Dina Merintih Kesakitan

 – Dina Merintih Kesakitan | Aku Dina, cerita ini terjadi ketika Aku baru masuk SMU. Aku tinggal bersama dengan ke 2 ortu dan adikku di sebuah apartment. Ortu membeli 2 apartmen yang letaknya saling berhadapan di lantai yang sama. Aku dan adikku tinggal di satu apartment dan ortu di apartmen satunya lagi. Ayahku punya seorang kakak angkat yang umurnya gak jauh diatas ayah. Hubungan keluargaku dengan om itu cukup akrab. om sering berkunjung ke apartmen baik untuk urusan pekerjaan maupun hanya bersilaturahmi. Maklum om dah pisah dari tante, yang telah menikah lagi dengan orang lain, sedang om masih sendiri sejak perpisahannya dengan tante. Om ku ganteng, walaupun umurnyaa sedikit diatas ayahku tapi malah kelihatan lebih muda dari ayahku. Badannya tegap atletis, mungkin karena dia masih rajin melakukan fitness seminggu sekali, jogging ampir tiap hari dan juga renang seminggu sekali. Gak seperti ayahku yang udah gendut dan keliatan tua, maklum deh ayah sibuk dengan kerjaannya, workaholik lah orang bilang, sehingga gak sempet ngapa-ngapain. waktu untuk keluarga paling weekend, itupun sering dianggu karena ada pekerjaan yang harus dilakukan ayah. Om sering mengajak kami jalan2, kalo ayah kharus melakukan pekerjaannya.

Diam-diam aku mengagumi om, kelihatannya macho sekali deh. Cerita ini terjadi ketika ortu dan adikku harus keluar kota untuk menengok nenekku yang sedang sakit. Aku tidak ikut karena hari ini om akan datang untuk mengambil pesanannya yang dititipkan lewat aya. ayah berpesan untuk menyampaikan pesanan itu kalo om datang ke apartment. Katanya om akan datang sore sekitar magrib. Aku senang juga karena bisa berduaan aja ama om tanpa ada orang lain diapartment yang mengganggu.

 – Dina Merintih Kesakitan | Sorenya terdengar bel pintu berbunyi. Om mengebel pintu apartmentku karena ayah dah memberi tau kalo mereka keluar kota, tapi pesanan om dititpkan pada aku. Segera aku membuka pintu menyambut om.

“Hai cantik”, om selalu menyapa aku seperti itu. Seneng aku dipuji cantik oleh om.
“Kok seneng banget kelihatannya”.
“Iya om, seneng bisa berduaan ama om”, jawabku terus terang.
“Loh kok seneng, kan dah sering jalan ma om”.
“Iya tapi kan ramean. duduk om. ini pesenan om yang dititipkan ayah buat om”.

– Dina Merintih Kesakitan | Om duduk di sofa. Memang apartment aku dan adikku lumayan lengkap perabotannya walaupun serba minimalis. Di ruang tamu yang merangkap kamar makan ada seperangkat sofa, tv, audio system, meja makan dan pantri kering. Dapur diubah fungsi sebagai gudang karena makanan disupply dari apartment ortu.

“Om jalan yuk”, kataku.
“Mo kemana”, tanya om.
“Ke mall yuk”.
“Mo nyari apa?”
“Makan ama liatliat aja. di apartment gak ada makanan. tadi mama pesen supaya aku ngajak om nyari makan diluar aja”. “Emangnya ortu kamu pulangnya kapan. Adikmu mana?”
“Adik ikut om, pulangnya besok sore kali”.
“Terus kamu takut sendirian, mau om temenin”. Wah itu yang aku harapkan bisa berduaan ama om sampe besok.
“Bentar ya om, aku tuker baju dulu”.

 – Dina Merintih Kesakitan | Segera aku menghilang kekamarku dan tukar pakean. Aku gak tau, rupanya om ngintip ketika aku tuker pakean. Tapi ya gak tejadi apa2. Kemudian segera aku keluar apartment nersama om. Dengan manjanya aku memeluk tangan om. Kami bermobil ke mal yang deket dengan apartmentku. Sampe malem aku bener2 have fun bersama om, kami cari makan, dan setelah makan om ngajak aku nonton film. Aku ya ok aja, didalem bioskop aku memegangi tangan om terus, perhatianku gak pada filmnya tapi pada sosok pria macho yang duduk disebelah aku.

