukan pria yang asing.
Siapa? Tunggu-tunggu, jangan bilang, biar aku terka, Bos kamu? Wina sebenarnya pusing sama omongan suaminya, jelas ia tak akan mau, namun ia penasaran juga, pria mana yang bisa membuat suaminya rela dan mengijinkan untuk ngewek dengannya.
Bukan. Bukan Bosku dong. No Way.
Lalu siapa?
Riki,
HAH? ASLI KAMU BENAR-BENAR GILA HARI INI. SUDAH, AKU MAU TIDUR. DAN JANGAN PERNAH KAMU MEMBAHAS HAL INI LAGI. GILA KAMU, HER. Wina pun segera membalikkan tubuhnya, memunggungngi Heru, tidur. Pikirannya berkecamuk, sungguh suaminya sedang edan malam ini.
Heru sendiri tak berkata lagi, ia juga memejamkan matanya, bersiap tidur. Dadu sudah dilemparkan, tak bisa ditarik kembali. Tinggal ia sebagai bandar harus meyakinkan Wina sampai istrinya itu yakin.
Besok paginya Wina bangun dengan enggan, namun ini bukan hari Sabtu, Riki anaknya masuk sekolah, dan sebagai mamanya ia harus bangun, menyiapkan sarapan. Riki sendiri sebenarnya pernah bilang, kalau mamanya memang ngantuk tidur saja, toh ia bisa membuat sarapan sendiri, atau kalau tidak nanti beli diluar sekalian jalan sekolah. filmbokepjepang.com Tapi Wina sebisa mungkin dan selelah apapun dia akan berusaha bangun dan menyiapkan keperluan anaknya dan suaminya yang berangkatnya agak siangan. Diliriknya suaminya, masih tidur. Mau tak mau ia teringat pembicaraan semalam, kesalnya timbul kembali, bergegas ia turun dan ke kamar mandinya di kamar, mencuci muka, lalu keluar kamar. Sudah biasa berpakaian tidur atau daster yang seksi dan mini di depan Riki. Riki kan anaknya, bukan siapa-siapa, jadi ia tak canggung. Heru pun tak pernah menegurnya karena hal ini. Hal yang biasa dan sangat wajar.
Saat ia keluar dari kamar, dilihatnya Riki baru keluar dari kamar mandi yang di luar, hanya bercelana pendek sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Disapanya bocah itu. Hai, kirain belum bangun. Mau sarapan apa kamu, Rik?
Duh, sebenarnya mama nggak perlu repot-repot. Ya sudah, apa saja deh, ma.
Oke, roti saja ya sama susu?
Riki hanya mengangguk, masuk sebentar ke kamarnya, cepat saja. Tak lama ia sudah keluar mengenakan celana SMA, hanya berkaos singlet. Ia paling senang melihat mamanya di pagi hari, berpakaian tidur yang mini dan seksi. Menghibur dan membuat Riki menjadi benar-benar terbangun sepenuhnya. Ia lalu duduk di meja makan, baju seragam nanti saja dipakai kalau sudah mau jalan, nyisir juga nanti. Rugi nolak rejeki.
Diliriknya mamanya, baju tidur hitam yang Riki senang melihatnya. Agak berenda di bagian atas dadanya. Sedikit banyak memperlihatkan belahan tetek mamanya. Teteknya nampak besar di balik baju tidur itu. Nampak pentil mamanya yang besar agak tercetak di balik bahan kain sutra baju tidurnya. Sekilas nampak ketek mamanya yang rimbun saat mamanya mengangkat tangannya saat mengambil gelas tadi. Buset, pagi-pagi sudah kenceng dan keras kontol gue, pikir Riki. Untungnya mamanya tak menyadari matanya yang sedang asik menatap mamanya.
Tak lama mamanya selesai membuatkan sarapan. Mamanya duduk menemani, ikut sarapan juga. Riki mulai memakan rotinya, sesekali mereka bercakap-cakap. Akhirnya Riki selesai. Ia memakai seragamnya, sepatunya, lalu ke kamar menyisir rambutnya yang agak panjang, mengambil tas dan jaket, siap berangkat. Ia naik motor ke sekolah. Papanya tak keberatan saat ia meminta membelikan motor. Kata papanya, nggak masalah asal jangan ngebut, papa juga waktu seumuran kamu naik motor, pacaran sama mama kamu juga naik motor. Riki mendekati mamanya, berpamitan, tak lupa seperti kebiasaannya mengecup kening dan pipi mamanya.
