Aku, teman gank-ku dan para taruna
CERITA SEX GAY,,,,,
Aku mempunyai gank (perkumpulan) di kampus. Mereka sering berkumpul di tempat kosku hanya untuk mengobrol atau mengerjakan tugas. Salah satu dari mereka bernama Aji, dia anak asli kota Y*** (edited), tetapi rumahnya jauh, sehingga jarang sekali pulang dan sering tidur di tempatku. Aji orangnya ganteng dan mempunyai badan bagus, apalagi kalau dia memakai celana jeans yang ketat, pantatnya yang berisi dan tonjolan di antara kedua pahanya membuat hatiku berdebar-debar.
Seperti biasanya, dia memakai jeans ketat dan baju ketat. Badannya yang bagus terlihat jelas, apalagi tonjolan di antara kedua pahanya. Malam itu dia tidak pulang karena kecapaian sehabis mengerjakan tugas. Kami sama-sama tertidur pulas, namun tengah malam aku terbangun karena ingin pipis. Setelah dari kamar mandi, tanpa sengaja mataku tertuju pada tonjolan di antara kedua pahanya yang kelihatan besar. Aku jadi tidak bisa tidur, dengan hati-hati kuletakkan tanganku di atas tonjolan itu. Kuusap pelan-pelan karena takut dia terbangun. Aku belum berani bertindak lebih jauh lagi.
Dua hari setelah itu, dia tidur di tempatku lagi. Kupikir ini kesempatanku untuk lebih mengetahui, karena sebelumnya aku hanya mengelus dari luar saja. Setelah dia tidur, aku tidak bisa tidur dan kira-kira dia sudah pulas, perlahan kuraba lagi tonjolan itu dari luar. Aku merasakan tonjolan itu semakin membesar, aku semakin penasaran, dengan hati-hati kubuka resleting celananya. Kususupkan jari-jariku, aku lebih merasakan denyutan rudalnya dibandingkan dengan yang sebelumnya. Rupanya dia sudah terangsang. Aku semakin berani, perlahan kubuka CD-nya dan langsung saja rudalnya melesat keluar. Lama kupandangi batang kejantanan yang besar dan panjangnya 16 cm itu. Dengan perlahan dan hati-hati, kuusap ujung rudalnya karena takut dia nanti terbangun. Lama sekai kuusap-usap kepala batang kemaluannya, tiba-tiba dia terbangun karean kaget.
“Fi, lagi ngapain kamu?” tanyanya sambil menutupi batang kejantanannya dengan selimut.
Aku kaget sekali, “Ji, maafkan aku. Tolong ya jangan bilang siapa-siapa mengenai hal ini!” pintaku.
“Baiklah aku ngga akan ngomong-ngomong, tapi ada syaratnya!” katanya.
“Apa?” tanyaku.
Dia mendekat dan berbisik di telingaku, “Puaskan aku!”
Aku terkejut mendengarnya, “Apa?” tanyaku.
“Ya, buka bajumu dan puaskan aku sekarang!” katanya sambil melepas seluruh bajunya.
Tanpa menunggu perintahnya lagi, aku segera melepas bajuku dan langsung menciumnya.
Dia membalas ciumanku dan berbisik, “Lain kali ngomong dong, jangan seperti maling.”
Aku hanya tersenyum saja.
Kami langsung mengambil posisi 69. Kulumat dan kuhisap batang kemaluannya yang besar itu. Dia melakukan hal yang sama pada senjata kejantananku. Lumatan dan hisapannya enak juga. Entah berapa lama hal itu terjadi sampai akhirnya aku merasakan cairan hangat melewati kerongkonganku. Nikmat sekali. Tidak berapa lama, aku juga mencapai puncaknya.
“Croot.. croot.. croot..” lahar panas kumuntahkan ke kerongkongannya.
Nikmat sekali, masih kulihat dia menjilati sisa-sisanya di ujung rudalku.
“Makasih Fi, kamu betul-betul hebat” katanya.
Aku hanya tersenyum dan akhirnya kami berpelukan dan tertidur pulas.
Akhirnya masa ujian selesai juga. Kami satu gank berencana jalan-jalan. Setelah berdiskusi, akhirnya kami sepakat untuk pergi ke Tawangmangu. Kupikir, wah asyik juga nih karena di sana kan dingin.
