Cerita Dewasa Ratih di Beach Club

Hubunganku dengan wanitawanita yang menjadi sex partnerku biasanya berlangsung lama, bahkan ada beberapa yang sampai mencapai bilangan tahunan.

Hal ini akan menjadikan kami lebih saling mengetahui, mengerti keinginan masingmasing lebih detail, namun ada pula beberapa yang merupakan hubungan One Night Stand.

Untuk hubungan seperti itu, biasanya aku tidak akan mengeluarkan teknik permainanku habishabisan tapi tetap berkualitas.

Cerita berikut adalah satu dari beberapa One Night Stand yang pernah aku alami.

Tugas dari kantor baruku beberapa tahun yang lalu, mengharuskan aku sering bepergian seputar Asia Tenggara.

Di antaranya yang paling sering aku kunjungi adalah Malaysia karena prospek di sana yang masih terbuka untuk produksi barang yang aku pasarkan yang buatan Amerika ini, juga karena produk ini masih merupakan barang baru di sana walau pun di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 90an.

Setiap kali ke Malaysia, aku selalu tinggal disekitar KL atau PJ, berbagai hotel berbintang aku jelajahi minimal bintang 4.

Rate hotel di sana waktu itu mungkin merupakan rate yang termurah di ibukota negaranegara Asia Tenggara, bayangkan dengan cara Go Show tanpa reservasi atau tanpa corporate rate, sebuah kamar standard di hotel bintang 5 pusat kota KL hanya sekitar US$ 100, sedangkan dengan corporate rate bisa didapat dengan $60 paling mahal.

Aku selalu menggunakan corporate rate kawan bisnisku di PJ.

November 2001

Aku tiba siang hari di KLIA, dengan menggunakan taxi, aku checkin di Mandarin Oriental, samping KLCC dan Petronas Tower, gedung kembar tertinggi di dunia, kali ini aku akan tinggal 1 malam di Malaysia.

Sorenya setelah menemui customer di kantornya yang terletak di seputaran Petronas Tower, aku kembali ke hotel jam 6.30 sore.

Setelah beristirahat sejenak, aku menyegarkan tubuhku di shower lalu bersiapsiap pergi ke Beach Club untuk bertemu dengan kawan bisnisku jam 8 malam.

Namanya Beach Club, tapi bukan berada di pantai, terletak tidak jauh dari Mandarin, hanya berjalan kaki sekitar 5 menit, sepanjang jalan sekitar 300 m itu, terdapat berbagai club dan disco, dari mulai seberang hotel Shangrila pojok Jl Sultan Ismail sampai ujung Modesto dekan Mandarin mungkin ada kira kira 15 tempat hiburan.

Beach Club adalah club paling ramai dikunjungi, saat jam 8 waktu aku tiba, tempat itu telah penuh sesak dan hingar bingar, bentuk club sedemikian terbuka hingga orang yang berjalan kaki di trotoarnya, bisa melihat ke dalam serta dentuman musik yang keras terdengar sampai jalanan padahal bukan weekend.

Aku bertemu dengan kawanku di tengah sesaknya jalan masuk dan hampir tidak ada tempat duduk kosong sehingga kami berdiri sambil mengobrol dengan sedikit berteriak.

Banyak gadis belasan tahun sampai yang usia 30an di sana, minum, bercengkrama sambil menikmati lagulagu yang dibawakan oleh Disc Jockeynya.

Jam menunjukkan pukul 10:30 malam, tiba tiba di balik seberang bar dari tempatku berdiri, sekelebat aku menangkap mata seorang wanita yang sedang memperhatikan aku, tapi tak kuperhatikan.

Karena rasa penasaran aku menoleh lagi, ternyata dia agak tersenyum, kubalas dengan senyuman pula.

Ketika itu aku terlintas di pikiranku dengan kuat bahwa aku pernah bertemu dengan wanita itu, tapi aku tidak pernah ingat dimana walaupun aku telah berpikir dengan keras.

Untuk mendatangi? Terus terang aku kurang berani untuk mendatangi dan berkenalan dengan wanita, mungkin aku harus lebih PD ya, biasanya yang aku lakukan hanyalah memandang dari kejauhan seperti yang kulakukan saat itu.

Kulihat dia bergerombol kira kira 9 orang pria dan wanita.

Akhirnya pada pukul 12 aku kembali ke hotel dan tidur, esok aku harus melakukan presentasi produk. Malamnya masih sempat aku buka komputerku untuk membaca email yang masuk.