Ma, Riki pergi dulu ya.
Iya, hati-hati, jangan ngebut. Duit kamu masih cukup nggak?
Baru juga 2 hari yang lalu dikasih, Ma. Masihlah, kalau kurang pasti Riki minta.
Riki melambaikan tangan lalu keluar. Wina tak mengantar sampai depan, kalau ia sedang tak memakai baju tidur mini, baru ia mengantar Riki sampai Riki jalan. Kalau kayak gini? Bisa-bisa tetangganya di sebelah yang setiap pagi rajin mengurus tanamannya melotot matanya. Didengarnya Riki mengeluarkan dan memanaskan motornya, bercakap sebentar dengan suami istri paru baya tetangganya. Tak lama motor Riki meninggalkan rumah.
Wina segera membereskan piring dan gelas, menaruhnya di bak cucian, nyuci nanti, sekalian kalau sudah agak banyak. Wina lalu menyalakan TV, menonton acara pagi. Suaminya tak ia bangunkan, biasa, sebagai pegawai yang sudah tinggi posisinya, memang suaminya tak harus datang pagi ke kantor, namun pulangnya pasti selalu malam. Suaminya baru akan memesan untuk dibangunkan pagi atau memasang alarm, bila ada rapat atau urusan ketemu klien. Maka Wina menonton TV dan menunggu suaminya bangun.
Jam 8 lewat Heru bangun, sudah cuci muka di kamar mandi dalam. Wina ketika melihat suaminya keluar kamar, segera mematikan TV, lalu menuju ruang makan di mana Heru sudah duduk, Wina mulai membuatkan roti dan kopi kesukaan suaminya. Biasanya kalau pagi sepi dan Riki sudah pergi sekolah, kadang Heru suka kumat isengnya, pagi-pagi ngewekkin Wina di ruang makan. Tapi jelas pagi ini tidak ada mood. Wina menyiapkan sarapan suaminya. Sebisa mungkin tak menyinggung hal yang suaminya ungkapkan semalam. Heru mulai memakan sarapannya. Mulai berbincang, untunglah bukan topik itu. Wina pun menemaninya sambil mengobrol. Tak lama Heru mandi, Wina menanyakan Heru mau pakai baju apa, ia segera menyiapkan baju suaminya. Tak lama Heru keluar sambil bertelanjang, sudah handukan di dalam kamar mandi, memakai bajunya dan merapikan diri. Siap berangkat, dan… duh, kenapa dia memulai lagi membicarakan ide gilanya itu? batin Wina sebel.
Win, aku serius dengan ideku semalam.
Her, aku juga serius untuk tidak sedikitpun mempertimbangkan ide konyolmu itu. Itu adalah hal paling gila dan konyol yang pernah aku dengar. FORGET IT!
Tentu saja, tapi setidaknya setelah sekali saja kau melakukan ideku itu.
AH, SUSAH NGOMONG SAMA KAMU. IDE KAMU KALI INI GILA DAN TAK MASUK AKAL. SAMA ANAK SENDIRI? SINTING!!!
Wina marah, segera menuju kamar mandi, menutup pintunya keras, sempat sekilas ia mendengar Heru berkata untuk mempertimbangkannya. Never, sahutnya dalam hati. Ia membuka bajunya, lebih baik mandi dan belanja buat masak nanti siang. Didengarnya Heru mengucapkan salam mau berangkat, Ia diam saja, terlalu kesal sama suaminya dan ide gilanya.
Siang itu Riki pulang. Tadi mamanya SMS, katanya pergi sama Tante Ira, tetangga dekat sini ke mall. Pulangnya sorean, kalau mau makan sudah ada di meja. Riki pulang membuka pintu dengan kuncinya, lalu ia makan. Setelah makan, mumpung sepi ia meyalakan rokoknya. Ia belum berani terang-terangan, mungkin papanya maklum, papanya sejauh ini selalu mengerti dia. Pasti papanya akan berkata, papanya juga pernah muda, kalau kenakalan remaja seumuran Riki, selama wajar, papa bisa ngertiin. Tapi nggak sama mama, agak ketat. Riki sendiri anak yang masih wajar nakalnya, nakal anak ABG saja. Sekolahnya juga tak mengecewakan, walau tak menonjol, tapi nilainya selalu memuaskan.
