SYUTING VIDEO SEKS INCEST KELUARGA
Hari sudah menjadi gelap dan hujan turun rintik-rintik, udara kota Bandung terasa semakin dingin. Di sebuah hotel kecil di dalam kamar no. 303 lima orang sedang memproduksi film blue.
Dua pemainnya ternyata masih bocah di bawah umur dan mereka adalah kakak beradik. Keduanya memakai seragam anak sekolah.
Di atas ranjang mereka saling berpagutan mesra tanpa mengenal tali persaudaraan. Si bocah laki-laki berada di samping tubuh adiknya dan agak menindihnya. Tangannya sedang mengusap-usap dada adik perempuannya yang belum tumbuh melalui sela baju seragam putihnya yang sudah dibuka 3 kancing.
Di samping ranjang berdiri seorang laki-laki paruh baya, yaitu ayah mereka yang sibuk mengambil gambar dengan kamera video HD Sony. Ia hanya memakai kaos oblong, tanpa celana. Terkadang ia suka mengocok penisnya saat mengambil gambar.
Dua lighting di sisi kiri dan kanan menyorot tubuh kedua anak kemarin sore itu agar gambar mereka berdua bisa tertangkap tajam di kamera.
Di dekat jendela duduk dua orang wanita di kursi rotan coklat. Yang satu usianya 15 tahun. Ia mengenakan jaket biru gelap dengan sweater biru langit di bagian dalamnya, rok jeans pendeknya terangkat seperut. Ia sedang asyik menonton kedua bocah itu sambil bermain dengan kemaluannya sendiri.
Sementara di sebelahnya duduk seorang wanita paruh baya yang mengenakan jilbab dan gamis. Pembawaannya tenang dan sopan. Ia tampak memperhatikan kedua bocah di ranjang itu dengan seksama.
“Wati dan Budi dan semakin bagus yah mainnya, ma?” komentar gadis yang di dekat jendela.
Si ibu paruh baya itu tersenyum dan mengangguk kecil, “Kamu harus contoh adik-adikmu.”
“Iya, iya. nanti Tini adegan lebih panas lagi dari mereka…mmm…and BTW ibu gak mau masturbasi?”
“Gak…kamu aja….”
“Hmm…tumben…”
Si ibu tersenyum dengan celoteh anak gadisnya sambil menepuk paha yang putih dan mengusap-usapnya dengan kasih sayang.
“Ah mama nanggung, ngusapnya disitu….”
“Heee..memang maunya dimana,” tanyanya sambil menoleh pelan.
“Disini ma…,” ucap Tini sambil menggeser telapak tangan ibunya di kemaluannya.
“Hmm…memang maunya…”
“Hehehe…”
Si ibu pun mengusap-usap organ kewanitaan putri sulungnya.
Sementara itu si ayah sibuk memberikan instruksi kepada kedua anak perempuan dan laki-lakinya yang lagi di ranjang.
“Cium…cium adikmu yang mesra, pakai lidah…iya gitu….keluarin lidahnya,” ucap si ayah
“Wati..kamu pura-pura gak mau…bilang, jangan kakak…jangan kakak…”
“Jangan kakak…jangan…” dengan suara yang masih imut kekanak-kanakan dan terkesan main-main.
“Jilat lehernya dan telinganya…biar adikmu terangsang…”
Sang kakak menuruti perintah ayahnya.
“NGghh…shhh….kakak…mmhh….”
Lalu diangkat keatas kedua tangan adiknya dan ditahan pakai satu tangan. Sementara tangannya yang lain menyusup ke bawah rok merahnya, meraba-raba paha mungil adiknyanya, terus dari bawah merambat ke atas, perlahan menyingkap roknya.
“Ngg…Jangan kakak…aku kan adikmu…,” ucapnya dengan nada ngambek.
“Terus….memang kenapa, kalau kamu adikku?”
“Memang boleh ya adik kakak begini?”
“Menurut kamu boleh gak?”
Kemudian tubuh si kakak berpindah ke tengah menindih tubuh adiknya yang mungil dan menempelkan dan menggesek-gesekkan kemaluannya di gundukan adiknya. yang masih terbungkus CD mini.
“Nghh…kakak nakal…,” ucap adiknya seraya memukul-mukul pundaknya.
“Boleh gak?” bisik si kakak di telinga adiknya, seraya mempercepat gerakkannya.
Mata adiknya terpejam, ia menggigit bibirnya dan melenguh-lenguh pelan. “Aah..ah..ah..Mmh…boleh deh…asal sama kak Budi”
Budi lalu memeluk adiknya dan memutar tubuhnya hingga gantian sekarang adiknya yang berada di atas dirinya. Lalu mereka kembali berciuman.
Sang ayah mengambil close up adegan putrinya sedang dicumbu putranya. Nafas keduanya kelihatan tidak beraturan. Kamera itu terus bergerak hingga akhirnya menyorot bokong Wati. Budi dengan sigap menyingkap rok adiknya ke atas pantatnya yang kecil, sehingga ayahnya bisa mengambil gambar celana dalam putihnya.
Si ayah lalu menyampirkan sedikit tepian CD anak bungsunya, sehingga kemaluannya yang tembem dan belum berbulu, kelihatan. Lalu ia masukkan jari tengahnya ke dalam lubang kemaluan anaknya, kemudian dikeluarkan lagi berulang-ulang.