Esoknya presentasi dilakukan di lantai 19 di samping Petronas Tower, sehingga aku hanya berjalan kaki melewati pintu samping KLCC dan keluar di ujung pintu yang lain untuk mencapai gedung yang aku tuju.

Ternyata presentasi tersebut selesai pukul 14:30. Berarti aku bisa mengejar pesawat MAS terakhir kembali ke Jakarta.

Aku bergegas kembali kehotel untuk checkout. Tetapi perut terasa lapar, karena di tempat presentasi hanya disuguhi minum saja.

Akhirnya aku mampir di sebuah restoran untuk makan seadanya mengganjal perutku. Saat aku menikmati makanan, sekilas aku lihat seseorang mendatangiku.

Kamu Virano kan.., seorang wanita dalam bahasa Indonesia menegurku, kalau bahasa Malaysia aku pasti dipanggik encik

Aku tengok, ternyata dia wanita yang aku lihat tadi malam di Beach Club, wah ternyata dia orang Indonesia

Seratus buat kamu.. Saya memang Virano.. Kamu siapa ya? Kamu yang ada di Beach Club tadi malam ya? Kamu dari Indonesia? Tinggal di sini atau sedang berkunjung? Sendiri? Mana gengnya yang semalam? Sud..

Stop stop stop, itu ada 20 pertanyaan, yang mau dijawab yang mana dulu nih he he he.. dia tertawa.

Aku baru sadar bahwa mulutku yang nyerocos bagai mitraliur melontarkan pertanyaan pertanyaan klasik padanya.

Aku ulurkan tanganku dan berjabat tangan sambil menariknya untuk duduk di hadapanku.

*** Cerita Dewasa ***

OK, sekarang pertanyaan pertama, kamu siapa? tanyaku sambil aku panggil waiter dan menawarkan dia untuk memesan, dia hanya memesan minuman saja, karena sudah makan katanya.

Ratih jawabnya pendek

Ratih yang mana ya? tanyaku lagi.

3 tahun lalu kita ketemu di Jakarta, aku bersama Vivi dan Dino serta kawan lainnya, kamu datang sama Della waktu itu dan kalian berdua bikin sensasi malam itu di table umum, kamu serakah dan gila juga ya, Della yang cantix dan sexy begitu masih nggak cukup, Vivi kamu kerjain juga malam ini, di depan cowonya pula, gimana, udah belum sama Vivi? cerocosnya.

Hei.. Hei.., ini kan bukan pengadilan.. Ok aku ingat sekarang.., tapi lu juga melirik kan waktu Della buka celanaku, berartu lu liat juga isinya kan.. ujarku seenaknya.

Pembaca yang ingin mengetahui ceritanya silakan baca Nafsu Birahi Della

Sialan lu ya, ngebacain gua.. kami sudah memakai kata lu gua pertanda keakraban dalam pembicaraan.

Nah lu dulu yang mulai.., so.. Lagi ngapain di KL? tanyaku.

Ternyata Ratih juga sedang ditugaskan kantornya untuk suatu negosiasi dengan calon investor Malaysia yang berencana melakukan investasi di Indonesia di bidang konstruksi.

Negosiasi akan dilanjutkan esok siang untuk memberikan kesempatan calon investor melakukan rapat internal dan dia datang beserta 3 orang staffnya dari bagian teknik yang semuanya pria.

Ratih, 34, tinggi 164, 50 kg, married dengan 2 anak, tinggi semampai, rambut sedikit bergelombang panjang sebahu, dada tidak seberapa besar, mungkin 32B, kulit agak coklat dan memiliki wajah cantik dan merangsang, mengundang minat setiap lelaki yang bertemu dengannya.

Mungkin itu juga sebabnya dia dikirim oleh kantornya untuk bernegosiasi dengan para datuk berduit di KL.

Akhirnya kami berbincang mulai dari urusan bisnis sampai urusan malam, berkali kali dia bertanya apakah Vivi sudah pernah tidur denganku, aku selalu mengalihkan pembicaraan saat dia menanyakan hal itu.

Aku tidak pernah membicarakan dengan siapa aku pernah berhubungan sex pada siapa pun. Hal ini merupakan prinsip buatku, kecuali saat ini melalui Rumah Seks.

Tak terasa sudah pukul 17:30, wah nggak keburu aku kejar pesawat terakhir ke Jakarta.

Lu tinggal dimana tanyaku.

Mandarin, sebelah jawabnya singkat, Lu dimana tanyanya balik. Timbul niat menggoda dia.