Dan seperti anak seumuran Riki, tentu saja mulai aktif mencari dan belajar mengenai wanita dan seks. Riki belum pernah pacaran, apalagi mengenal hubungan seks. Masih menjadi misteri dan juga obsesi baginya. Kalau lagi dengar cerita temannya yang sudah pernah melakukan dengan pacar atau sedikit kreatif dengan bayar pecun, katanya sih nggak enak.
Lho kok nggak enak? tanya Riki culun.
Lalu jawab temannya itu, Iya, gue salah, Rik. Awalnya pas nyoba, gue kirain enak, dan ternyata gue salah banget, karena ternyata ngewek itu nggak tahunya ENAK BANGET!
Sial, diledekin gue, pikir Riki. Dan Riki makin penasaran, tapi tak berani mencobanya dengan pecun atau jablay. Ngeri kena penyakit. Tentu saja Riki tak selugu itu, ia aktif juga mencari majalah, film porno, saling barter sama teman. Dan sering banget browsing internet. Di rumahnya masang internet, Riki paling sering nongkrong di kamarnya, pura-pura belajar, padahal buka situs jorok. Juga hobi download film bokep gratisan di internet. Asal kreatif pasti dapat linknya. Hal mana yang sering membuat Heru heran, karena kalau sedang memakai internet di ruang kerjanya, koneksinya suka lemot. Dikiranya dari providernya, padahal sih karena Riki lagi download film bokep, hehehe. Mamanya, ya mamanya, Wina tentu saja menempati rangking paling atas dalam khayalannya.
Setelah kelar merokok, Riki menyemprotkan pengharum ruangan, membuka jendela sedikit. Ia lalu menuju ke… tempat cucian mamanya. Mamanya jarang mencuci setiap hari, karena hanya mereka saja bertiga di rumah, maka biasanya mamanya suka menumpuk cucian sampai agak banyak, baru nanti dicuci dengan mesin cuci. Perlahan Riki mengaduk bak tempat baju kotor. Yang ia cari… pakaian dalam mamanya.
Riki menemukan BH dan CD hitam berenda milik mamanya. Diciumnya BH mamanya, wangi tubuh mamanya memenuhi rongga hidungnya. Dilihatnya ukuran BH mamanya: 38, tapi sepertinya lebih deh. Kayaknya teteknya lebih gede, BHnya cuma buat penyangga saja. Dengan cepat kontolnya mengeras. Riki mengantongi BH dan CD tersebut, untunglah sejauh ini mamanya tak curiga, mungkin karena mamanya punya banyak BH dan CD sejenis. Lagipula Riki setelah berapa lama dan bau aroma tubuh mamanya hilang dari BH dan CD itu, akan segera menaruh dan menggantinya lagi. Terkadang ia suka menemukan rambut kasar di balik CD mamanya.
Riki mengunci pintu rumah, lalu masuk ke kamarnya dan mulai mengeluarkan kontolnya yang lumayan mengesankan menurutnya, lalu mulai mengocok sembari berfantasi dengan mencium BH dan CD mamanya. Hal yang sering Riki lakukan setiap melamunkan tubuh indah Wina. Cuma mengkhayal dan sesekali mencuri pandang saat mamanya sedang memakai baju tidur atau daster seksi saja yang bisa ia lakukan. Selebihnya cukup ia bayangkan dari film bokep saja. Riki merasa sedikit banyak ia paham dan mengerti tentang bagaimana orang ngewek itu ya karena film bokep.
***
Hampir seminggu ini Heru merengek pada Wina dengan mimik memelas, mengutarakan ide dan obsesi nyelenehnya itu. Sampai bosan Wina jadinya. Dari mulai marah sampai kehilangan semangat lagi buat menjawab. Akhirnya Wina cuekin saja setiap Heru ngomomngin hal itu. Biarin saja, nanti juga diam sendiri kalau tak ditanggapi. Dan memang biasanya Heru akan diam dan pergi dengan wajah BeTe setelah sadar ia dicuekin.