“Tu orang pada ngeliatin kita, mereka kira aku om senang yang lagi gaet abg cantik”, kata om ketika keluar dari bioskop.
“Kamu manja amat sih”.
“Biarin aja”, jawabku.
“Mo kemana lagi nih”.
“Pulang yuk om”.
“ayuk”.

– Dina Merintih Kesakitan | Kami menuju ke tempat parkir dan langsung kembali ke apartment. Segera mobil meluncur kembali ke apartment, gak lama karena apartment dekat dengan mal. Sesampe di apartment aku segera tuker dengan pakean rumah lagi. aku kalo dirumah Memang gak memakai bra. Aku hanya memakai tanktop ketat sepinggang dan celana pendek yang juga ketat. kedua pentilku tampak jelas sekali tercetak di tanktopku. Si om terpana melihat lekak liku bodiku yang Memang mengundang selera lelaki yang melihatnya.

“Kamu beneran mo om temenin”.
“Kalo om gak keberatan”.
“Tapi om gak bawa baju ganti”.
“Nanti aku ambilin celana kolor dan baju kaos ayah”.

Segera aku keluar apartment, membuka apartment ortu dan masuk ke kamar ortu untuk mengambil celana kolor dan kaos oblong ayah.

“Kegedean kali ya om, ayah kan gendut”, kataku sembari menyerahkan pakean itu ke om.
“Gak apa, kan cuma buat bobo”.

 – Dina Merintih Kesakitan | Si om masuk ke kamarku, ketika keluar kamar hanya memakai celana kolor gombrang dan kaos yang rada kebesaran. Kelihatannya dia tidak mengenakan CD karena penisnya kelihatan jelas tercetak di celana gombrangnya, kayanya dah ngaceng deh. Mungkin dia napsu ngeliat bodiku. Om duduk di sofa nonton tv. Aku duduk disebelahnya.

“Din kamu seksi sekali. toket kamu besar juga ya, pasti cowok kamu suka ya, suka diremes2 ya Din ma cowok kamu”.
“Ih om tau aja”.
“Iya tau lah Din, om kan juga lelaki. Lelaki mana yan gak suka ngeremes toket montok seperti toketmu itu”.
“Om suka ngeremes juga ya, terus om ngeremes siapa, kan gak ada tante”. Om cuma tersenyum,
“Kamu mau gak om remes”. “Ih om genit ih”.
“Kamu suka nonton film bokep ya Din”.
“Iya om ma cowok Dina”.
“Dimana nontonnya?”
“Dirumah cowok Dina, dia kan sering sendirian di rumahnya, ortunya sering pergi dua2nya, katanya berbisnis”. Terus, diremes deh”.
“Iya om, abis nonton film gituan kan napsu juga”.
“Cuma diremes?”
“he he”, aku hanya tertawa. “Kamu dah sering maen ma cowok kamu ya Din”.
“Gak sering om, cuma ampir tiap malem minggu”.
“Itu mah sering”, kata om sambil merangkul pundakku.

Aku merinding ketika om menarikku merapat kebadannya. Dia mencium pipiku.

“Om bawa film bokep, yang maen orang indonesia ma bule. mo liat?’
“Mau om, biasanya aku nonton kalo gak bule, ya cina apa jepun”.

 – Dina Merintih Kesakitan | Si om mengambil dvd dari tas yang dibawanya tdi dan dipasangnya. Segera filmpun mulai. Ceweknya orang sini, togepasar lah, jembutnya juga lebat, sedang si bule krempeng, tapi penisnya gede en panjang banget. Biasalah ritual film bokep saling isep sampe akhirnya si bule naikin tu prempuan dan masuk deh. serenade ah uh dimulai. Si om rupanya sudah dibawah pengaruh napsu berahinya. Dia menatapku dengan pandangan yang seakan2 mau menelanjangiku. Segera dia mencium bibirku, aku menyambutnya.

Lidah kami saling melilit dan kemudian dijulurkan lidahnya kedalam mulutku. Segera kuemut lidahnya, kemudian ganti aku yang menjulurkan lidahku ke mulutnya. Diapun tidak menyia2kan kesempatan untuk segera memerah kedua toketku gantian.