Gua tinggal di PJ, gua nggak sanggup bayar Mandarin, mahal!

Cuma 68 dollar, murah dibanding Jakarta sergahnya.

Masih mahal, Gua bayar 35 dollar di PJ jawabku.

GAK PERCAYA Ratih mencibir sambil mengeja huruf itu satu persatu.

Ntar malem ke Beach Club lagi yuk ajaknya.

Gak sanggup bayar jawabku sekenanya.

On my Bill, Boss sindirnya kesal.

Gak keburu, PJ jauh, jam begini macet, naik LRT pun makan waktu 45 menit, mungkin jam 9an baru bisa sampai ke sana pancingku.

OK, gua paksa sekarang ya, gua bayar makan lu, kita ke toko beli baju buat lu, perlu CD nggak? Lu mandi di kamar gua terus kita ke Beach Club bareng sampai mabok, semuanya OMB, kalau masih nolak gua cium lu di sini heh kepancing dia.

Hah mandi di kamar lu? Malu gua jawabku bercanda.

Apa perlu gua bukain kamar satu lagi di Mandarin dia protes. Aku tersenum dalam hati, di kantungku juga ada kartu magnetik kunci kamar Mandarin

OK Boss, gua nggak bisa nolak, tapi boleh kan lu cium gua di sini ujarku memancing.

Dasar dia memajukan kepalanya, demikian pula aku, kami berkecup bibir sebentar, lalu aku panggil pelayan dan kubiarkan Ratih membayar billnya.

Bersama dia aku masuk ke counter ashworth, filmbokepjepang.sex kubeli tshirt seharga 209 ringgit lalu kubawa ke kasir.

Kulihat Ratih bersiap mengeluarkan credit cardnya. Dari belakang kupeluk pinggangnya sambil berbisik di telinganya..

I am joking honey, this is mine aku sodorkan kartuku kepada kasir.

Yeah, but weve just make a deal for it jawabnya sambil menolehkan kepalanya ke samping dan harum rambutnnya tercium semerbak, kukecup lubang telinganya.

Keep your deal for the next one or two kataku penuh arti.

Terasa Ratih menyenderkan tubuhnya kepadaku hingga terasa pantatnya menekan penisku, sekejap terasa aliran listrik di sana.

Akhirnya kami jalan bergandengan ke kamar Ratih, jam menunjukkan pukul 7, hari masih terang.

Sesampai di kamar, aku duduk di sofanya, setelah mengobrol sebentar, Ratih masuk ke kamar mandi, pintunya sedikit terbuka lalu terdengar suara shower pertanda Ratih sedang mandi.

Tak lama dia keluar kamar mandi dengan mengenakan kimono handuk panjang sampai ke bawah lutut.

Hayo.. Sana mandi, terus kita berangkat.. katanya.

Aku buka baju dan celanaku di depan pintu kamar mandi lalu kulempar di meja tempat menaruh kopor, penisku yang lemas terlihat kecil.

Nggak malu ya buka celana di depan gua? katanya sambil tertawa.

Ngapain malu, kan lu udah pernah liat jawabku.

Waktu itu liatnya nggak jelas, gelap dan sekelebatan, lagian kan udah lama protesnya.

Mau liat lebih jelas? kataku sambil melirik dan masuk ke kamar mandi tanpa menutup pintunya sama sekali, toh kalau dia tidak jalan ke arah pintu, dia tidak dapat melihat aku yang bugil di kamar mandi.

Ketika aku menikmati hangatnya air dari shower dengan membelakangi pintu, tiba tiba terdengar pintu shower terbuka, aku pura pura tidak tahu.

Lalu aku balikkan badan sambil menutup mata merasakan air shower di kepalaku, Aku intip, Ratih sudah berada di dalam shower, telanjang bulat.

Kok nggak sama seperti yang gua lihat dulu, kecil ? ujarnya sambil tangannya memegang penisku, otomatis aliran darah segera menuju penisku yang menyebabkan mengeras.

Aku tarik Ratih ke pelukanku sambil aku cium bibirnya dan kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya.

Ratih membalas tak kalah hot, dijulurkannya lidahnya mencari lidahku dan berusaha menyedotnya, sementara penisku segera mengeras dengan sempurna di tangan Ratih.

Segera Ratih melepaskan bibirnya dari bibirku, turun menjilati leher dan belakang telingaku, aku remas buah dadanya yang kecil tapi cukup sekal untuk wanita berumur kepala 3 seperti dia.