Tapi benarkah Wina cuek sepenuhnya. Salah! Sedikit banyak karena didesak terus ama Heru, ia mulai sering berpikir, terutama saat sedang sendiri, saat Heru di kantor dan Riki di sekolah. Keterbukaan dalam hal seks memang menjadi kebiasaan mereka. Wina pun tak canggung membicarakan kalau ia ingin seperti ini atau mencoba yang kayak begitu kepada Heru. Buat apa canggung atau malu dengan pasangan sendiri kalau tujuannya buat kepuasan bersama.
Secara umum, ia menganggap fantasi Heru wajar dan mungkin terjadi, memang ia juga pernah membaca hal ini di rubrik seksiologi di situs internet yang biasa ia browsing kalau senggang dan lagi sendirian. Ada kok yang berfantasi seperti ini, bisa dengan mengintip orang lain yang sedang berhubungan. Bisa juga dengan menyuruh pasangannya melakukannya dengan orang lain. Banyak caranya, ada yang ekstrim membayar orang lain, dan ia duduk anteng menyaksikannya. Namun dalam hal Heru, memang agak menyimpang lagi. Heru mau dan jelas menginginkan hal ini, namun tak rela kalau Wina diewek sama lelaki lain. Cuma rela dan mau mengijinkan kalau Wina melakukannya dengan Riki.
Dari awalnya memandang ide Heru gila, lama lama Wina mulai terpengaruh, fantasinya dan juga gairahnya perlahan mulai terbakar dengan ide Heru. Makin lama dan sering ia pikirkan, makin tertarik juga dirinya. Biarlah, satu kali saja demi Heru. Walau memang menyimpang, toh Riki anak mereka, tak ada pria luar dalam hal ini. Dan sejujurnya, sedikit banyak saat memikirkan ia berhubungan dengan Riki, Wina menemukan dirinya tanpa bisa dicegah menjadi terangsang sekaligus penasaran. Riki anak kesayangannya, dan juga dari segi fisik dan wajah, Riki termasuk oke seperti papanya. Wina memantapkan diri.
Dan memang Heru kembali merayu Wina sesaat setelah ia selesai meniduri istrinya. Sedikit sudah terbiasa dengan dicuekin Wina sebenarnya, tapi tetap gigih memperjuangkan fantasinya, juga tebel muka sih, makanya dia kaget ketika Wina memberikan respons.
Eh, Her, gimana ya… setelah aku pikir baik-baik, aku siap mewujudkan impianmu.
Be-benarkah itu, Win? Serius? Gila, senang banget aku. Heru mengecup istrinya membabi buta mengekspresikan girangnya.
Wina mendorongnya, dia belum kelar bicara. Tapi gimana kamu melihatnya? Apa kamu pikir Riki nggak bakalan canggung, melakukan hal ini bersamaku dan kamu melihatnya? Aku tak yakin itu.
Itu bisa diatur, kamu bisa melakukannya di kamarnya, jangan kamu tutup pintunya. Eh, jangan, jangan… nggak bisa begitu. Oh ya, aku akan intip dari jendela, pastikan kamu membuka sedikit kordennya. Jendela kamar dia kan gelap seperti kamar kita, pasti tak akan kelihatan kalau aku mengintip di pojokan.
Baiklah, kurasa bisa dilakukan, Her. Iya, aku akan buka sedikit kordennya nanti.
Memang kamar Wina dan Riki berseberangan, dibatasi taman kecil dalam ruangan, yang atapnya tertutup fiberglass dan jeruji pengaman. Sengaja dibuat begitu supaya walau dalam ruangan, tetap bisa membuka jendela dan menyegarkan mata.
Wina kembali melanjutkan pembicaraan. Eh, trus bagaimana caranya aku bilang ke Riki? Nggak mungkin dong secara tiba-tiba, bisa kaget dan takut dia nantinya. Gimana nih, Her?
Win, soal itu sepenuhnya aku serahkan dan percayakan sama kamu. Kamu ahlinya.
