Tidur terlalu lama tingkatkan risiko kematian dini
Fakta baru terungkap lewat penelitian para ilmuwan Keele University di Inggris yang diterbitkan dalam Journal of American Heart Association. Orang yang terlalu banyak tidur, justru memiliki risiko kematian dini yang lebih besar daripada mereka yang kurang tidur.
Ini adalah hasil analisis data lusinan penelitian yang mencakup lebih dari 3,3 juta orang di seluruh dunia. Durasi tidur yang kelewat lama–di luar tujuh sampai delapan jam setiap malam berhubungan dengan risiko kematian dan penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi.
Para ilmuwan – dari universitas Keele, Manchester, Leeds dan East Anglia – mengatakan bahwa tidur berlebihan harus dianggap sebagai ‘penanda’ kesehatan yang buruk sebab memicu peningkatan risiko penyakit jantung dan strok.
Menurut para peneliti, hal ini mungkin bisa dijelaskan lantaran orang yang terlalu banyak tidur berarti kurang berolahraga, sehingga meningkatkan risiko masalah jantung. Tetapi kemungkinan besar orang yang tidur terlalu lama sudah menderita masalah yang tidak terdiagnosis.
“Durasi tidur yang panjang dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular karena komorbiditas yang menyebabkan kelelahan, seperti gangguan peradangan kronis dan anemia,” tulis para peneliti.
“Gejala depresi, status sosial ekonomi rendah, pengangguran, dan aktivitas fisik rendah juga terkait dengan durasi tidur yang lama.” Para akademisi mengatakan dokter harus memeriksa pasien dengan durasi tidur lama setiap malam untuk masalah jantung.
Risiko terendah ditunjukkan oleh mereka yang tidur antara tujuh dan delapan jam per hari. Bagi orang yang kurang tidur, risiko penyakit dan kematian meningkat secara bertahap, tetapi tidak cukup signifikan secara statistik.
Tetapi bagi orang yang durasi tidurnya lebih lama, efeknya cukup signifikan. Besaran risiko penyakit kardiovaskular meningkat sejalan dengan durasi tidur yang lebih besar. Tidur selama 9 jam, misalnya, meningkatkan risiko kematian 14 persen lebih tinggi, sementara tidur 10 jam meningkatkan risiko 30 persen lebih tinggi.
Hasil studi juga menunjukkan, tidur berkualitas buruk dikaitkan dengan risiko penyakit jantung koroner 44 persen lebih tinggi.
“Studi kami, memiliki dampak kesehatan masyarakat yang penting karena menunjukkan bahwa tidur berlebihan adalah penanda peningkatan risiko kardiovaskular,” kata penulis utama studi Dr. Chun Shing Kwok, seorang dosen klinis di bidang kardiologi di Universitas Keele.
Penyakit kardiovaskular adalah istilah untuk gangguan jantung dan pembuluh darah. Jantung memberikan tekanan untuk memompa darah melalui pembuluh yang membawanya ke seluruh bagian tubuh.
Beberapa penyakit kemudian tumpang tindih karena kondisi dasar yang umum. Aterosklerosis, misalnya, adalah kondisi peradangan di mana plak menumpuk pada dinding arteri dan membatasi aliran darah. Ini dapat menyebabkan penyakit jantung, serangan jantung, dan strok.
Gagal jantung, yakni saat jantung tidak memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, adalah jenis lain dari penyakit kardiovaskular. Sementara detak jantung yang tidak normal, atau aritmia, dan katup jantung yang rusak juga digolongkan sebagai penyakit kardiovaskular.
Dalam analisis mereka, para peneliti berfokus pada hubungan antara tidur, tingkat kematian, dan kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung, strok, dan penyakit jantung koroner.
Untuk penelitian ini, para peneliti menggunakan durasi tujuh sampai delapan jam sebagai rekomendasi untuk membandingkan berbagai hasil.
Mereka menyatakan temuan ini signifikan karena menyoroti masalah jika durasi tidur lebih lama
dibandingkan dengan durasi tidur lebih pendek, juga bahwa semakin panjang durasi tidur, semakin parah masalah yang muncul.
Di Indonesia penyakit kardiovaskular sebagai penyebab kematian tidak dapat dianggap sepele. Pada tahun 2015 diperkirakan lebih dari 655 ribu orang meninggal karenanya.
Sebanyak 35,5 persen kematian penduduk diperkirakan karena penyakit yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah, di antaranya penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung iskemik, dan strok.
Perlu dipahami, hubungan antara durasi tidur, kualitas tidur, dan penyakit kardiovaskular serta mortalitas masih belum jelas. Mereka yang telah mengamatinya menyimpulkan bahwa hal ini rumit dan melibatkan banyak faktor yang saling berinteraksi.
Ada beberapa bukti yang menunjukkan kurang tidur meningkatkan kadar energi dan hormon nafsu makan leptin dan ghrelin, dan ini dapat menyebabkan obesitas dan gangguan kontrol gula darah.
Mengurangi tidur juga bisa meningkatkan peradangan, yang telah dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular dan kanker.
Di sisi lain, terlalu banyak tidur mungkin berhubungan dengan penyakit kardiovaskular karena kondisi yang ada memicu rasa letih. Ini termasuk kondisi peradangan dan anemia yang persisten.
Para ilmuwan juga menemukan kaitan antara aktivitas fisik yang rendah, depresi, pengangguran, dan status sosial ekonomi rendah dengan durasi tidur lebih lama. Ini mungkin berkontribusi, tetapi mereka juga bisa menutupi, hubungan antara durasi tidur yang lebih lama dan penyakit kardiovaskular serta risiko kematian.
Dr. Kwok dinukil The Guardian menyatakan, “Dalam masyarakat modern tidur tergantung pada banyak aspek, budaya, sosial, psikologis, perilaku, patofisiologi, dan pengaruh lingkungan.”
Lanjut Dr. Kwok, “Pengaruh-pengaruh ini timbul karena berbagai alasan, mulai dari merawat anak-anak dan kerabat, hingga penyakit mental dan fisik, kerjashift, dan ketersediaan komoditas selama 24 jam.”
Jadi, seperti berbagai hal dalam hidup, tidur juga perlu dijaga secukupnya namun berkualitas.
LINEfacebooktwitterwhatsappmore