Bekas Suami Bos Menodai Saya
Cerita mesum – Saya datang ke Malaysia lima tahun lalu, Berprofesi dengan sebuah keluarga Cina dengan gaji yang dijanjikan lumayan. Awalnya saya khawatir juga berprofesi di rumah bukan Islam, bagaimana makanku, solatku, kena masak babi ke dan banyak yang bermain di kepala. Melainkan karena kesempitan hidup saya tabahkan hati dan berprofesi dengan mereka.
Bos perempuan sungguhlah garang, banyak sekali saya makan hati karena semuanya tak kena. Cuma tak memasak, yang lain saya buat. Karena mereka makan di luar dan akan membeli makanan untuk saya. Mula saya cuak juga apa yang dibeli, halal atau haram tapi saya dipastikan makanan Melayu atau makanan mamak. Betul malahan makanan Cina lain rasanya, orang Melayu metode masak lain dan mamak mestilah lain juga. Saya gembira metode demikian ini disebabkan saya tak payah sulit hati memasak ‘ba alif ba ya’ atau ayam pancung… ya, yang tak bersembelih.
Tapi meski kerjanya menjaga seorang buah hati kecil dan mengemas rumah, aduh tak gampang ya. Hati berumur tiga tahun asyik menangis dan senantiasa sakit tapi kerana saya juga ada buah hati, biasalah budak kecil yang menangis, meragam dan sakit. Yang seorang berumur lapan, pagi pergi sekolah, sore balik.
Sekali pandang memang tak banyak kerja… mengemas rumah tidaklah sulit amat, lagipun cuma dua bilik yang diperbaiki masuk. Bilik buah hati lelakinya dan satu lagi bilik bayi, dan rumah malahan tak besar mana, beres mengemas tidak hingga dua jam. Jadi masa lain melayan bayi.
Seandainya bos pergi kerja memang seronok tapi jika bos ada rumah banyaklah ‘complaint’nya metode menyuap budak salah, metode menyapu salah, menyidai pakaian malahan ada caranya. Letihnya bukan apa banyak amat songehnya membikin saya keliru, yang mana betul yang mana salah. Kadang-kadang saya diherdik tapi saya membisu aje. Cukup bulan saya tunggu lagi, tengok duit, saya membisu dan berprofesi lagi karena wang itu mahu dihantar ke kampung untuk buah hati-buah hati makan. Biarlah mak mereka merana di sini asalkan buah hati-buah hati makan dan mencari ilmu.
Suami bos jarang di rumah… katanya banyak bisnes di daerah lain. Saya malahan tak berapa kisah dengan hal rumahtangga mereka, ia ada ke tidak ada tiada membawa makna pada ku, lagipun saya tengok ia tipe bagus aje, kapabel malahan bunyi tidak berapa dengar. Saya cuma dengar bunyi bininya sahaja.
Satu hari hendak diciptakan cerita, saya tengah menggosok baju, dan si kecilnya menangis, ia menjerit memerintah saya tengok budak yang menangis. Jeritan itu malahan buat saya tergamam dan dalam masa suram kabut saya telah rosakkan pakaiannya. Ya Allah saya menggigil kerana saya tahu apa habuan saya selepas ini. Melainkan saya seharusnya mengkhabarkan akan kerosakan pakaian itu, pakaian yang mahal agaknya. Saya bukan sahaja dimarah tapi disepak dan waktu itu suaminya balik, mengamati momen di depan mata. Saya tak tahu apa yang disebutkan terhadap suaminya tapi suaminya membisu sahaja. Kemudian saya diberitahu untuk ‘pack’ pakaian. Katanya ia tak mahu tengok muka saya lagi. Ke mana saya mahu pergi, entah saya tak tahu, tak ketahui jiran sebelah menyebelah. Suami memujuk sang isteri barangkali dan keesokan harinya barulah saya mahu dihantar, tapi hantar ke mana. Ke lapangan ke, ke polis ke, ke mana ke saya malahan tak tahu. Disuruhnya campak saya di bas stesyen. Melainkan suaminya bagus, katanya kau membisu-membisu saya tak hantar kau balik tapi kerja dengan ini orang Cina.