Lho, kok begitu? Maksudmu aku itu ahlinya apa?
Win, Riki itu anak lelaki, dan anak lelaki seusia dia sedang dalam masa puber dan penasaran yang tinggi akan wanita dan seks. Sebagai lelaki aku paham banget hal itu. Dan kamu itu… begini maksudku, tak peduli kamu itu mamanya atau bukan, namun menempatkan kamu sebagai wanita, lebih dari sekedar seksi dan menarik. Apapun yang kamu pakai atau lakukan pasti akan membuatnya tertarik. Pasti, dan kalau aku jadi dia, juga pasti sama akan tertarik dan penasaran. Kamu pasti bisa menggodanya. Ya kalau saat kamu menggodanya, kebablasan, anggap saja latihan buat anak itu. Dia kan harus pintar juga nantinya dalam hal ini, dan kamu akan menjadi guru yang hebat baginya.
Begitu ya? Baiklah, akan kuusahakan.
Nah, sekarang yang paling penting, Win…
Apa lagi, Her?
Mendengar kamu setuju dan mau melaksanakan ide ini, membuat kontolku bersemangat lagi, ayo kita lanjutkan ronde berikutnya, hehehe…
Maka Heru menunggu dengan tak sabaran hari-hari ke depan yang akan segara mewujudkan obsesi liarnya. Dan Wina sendiri? Beberapa hari ini mulai menggoda Riki. Sepulang Riki sekolah, Riki mulai mendapati Wina masih berpakaian tidur atau daster yang mini. Biasanya Wina hanya memakai itu saat mau tidur atau baru bangun tidur di pagi hari. Tentu saja Riki tak menanyakan kenapa. Buat apa, dia juga senang melihatnya. Juga Wina mulai sering secara tak sengaja menyenggol Riki kalau berjalan, entah itu menyentuhkan teteknya, pantatnya. Juga Wina mendadak suka lupa menutup pintu kamarnya, melepas handuknya untuk memakai baju saat habis mandi sore dan belagak tidak tahu dengan Riki yang melihatnya dari ruang TV. Riki makin terangsang melihat Wina. Tapi tak berani bertindak lebih jauh dan gegabah.
Hari itu agak sore, Riki sedang menonton TV, santai, besok sekolah libur. Dia baru kelar mandi, mamanya lagi mandi di kamar mandi di dalam kamarnya. Dan Riki memang mendadak jadi amat rajin menonton TV di sore hari sejak beberapa hari yang lalu saat ia secara tak sengaja melihat mamanya yang tak menutup pintu kamar sewaktu memakai baju sehabis mandi. Dan betul saja mamanya beru keluar dari kamar mandi hanya membalut tubuh montoknya dengan handuk yang minim. Mata Riki mulai melirik, mamanya dengan santai memelorotkan handuknya, memperlihatkan gunung kembarnya yang sangat busung dan rimbunan lebat di selangkangannya, asik memilih baju tidur dan memakainya, seakan tak peduli kalau dari luar Riki bisa melihatnya dengan leluasa.
Tiba-tiba mamanya menjerit, Aduh!
Riki kaget dan bergegas masuk ke kamar mamanya. Menatap dengan bingung dan bertanya pada mamanya yang sudah memakai baju tidurnya. Kali ini sangat mini dan tipis, pentilnya jelas terlihat. Riki belagak tak ngeh. Kenapa, Ma?
Aduh, kayaknya lengan mama keseleo waktu memakai baju barusan.
Kok bisa?
Ya bisalah, namanya saja keseleo. Aduh, Rik, tolong bantuin mama sebentar, pijitin tangan mama.
Tanpa menunggu jawaban Riki, mamanya segera dengan manis duduk bersandar di tempat tidur, sekilas Riki melihat CD-nya waktu mama duduk tadi. Wina menjulurkan tangannya, menunggu Riki memijatnya, tampak bulu keteknya di sela lengannya. Riki duduk di pinggir tempat tidur mulai memijit tangan mamanya. Wina, untuk mencairkan suasana mulai bercakap-cakap.
Rik, kamu kan sudah gede, sudah punya pacar belum? Kenalin dong ke mama.