Dia mencari putingku lalu disedotnya perlahan dan diberinya gigitangigitan kecil di sekitarnya.

Ooh Rat..,. Enak Rat.. Terus.. Terus

Sementara tangannya menjulur meremas penis dan buah zakarku sambil menurunkan badannya dia berjongkok lalu lidahnya terasa menyapu kepala penisku, dijilatnya belahan kecil penisku, kejangkejang ngilu aku dibuatnya, lalu dikulumnya kepala penisku.

Lho kok bisa jadi gede segini?

Perlahan tapi pasti, penisku masuk perlahan lahan sambil kepalanya berputar ke kanan ke kiri dan lidahnya menelusuri batang penisku.

Rasanya nikmat sekali. Kepalanya maju mundur mengocok penisku sambil sesekali diputarnya ke kanan ke kiri dan lidahnya bermain main di ujung penisku.

Penisku dilepas dari mulutnya, lalu lidahnya menjilati buah zakarku, turun terus ke bawah ke arah pangkal penisku sampai perbatasan dengan anusku sambil tangannya terus mengocok penisku.

Ooh.. Rat.. Aku hampir keluar.. Terus Rat.. Ke bawah.. erangku.

Ratih kembali memasukan penisku ke dalam mulutnya lalu mengocok dan dihisapnya kuatkuat sampai akhirnya..

Serr.. Serr.. terasa spermaku keluar dengan derasnya kira kira 56 kali mengedut di dalam mulutnya.

Ratih masih terus menghisap penisku sampai kakiku terasa lemas, tapi penisku masih terasa keras, lalu Ratih segera menungging menghadap kaca dan tangannya bersender di kaca.

Tanpa basa basi langsung aku colokkan penisku ke dalam vaginanya, agak seret, namun tidak terlalu sulit untuk memasukinya.

Vir.. Kontol lu enak.. Sayang udah nggak seberapa keras ujarnya. Memang terasa penisku mengecil dan akhirnya lepas dari vaginanya. Ratih tertawa terbahakbahak.

Satu nooll godanya sambil mengecup bibirku, lalu dia keluar dari kamar mandi.

Nanti disambung lagi aja deh, sekarang kita ke Beach Club dulu, gua mau mabok malam ini katanya.

Akhirnya aku dan Ratih berpakaian dan kami pergi ke Beach Club, aku perkenalkan Ratih pada beberapa kawanku di sana dan kami bersamasama menikmati lagu dan minuman sampai jam 11 malam.

Ratih tampak cukup mabuk. Dalam pelukanku kami balik ke hotel diantar mobil oleh kawanku, Ratih memberikan kunci kamarnya dan kami masuk ke lift.

Kutekan lantai kamarku, Ratih tidak menyadarinya karena kepalanya disandarkan pada dadaku sampil merapatkan matanya.

Akhirnya kubuka kamarku, Ratih sudah pasrah dan aku bawa dia telentang di ranjang. Kebetulan bentuk ruangan kamarku sama dengan kamar dia.

Kutindih dia sambil kuciumi leher dan bibirnya.

Ooh Vir, sorry, I am out of control, but still can fell your nice lips and tongue, please lick and suck me rintihnya.

Youll get the best you ever had darling, just follow the flow and enjoy my service balasku.

Bajunya aku buka sampai dia telanjang bulat, terlihat bulu bulu vaginanya hitam berbentuk segi tiga rapi.

Aku buka pakaianku sampai aku juga telanjang bulat, dia tetap tidak menyadari bahwa ini bukan kamarnya.

Pelayanan aku mulai dari ujung dahinya, aku kecup perlahan, putri77.net menuju kedua matanya, aku jilat mata tertutupnya lalu menuju hidung mancungnya, aku gigit ringan batang hidungnya lalu kucium bibirnya dengan penuh nafsu, Ratih membalas ciumanku dengan menggigit gigit bibirku ringan.

Kuarahkan lidahku menuju telinganya dan kukorek lubang telinganya dengan lidahku. Kepalanya bergoyang.

Lalu aku sedot sedot sepanjang lehernya dari kiri ke kanan, kuangkat tangannya dan kujilat ketiaknya, dia mengerang keras keenakan dan geli. Kusedot ketiaknya agak keras.

Viirr.. Aach.. Acchh.. Terus vir, feel good honey.. katanya sambil terus bergelinjang semantara penisku sudah mulai mengeras

Kuarahkan mulutku menuju buah dadanya yang mungil, cukup kenyal, kumainkan lidahku di putingnya lalu kedua putingnya bergantian.