Ternyata orang Cina yang dikatakannya yaitu daerah sebagian kerja di kafe. “Saya tak mahu masak, saya tak mahu makan babi. Saya katakan terhadap ia.” “Bukan, tinggal di sini dahulu nanti saya uruskan kau berprofesi di pejabat kerja sapu pejabat.” Itu telah lebih ketimbang baik, memang saya menyenangi kerja yang demikian ini.
Saya dihantar ke Johor Bahru berprofesi di pejabat, ternyata ia antara bos di situ. Saya dilayan bagus diberikan bilik kecil untuk saya tinggal di situ. “Permit kerja-kerja rumah, tapi kau membisu membisu jangan cerita sama sapa. Itu saya punya bini memang itu perempuan banyak kecoh mulut, berisik itu karena saya tak menyenangi balik rumah. Ia otak banyak tak betul… itu karena saya simpan perempuan lain.” “Sepatutnya karena bos simpan perempuan ia berang.” “Betullah tapi mana bendung dengan ia berisik berisik, tengok itu hari karena pakaian satu kampung dengar ia punya jerit.”
Kami menjadi kawan dan walau berprofesi di pejabat sesungguhnya ia melayan saya dengan bagus. Seandainya ia ada ia belikan saya makanan, kasih saya tipe-tipe hingga orang ingat saya ini ia punya pacar. Satu hari ia belikan saya pakaian, indah amat pakaian itu dan ia mahu saya pergi potong rambut, mekap dan buat kuku, ia hantar saya ke salon. Awalnya saya ragu-ragu juga tapi ia kata, jangan sulit hati ini malam sahaja jadi aku punya girlfriend, karena aku punya girlfriend tak ada ini malam. Ia balik kampung.
Ternyata telah rambut dipotong, telah gunakan pakaian indah dan mekap saya sendiri tak sangka saya lihat diri di cermin, saya amat indah. Seandainya telah siap, ia sendiri kaget, “Yanti indah ya,” katanya. “Kawan-kawan seharusnya kaget nanti.”
Betul saya dibawa ke sebuah majlis. javcici.com Parti apa malahan saya tak tahu dan yang menariknya ia tak layan saya tipe pekerja tapi tipe girlfriendnya. Kawan-kawan malahan layan saya bagus dan baru saya rasa saya seorang wanita. Selama ini saya menikmati saya ini tipe tiada skor diri, berlumus dengan keringat, dengan daki, dimarah dimaki dan dihina. Hari ini saya merasa menjadi perempuan yang sejati dilayani sebaiknya, dan saya jadi seronok. Seronoklah jika ada orang melayani demikian ini. Itu cuma pernah saya rasai pada mula saya berkahwin, kemudian suami buat hal dan saya ditampar diterajang. Karena itu saya lari ke sini karena tak bendung dengan seksaan suami. Saya meminta diceraikan dan meninggalkan kampung halaman.
Malam itu saya dihantar pulang, dan katanya seandainya-seandainya ia perlukan sahabat ia akan mengajak saya. Senantiasa jugalah saya mendampinginya tapi memang ia tak pernah mengambil peluang dengan saya… saya hormat ia dan ia hormat saya.
Episode selanjutnya, bilik kecil tempat ku tinggal diambil alih oleh orang Indon yang kaya raya. Mereka mengaplikasikan perkhidmatan cleaner dan saya tak disenaraikan di dalam pekerjanya. Saya merayu untuk mendapatkan kerja lalu saya dihantar ke rumah salah seorang bos. Saya menjadi bibik di situ. Tuan Cina saya dahulu malahan sirna tanpa khabar info, saya malahan tak tahu ia ke mana dan kenapa semuanya berubah sekelip mata.
Bos perempuan saya ini, mengenal saya orang Indon ia malahan seperti di rumah-rumah orang kaya Indon, mereka memanglah arogan dengan pekerja tapi saya malahan tak kisah asal gaji bisa. Saya mahu kerja paling lama malahan dua tahun lagi, kerana seandainya cukup wang mahu pulang dan buka bisnes kecil-kecilan. Saya piawai menjahit tapi tak ku beritahu mereka karena nanti bertambah-tambah kerja tapi kerja di rumah orang Indon lagilah sulit seluruh kena buat. Memasak, dan semuanya tapi yang paling saya tak mahu buat tapi diperintah juga buat yaitu memandikan anjingnya. Ya Allah saya rasa mahu lari dari situ tapi ideal kerja seluruh telah beres dan saya terpaksa melayan semuanya.