Ah, si mama, belumlah. Belum kepikiran.
Lho, kenapa? Memangnya kamu tak suka perempuan? Wah, gawat dong.
Ya kagak begitulah, ma. Doyan dong sama perempuan. Cuma memang belum ketemu saja yang sesuai buat jadi pacar.
Oh gitu. Enak juga pijitan kamu, Rik. Sekalian deh pijitin badan mama, lagi pegel nih. Dan mamanya tanpa menunggu jawaban, segera berbaring tengkurap. Riki agak naik sedikit, mulai memijat punggung mamanya, lalu pinggangnya.
Mamanya kembali memulai percakapan. Memang kamu sukanya perempuan seperti apa, Rik?
Ya yang cantik, baik, pintar, sayang…
Oh gitu, tapi itu mah lebih ke sifat,Rik. Maksud mama yang secara fisik?
Idih mama, malu ah Riki ngomongnya.
Ye, kamu ini. Sama mama sendiri saja malu, ngomong sajalah, mama juga ngerti, anak seumuran kamu kayak gimana. Lagian wajar kan mama pingin tahu kriteria calon mantu mama nanti.
Ya sudah. Riki sukanya yang cantik, seksi dan montok. Dan ini karena mama maksa nanya lho… Ehm, itunya juga sukanya yang gede. Hehehe, tuh kan, jadi malu nih.
Itunya apaan, Rik? Maksud kamu Teteknya ya? Dasar kamu…
Hehehe, kan mama sendiri yang nanya.
Iya juga sih. Enak, Rik, pijitannya. Duh kayaknya sedikit berkurang nyamannya deh karena masih memakai baju ini. Dan yang terjadi selanjutnya cuma hanya membuat Riki bengong dan melongok. Wina dengan cuek bangun sambil membuka baju tidurnya, nampak teteknya yang besar bergelantungan dengan indah dan menantang. Wina kembali tengkurap hanya memakai CD putihnya. Riki meneguk lidah menyaksikan tubuh mamanya.
Kok bengong, terusin mijitnya, Rik.
I-iya, ma.
Riki mulai melanjutkan memijit, tangannya agak bergetar. Kontolnya sudah ngaceng di balik celana pendeknya. Untung tak kentara banget. Wina kembali memulai percakapan.
Jadi kamu suka yang kayak gitu, tapi agak bingung juga nih mama jadinya, contohnya dong Rik, seperti siapa, siapa saja artis kek, foto model kek, penyanyi, biar mama bisa punya bayangan, seperti apa sih persisnya perempuan yang anak mama idamkan itu.
Eng… eng… ya sebenarnya sih nggak usah jauh-jauh buat contohnya. Itu tuh, yang seperti mama.
Hahaha, bisa saja kamu muji mama.
Enggak, ma, serius kok.
Wina tak menjawab, saat itu Riki sedang memijit daerah pantatnya, tangan anaknya ia rasakan agak gemetar, mau tak mau Wina yang lagi tengkurep dan wajahnya tak terlihat Riki, jadi nyengir sendiri, namun ia menahan tawanya.
Eng… Rik, kalau susah, kamu buka saja celana dalamnya, nggak kenapa kok.
Eng… enggak ah, ma. Malu ah.
Malu apa malu nih? Katanya suka yang kayak mama. Lagian ngapain malu, kamu nggak usah pura-pura deh, mama tahu kok kamu suka ngambil BH sama CD mama dari bak baju kotor, habisnya suka secara ajaib menghilang lalu muncul lagi kemudian. Nggak perlu mungkir deh, siapa lagi di rumah ini? Papa kamu? Ya nggak mungkin. Sudah buka saja.
Yee, Riki tengsin. Kirain mamanya nggak tahu dia suka ngumpetin BH sama CD. Dengan sangat gemetar Riki menurunkan celana dalam putih mamanya, Wina agak menaikkan pantatnya, supaya Riki mudah menariknya. Riki kini diam terpaku, menatap pantat mamanya yang mulus dan montok. Semok banget Belahannya sangat menggoda, samar Riki melihat belahannya ditumbuhi jembut. Tangannya mulai memijit atau tepatnya meremas pantat yang montok itu, tersiksa sekali Riki, celananya terasa sesak sekali oleh kontolnya yang sudah sangat… sangat keraaaasss! Matanya juga menatap belahan memek mamanya yang dihiasi rambut kasar yang agak panjang. Ampuuunnnn, nggak tahan banget gue, batin Riki.