“Nghhh…ahhh..ah…ah..”
Wati yang merasa keenakan ditusuk-tusuk vaginanya oleh ayahnya menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti irama tusukannya. Jari tangan si ayah pun jadi basah oleh cairan Wati.
“Budi, apakah batangmu sudah tegang?”
“Sudah papa…dari tadi…”
“Coba kasih unjuk ke kamera…”
“Apakah dikeluarkan?”
“Ya…mmm…Wati..kamu buka celana kakakmu dan keluarin batangnya.”
“Ya papa…”
Wati bangkit dan membuka sabuk celana kakaknya. Pengaitnya dilepas dan reseletingnya diturunkan. Setelah itu ia meraih batangnya dari balik CD-nya.
“Ohh…yahh..diik…….”
Budi terangsang saat ia merasakan jemari Wati menggenggam pensinya dan menarik keluar dari sarangnya.
“Mmmhh…Kocokin dik…”
Wati menurut dan mengurut batang kakaknya yang baginya lumayan panjang dan besar.
“Menurut kamu gimana batang kak Budi?” tanya sang ayah.
“MMmmm…lucu…ujungnya kayak jamur….”
Sementara Budi hanya bisa menahan siksa kenikmatan di kemaluannya. Wati melirik ke arah kakaknya dan memperhatikan raut wajahnya yang keenakan. Ia suka ngeliat kakaknya seperti itu.
“Jilat buah zakarnya.”
Wwati mendekatkan wajahnya ke alat kelamin kakanya, lidah mungilnya pun mulai membasahi peler yang belum tumbuh bulu.
“Owhh..dik…shshh..dik…gak tahannhhh…kalau gini…gak tahan….”
“Gak tahan kenapa, Budi?” tanya ayahnya.
“Gak…gapapa…”
“Gak tahan, mau dioral sama adikmu yah…?”
Budi mengangguk.
“Wati…oralin titit kakakmu gih…”
“Wati juga mau donk kak…masak cuma kakak doank yang enak..”
“Ya udah sini…cepetan….kakak jilatin mekinya kamu…”
Wati kegiarangan dan segera mengambil posisi 69.
Sang ayah segera mengambil poisisi membelakani putrinya dan menyorot bokongnya.
“jangan dilepas yah CDnya. filmbokepjepang.sex Kesampingkan saja,” istruksi ayah mereka.
Budi menyingkap rok merah adiknya, kemolekan bagian bawah tubuh gadis baru tumbuh segera tertangkap kamera. Dari arah agak samping, si ayah mengzoom putranya mulai menjilat-jilat belahan vagina adiknya.
“Owh…kakak enaaak….mmh…”
Sang ayah berpindah ke depan menyorot putrinya yang mulai mengenyot batang kakaknya.
“Iyah..gitu..bagus…pelan-pelan…”
Kedua kakak beradik itu sudah seperti pasutri saja, memberikan kenikmatan di alat kelamin pasangannya.
“Buka kancing…biar orang bisa lihat dada kamu…”
Wati membuka kancing baju seragamnya hingga hanya menyisakan beberapa saja.
Si ayah segera mencoba menyorot puting anaknya dari sela-sela bajunya.
“Rambutnya disingkirin, biar keliatan wajahmu nak…”
Wati memindahkan rambutnya yang panjang ke sisi lain, agar kamera bisa menangkap bocah bawah umur menghisap batang kakaknya sendiri.
“Akh….” Wati memekik kecil. Ia menengok ke belakang dan sesekali merem melek.
“Enak banget sih kakak jilatinnya…..akhh…ahhh..ah…”
Saking terlampau keenakan, Wati jadi lupa menggarap batang kakaknya. Akhirnya Budi ngambek dan kesal.
“Ah..kamu mah enaknya sendiri.”
Wati berubah cemberut dan merasa bersalah.
“Maap kakak…”
Budi berdiri dan memegang kepala Wati. Lalu didorong penisnya masuk ke mulut adiknya. Dengan agak kasar, Budi memaju mundurkan pinggulnya dan bersenggama di dalam mulut sang adik.
Si ayah pun jadi turn on, melihat perlakuan putranya ke adiknya. Adegan ini tidak ia sia-siakan ia ambil dari jarak jauh dan dekat.
“Aahh…aah…enak…enak…enaakk…”
Makin lama, Budi makin menghentak-hentak, semantara kepala Wati ditahan. Perlahan pangkal penisnya dah gak bisa membendung sperma yang berebutan mau keluar.
“Dikit lagi…ah..ah..dikit lagi…aahh….kakak keluar….”
CROT CROT CROOT CROOT
Sperma si kakak keluar di dalam mulut si adik. Budi pun jatuh lunglai ke atas kasur.
Wati berlari ke kamar mandi untuk membuang sperma tersebut dari mulutnya.
Si ayah yang dari tadi turn on melihat anaknya gituan, meletakkan kameranya di meja dan menyusul putrinya ke WC. Gak lama dari dalam kamar mandi terdengar suara-suara erangan Wati.
“Ahh..ahh.ahh..papa…ahh…ahh..ahh…”
“Legit banget, meki anak papa….sempit….”
“Papa punya yang gede….”
5 menit kemudian
“AAhh…papa keluaar…”
CROT CROT CROT…. cairan cinta sang ayah keluar di dalam liang senggama putrinya. Ia terduduk lemas di lantai kamar mandi sambil memeluk Wati.