Jari tanganku mencari lubang vaginanya, tapi aku berhenti di klitnya, kugesek gesek jariku, kembali Ratih berteriak..

Acchh.. Viir, aku mau keluar. Kuhentikan gerakan tanganku.

Vir.. Terus dong, udah mau keluar..

Hmm.. Gua hisap aja ya ujarku.

Langsung kuarahkan mulutku ke vaginanya, kembali kupermainkan lidahku di klitorisnya sambil kuhisap dan kusedot sedot, lalu kumasukkan lidahku kedalam vaginanya sedalamdalamnya. Kusapukan lidahku di sekeliling dinding dalam vaginanya sambil telunjuk tangan kananku mencari anusnya.

Dengan cairan dari vaginanya, jariku basah dan aku dorong memasuki anusnya sekitar 2 cm.

Teruus viir, yang dalam lagi.. Ooh enaak.. terasa goyangan pantatnya cepat dan membuat lidahku kerepotan mengejarnya.

Aku keluaar Viir.. Tangannya menjambak rambutku dan menarik kepalaku agar lebih dalam lidahku memasuki vaginanya. Terasa cairan sedap di lidahku, pertanda dia sudah orgasme.

Ooh, Vir, enak sekali..,.. Give me some more.. rintihnya denga nafas menggebu.

Kembali aku jilat dan isap vaginanya, cairan cintanya masih terasa di lidahku. Lalu aku angkat kakinya tinggi tinggi, aku tarik bantal dan kusisipkan di bawah pantatnya sehingga lubang vaginanya semakin menantang.

Tapi vagina bukan sasaranku, kujilat perlahan lubang anusnya mengitari seluruh permukaannya dan kudorong lidahku memasuki anusnya dan kuhisaphisap dengan kuat.

Viir.. Ennaak banget sih, lidah lu, nggak tahan gua nih, masuking dong, kontol lu pasti enak tuh katanya perlahan.

Kubalikkan tubuhnya dengan 2 buah bantal di perutnya sehingga pantatnya naik mencuat ke atas.

Perlahan kembali kujilat anusnya, dengan posisi demikian, pergerakan kepalaku lebih bebas mengorek ngorek anusnya, nikmat sekali rasanya.

Lalu perlahan kumasukkan penisku ke vaginanya dari belakang, agak mudah masuknya karena sudah licin.

Viir, ternyata bener, kontol lu enak, terasa sesak dan penuh, bisa lebih dalam lagi nggak? pintanya.

Kutekan pantatnya, lalu aku duduki pantat itu sambil kuletakkan tanganku di bahunya.

Perlahan kugoyang pantatku maju mundur sehingga penisku keluar masuk vaginanya dengan kedua kaki menjepit sebagian penisku.

Makin lama gerakanku makin cepat. Semakin cepat, Ratih semakin histeris, semakin terasa pula penisku menggesek dinding vaginanya yang tertekan oleh kaki Ratih dan kakiku yang menekan pantatnya. Akhirnya..

Ratih.. Ratih.. Raat.. Gua keluaarr nih teriakku.

Terus.. Terus.. Gua juga sudah hampir, tekan.. Tekan yang keras.. teriaknya pula.

Aacchh.. Aacchh.. Gua juga akhirnya berhasil…

Akhirnya kami tertidur berpelukan dan telanjang bulat hanya menarik selimut tebal yang ada.

Keesokan harinya aku terbangun mendengar teriakan Ratih..

Vir.. Mana pakaian dan koperku.. Sepertinya kok ini bukan kamarku..? teriaknya kaget setelah melihat barang barangnya tidak ada di tempat. Aku gosok mataku sambil tersenyum.

Nanti kita ke KLCC aja, gua beliin baju buat lu pulang

Sialan lu.. Ada apa ini?

You are in my room non cantik, actually I stay here too and this is my room..

Huuh.. Gak pernah serius nih lu.., musti dihukum.. Hmm.. Mau lagi kaya semalem.. katanya sambil menerkam tubuhku dan menciumi tubuhku.

Akhirnya kembali kami melepaskan hasrat nafsu birahi kami pagi itu, lalu aku mandi dan langsung ke KLIA untuk pulang ke Jakarta, sementara Ratih akan balik ke Jakarta esok hari.

Have fun tonight ya, see you in Jakarta

Have fun.., Have fun apaan, masih terasa nih, bakalan 3 hari!! katanya sambil jarinya menunjuk ke arah vaginanya.

Related posts