Aku berkata sama Aji, “Ji, di sana kan dingin, pasti enak buat main.”
“Iya sih..” jawabnya, “Tapi kan banyak temen-temen.” katanya lagi.
“Ya, sebisanya kita atur lah.” kataku.
Akhirnya kami berenam berangkat ke Tawangmangu. Kebetulan di bumi perkemahan hanya ada beberapa tenda, itu pun berjauhan. Aku dan Aji sudah mempunyai rencana untuk ML (Making Love) di sana.
Malam harinya, setelah kami makan seadanya, kami buat api unggun. Udara malam itu cukup dingin, sampai akhirnya karena dingin sekali, kami sepakat untuk masuk ke tenda. Udara dingin itu membuat kami tidak bisa tidur. Kami bercerita, mulai dari cerita yang biasa sampai kepada cerita yang merangsang.
Hingga akhirnya, temanku Anto memotong, “Sayang ya.. ngga ada cewek, dingin-dingin gini enaknya sama cewek.”
Si Agus membalas, “Iya ya.., tadi kupikir yang ada di sebelah sana tuh cewek, eh ternyata cowok semua.”
Tiba-tiba Aji bicara, “Ngga usah mikirin cewek, kita juga bisa saling menghangatkan.”
Aku terkejut mendengarnya. Begitu juga teman-temanku yang lain, namun mereka tidak protes.
Tiba-tiba Anto sudah membuka bajunya sambil berkata, “Ayolah, daripada ngga ada cewek.”
Agus mengikutinya sambil berkata, “Iya.. anggap aja variasi, dari pada kita kedinginan.”
Setelah itu, empat orang yang lain sudah membuka baju dan memilih pasangan. Karena aku sudah pernah main dengan Aji, sengaja aku tidak memilih dengan dia. Begitu juga dengan dia, Aji paham dengan apa yang kulakukan. Aku memilih Anto, sedangkan Aji dengan Agus dan Aryo dengan Adit. Dibanding Aji, Anto lebih besar badannya. Aku dan Anto sudah saling membuka celana serta CD kami, begitu juga dua pasangan yang lain sudah mulai bermain saling menghangatkan tubuh. Aku kaget sekali, gila.. rudalnya Anto besar sekali, lebih besar dan panjang dibandingkan dengan punyaku. Aku menjadi semakin bergairah dan langsung ingin melumatnya, Anto mengerang keenakan. Kulihat yang lain sudah pada posisi 69. Aku akhirnya melakukan hal yang sama, batang kemaluanku dihisap dan dimainkan dengan ganasnya oleh Anto. Kumainkan lubang anusnya, Anto mengeluh kenikmatan. Anto memintaku untuk memasukkan batang kemaluanku ke anusnya, mulanya aku menolak, namun setelah dia memaksa dan aku juga melihat yang lain melakukan hal yang sama, akhirnya aku memasukkan abatang kemaluanku ke anusnya.
Kubasahi batang kemaluanku dengan air ludahku, kurangsang anusnya. Setelah dua jariku masuk perlahan, aku mulai mencoba memasukkan batang kemaluanku, mulanya sulit sekali. Dia juga kesakitan, dengan susah payah akhirnya masuk juga. Kudorong maju mundur, gila.. nikmat juga anus Anto.
Lama aku menganalnya, sampai akhirnya, “To, aku mau keluar..” kataku.
“Keluarkan di dalam aja Fi!” pintanya.
Aku dorong terus batang kemaluanku, tanganku juga tidak henti-hentinya mengocok batang kejantanannya, sampai akhirnya kami keluar bersamaan. Kucabut batang kemaluanku, kujilati batang kejantanannya yang masih mengeluarkan sisa-sisa sperma.
“Ugh.. nikmat banget.” dalam hatiku.
Kulihat kedua pasangan yang lain juga sudah orgasme. Kami berenam tergeletak. Entah siapa lagi yang memulai, kami sudah bertukar pasangan, sampai kami kelelahan, namun dinginnya udara daerah Tawangmangu membuat kami tetap bersemangat. Keesokkan harinya, kami berenam mandi di sungai, tanpa malu-malu lagi, kami saling menggosokkan badan. Saat kami sedang asyik-asyiknya mandi, kami melihat 6 cowok dari tenda sebelah turun ke sungai. Kulihat mereka santai saja melihat apa yang sedang kami lakukan. Mereka mulai membuka baju dan celana dalamnya, lalu mulai mandi. Kupikir mereka pasti anak-anak AKABRI karena kulihat dari potongan rambutnya dan wajahnya yang pendek dan rapi. Jarak kami dengan mereka tidak jauh, jadi aku bisa melihat keindahan tubuh mereka.