“Din, om dah lama pengen ngeremes toket kamu”. Pentilku yang dah mulai mengeras dipilin2 dari luar tanktopku. “Dilepas ya Din tanktopnya”, katanya seraya menarik tanktopku keatas.

– Dina Merintih Kesakitan | Dvd dimatikannya karena kami sudah tidak lagi memperhatikan perilaku ke2 anak manusia yang berlainan jenis sedang beraksi di film itu. Toketku sudah telanjang dihadapannya. Dia segera meremas2 toketku.

“Baru 16 dah besar gini Din toket kamu, kenceng lagi, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau kan”, katanya perlahan sambil mencium toket ku yang montok. “.

Aku diam saja, mataku terpejam. Dia mengendus-endus kedua toketku yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. pentil toket kananku dilahap ke dalam mulutnya. Badanku sedikit tersentak ketika pentil itu digencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasnya.

“Om…”, rintihku, tindakannya membangkitkan napsuku juga.

 – Dina Merintih Kesakitan | Aku menjadi sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, sehingga aku diam saja membiarkan dia menjelajahi tubuhku. Disedot-sedotnya pentil toketku secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotannya. Diperbesar daerah lahapan bibirnya. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutnya. Kembali disedotnya daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajahku tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toketku yang harum itu diciumi dan disedot-sedot secara berirama.

Dibenamkannya wajahnya di antara kedua belah gumpalan dada ku. Perlahan-lahan dia bergerak ke arah bawah. Digesek-gesekkan wajahnya di lekukan tubuhku yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutku. Kiri dan kanan diciumi dan dijilatinya secara bergantian. Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun beralih ke perut dan pinggangku. Bibir dan lidahnya menyusuri perut sekeliling pusarku yang putih mulus. Wajahnya bergerak lebih ke bawah.

– Dina Merintih Kesakitan | Dengan nafsu yang menggelora dia memeluk pinggulku secara perlahan-lahan. Celana pendekku ditariknya kebawah, aku mengangkat pantatku supaya lebih mudah dia melepaskan celanaku. Kecupannya pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulku. Ditelusurinya pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Dijilatnya helaian-helaian rambut jembutku yang keluar dari CDku.

“Din, jembut kamu lebat banget ya, pantes kamu napsunya besar”. Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di bagian belahan bibir nonokku. Aku makin terengah menahan napsuku, sesekali aku melenguh menahan kenikmatan yang kurasakan.

– Dina Merintih Kesakitan | Dia melepaskan semua yang nempel dibadannya sehingga bertelanjang bulat. Aku terkejut melihat penisnya yang begitu besar dan panjang dalam keadaan sangat tegang. Napsuku bangkit juga melihat penisnya, timbul hasratku untuk merasakan bagaimana nikmatnya kalo penis besar itu menggesek keluar masuk nonokku. Dia bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut dikangkanginya tubuhku. penisnya yang tegang ditempelkan di kulit toketku. Kepala penis digesek-gesekkan di toketku yang montok itu.

Sambil mengocok batangnya dengan tangan kanannya, kepala penisnya terus digesekkan di toketku, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit dia melakukan hal itu. Diraih kedua belah gumpalan toketku yang montok itu. Dia berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping ku dengan posisi badan sedikit membungkuk. penisnya dijepitnya dengan kedua gumpalan toketku. Perlahan-lahan digerakkannya maju-mundur penisnya di cekikan kedua toket ku. Di kala maju, kepala penisnya terlihat mencapai pangkal leherku yang jenjang. Di kala mundur, kepala penisnya tersembunyi di jepitan toketku. Lama-lama gerak maju-mundur penisnya bertambah cepat, dan kedua toketku ditekannya semakin keras dengan telapak tangannya agar jepitan di penispenisnya semakin kuat. Dia pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketku. Akupun mendesah-desah tertahan,

“Ah… hhh… hhh… ah…” penisnya pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toketku.

 – Dina Merintih Kesakitan | Gerakan maju-mundur penisnya di dadaku yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tangannya di kedua toketnya, menyebabkan cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadaku yang menjepit penisnya. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya penisnya di dalam jepitan toketku. Dengan adanya sedikit cairan dari penisnya tersebut dia terlihat merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala penisnya dengan toketku.