Seakan menambah deritanya, Wina malah berbalik dengan santai, kedua tangannya terlipat, dijadikan bantal untuk kepalanya, keteknya yang dihiasi bulu kehitaman dan lebat terpampang jelas, lalu teteknya yang besar dan keras, dengan pentil besar berwarna coklat yang dikelilingi lingkaran besar kecoklatan, perutnya yang rata, lalu daerah selangkangan yang ditumbuhi dan dihiasi jembut yang lebat dan menawan, belum lagi belahan memeknya yang tebal. Riki benar-benar terangsang dan tersiksa.
Kok bengong, terusin mijitnya, Rik. Terserah mulai dari mana, eh mungkin kamu bisa mijit tetek mama dulu. Ayo, nggak apa, mama nggak marah, memang mama yang minta kamu mijitin mama.
Riki mulai menyentuh tetek besar yang sangat ia dambakan itu. Terasa empuk dan juga kenyal di tangannya, masih agak takut-takut. Karena mamanya hanya memejamkan mata dan diam, keberaniannya mulai timbul, ia mulai berani menyentuh pentil mamanya, belum berani memegangnya. Lumayan lama Riki memijat daerah sekitar tetek mamanya. memekrapet.com Mamanya masih memejamkan mata, Riki bersyukur jadinya, sebab ia bisa dengan leluasa juga memandang daerah indah di selangkangan Wina. Belahan memeknya itu lho, dengan jembut di sekelilingnya…
Pusiiing gue, teriak Riki dalam hati. Suatu hal yang ia sering bayangkan, namun ia tahu tak mungkin terjadi, kini malah telah terjadi. Saking seriusnya Riki menatap dan memelototin memek mamanya, dia tak sadar Wina telah membuka matanya kembali, dan kini satu tangannya terjulur, memegang bahkan mengelus pelan tonjolan di balik celana Riki.
Lho, kenapa itu kamu, Rik, kok keras? Kamu terangsang dan ngaceng ya melihat mama?
Ah, mama… ya jelas dong, biar gimana juga, Riki kan anak laki, ma. Ngelihat mama yang nafsuin kayak gini, ya jelaslah Riki bangun. Cuma orang nggak normal yang nggak ada reaksinya melihat hal kayak gini, ma.
Wina masih asyik mengelus tonjolan di balik celana Riki, Riki jadi grogi. Rik, kamu belum pernah begituan kan?
Pacar saja belum punya ma, apalagi begituan. Kok mama nanyanya aneh sih?
Masa sih? Eng, Rik, kalau mama ajari kamu begituan, mau nggak?
Apa, ma? Yang bener? Gila, ya mau banget dong, ma.
Tapi ingat, jangan sampai papa kamu tahu. Nah, sekarang kamu buka baju dan celana kamu, kasihan tuh kontolmu sampai sesak begitu, dari tadi minta dibebasin dari sarangnya.
Wina sebenarnya hanya bersiasat dengan mengatakan agar hal ini jangan sampai diketahui Heru, ia juga ingin membuat Riki nyaman dengan sedikit melempar canda. Dan rencana awalnya dia memang hanya sebatas akan memberi Riki oral seks saja, sekedar membuat anaknya makin tergoda. Biarlah nanti saat Riki memasuki memeknya, itu dilakukan saat Heru mengintip. Tapi tentu saja Riki tak tahu pikiran Wina, dan mempunyai agenda tersendiri di benak remajanya. Saat itu remaja puber itu sedang dengan sangat cepat melepas bajunya. Wina nampak sejenak mengamati kontol anaknya, sebenarnya ia juga masih canggung, tapi ia memantapkan diri.
Rik, kesinian dikit, mama mau lihat kontol kamu. Wah, nggak beda sama papa kamu, sedikit lebih kecil, namun pastinya bisa menandingi atau lebih nantinya, kamu kan masih dalam masa pertumbuhan. Ada potensi ke sana nih.
Yang benar, ma?
