Menangis di Perkosa di Lapangan Bola

Malam hari yang sudah sangat sepi di pasar tanpa ada penerangan terdengar tangisan wanita yang menyendu nyendu tepat di lapangan sepak bola yang biasanya di pakai oleh warga setempat, terlihat dua sosok tubuh manusia sedang bertindihan, sesosok lelaki yang berusia sekitar 40 tahunan menindih sesosok remaja wanita yang kira-kira berumur 14 tahun.

” Huhuu….huuuu…. Aduh..aduuuhhh, sakit mas….! ” Desah Reza yang terdengar serak di sela tangisnya yang tak berhenti..

” Huu…huuu..ampunnn, mas. Saya mohon kebaikan hati mas…! ” Teriak Reza dengan suara yang serak karena dari tadi ia berteriak-teriak sambil menangis.

Topan terus saja mengenjot tubuh mulus & putih Reza tanpa menghiraukan kata-kata yang memohon iba tersebut.

Sambil terus memompa diciumnya dengan dalam rambut panjang lurus berwarna hitam berkilau seakan menghirup aroma surgawi ” Shhhh…shhh ! Jangan kamu berisik, tenang saja setelah ini selesai, ku antar kamu balik ke lampung setelah itu kita menikah “.

” Breett…Brett ! ” robeklah daster yang dikenakan reza.

” Haaaa….jangann…jangannn…ampunnn, masss! ” Serak Suara Reza mengeras kembali..

Topan acuh ditariknya BH hitam Reza yang berukuran 34 C, dada Reza yang besar menyembul tergoyang-goyang & langsung dihisap oleh Topan..

” Aaaahhhhhh… ! ” Topan sampai pada puncak pendakiannya, tubuhnya diam sejenak sebelum luluh & menindih tubuh reza & mengeluarkan cairannya tanpa mencabut penisnya yang masih berada didalam vagina Reza.

” Auuuwwww…. Gila kamu, mas ! Gilaaaa…Huuuu…Huuuuuuu !! ” Reza meronta hebat, membuat tubuh Topan terhuyung ke samping. Secepat itu pula Reza bangun, & terduduk kedua telapak tangannya menutup wajah cantik yang samar-samar tampak di bawah terang cahaya rembulan.

” Lebih baik kamu bunuh saja aku, mas ! Bunuh saya sekarang, karena saya tak kuat menanggung malu ini !! & saya tak mau kamu peristri !! ” jerit Reza serak.

” Baiklah, saya hendak bertanggungjawab kamu menolak ! saya akan bertanggungjawab laporkan saja saya ke polisi, saya tak akan menghindar! Tetapi coba kamu pikir lagi akibatnya, kamu akan menanggung malu seumur hidupmu karena peristiwa ini apabila diketahui umum. Belum lagi kalau hari ini ternyata benihku tertanam dalam rahimmu ! Anak itu tak akan memiliki seorang ayah !” Topan menghela napas pelan.

” Kamu tunggu disini, saya akan mencarikanmu baju ! Pikirkanlah yang terbaik, maaf kalau saya memaksamu menerimaku dengan cara seperti ini ” Topan beranjak sambil memakai bajunya.

” Huuuu…huuuu…Bapakkkkk..tolonngg..tolongg ! ” Tangisan Reza si bocah remaja yang baru saja mengenal dunia itu semakin kencang selama beberapa saat..entah berapa lama sampai terdengar…

” Kukuruyukkkkk ” Kokok ayam bersahutan.. Dengan tubuh gemetar & masih menangis menahan sakit, Reza mengenakan kembali celana dalam & BHnya. Dilihatnya ada pakaian tak jauh darinya, ia bergerak mengambil lalu memakai pakaian tersebut tampak Topan berdiri agak jauh dari Reza. Asap rokok mengepul dari wajah murungnya yang memperhatikan Reza.

ia menghampiri Reza mencoba untuk mengandengnya, tetetapi ditepis Reza dengan kasar…Lalu Topan terdiam tak berani lagi ia mencoba menghibur Reza dari kesedihan akibat kesalahannya tersebut. Reza berjalan sambil melamun…entah memikirkan apa..

Keesokan harinya Topan mencari Reza di seluruh penjuru pasar,

” Bude, lihat Reza tak ? “.

” Reza yang mana, Mas Topan ? ” tanya wanita penjual sayur tersebut dengan segan. Maklum Topan adalah seorang penyalur Sayuran untuk pasar sana.

” Reza asal Lampung yang membantu bibinya jualan di lapak belakang. Yang anaknya cantik & baru tumbuh dewasa itu “.

” Oh, kata diah bibinya ia pulang kampung hari ini. Ibunya meninggal tadi subuh ! “.

” Innalilahi Wa Innalilahi Roji’un ! Atur nuhun, Bude !

” Topan berjalan dengan gontai, sembari menghembuskan asap rokoknya wajahnya tampak galau.

Sembilan bulan kemudian, ” Uwaaaa…Uwaaa ! ” terdengar teriakan tangis seorang bayi yang baru lahir…

” Wanita..wanita ! ” teriak sang Dukun beranak dari dalam kamar.

” Alhamdullilah, ternyata cucuku seorang wanita ! ” sahut lelaki tua yang masih tegap dengan uban menghiasi rambutnya.

” Bagaimana Rezanya, Bu ? ” teriak Pak Piki dari luar kamar. ” ………… ” tak terdengar ada jawaban.

” Anak saya bagaimana, Bu ? Rezannn ? ”

” Iya, bapak.. ” Reza menyahut.

” Syukur, Alhamdullilah ! ” Terdengar tawa Pak Piki dari luar kamar. Tak berapa lama, Pak Piki masuk kekamar sambil menggendong cucunya yang baru lahir tersebut.

‘ Reza, ayah yang beri nama anak ini ya ? Ini adalah cucu pertama ayah, kalau kamu memberi izin tentu ayah akan senang sekali ! ”

” Silakan, Bapak saja yang beri nama ” Reza berkata lemah.

Kemudian Pak Piki tampak membisikkan sesuatu ke bayi itu, & ia berkata ” Kita panggil ia dengan nama Nur Wulan Rezaa. Bagaimana, cah ayu ? ”

” Iya, bapak. Saya juga suka dengan nama itu . ”

Delapan bulan kemudian

” Nur, awas kamu nanti jatuh ! ” teriak Reza sambil membawa ember berisi cucian melihat anaknya yang merangkak dekat dengan tangga.

Lalu dengan kesal diletakkannya ember cucian tersebut kemudian Ia menggendong anaknya. ” Uwaaaa…uwaaa ! ”

Nur menangis tak mau digendong, Reza bertambah kesal karena segera ingin ke sungai untuk mencuci & tak mau diganggu lebih lama oleh anaknya.

Related posts