“Hih… hhh… … Luar biasa enaknya…,” dia tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafasku menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirku , yang kadang diseling desahan lewat hidungku,
“Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahanku semakin membuat nafsunya makin memuncak.

Gesekan-gesekan maju-mundurnya penisnya di jepitan toketku semakin cepat. penisnya semakin tegang dan keras.

“Enak sekali, Din”, erangnya tak tertahankan.

 – Dina Merintih Kesakitan | Dia menggerakkan penisnya maju-mundur di jepitan toketku dengan semakin cepat. Alis mataku bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirku akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketku. Ada sekitar lima menit dia menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketku itu. Toket sebelah kanan dilepas dari telapak tangannya. Tangan kanannya lalu membimbing penis dan menggesek-gesekkan kepala penis dengan gerakan memutar di kulit toketku yang halus mulus.

Sambil jari-jari tangan kirinya terus meremas toket kiriku, penisnya digerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarku, kepala penisnya digesekkan memutar di kulit perutku yang putih mulus, sambil sesekali disodokkan perlahan di lobang pusarku. Dicopotnya CD minimku. Pinggulku yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perutku yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutku, jembutku yang hitam lebat menutupi daerah sekitar nonokku. – Dina Merintih Kesakitan | Kedua paha mulusku direnggangkannya lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perutku terkuak, mempertontonkan nonokku. Dia pun mengambil posisi agar penisnya dapat mencapai nonokku dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang penis, kepalanya digesek-gesekkannya ke jembutku. Kepala penisnya bergerak menyusuri jembut menuju ke nonokku. Digesek-gesekkan kepala penis ke sekeliling bibir nonokku. Terasa geli dan nikmat. Kepala penis digesekkan agak ke arah nonokku. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut nonokku menjadi basah. Digetarkan perlahan-lahan penisnya sambil terus memasuki nonokku.

Kini seluruh kepala penisnya yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut nonokku. Kembali dari mulutku keluar desisan kecil karena nikmat tak terperi. penisnya semakin tegang. Sementara dinding mulut nonokku terasa semakin basah. Perlahan-lahan penisnya ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh penis yang tersisa di luar. Secara perlahan dimasukkan penisnya ke dalam nonokku. Terbenam sudah seluruh penisnya di dalam nonokku. Sekujur penis sekarang dijepit oleh nonokku . Secara perlahan-lahan digerakkan keluar-masuk penisnya ke dalam nonokku. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam nonokku hanya kepalanya saja. Sewaktu masuk seluruh penis terbenam di dalam nonokku sampai batas pangkalnya.

Dunia Perawan – Dina Merintih Kesakitan | Dia terus memasuk-keluarkan penisnya ke lobang nonokku. Alis mataku terangkat naik setiap kali penisnya menusuk masuk nonokku secara perlahan. Bibir segarku yang sensual sedikit terbuka, sedang gigiku terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis kenikmatan,

“Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Dia terus mengocok perlahan-lahan nonokku. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali dikocoknya secara perlahan nonokku sampai selama dua menit.

Kembali ditariknya penisnya dari nonokku. Namun tidak seluruhnya, kepala penis masih dibiarkannya tertanam dalam nonokku. Sementara penis dikocoknya dengan jari-jari tangan kanannya dengan cepat Rasa enak itu agaknya kurasakan pula. Aku mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala penisnya pada dinding mulut nonokku,

“Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…” Tiga menit kemudian dimasukkannya lagi seluruh penisnya ke dalam nonokku. Dan dikocoknya perlahan. Sampai kira-kira empat menit.

Lama-lama dia mempercepat gerakan keluar-masuk penisnya pada nonokku.

Sambil tertahan-tahan, dia mendesis-desis,

“Din… nonokmu luar biasa… nikmatnya…” Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit.

Dunia Perawan – Dina Merintih Kesakitan | Tiba-tiba dicopotnya penis dari nonokku. Segera dia berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhku agar penisnya mudah mencapai toketku. Kembali diraihnya kedua belah toket montok ku untuk menjepit penisnya yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar penisnya dapat terjepit dengan enaknya, dia agak merundukkan badannya. penis dikocoknya maju-mundur di dalam jepitan toketku. Cairan nonokku yang membasahi penisnya kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan penisnya dan kulit toketku.

