Dikocokin sampai crot


Setumpuk file yang mesti selesai hari ini telah berpindah semuanya di meja managerku. Pandangan disekitarku telah kosong dan jam kerja sebenarnya sudah usai 3 jam lalu. Uh…payah. kuliukkan badan menghempas penat dan kakunya urat leher yang harus menghadap komputer seharian. Aku tersentak karena kurasa ada tangan melingkar di leherku. Tanganku sudah bersiap menjangkau apasaja yang bisa sebagai pertahanan. Rasanya mati sia-sia di tangan psikopat seperti yang sering aku tonton sungguh mengeringkan tenggorokanku. “Hai… sabar dong, aku nich!. mau mijit doang masa enggak boleh” Teriak Abim cepat-cepat sembari tertawa berkepanjangan. Tak urung tangankupun melayang melepas kejengkelan atas keusilannya.”Ngapain belon pulang, lembur juga.” Kembali kurebahkan diri di kursi sambil beresin meja. Kulihat Abim ketawa kecil memamerkan sederetan giginya yang rapi berbaris, tertutup bibirnya yang berselimut bulu-bulu kemachoan. Perawakan Abim cukup berkontur dengan urat tegas menonjol di setiap jengkal kulitnya yang bersih. Tak jarang aku memperhatikannya diam- diam. Beberapa tahun kami kental tak pernah menghilangkan keherananku atas kesendiriannya dibalik potensi fisiknya yang menggetarkan umat. Apalagi jika memperhatikan dibawah pusatnya yang selalu terpamer lewat model ketat yang di sukai. Walau aku dan dia cukup dekat tapi kebanyakan kami enggan membicarakan hal pribadi. Jadi aku jaga sekali prinsip itu. Kualihkan perhatian mengusir curiga dengan mengemas file terakhir. Disudut mataku terlihat abim menyalakan komputer dan mulai mencari-cari program. “Nggak keburu pulang khan”. Tanyanya datar. “Emang kamu mau lembur, kerja apaan.” “enggak … mau ngakses aja, temenin yuk.” “Akh bosen..!” “Eit…sini dulu,” Sergahnya menggapai tanganku dan menariknya.”Tahu nggak kalau disini ada cerita-cerita oke yang bikin kamu bisa merinding kesukaan.” “Apaan..”. “Sini deh.”Ditariknya kursi untuk dudukku di sebelahnya.”Di site ini ada satu penulis yang heboh banget cara dia berfiksi, dia membidik pelakunya dengan detail kayak udah pengalaman dan … akh…aku pingin banget ketemu. bikin penasaran” Komentar abim terus meluncur seirama tangannya yang gesit memainkan mouse membuka jaringan cyber. Aku ikutan penasaran dan makin keras dadaku berdetak setiap mengikutipage yang abim buka. Aku mengenal sekali Site ini Jangan-jangan. Kupendam dugaanku tak ingin gejolak hatiku memberikan perubahan warna pada raut mukaku. “Nich dia!”Ujarnya pasti. filmbokepjepang.sex Dan dilayar terpampang sederetan judul erotic stories dengan nama penulisnya.”ini Jun yang bikin aku penasaran.”tangannya menunjuk sederet tulisan dengan pengarang yang sama. “Udah dikontak” “Berulang kali … tapi aku ngerti kalau dia juga menyembunyikan identitas. Orangnya cool banget kalau di liat dari tulisannya. Penasaran ku semakin muncak.” “Tapi Bim itu site untuk… ka..kamu?”. “Kamu baru tahu…?” “Kalau kamu memang Jay yang suka ngemail itu sejak dulu sudah aku tahu.” “Darimana kamu tahu nama Emailku ..atau jangan jangan.” Aku cuma memainkan kepalaku dan mataku tanpa jawab. Abim bangkit dan mendesakkan tubuhnya ketubuhku hingga teringsut di sisi dinding. diangkatnya kepalaku dan ditamparnya pelan. Aku memilih diam daripada harus menebak apa yang akan berlalu. Sekejap tangannya yang kokoh merambat dan mencengkeram pusat pantalonku. Ditekan dan diputarnya. Dalam diam hanya desah dan irama ketidak aturan nafas kami yang berbaur. artikelbokep.com Abim benar- benar dipuncak hasrat…begitu liar melepas kendali. “Kenapa tak dari dulu kamu katakan.” katanya tersenggal tanpa melepaskan tangan dan bibirnya yang terus meraba merasai seluruh permukaan kulitku yang terbuka dan tidak membiarkan kulit dada yang tertutupi iri menunggu. “Mengapa Jun.” “Akh..aku..akh..uh…,” Kurasa aku tak perlu meneruskannya. Kupilih bersama melebur melepaskan hasrat menggapai puncak klimaks tak peduli dengan ruangan apa ini dan dimana ini. Satu hal yang kutunggu, satu hal yang aku inginkan. Tak pantas melepasnya saat didepan mata. Tanganku kukendalikan melucuti pakaian dan celana abim tak terkecuali. Bahkan hanya dengan mengenakan celana dalam putih kami berguling merabai dan mencengkeram kenikmatan yang enggan terlepas. Mencari peluang dan sudut kenikmatan yang kami yakini tanpa batas dan bukan sekedar ilusi. kami ingin merasai…mereguki. “Aku bisa merasakan kamulah yang menulis cerita itu.” Ujarnya terus meraba dan memainkan.”Beri aku nikmat seperti yang kau tulis.” “Kau begitu yakin, dia adalah aku.’ “Gerakanmu tak bisa bohong. Kau suka lakukan ini ditulisanmu,” “Semua orang bisa begini”. “Tapi tak setiap orang tahu persis yang kusuka. kau pasti tahu dari penuturanku.” “Perlu kujawab,” “Tidak…yang perlu cukup kita rasakan..akh!,” Dalam debat kami sama- sama memenuhi apa yang dulu pernah terungkap dan kami inginkan lewat huruf- huruf elektronik itu. Seperti tak ada canggung atau risi kami reguk semua yang dulu hanya fantasi…dan hanya bisa kami lakukan sendiri. Mengocok dan terus mengocok. Dalam keadaan yang telah sama-sama telanjang ini jelas pejantan Abim menentang dalam biasnya yang merah berdenyut. Kubandingkan dalam angan miliknya dengan kuda jantan yang tak jauh beda antara punya kuda dan punyaku. mulutku tak henti memasuki dan menghisapnya sekuat tenaga. Memainkannya. Abimpun seakan dipacu tak kalah mempermainkan bola dan bulu-bulu pusatku. Lidahnya tak lepas menggores memberi kehangatan pada milikku. Aku tercekat merasakan nikmat dunia yang tak pernah kurasa. Dorongan lahiriah yang tak terkendali memberi gerakan meritme makin cepat. Panas membakar setiap pori yang menggeliat di sekujur tubuhku. Terdengar lenguhan panjang abim bernada puas melepas peju hangat di rongga mulutku. Dan makin cepat dan kuat hisapannya. Disusul kenikmatan tak terkatakan terlepas liar melalui rongga kemaluanku. Abim tak menyia-nyiakan sedikitpun air kehidupan itu tertumpah. Ditelannya dengan rakus…tanpa sisa. Berbasah peluh kami meringkuk di bawah meja dengan pelukan erat…memulihkan tenaga. Abim Pelan memijatkan tangannya pada belakang leherku. “Besok lembur?” Aku tersenyum, dalam hati kutahu maknanya.

Related posts