Suaminya juga orang Indon, tak arogan tapi ada satu perangai yang buat saya kadang-kadang takut, ia menyenangi tengok saya atas bawa dan bermain mata dengan saya. Saya sesungguhnya takut, kuliner saya boleh ceritakan terhadap isterinya. Lama-lama saya amati wajahnya, saya pula teringat ia ini antara kawan-kawan bos lama saya dahulu, Simon. Patutlah tipe saya ketahui ia dan ia juga tipe buat signal yang saya ini pernah dijumpai. Satu hari masa isterinya tiada di rumah ia tanya saya sama ada saya ketahui Mr. Simon. Saya tak mahu mengaku untuk keselamatan tapi ia bukan bodoh. Ia telah ingat saya ini perempuan simpanan Simon, karena Simon bawa saya sebagian kali. Tentu ia ingat saya juga boleh dibawa ke ranjang barangkali.
Seandainya isterinya tiada di rumah, ia cuba ambil peluang. Menarik itu senantiasa tapi satu malam, bilamana isteri dan buah hati-si kecilnya pergi bercuti, (saya ingat ia ikut serta ternyata tak) dan seluruh orang lain tiada di rumah, ia berjaya menarik saya ke ranjang. Saya diratah sehabis mahu, berkali-kali ia mahu mengerjakan seks, jika saya melawan telah tentu lagi sakit lantaran saya biarkan sahaja ia meratah tiap-tiap inci tubuhku. “Bapak puas?” Tanyaku sambil menangis. “Jika jadi apa-apa saya beritahu ibu.” “Jangan kau berani,” ugutnya.
Selepas kejadian itu saya menjadi sungguh-sungguh takut dan mujurlah saya datang bulan, dan saya selamat ketimbang termengandung buah hati luar nikah. Sungguh saya benci mengamati wajahnya, meski disangka ia kacak, pada saya ia rupa jembalang, berbeza Simon walau pendek, dan sepet tapi hatinya bagus. Saya teringat ia memberikan saya telefon, katanya seandainya mahu hubungi buah hati di Indon gunakan sahaja dan habis kredit saya tambah. Sungguh ia berhati mulia tapi ia di mana? Aku keparat ini pula siapa? Saya juga berkeinginan tahu di mana Simon untuk saya meminta bantu melepaskan saya dari daerah neraka ini.
Saya sungguh-sungguh khawatir seandainya rumah sunyi dan isterinya tiada di rumah. Ia ada tukang kebun dan dengan si tukang kebun itulah saya buat bagus agar saya tak keseorangan jika orang lain keluar. Malam saya akan mengunci dan meski diketuk dan bunyi kemarahan memerintah saya buka pintu, tak saya buka, karena saya tak mahu momen itu berlaku lagi.
Entah apa kot yang disebutkan terhadap isterinya, sang isteri pula bertambah kurang didik dengan saya. Melainkan ia di hadapan isteri tipe tiada apa, kadang-kadang cuba tanya buah hati dan cerita hal-hal di Indonesia. Saya lantas tak atensi.
Satu pagi masa bersarapan ia memberitahu saya Simon ditemui mati. Saya terketar mendengar ceritanya, hendak tahu lebih lanjut saya tak berani karena saya mengaku tak mengenali Simon. “Simon gengster tu?” jawab isterinya. “Ya si gengster.” Gengster kata mereka tapi sedikitpun saya tak percaya. Dan apa terjadi dua pekan selepas itu, si ibu memberitahu yang ia ada tamu meminta saya masak nikmat-nikmat. Di belinya bermacam dan sepagi saya memasak… dan nah dari jauh saya mengamati kereta masuk di wilayah rumah. Itu kereta bini Simon daerah saya berprofesi dahulu. Saya serba salah, karena saya tak mahu ia mengenali saya, lagi sulit hidup saya nanti. Melainkan apa metode malahan saya tak bisa mengelak.