“Oh…hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, dia merintih-rintih keenakan. Aku juga mendesis-desis keenakan,
“Sssh.. sssh… sssh…” Gigiku tertutup rapat. Alis mataku bergerak ke atas ke bawah.

Dunia Perawan – Dina Merintih Kesakitan | Dia mempercepat maju-mundurnya penisnya. Dia memperkuat tekanan pada toketku agar penisnya terjepit lebih kuat. Karena basah oleh cairan nonokku, kepala penisnya tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toketku. Leher penis yang berwarna coklat tua dan helm penis yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketku. Semakin dipercepat kocokan penisnya pada toketku. Tiga menit sudah kocokan hebat penisnya di toket montok ku berlangsung. Dia makin cepat mengocokkan penis di kempitan toket indah ku. Akhirnya dia tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahanannya.

“Din..!” pekiknya dengan tidak tertahankan. Matanya membeliak-beliak. Jebollah pertahanannya.

 – Dina Merintih Kesakitan | penisnya menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot! Pejunya menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahangku. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leherku. Peju yang tersisa di dalam penispenisnya pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal leherku, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan toketku. Dia menikmati akhir-akhir kenikmatan.

“Luar biasa…Din, nikmat sekali tubuhmu…,” dia bergumam.
“Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kataku lirih.
“Gak apa kalo om ngecret didalem Din”, jawabnya.
“Gak apa om, biasanya cowokku juga ngecret didalem kok om. Tapi belum dien tot juga aku ngerasa nikmat sekali om”, kataku lagi.
“Ini baru ronde pertama Din, mau lagi kan ronde kedua”, katanya.
“Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabku. “Kok tadi kamu diem aja Din”, katanya lagi.
“Bingung om, tapi nikmat”, jawabku sambil tersenyum.
“Engh…” aku menggeliatkan badanku.

 – Dina Merintih Kesakitan | Dia segera mengelap penis dengan tissue yang ada di atas meja, dan mengelap peju yang berleleran di rahang, leher, dan toketku. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan peju yang sudah terlajur jatuh di rambut ku.

“Mo kemana om”, tanyaku.
“Mo ambil minum dulu”, jawabnya.

 – Dina Merintih Kesakitan | Dia kembali membawa gelas berisi air putih, diberikannya kepada ku yang langsung kutenggak sampe habis. Dia kembali lagi untuk mengisi gelas dengan air. Masih tidak puas dia memandangi toket indahku yang terhampar di depan matanya. Dia memandang ke arah pinggangku yang ramping dan pinggulku yang melebar indah. Terus tatapannya jatuh ke nonokku yang dikelilingi oleh jembut hitam jang lebat. Aku ingin mengulangi permainan tadi, digeluti, didekap kuat. Mengocok nonokku dengan penisnya dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan dia dapat menyemprotkan pejunya di dalam nonokku sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar. Aku diajaknya kekamar. Aku berbaring diranjang dan dia disebelahku.

“Din…,” desahnya penuh nafsu. Bibirnya pun menggeluti bibirku. Bibir sensualku yang menantang itu dilumat-lumat dengan ganasnya. Sementara aku pun tidak mau kalah. Bibirku pun menyerang bibirnya dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirnya. Kedua tangannyapun menyusup diantara lenganku. Tubuhku sekarang berada dalam dekapannya. Dia mempererat dekapannya, sementara aku pun mempererat pelukanku pada dirinya. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketku yang membusung terasa semakin menekan dadanya. Aku meremas-remas kulit punggungnya. Aku mencopot celananya dan merangkul punggungnya lagi.

 – Dina Merintih Kesakitan | Dia kembali mendekap erat tubuhku sambil melumat kembali bibirku. Dia terus mendekap tubuhku sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketku yang montok menekan ke dadanya. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilku seolah-olah menggelitiki dadanya. penisnya terasa hangat dan mengeras. Tangan kirinya pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar ku, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutnya. penisnya tergencet diantara perut bawahku dan perut bawahnya. Sementara bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi, dihisap-hisap dengan hidungnya, dan dijilati dengan lidahnya.