Tiba-tiba Anto nyeletuk dan menyapa mereka, “Gimana Mas tidurnya semalam? Kedinginan ya?” tanyanya lagi.
Salah satu dari mereka menjawab, “Iya nih, emang situ ngga?”
“Ngga tuh..” jawab Anto.
Kemudian kami bersama-sama mendekati mereka.
“Mas, di asrama ngga enak ya?” tanyaku.
“Iya nih bosan. Ngga ada ceweknya..” jawab mereka.
“Kami kemah di sini berniat nyari cewek.. eh malah ngga ada..” kata mereka lagi, “Eh, kalian kenapa ngga kedinginan semalaman?” tanya mereka.
“Emang ada setan cewek yang ke tenda kalian?” tanya mereka lagi.
“Ngga tuh..” jawab Agus, “Kami main sendiri.” lanjutnya.
“Enak kok..!” sambung Anto.
“Mas mau nyoba?” tanya Aji.
Lama mereka berpikir, lalu salah satu dari mereka mendekat dan berkata, “Baiklah, tapi tolong jaga privasi kami.. Ok..?”
Akhirnya kami memilih pasangan masing-masing, aku dengan cepat menghampiri salah satu dari mereka yang tinggi besar dan kulihat kemaluannya masih tidur tetapi sudah besar. Aku dekati dia, kuraba-raba dadanya yang dipenuhi bulu. Kumainkan putingnya, dia meremas rambutku, rupanya dia sudah mulai terangsang. Kami sepakat untuk naik ke darat. Di tepi sungai, kami melanjutkan aktivitas seks kami. Tanganku mencari-cari sesuatu di sela-sela pahanya, kutemukan batang kejantanannya yang belum tegang betul. Kuusap dengan lembut. Aku turun ke bawah, di depan wajahku telah teracung sebuah rudal yang siap menembakkan pelurunya. Melihat pemandangan tersebut, langsung kumasukkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Gila.. karena terlalu besarnya, sampai tidak muat. Kumainkan lidahku, rupanya dia menikmati permainanku. Rambutku dijambak-jambak olehnya. Dia mengerang kenikmatan. Aku lepaskan lumatanku, dia jongkok. batang kemaluanku dipegang kuat-kuat, perlahan dia lumat dan aku mengerang karena merasa keenakan.
Kucoba lepaskan batang kemaluanku, kemudian kuremas pantatnya dan berbisik padanya, “Aku masukkan ya..?”
Dia hanya menganguk, lalu kuremas pantatnya yang tambun. Kucoba masukkan batang kemaluanku, mulanya sulit, tetapi setelah kucoba berkali-kali, akhirnya masuk juga.
“Blees..” kugoyangkan pinggulku maju mundur.
Dia mengerang kenikamatan. Tanganku terus mengocok batang kejantanannya.
“Fi.. aku mau keluar..” katanya.
“Aku juga..” kataku.
Kugoyang-goyangkan pinggulku makin cepat dan akhirnya kumuntahkan lahar panasku ke lubang anusnya. Selang beberapa saat, dari batang kejantanannya juga keluar cairan hangat. Jauh juga pancarannya tercecer di pinggir sungai.
Kucabut batang kemaluanku dan dia berbisik di telingaku, “Entar malam, aku ke tendamu.. ya..?”
Aku hanya mengangguk. Aku senang sekali, ternyata orang yang selama ini kupikir keras sekali dalam pendidikannya, namun ternyata suka juga bermain dengan cowok. Aku lekas mandi menyusul yang lainnya yang sudah selesai dari tadi. Malamnya, dua tenda itu bergulat untuk mencari kehangatan. Dua malam di Tawangmangu membawa kenikmatan tersendiri. Setibanya kami di kota Y**** (edited), kalau ada kesempatan, kami selalu melakukan secara bergiliran dan bergantian di tempat kos kami. Namun sayang, kami tidak dapat menghubungi para taruna tersebut.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Tamat