Makanan dihidangkan, saya cuba menyorok tak keluar di meja makan, tapi tak mungkin saya tak dipanggil ibu… dan seandainya ia ternampak saya, tahu apa ia buat? Ia menerkam saya. ”Seandainya bibik orang jahat!” Katanya terhadap ibu. “Ke sini ternyata kau? Awas nanti ia akan ambil you punya husband!”
Aku ibu merenung bagaikan hendak makan saya. Oh sorry saya tak mahu makan masakannya, dahulu ia kasih saya punya Simon makan, dan Simon telah edan dengannya. Tanya ia ia ketahui tidak Simon?”
Apa ini, saya tipe tak percaya ia menuduh saya dan saya juga cuba fikirkan bagaimana ia tahu saya pernah diajak ke parti oleh Simon dan betulkah Simon telah meninggal, saya tak tahu.
Aku jadi hura hara, “Jika aku ibu, aku hantar ia pergi Port Klang dan biar ia cari sendiri jalan pulang, jangan malahan dibeli karcis kapal terbang.” Seandainya saya malahan lebih menyenangi dihantar balik ketimbang tinggal di situ, satu metode saya bisa melepaskan diri ketimbang jerat laki yang menodai saya.
“Saya ada gambar Simon dengan ia,” kata lagi si perempuan Cina ini. Lagi saya kaget, “Seandainya perempuan bukankah kau?” Aku gambar saya. Sempat juga saya menjawab, “Jika saya secantik ini saya tak berprofesi rumah orang, bagus saya jadi perempuan simpanan sesiapa.” Dan seluruh terdiam. “Tipu, ia kuat tipu, ia goda saya punya suami!”
“Apalah perempuan edan ini kapabel?” kata saya dalam hati. “You tahu saya juga ada bukti, Simon tulis dalam secret FB nya yang saya tahu itulah ia. Ia mahu masuk Islam dan menikahi seseorang dan orang itu jangan sesiapa kaget kerana tulisnya ia itu bekas maid di rumah saya. Saya menyayanginya dan saya akan beritahu ia satu hari yang saya menikah dengannya.”
Saya terkedu mendengar cerita si nyonya… tapi mana Simon? Betulkah ia ditemui mati, seperti yang disebutkan oleh ibu dan bapak dua pekan sebelum ini? Saya jadi keliru… dan doakan bukan ia yang mati.
Tembelang mereka pecah, sepandai tupai melompat hasilnya jatuh juga. Semuanya merupakan dirancang dan lakonan semata karena mereka pasti akulah perempuan yang dibawa Simon ke parti sebagian kali. Bapak itulah yang menuntaskan rahsia, ia buat ini seluruh karena takut saya buka cerita ia memperkosa saya. Ia ingat ia boleh senantiasa buat kerja dekil itu tapi tak, saya telah tahu taktiknya dan buat seluruh rancangannya terhalang.
Benar mereka mahu saya tertanya-tanya perihal Simon dan itu boleh meresmikan kisah saya dan Simon. Seandainya mereka mengada-adakan cerita dan buat sedih dengan kematian Simon mereka mahu lihat respons saya tapi saya juga piawai berlakon, sekali saya kata saya tak ketahui tak akan ku kapabel sebaliknya. Ibu dan bapak membawa isteri Simon memang untuk memalukan saya, tapi mereka lupa yang saya telah bisa satu domisili, betullah Simon telah jatuh cinta dengan saya.
Saya memang malahan dihantar pulang, di Port Klang ditinggalkan saya, untuk saya mencari jalan pulang. Melainkan ingat tidak Simon pernah memberikan saya telefon, dan memang lama ia menghilangkan diri serta tak menghubungi saya. Ternyata ia sengaja mengerjakan itu untuk melupakan saya tapi ia tak bisa melawan perasaannya.
Saya hantarkan Whatsapp memberitahu saya telah pulang ke kampung halaman dan memberitahu Simon akan domisili rumah dan nombor lain untuk dihubungi. Andai benar Simon cinta saya ia akan menyusur kemudian lagipun jarak Medan dan Kuala Lumpur tak jauh mana.
Simon datang satu hari, mahu mengambil saya sebagai isterinya tapi sebelum itu ia mahu tinggal sebagian dikala di bumi Indonesia untuk belajar perihal Islam.,,,,