“Ah… geli… geli…,” desahku sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai daguku terbuka dengan luasnya. Aku pun membusungkan dadaku dan melenturkan pinggangku ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahnya dalam keadaan menggeluti leherku, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya.

Dunia Perawan – Dina Merintih Kesakitan | Tangan kanannya lalu bergerak ke dadaku yang montok, dan meremas-remas toketku dengan perasaan gemas. Setelah puas menggeluti leherku, wajahnya turun ke arah belahan dadaku. Dia berdiri dengan agak merunduk. Tangan kirinya pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Digeluti belahan toketku, sementara kedua tangannya meremas-remas kedua belah toketku sambil menekan-nekankannya ke arah wajahnya. Digesek-gesekkan memutar wajahnya di belahan toketku. Bibirnya bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Diciuminya bukit toketku, dan dimasukkan pentil toketku ke dalam mulutnya. Kini dia menyedot-sedot pentil toket kiriku. Di ainkan pentilku di dalam mulutnya dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat.

“Ah… ah… om…geli…,” aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya.

Dunia Perawan – Dina Merintih Kesakitan | Sementara tangannya meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan diperkuat dn diperkecil menuju puncak, dan diakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pada pentilku.

“Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu…ngilu…” Dia semakin gemas.

Dunia Perawan – Dina Merintih Kesakitan | Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang disedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya pentilku dan dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-pijit dan dipelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya.

“Ah…om… terus… hzzz…ngilu… ngilu…” aku mendesis-desis keenakan. Mataku kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya. Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan awalnya. Jari-jari tangan kananku yang mulus dan lembut menangkap penisnya yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om.. penisnya besar ya”, ucapku. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tangannya terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku, jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas perlahan penisnya secara berirama.

 – Dina Merintih Kesakitan | Dia merengkuh tubuhku dengan gemasnya. Dikecupnya kembali daerah antara telinga dan leherku. Kadang daun telinga sebelah bawahnya dikulum dalam mulutnya dan dimainkan dengan lidahnya. Kadang ciumannya berpindah ke punggung leherku yang jenjang. Dijilati pangkal helaian rambutku yang terjatuh di kulit leherku. Sementara tangannya mendekap dadaku dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tangannya meremas-remas kedua belah toketku. Remasannya kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kanannya menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kiriku, sementara tangan kirinya meremas kuat bukit toket kananku dan bibirnya menyedot kulit mulus pangkal leherku yang bebau harum, penisnya digesek-gesekkan dan ditekan-tekankan ke perutku. Aku pun menggelinjang ke kiri-kanan.

“Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” aku merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tangannya di toketku. Akibatnya pinggulku menggial ke kanan-kiri.
“Din.. enak sekali Din… sssh… luar biasa… enak sekali…,” diapun mendesis-desis keenakan.
“Om keenakan ya? penis om terasa besar dan keras sekali menekan perut aku. Wow… penis om terasa hangat di kulit perut aku. Tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintihku.
“Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” aku semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratnya.
Aku sudah makin liar saja desahannya, aku sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa dia ini om suamiku.
“Om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali..Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… penis om … besar sekali… kuat sekali…”

 – Dina Merintih Kesakitan | Aku menarik wajahnya mendekat ke wajahku. Bibirku melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia pun tidak mau kalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tangannya mendekap tubuhku dengan kuatnya. Kulit punggungku yang teraih oleh telapak tangannya diremas-remas dengan gemasnya. Kemudian dia menindihi tubuhku. penisnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perutnya bagian bawah. Akhirnya dia tidak sabar lagi. Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing penisnya untuk mencari nonokku.

Diputar-putarkan dulu kepala penisnya di kelebatan jembut disekitar bibir nonokku. Aku meraih penisnya yang sudah amat tegang. Pahaku yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om penisnya besar dan keras sekali” kataku sambil mengarahkan kepala penisnya ke nonokku. Kepala penisnya menyentuh bibir nonokku yang sudah basah. Dengan perlahan-lahan dan sambil digetarkan, penis ditekankan masuk ke kunonok. Kini seluruh kepala penisnya pun terbenam di dalam nonokku. Dia menghentikan gerak masuk penisnya.