Iya, percaya deh sama mama. Nah sekarang kamu senderan, mama akan hisap kontol kamu, istilahnya oral seks, atau kalau anak seumur kalian biasa bilang nyepong. Kamu diam saja, kalau kamu berasa mau keluar, keluarin saja, nggak kenapa. Malah mama senang, karena kamu masih perjaka.
Riki duduk bersandar dengan tegang, sementara Wina mendekati kontolnya, posisinya agak nungging. Riki sebenarnya sudah sering melihat hal ini di film bokep. Tapi merasakan langsung, jelas beda dengan menonton. Mamanya, Wina, mulai mendekatkan kepalanya, tangannya memegang dan mengenggam kontol Riki. Memainkannya sebentar, sangat enak terasa bagi Riki. Lalu lidahnya mulai menjilati kepala kontol Riki.
Riki yang seumur-umur baru pernah merasakan, mati-matian menahan rasa geli dan nikmat itu. Lidah mamanya, menjelajahi kepala kontolnya, lalu mulai menjilati batang kontolnya. Menggelitik setiap saraf yang sensitif di wilayah kontolnya, kontolnya berdenyut geli dan nikmat. Belum habis sensasi nikmat yang Riki rasakan, kontolnya mulai ditelan oleh mamanya, dikulum, dihisap, diemut, terasa enak banget saat bibir mamanya bersentuhan dengan batang kontolnya yang sedang dikulum naik turun oleh mulut mamanya. Riki mendesah nikmat. Mulai bisa menikmati dan mengontrol dirinya.
Gila, luar biasa, hari yang tak akan aku lupakan,batin Riki. Benar kata teman gue, bukannya enak, tapi enak banget. Ini baru pakai mulut, gimana saat gue masukin kontol gue ke memek mama. Riki menjadi sangat bergairah, dan secara naluriah, juga berkat pendidikan dari para aktor dan artis bokep, ia mulai mendekatkan badannya ke arah pantat mamanya yang agak menungging saat menghisap kontolnya. Dia mau mempraktekkan dan merasakan semua yang ia lihat di film.
Maka tangan Riki mulai menyentuh pantat mamanya, meremasnya. Wina diam saja, masih biasa dan reaksi normal saja kok, pikirnya. Tangan Riki sedikit mengelus belahan pantat dan memeknya, sedikit melebarkannya. Tak masalah, mungkin mau memuaskan penasarannya, pikir Wina lagi. Dan akhirnya Wina merasakan belahan memeknya mulai diciumi dan dijilati oleh mulut anaknya itu, ini jelas nggak biasa, pikirnya. Ia agak kaget, tak menyangka Riki seagresif itu, namun mau melarang juga tak mungkin.
Ia tetap melanjutkan menghisap kontol Riki. Riki sendiri merasakan memek Wina sangat harum dan mengeluarkan aroma yang menyenangkan dan memabukkan hawa nafsunya. Jarinya mulai makin melebarkan belahan memek itu, indahnya, merah merekah, dan Riki dengan statusnya yang masih hijau itu memulai pelajarannya , ia mulai menjilati sejadinya semua daerah memek itu, belum paham benar yang mana itil mamanya. Cuek saja, asik menjilati dengan rakus dan tak ada puasnya.
Awalnya Wina merasakan kurang nyaman, namun lama-lama seiring sapuan lidah anakya yang cepat dan rakus, ia mulai merasakan nikmat, jilatan lidah Riki memang kadang kena itilnya, dan apaan nih… ya ampun, Riki… ia malah mulai menusukkan jarinya ke lobang memekku, untung nggak nyasar ke lobang pantat. Wah kacau nih anak gue, terlalu berinisiatif, pikir Wina agak nyengir.
Karena merasa mulai enak dengan aksi Riki, Wina makin hot melumat kontol Riki dengan mulutnya, sampai Riki yang masih hijau ini kelojotan, saking geli dan enaknya. Riki tak sanggup lagi meneruskan kegiatannya mempelajari memek milik mamanya. Terlalu sulit berkonsentrasi. Dan aduh… Crooot… croot… pejunya mengalir dengan deras tanpa permisi, langsung membanjiri mulut Wina.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,