Air Mata Ku di Tepi Comberan
Air Mata Ku di Tepi Comberan
Namaku adalah rani. Wanita yang biasa biasa saja dan cenderung kurang diminati lawan jenis. Walau kulit ku putih dengan garis urat di tangan berwarna hijau. Tetapi tubuhku kurus dan tidak menunjukan lekuk tubuh gemulai seperti wanita wanita lainnya yang di biasa juluki “gitar sepanyol”
Aku lebih lebih cocok disebut “sapu lidi” selain karena tubuh ku yang kurus. Hal lain yang lurus adalah Rambutku yang ku gerai panjang hingga menutupi payudara ku yang sangat imut.
Ukuran payudara ku hanya 34b. Tak jauh anak anak abg yang belum datang bulan padahal usiaku sudah 23 tahun.
Tapi aku bersyukur. Di usiaku yang matang ini aku telah dipinang oleh seorang pria yang juga orang yang biasa biasa saja. Dimata orang lain. Tapi dimataku, dia adalah sesuatu yang istimewa
Di usia pernikahan ku yang baru 3 bulan. Aku harus rela ditinggal oleh suamiku yang pergi 2 tahun untuk menjalani kuliah di negeri kangguru.
Selama 2 tahun yang panjang ini kami hanya dapat memenuhi hasrat jasmani maupun rohani kami hanya lewat teknologi abad 21 saja.
Tapi aku cukup percaya tak ada yang bisa mengikis cinta kami dan jarak yang jauh itu hanyalah sebuah ujian kecil.
Di tahun yang berat ini. Sungguh sulit bagiku untuk menjalani kehidupan dikota besar seperti jakarta seorang diri. Sehingga aku mengajak adik ku yang masih di bangku sekolah untuk menemani ku tinggal di rumah suamiku yang cukul besar.
Namanya. Angga. Adik laki laki satu satunya yang ku punya karena memang kita hanya 2 bersaudara
Orang tua ku yang sibuk dengan pekerjaan nya masing masing membuat angga kurang dapat perhatian
Iya jarang dirumah dan lebih memilih menongkrong dan menginap dengan teman temannya yang latar belakang nya tidak jelas
Sebagai keluarga yang menjunjung tinggi sopan santun dan keyakinan yang kuat. Aku memiliki beban berat untuk menjaganya selama ia tinggal bersama ku
Satahu ku, angga hanya memiliki dua teman dekat. Yaitu jono dan robi.
Jono terlihat cukup sopan dan robi memiliki tipikal yang arogan dan kasar.
Mereka sering bermain di rumah ku hingga larut malam walau aku selalu melarang nya untuk menginap.
Tapi hari ini berbeda. Hujan deras di luar rumah membuat comberan di depan rumah ku yang ukurannya agak besar meluap dan menutup jalan masuk dan menggenangi area lapangan yang posisi nya tepat di depan rumah
Jadi untuk kali ini aku terpaksa membolehkan kedua teman angga untuk menginap.Rumah ku memang agak unik. Walau di tepi comberan letak rumahku agak tinggi sehingga walau comberan meluap hanya akan menggenangi lapangan depan rumah ku yang letaknya lebih rendah.
Jam menunjukan pukul 11.00
Aku tak bisa tidur. Karena perasaan was was yang tiba tiba mendera jiwa ku.
Aku memutuskan untuk keluar kamar melihat situasi rumah.
Aku memang sering curiga dengan orang asing di rumah ku walau itu adalah teman akrab adik ku sendiri
Aku mencium bau asap rokok dari arah ruang tamu.
Aku melihat robi sedeng asik merokok sambil menyutikan sesuatu ke tangannya
Aku yang kaget pun segera menegur robi
“haii robi! Apa yan kamu lakukan?! “
Robi yang merasa tidakan ilegal nya ketahuan langsung bersikap melawan dan mengeluarkan pisau lipat dari kantung baju nya dan menodongkan kearah ku
” jangan macem macem lo!. Gw lagi mabok. Kalo lo mau ga banyak darah di lantai. Mending diem anjing! “
Tapi suara lain tiba tiba terdengar dari sudut ruangan dan mengejutkan kami berduaLalu tangan kirinya membungkam bibir tipis ku seakan mengisyaratkan diriku untuk tidak berteriak
” jangan bertindak gila lo bi! Dia kakak nya angga”
“brisik lo jon! Rahasia lo banyak ama gw! Jadi mending lo sekarang bantu gotong nih cewe ke luar. Gw pengen buang dia ke comberan biar kanyut bareng tokay hahaha”
Dengan sigap joni yang masih terlihat sopan kini membatu robi yang bengis untuk menggotong ku keluar dari rumah
Aku berusaha berontak dan teriak sekuat tenaga. Tapi tubuhku yang kurus dan mulut ku yang telah dibungkap erat sulit untuk selamat dari cengkraman mereka
“maaf ya kak. Bukan maksud saya membatu robi. Tapi saya juga di ancam”
Jono terlihat ketakutan sambil terus memegang erat kaki ku sambil memboyong ku keluar pintu. Tamat,,,,,,,,,,,,,,,,