“Om… teruskan masuk… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” aku protes atas tindakannya.

 – Dina Merintih Kesakitan | Namun dia tidak perduli. Dibiarkan penisnya hanya masuk ke nonokku hanya sebatas kepalanya saja, namun penisnya digetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leherku yang jenjang, lengan tanganku yang harum dan mulus, dan ketiakku yang bersih dari bulu. Aku menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.

“Sssh… sssh…enak… enak… geli..geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat.

Dunia Perawan – Dina Merintih Kesakitan | Sementara tenaga dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan…satu… dua… tiga! penisnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam nonokku dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara penisnya bagaikan diplirid oleh bibir nonokku yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!

“Auwww!” pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan penisnya tertanam seluruhnya di dalam nonokku tanpa bergerak sedikit pun.
“Sakit om… ” kataku sambil meremas punggungnya dengan keras.
Dia pun mulai menggerakkan penisnya keluar-masuk nonokku. Seluruh bagian penisnya yang masuk nonokku dipijit-pijit dinding lobang nonokku dengan agak kuatnya.
“Bagaimana Din, sakit?” tanyaku.
“Sekarang sudah enggak om…ssh… enak sekali… enak sekali… penis om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru nonok aku..,” jawabku. Dia terus memompa nonokku dengan penisnya perlahan-lahan.

 – Dina Merintih Kesakitan | Toketku yang menempel di dadanya ikut terpilin-pilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilku yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadanya. penisnya diiremas-remas dengan berirama oleh otot-otot nonokku sejalan dengan genjotannya tersebut. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala penisnya menyentuh suatu daging hangat di dalam nonokku. Sentuhan tersebut serasa geli-geli nikmat. Dia mengangkat kedua kakiku. Sambil menjaga agar penisnya tidak tercabut dari nonokku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis kiriku didekatkan ke wajahnya.

Sambil terus mengocok nonokku perlahan dengan penisnya, betis kiriku yang amat indah itu diciumi dan dikecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang diciumi dan digeluti, sementara betis kiriku ditumpangkan ke atas bahunya. Begitu hal tersebut dilakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan penisnya maju-mundur perlahan di nonok ku. Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah toketku. Masih dengan kocokan penis perlahan di nonokku, tangannya meremas-remas toket montok ku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama.

Dunia Perawan – Dina Merintih Kesakitan | Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir secara perlahan. Pentilku semakin mengeras, dan bukit toketku semakin terasa kenyal di telapak tangannya. Aku pun merintih-rintih keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.

“Ah…om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. penis om membuat nonok aku merasa enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar nonok, ya om. Ngecret di dalam saja… ” Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar penisnya di nonokku. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat…Terus om, terus… ” Dia bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihanku.

Tenaganya menjadi berlipat ganda. Ditingkatkan kecepatan keluar-masuk penisnya di nonokku. Terus dan terus. Seluruh bagian penispenisnya diremas-remas dengan cepatnya oleh nonokku. Aku menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya, dia pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

“Sssh… sssh… Din… enak sekali… enak sekali nonokmu… enak sekali nonokmu…”
“Ya om, aku juga merasa enak sekali… terusss…terus om, terusss…” Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk penisnya pada nonokku.
“Om… sssh… sssh… Terus… terus… aku hampir nyampe…sedikit lagi… sama-sama ya om…,” aku jadi mengoceh tanpa kendali. Dia mengayuh terus. Sementara itu nonokku berdenyut dengan hebatnya.
“Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba penisnya dijepit oleh dinding nonok ku dengan sangat kuatnya.

Di dalam nonokku, penisnya disemprot oleh cairan yang keluar dari nonokku dengan cukup derasnya. Dan aku meremas lengan tangannya dengan sangat kuatnya. Aku pun berteriak tanpa kendali:

“…keluarrr…!” Mataku membeliak-beliak. Sekejap tubuh kurasakan mengejang. Dia pun menghentikan genjotannya.

Dunia Perawan – Dina Merintih Kesakitan | penisnya yang tegang luar biasa dibiarkan tertanam dalam nonokku. Aku memejam beberapa saat dalam menikmati puncak. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tanganku pada lengannya perlahan-lahan mengendur. Kelopak mataku pun membuka, memandangi wajahnya. Sementara jepitan dinding nonokku pada penisnya berangsur-angsur melemah, walaupun penisnya masih tegang dan keras. Kedua kakiku lalu diletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Dia kembali menindih tubuh telanjangku dengan mempertahankan agar penisnya yang tertanam di dalam nonokku tidak tercabut.

“Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kataku dengan mimik wajah penuh kepuasan.

 – Dina Merintih Kesakitan | penisnya masih tegang di dalam nonokku. penisnya masih besar dan keras. Dia kembali mendekap tubuhku. penisnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di nonokku, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding nonokku secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas penisnya. Namun sekarang gerakan penisnya lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh nonokku beberapa saat yang lalu.

“Ahhh…om… langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di nonok aku.. Sssh…,” aku mulai mendesis-desis lagi.

Bibirnya mulai memagut bibirku dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kirinya ikut menyangga berat badannya, tangan kanannya meremas-remas toket ku serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur penisnya di nonokku.

“Sssh… sssh… sssh… enak om, enak… Terus…teruss… terusss…,” desisku. Sambil kembali melumat bibirku dengan kuatnya, dia mempercepat genjotan penisnya di nonokku. Pengaruh adanya cairan di dalam nonokku, keluar-masuknya penis pun diiringi oleh suara,

“srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Aku tidak henti-hentinya merintih kenikmatan,
“Om… ah… ” penisnya semakin tegang. Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku.

 – Dina Merintih Kesakitan | Kedua tangannya kini dari ketiak ku menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Akupun memeluk punggungnya dan mengusap-usapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya penisnya ke dalam nonok ku sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, penis dihunjamkan keras-keras agar menusuk nonokku sedalam-dalamnya. penisnya bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding nonokku. Sampai di langkah terdalam, aku membeliak sambil mengeluarkan seruan tertahan,

“Ak!” Sementara daging pangkal pahanya bagaikan menampar daging pangkal pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar nonokku, penisnya dijaga agar kepalanya tetap tertanam di nonokku.

Dunia Perawan – Dina Merintih Kesakitan | Remasan dinding nonokku pada penisnya pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir nonokku yang mengulum penisnya pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini akumendesah,

“Hhh…” Dia terus menggenjot nonokku dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak.

Aku meremas punggungnya kuat-kuat di saat penis dihunjam masuk sejauh-jauhnya ke nonokku. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara penisnya dan nonokku menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecilku:

“Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”
“Din… Enak sekali Din… nonokmu enak sekali… nonokmu hangat sekali… jepitan nonokmu enak sekali…”
“Om… terus om…,” rintihku,
“enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Diapun mengocokkan penisnya ke nonokku dengan semakin cepat dan kerasnya.

Setiap masuk ke dalam, penisnya berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya.

“Din… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat yang luar biasa dia tidak mampu menyelesaikan ucapannya yang Memang sudah terbata-bata itu.
“Om, aku… mau nyampe lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…” Tiba-tiba penisnya mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya.

 – Dina Merintih Kesakitan | Dia tidak mampu lagi menahan lebih lama lagi. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding nonok ku mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, dia tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan pejunya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala penisnya disemprot cairan nonokku, bersamaan dengan pekikanku,

“…nyampee…!” Tubuhku mengejang dengan mata membeliak-beliak.
“Din…!” dia melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuhku sekuat-kuatnya. Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku yang jenjang. Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejunya menyembur dengan derasnya, menyemprot dinding nonokku yang terdalam. penisnya yang terbenam semua di dalam nonokku terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya kami terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali.

Dunia Perawan – Dina Merintih Kesakitan | Dia menghabiskan sisa-sisa peju dalam penisnya. Cret! Cret! Cret! penisnya menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam nonokku. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuhku maupun tubuhnya tidak mengejang lagi. Dia menciumi leher mulusku dengan lembutnya, sementara aku mengusap-usap punggungnya dan mengelus-elus rambutnya. Aku merasa puas sekali dien tot om. Ini baru awal permainan, karena si om akan nemani aku sampe besok sore, bayangkan berapa besarnya kenikmatan yang akan aku peroleh dari penis si om..

Related posts